Anda di halaman 1dari 5

RESENSI NOVEL LASKAR PELANGI

Judul : Laskar Pelangi


Pengarang : Andrea Hirata
Edisi : Cet.1
Penerbit : PT.Bentang Pustaka
Tempat Terbit : Jalan Pandega Padma 19, Yogyakarta
Tahun terbit : 2005
Deskripsi Fisik : xiv + 529 hlm
ISBN : 979-3062-79-7
Bahasa : Bahasa Indonesia
Bentuk Karya : Bukan fiksi atau tidak didefinisikan
Target Pembaca : Umum
Dimensi : 20,5 cm × 12,8 cm

Hirata lahir di Gantung, Belitung. Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah
namanya tujuh kali. Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan
oleh ibunya. Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik
pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk). Hirata memulai pendidikan tinggi
dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang
diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains—fisika, kimia, biologi, astronomi
dan sastra. Adrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker.
Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.

Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di
Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesis
Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut
dan ia lulus cumlaude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan
merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.
Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada
tahun 2005. Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa
kecilnya di Belitung. Ia kemudian menggambarkannya sebagai sebuah ironi tentang
kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia. Novel ini
terjual lima juta eksemplar, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih. Novel ini
menghasilkan trilogi novel, yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.

Novel Laskar Pelangi mengangkat kisah kehidupan 10 anak dari keluarga miskin
di kampung Gantung, Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki semangat juang untuk
melanjutkan pendidikannya. Sebagian besar orang tua dari kesepuluh anak yang
menempuh pendidikan di SD Muhammadiyah Gantung bekerja sebagai penambang timah di
pulau dengan perolehan kekayaan alam timah yang terbesar di dunia. Meski demikian, hal
tersebut berbanding terbalik dengan taraf kesejahteraan masyarakat asli di daerah tersebut.
Realitas itu harus diterima oleh seluruh masyarakat di sana, mulai dari anak-anak hingga
para orang tuanya. Di balik keterbatasan yang harus mereka hadapi, baik itu dalam bentuk
sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik, anak-anak yang menjadi tokoh utama
dalam novel ini tetap memiliki semangat yang tinggi dalam mengenyam pendidikan yang
tengah mereka tempuh.
Kesepuluh anak hebat itu di antaranya bernama Ikal, Mahar, Lintang, Harun,
Syahdan, A Kiong, Borek, Trapani, Kucai, dan satu-satunya perempuan yaitu Sahara.
Kebersamaan dari para anggota dari Laskar Pelangi itu bermula ketika penerimaan siswa
baru di SD Muhammadiyah Gantung. Ketika penerimaan murid baru, terdaftar kurang lebih 9
murid. Akan tetapi, sayangnya kuantitas tersebut tidak mencukupi syarat
keberlangsungannya pendidikan di SD Muhammadiyah itu.
Bahkan, beberapa waktu sebelum adanya hal tersebut, pemerintah daerah dengan melalui
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Sulawesi Selatan, sudah memberikan
peringatan pada pihak Sekolah Dasar Islam tersebut mengenai perencanaan penutupan
sekolah yang bisa dikatakan sudah tua itu.

Hal tersebut akan direalisasikan bilamana sekolah tidak mampu mencukupi syarat
minimal jumlah murid, yaitu paling tidak 10 siswa. Seperti yang sudah dikatakan, bila hal itu
terjadi, mau tidak mau ataupun suka tidak suka, sekolah yang bersangkutan tidak diizinkan
untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Seluruh orang tua atau wali, calon siswa, Bu
Muslimah dan Pak Harfan pun memiliki harapan penuh menunggu kehadiran siswa ke-10
agar dapat menyelamatkan SD Muhammadiyah. Di detik-detik terakhir Pak Harfan yang
sudah menahan rasa kecewa dalam dirinya bersamaan harus menetapkan keputusan yang
amat berat. Namun, di tengah kecewa yang mereka rasakan, datanglah seorang anak yang
tampak lebih besar bila dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

Anak itu tidak sendiri, ia datang bersama ibunya dan ingin mendaftarkan diri sebagai
murid baru di SD Muhammadiyah tersebut. Murid baru itu, yakni Harun Ardhli Ramadhan.
Harun mempunyai keterbelakangan mental dan bisa dikatakan berperan dalam
menyelamatkan sekolah, seluruh siswa baru SD Muhammadiyah Gantung, dan para orang
tua atau wali. Kebahagiaan dan rasa haru pun tampak jelas di wajah Pak Harfan dan Bu
Muslimah. Selama kegiatan belajar dan mengajar yang mereka lalui, didampingi pula oleh
seorang guru dengan dedikasi yang tinggi akan ranah pendidikan, yaitu Bu Muslimah. Ia
mempunyai kepribadian yang sangat baik, sabar, piawai dalam mengajari murid-muridnya
belajar, penyayang, dan sebagainya. Di dalam kisah inilah, Bu Muslimah yang telah
memberi julukan kepada kesepuluh anak tersebut sebagai Laskar Pelangi karena mereka
menyukai pelangi.

Tidak hanya Bu Muslimah, ada Pak Harfan Effendi Noor yang bersedia merangkap
jabatan, yakni guru sekaligus Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Gantung. Penyampaian
materi ajar yang disampaikan oleh Pak Harfan kerap kali menyelipkan kisah teladan nabi
dan rasul. Di novel ini, kisah perjalanan para anggota Laskar Pelangi dalam menjalankan
pendidikan di SD Muhammadiyah Gantung ditemani oleh berbagai ragam emosional, mulai
dari rasa bahagia, dramatis, hingga mengharukan sekalipun. Bagi Ikal dan Arai, kemiskinan
boleh mengambil segalanya, kecuali satu: mimpi. Mereka letakkan mimpi setinggi-tingginya.
Dua anak kuli timah itu mencurahkan segenap tenaga. Meskipun demikian, manisnya hidup
tak boleh lalai dilewatkan.

Di sela kesibukan belajar di sekolah menengah, selalu saja ada celah untuk
menikmati masa remaja. Mencuri-curi waktu menonton bioskop, mengejar cinta pertama,
adalah sekian dari kisah mereka. Namun, satu hal tak pernah terlupa, impian yang telah
lama bersemayam dalam diri. Laskar Pelangi pernah membuat nama sekolahnya menjadi
harum berkat prestasi murid-muridnya. Seperti kejeniusan Lintang yang menang dalam
lomba cerdas cermat mengalahkan seorang guru bernama Drs. Zulfikar. Kemudian, ada
Mahar yang dipojokkan karena senang dengan okultisme namun berhasil memenangkan
karnaval 17 Agustus.

Kesepuluh anak Laskar Pelangi selalu melewati hari-hari yang menyenangkan,


menyedihkan, tertawa bersama-sama. Namun, kisah persahabatan sepuluh anak Laskar
Pelangi harus berujung pada air mata. Ayah Lintang meninggal dunia dan membuat si
‘Einstein kecil’ itu harus mengalami putus sekolah. Kemudian, beranjak 12 tahun ke depan
yang menceritakan Ikal pulang kampung usai berjuang di luar pulau.

“Menyuruh kepada yang makhruf dan mencegah dari yang munkar” (Hirata, 2005)
(Halaman 19) menggambarkan tentang sebagai umat muslim kita harus menjalankan
perintahnya dan selalu menghindari larangannya. Dari kutipan tersebut mengingatkan
kepada kita bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan baik itu buruk maupun baik akan
selalu dicatat dan akan mendapatkan balasannya. Oleh karena itu kita sebagai manusia
harus patuh terhadap segala perintahnya, meskipun Tuhan tidak membalas perbuatan buruk
kita didunia tetapi diakhirat nanti kita akan menerima balasannya karena seperti peribahasa
apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai.

Aku pernah membaca kisah tentang wanita yang membelah batu karang untuk
mengalirkan air, wanita yang menenggelamkan diri belasan tahun sendirian di tengah rimba
untuk menyelamatkan beberapa keluarga orang utan. “ (halaman 29). Menjelaskan tentang
tolong-menolong, tolong-menolong berarti suatu sikap yang mendorong pribadi seseorang
untuk mau saling membantu dan dapat meringankan beban orang lain. Sikap itu
menunjukan ketulusan hati seseorang tanpa mengharap imbalan. Novel laskar pelangi yang
di dalamnya terdapat banyak sekali yang mengajarkan kita nilai tolong- menolong antar
sesama. Tolong-menolong dilakukan untuk dapat membantu menyelesaikan suatu masalah
seseorang sehingga dapat meringankan beban mereka. Dari kutipan di atas, sangat jelas
tokoh Aku menceritakan tentang seorang wanita yang memiliki sifat penolong yang luar
biasa. Keikhlasan tokoh tersebut dalam tolong-menolong sesama dapat digambarkan oleh
pengarang yang betapa pentingnya tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh
wanita itu menyadari pentingnya manusia untuk bersosialisasi karena manusia tidak dapat
hidup sendiri dan manusia itu adalah makhluk yang saling membutuhkan

“Adakah mereka telah semena-mena pada rezeki Tuhan nanti terlunta-lunta dikala
Tuhan menguji bangsa Lemuria?” (halaman 37-38) menjelaskan tentang kita tidak boleh
ujub, riya atau takabur pada apa yang telah Tuhan berikan, karena nanti kita akan sengsara
dikala Tuhan menguji . Rezeki tidak akan tertukar walaupun kita sedang diuji banyak cobaan
oleh Tuhan. Sebagai manusia kita harus mensyukuri kepada nikmat apa yang sudah
diberikan oleh Tuhan kepada kita, kita juga harus saling berbagi ketika kita mendapatkan
rezeki dari yang maha kuasa terlebih lagi berbagi kepada orang yang serba kekurangan,
karena sejatinya rezeki yang tuhan beri kepada kita terdapat rezeki orang lain yang tuhan
titipkan.

“Kosen pintu itu miring karena seluruh bangunan sudah doyong seolah akan roboh.”
(halaman 329) menggambarkan sosok kemiskinan yang dialami oleh sekolah
Muhammadiyah dari segi fisik bangunan yang sudah tua, sebenarnya bangunan tersebut
sudah tidak layak pakai. Namun, akibat guru-guru Muhammadiyah yang sangat antusias
sekali ingin mengajar murid-murid yang hidup serba kekurangan ini. Kita jangan pernah
putus asa dalam belajar apalagi untuk pergi ke sekolah, walaupun sekolah kita mengalami
kerusakan dan banyak hambatan dalam pembelajaran. Dari kutipan tersebut kita dapat
mengambil pelajaran bahwa kita harus memanfaatkan fasilitas yang ada kita tidak boleh
bermalas-malasan untuk belajar karena diluar sana banyak yang ingin bersekolah tetapi
terbatasnya fasilitas yang ada.

Salah satu keunggulan yang berhasil disajikan dalam novel ini oleh sang
penulis–Andrea Hirata–adalah berada pada ragam bahasa yang khas dan unik. Dalam
karyanya ini, Andrea Hirata mencoba untuk menuangkan nuansa kultur dari masyarakat
Melayu, kemudian adanya aspek sosial dan budaya yang direpresentasikan secara
gamblang di dalam dialog-dialognya.

Pernah pada suatu kesempatan, Andrea Hirata mengatakan bahwa cara dirinya
menulis novel ini, yakni karena terinspirasi dari cara berceritanya masyarakat Melayu.
Kelihaian sang penulis dalam merangkai suatu kesedihan menjadi humor yang layak untuk
dijadikan bahan tawa, tertuang cukup apik di novel Laskar Pelangi. Hal itu terlihat saat
dialog yang terjadi di antara para anggota Laskar Pelangi dan masyarakat Belitung.

Selain itu, di dalam novel Laskar Pelangi banyak memuat pesan positif, diantaranya
ketekunan, ketabahan, sikap pantang menyerah, keberanian untuk bermimpi dan
memperjuangkannya, serta yang lainnya. Dalam novel ini pula, terdapat pentingnya untuk
menekuni pendidikan sekolah dan mempunyai moral agama yang kuat. Novel ini menjadi
bahan bacaan wajib bagi kaum muda yang kerap kali bersenang-senang akan kemudahan
ekonomi dan tidak mengenal susah payahnya merintis kehidupan dari nol untuk menggapai
masa depan gemilang.

Tidak hanya kaum muda, novel Laskar Pelangi juga sangat bagus untuk dibaca
oleh tenaga pendidik dan pemerintah yang lalai akan pentingnya ranah pendidikan. Hasil
dari kelalaian itu, seperti tidak jarang pula bangsa ini mendapati berbagai macam ejekan
atau sindiran dari bangsa lain sebab bangsa ini mempunyai sumber daya manusia dengan
kualitas yang kurang kompeten.

Kemudian, poin yang tak kalah pentingnya adalah novel ini mengusung masalah
sosial dan ekonomi yang mana hal itu sangatlah relevan dengan kehidupan, baik di masa
sekarang maupun di masa yang akan mendatang. Hal tersebut, di antaranya terkait
kemiskinan, pendidikan, kesenjangan sosial masyarakat, dan sebagainya. Bahkan,
permasalahan atau isu tersebut bukan hanya relevan di Indonesia, melainkan di
negara-negara lain pula.

Kelemahan novel Laskar Pelangi berada pada penggunaan berbagai istilah yang
jarang dijumpai oleh pembaca sehingga akan sangat sukar untuk dimengerti dan dipahami
atas apa yang disampaikan oleh penulis. Walaupun terdapat glosarium atas diksi-diksi yang
sulit dipahami, tetapi diletakkan di akhir novel sehingga saat membaca novel tersebut akan
terasa kurang praktis.

Selain itu, kelemahan lainnya terletak pada ending cerita yang membingungan
dan cenderung menggantung. Mengapa? Pertama, akhir cerita membingungkan karena
tokoh “Aku” yang semulanya Ikal, secara tiba-tiba berubah menjadi orang lain. Kedua,
ceritanya cenderung menggantung karena memunculkan rasa penasaran dan
ketidakpuasan di akhir cerita. Akan tetapi, tampaknya hal itu sengaja dilakukan oleh penulis
sebab cerita dari Laskar Pelangi ini dilanjutkan pada sekuel berikutnya.

Konon, berdasarkan penelitian antah berantah, lazimnya idealisme anak muda


yang baru tamat dari perguruan tinggi bertahan paling lama 4 bulan. Setelah itu mereka
akan menjadi pengeluh, penggerutu, dan penyalah seperti banyak orang lainnya, lalu secara
menyedihkan terseret arus deras sungai besar rutinitas dan basa-basi birokrasi lalu tunduk
patuh pada sistem yang buruk. Dalam kenyataan hidup seperti itu, seberapa jauh Desi
berani mempertahankan idealismenya menjadi guru matematika di sekolah pelosok?

Anda mungkin juga menyukai