Anda di halaman 1dari 3

Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fantasi

Pernah mengkhayal bertemu seseorang yang hidup di masa lampau? Atau mengkhayaal bertemu dengan
seseorang di masa mendatang? Tentu hal tersebut dapat ditemukan di dalam cerita fantasi.

Struktur cerita fatasi


Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, struktur cerita fantasi terdiri dari:
 Orientasi, berisi pengenaan tokoh, latar, watak tokoh, dan konflik.
 Komplikasi, berhubungan dengan sebab akibat sehingga muncul masalah sampai masalah itu memuncak
(klimaks).
 Resolusi, berisi penyelesaian masalah dari konflik yang terjadi.

Apabila ditelaah lebih lanjut, struktur teks cerita fantasi dapat dikembangkan dalam berbagai pola, antara lain:
 Orientasi dengan pola pengembangan deskripsi latar, pengenalan tokoh, pengenalan konflik.
 Komplikasi dapat dikembangkan dengan pola menghadirkan tokoh lain, mengubah latar, melompat pada
zaman yang berbeda (masa lampau atau masa depan).
 Resolusi dapat dikembangkan dengan lompatan waktu, sebab akibat yang unik, surprise (kejutan).

Ragam alur cerita fantasi


Alur cerita fantasi digambarkan sebagai berikut:
 Pengenalan-rangkaian kejadian-klimaks-resolusi.
 Mulai terjadi masalah- klimaks-resolusi
 Pengenalan-rangkaian kejadian-klimaks

Penggunaan bahasa pada teks cerita fantasi


Secara umum penggunaan bahasa yang dikenal dengan ciri kebahasaan pada cerita fantasi sebagai berikut:
 Penggunaan kata ganti dan nama orang
 Penggunaan kata yang mencerap pancaindra untuk mendeskripsikan latar tempat (tempat, waktu, dan
suasana)
 Menggunakan pilihan kata dengan makna kias
 Menggunakan kata sambung penanda urutan waktu
 Penggunaan kata atau ungkapan keterkejutan
 Penggunaan dialog atau kalimat langsung dalam cerita

Contoh cerita fantasi


Mari kita baca contoh cerita fantasi berikut beserta penjelasan struktur dan kaidah kebahasaannya:

Belajar dengan Gajah Mada

Minggu pagi Ardi, Handi, dan Dani berada di Candi Trowulan. Mereka melakukan pengamatan untuk tugas
karya ilmiah remaja. Setelah mengamati, mereka sibuk menyelesaikan laporannya.

“Tolooooong” suara Handi tiba-tiba. Dani dan Ardi menghampiri Handi yang terperosok di sebuah lubang.
Ketika mereka berusaha menolong Handi, justru mereka terseret ke dalam lubang.

“Di mana kita?” tanya Ardi kebingungan.

“Tempat apa ini?” Handi dan Dani juga bertanya hampir bersamaan.

Tiba-tiba muncul laki-laki bertubuh kekar.


“Kalian bertiga saya panggil ke sini untuk menemui leluhurmu” ujar laki-laki itu penuh wibawa. Ketiga anak itu
terbelalak.

“Si-aa-pa, Bapak?” sambil gemetar Handi memberanikan diri bertanya.

“Aku yang berjanji tidak akan makan buah palapa sebelum Nusantara bersatu,” jawab laki-laki itu dengan mata
tajam.

“Gajah Mada…!” suara ketiganya serentak.

“Ya benar akulah Gajah Mada yang sejak muda berusaha keras berlatih untuk menjadi orang yang berguna,”
jawab laki-laki itu berwibawa.

“Apa yang kalian lakukan untuk menjadi orang yang berguna?” mata laki-laki itu menatap satu persatu ketiga
anak itu.

“Saya berusaha untuk menjadi juara kelas,” jawab Ardi.

“Saya belajar tiap malam sehingga menjadi rangking 1 di sekolah,” jawab Handi.

“Saya les semua mata pelajaran sehingga mendapat prestasi matematika tertinggi di kelas,” jawab Dani.

“Belum cukup. Kalian harus menambah jawaban lagi dengan benar untuk dapat dikembalikan ke tempat
semula,” laki-laki itu semakin mendekat. Mereka tampak berpikir keras.

“Saya akan berusaha untuk tidak terlambat datang ke sekolah dan menyelesaikan tugas tepat waktu,” Handi
mulai mengajukan ide.

“Saya akan berusaha tidak nyontek,” kata Ardi.

“Saya akan mendengar perbedaan pendapat teman dan merespon dengan santun,” kata Dani.

Tiba-tiba terdengar dentuman keras. Buuuum…! Seakan ada yang mengangkat tubuh mereka dan kembali ke
area Candi Trowulan tempat mereka melakukan pengamatan.

“Benar kata Gajah Mada…” ucap Handi.

“Ya, kita tidak cukup hanya pintar,” sahut Ardi.

“Kita harus memiliki perilaku yang baik,” lanjut Dani.

Akhirnya mereka bertekad untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Seperti biasanya mereka bekerja keras untuk
menghasilkan sebuah karya.

(Disunting dari Buku Bahasa Indonesia Kelas VII dengan beberapa perubahan)

Mencermati struktur teks cerita fantasi


Cerita fantasi pada teks di atas diawali dengan orientasi yang berupa pengenalan tokoh seperti Handi, Ardi, dan
Dani. Juga dikenalkan latar waktu dan tempat, yaitu hari Minggu di area Candi Trowulan.
Selanjutnya dimunculkan komplikasi yang ditandai dengan munculnya masalah yaitu mereka terperosok dalam
sebuah lubang hingga bertemu dengan Gajah Mada. Mereka tidak bisa kembali ke tempat semula kalau mereka
tidak bisa menjawab pertanyaan Gajah Mada dengan baik. Mereka pun berusaha menjawab pertanyaan.

Di akhir cerita dimunculkan resolusi yaitu setelah dapat menjawab pertanyaan, mereka dikembalikan ke area
candi. Mereka menyadari bahwa untuk menjadi manusia berguna tidak hanya pintar tetapi harus berperilaku
baik.

Pengembangan struktur
Pada cerita “Belajar dengan Gajah Mada” maka orientasinya dikembangkan dengan pengembangan deskripsi
latar dan pengenalan tokoh.

Komplikasinya dikembangkan dengan menghadirkan tokoh lain yang berbeda zaman namun tidak terlihat
adanya lompatan waktu ke masa lampau. Sementara Resolusi dikembangkan dengan sebab akibat yang unik.

Alur cerita
Pada cerita “Belajar dengan Gajah Mada” alur ceritanya diawali dengan pengenalan (latar waktu, latar tempat,
dan pengenalan para tokoh). Selajutnya adalah rangkaian peristiwa dari terperosoknya Handi dan kedua
temannya.

Klimaks dari cerita ketika mereka sudah menjawab pertanyaan ternyata belum sesuai keinginan Gajah Mada
sehingga mereka harus mencari jawaban lain.

Cerita ditutup dengan resolusi yaitu dikembalikannya ketiga anak tersebut ke tempat semula dan munculnya
kesadaran mereka akan pentingnya berbuat baik.

Penggunaan Bahasa
Ciri kebahasaan yaang terdapat pada cerita “Belajar dengan Gajah Mada” dapat ditelaah sebagai berikut:
1. Penggunaan kata ganti mereka yang merujuk pada ketiga tokoh. Penggunaan nama orang untuk tokoh
Handi, Ardi, Dani, dan Gajah Mada.
2. Pendiskripsian latar tempat Candi Trowulan dengan lubang tempat mereka terperosok hingga bertemu
Gajah Mada dengan suasana yang berbeda antara sebelum terperosok (suasana ramai) dan setelah
terperosok (suasana mencekam).
3. Penggunaan kata kias dapat dianalisis pada saat Gajah Mada tidak menerima jawaban Handi, Ardi, dan
Dani yang hanya mementingkan kepintaran tetapi masih disuruh menjawab dengan kalimat lain bila
ingin dikembalikan ke tempat semula. Ini mengiaskan bahwa yang dikehendaki Gajah Mada adalah
mempersiapkan diri menjadi orang yang berguna dengan sikap atau perilaku yang baik.
4. Penggunaan kata sambung penanda waktu seperti setelah, ketika, tiba-tiba, dan akhirnya.
5. Kata ungkapan keterkejutan misalnya penggunaan kata “Toloooong” pada kalimat “Tolooooong” suara
Handi tiba-tiba, dan penggunaan ungkapan “Buuuum….!” pada kalimat Tiba-tiba terdengar dentuman
keras. Buuuum…!
6. Pada teks cerita terdapat banyak kalimat langsung yang menggambarkan dialog atau percakapan
antartokoh.

Dengan memahami struktur dan kebahasaan teks cerita fantasi maka kita dapat membedakan antara jenis teks
satu dengan teks lain. Teks cerita fantasi ciri utamanya berupa cerita khayal yang seolah-olah mustahil terjadi di
dunia nyata.

Anda mungkin juga menyukai