Anda di halaman 1dari 24

PERJUANGAN MASA KECIL ANAK-ANAK KAMPUNG DARI SUATU KOMUNITAS

MELAYU YANG SANGAT MISKIN BELITUNG

RESENSI

DISUSUN OLEH

FAIZ NUR KAMALAT


NPM 201712036

UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
2017
PERJUANGAN MASA KECIL ANAK-ANAK KAMPUNG DARI SUATU
KOMUNITAS MELAYU YANG SANGAT MISKIN BELITUNG

1. IDENTIFIKASI
Judul : Laskar Pelangi

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta,


Cetakan : cetakan ke-19

Tahun Terbit : Maret 2008

Tebal Buku : 534 halaman

Ukuran Buku : panjang 20,5 cm dan lebar 12,8 cm

Cover Buku : Warna dasar hijau dan merah dengan gambar anak-anak kecil
yang sedang tersenyum ditambah dengan ilustrasi bias cahaya
mirip pelangi.

2. PENDAHULUAN
Andrea Hirata Seman Said Harun (lahir di pulau Belitung, 24 Oktober 1982; umur
28 tahun) adalah seorang penulis Indonesia yang berasal dari pulau Belitung, provinsi Bangka
Belitung. Novel pertamanya adalah novel Laskar Pelangi yang merupakan buku pertama dari
tetralogi novelnya.

Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni


Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne,Perancis dan Sheffield Hallam
University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat
penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke
dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis
oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal
di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.

1
3. SINOPSIS
Cerita Laskar pelangi diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri. Buku
Laskar Pelangi menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu
yang sangat miskin. Anak orang-orang ‘kecil’ ini mencoba memperbaiki masa depan dengan
menempuh pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga pendidikan yang puritan.
Bersebelahan dengan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dan difasilitasi begitu modern pada
masanya. SD Muhammadiyah-sekolah penulis ini, tampak begitu parah jika dibandingkan dengan
sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka, para native Belitung ini tersudut
dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah
kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.
Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas
jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan
Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha
mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan
oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat
seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor. Sekolah yang
dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah
bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai
untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya
mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu
terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun
dan sang ibu guru menerima jahitan.
Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak
seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang
kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah
berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.
Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak
marjinal tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan
sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar,
tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru
itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan
mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan

2
cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi
julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.
Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi
mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika
tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas
tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan
tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.
Kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa
paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan
menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi
keluarga sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia. Native Belitong kembali dilanda ironi yang
besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga
yang justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengeksploitasi tanah
leluhurnya.
Banyak hal-hal inspiratif yang dimunculkan buku ini. Buku ini memberikan contoh dan
membesarkan hati. Buku ini memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kemiskinan dapat
diubah menjadi kekuatan, keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan pendidikan bermutu
memiliki definisi dan dimensi yang sangat luas. Paling tidak Laskar Pelangi dan sekolah miskin
Muhamaddiyah menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat sama sekali tak berhubungan dengan
fasilitas. Terakhir cerita Laskar Pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar seorang
pahlawan tanpa tanda jasa.
Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan perpisahan seorang
Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintangdan awan-kawan membuktikan bahwa bukan karena
fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat membuat seseorang sukses maupun pintar, namun
kemauan dan kerja keraslah yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian,
setelah perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka kawan-kawan
Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya, Lintang tidak dapat
melnjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi
sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota laskar pelangi.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka semua banyak
mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD Muhammadiyah. Tentang sebuah
persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan diajarkan oleh bu Muslimah, serta sebuah mimpi
yang harus mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman
lainnya menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.

3
Novel berjudul Laskar Pelangi ini adalah novel pertama dari serangkaian tetralogi milik
Andrea Hirata. Secara garis bersar, novel ini bercerita kehidupan kanak-kanak beberapa bocah di
Belitong. Andrea Hirata memulainya dengan kisah miris dunia pendidikan di Indonesia dimana
sebuah sekolah yang keurangan murid hendak ditutup. Sekolah tersebut adalah SD Muhammadiyah
di Gantung Belitung Timur. Namun, karena murid yang terdaftar genap 10, sekolah dengan
bangunan seadanyatersebut tetap diijinkan beraktifitas seperti biasanya. Ke-sepuluh murid tersebut
adalah para laskar pelangi. Nama yang diberikan guru mereka bernama Bu Mus, oleh karena
kegemaran mereka terhadap pelangi.
Tokoh dalam novel ini adalah Ikal, Lintang (Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana
Basara), Sahara (N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah), Mahar (Mahar
Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam), A Kiong (Muhammad Jundullah Gufron Nur
Zaman), Syahdan (Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz), Kucai (Mukharam Kucai Khairani),
Borek (alias samson), Trapani (Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari), dan Harun
(Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan).
Mereka adalah sahabat yang kisahnya memesona dunia lewat tangan dingin sang penulis.
Buku laskar pelangi bercerita keseharian mereka di sekolah dan di lingkungan sosial. Mereka
adalah anak-anak desa dengan tekad luar biasa. Perjalanan mereka dipenuhi kejadian yang tak
terduga. Secara perlahan mereka menemukan keunggulan ddalam diri dan persahabatan. Ini
mungkin yang menjadi titik fokus Andrea Hirata. Ia juga piawai menyisip komedi dalam kisah ini.
Sudut pandang bercerita dalam novel ini menggunakan orang pertama yakni “aku”. Aku
sendiri adalah si Ikal. Ia anak yang pandai meski berada di urutan kedua setelah Lintang, bocah
terpandai di dalam kelas mereka. Si Ikal ini menaruh minat yang besar pada sastra. Hal ini terlihat
dari kegemarannya menulis puisi. Lain lagi dengan tokoh Lintang. Ia digambarkan sebagai anak
yang sangat jenius. Orangtuanya seorang nelayan, yang miskin dan hanya tidak memiliki perahu.
Mereka memiliki keluarga dalam jumlah yang melimpah, 14 kepala. Lintang sangat suka
matematika. Namun, cita-citanya menjadi seorang ahli matematika harus terpangkas dengan
tuntutan membantu orangtua menafkahi keluarga. Terlebih saat ayahnya meninggal.
Tokoh lainnya adalah Sahara. Ia merupakan anak perempuan satu-satunya dalam cerita ini.
Ia berpendirian kuat dan cenderung keras kepala. Sementara itu, Mahar, ia digambarkan bertubuh
ceking dan mencintai seni. Ia suka menyanyi dan gemar pada okultisme. Tokoh berikutnya adalah
A kiong. Dari namanya sangat jelas kalau ia merupakan keturunan Tionghoa. Ia sangat menyukai
Mahar dan mengikutinya kemanapun. Ia digambarkan tak rupawan tetapi hatinya “tampan”.
Lanjut ke Syahdan. Perangainya ceria meski ia tak pernah menonjol dalam kelas. Sementara
itu Kucai, adalah tokoh dalam cerita yang didaulat menjadi ketua kelas. Ia digambarkan menderita

4
penyakit rabun jauh sebab ia kekurangan gizi. Borek, Trapani dan Harun adalah anggota laskar`
pelangi yang terakhir. Borek digambarkan sebagai anak yang terobsesi dengan otot. Ia ingin
menjadi lelaki yang paling macho. Trapani, ia tampan dan pandai. Ia lengket dengan sang ibu.
Terakhir, Harun. Ia istimewa sebab ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Ia mengalami
keterbelakangan mental. Namun menurut beberapa orang, tokoh Harun ini digambarkan dengan
cukup manis sehingga banyak yang jatuh cinta pada sosoknya.
Novel laskar pelangi berkisah perjuangan hidup kesepuluh anak ini menghidupkan cita-cita
di antara kehidupan mereka yang berat. Ada dinamika di dalamnya. Manis meski berat. Kisah khas
anak-anak yang memandang dunia dengan ambisi yang sederhana. Andrea Hirata, meski banyak
dihujat sebab mengklaim cerita ini nyata, memang terkesan berlebihan dalam beberapa hal. Namun
toh, sebagai novel pembangun, Laskar Pelangi berhasil merubah secuil dunia pendidikan kita,
merecharge semangat mereka yang lain untuk meraih ilmu. Membaca Laskar Pelangi memberikan
pengalaman sastra yang baik. Bahasanya sederhana sebenarnya namun dikemas dengan unsur
Melayu. Novel ini “berwajah” sastra, bercita rasa “motivator jiwa” dan dibumbui kisah kanak-
kanak yang tulus.
Cerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah
Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa
baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi
tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya
datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan
mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang
dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian
ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa
Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
Mereka, Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka
terhadap pelangi – pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya
pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada
okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar
biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang
berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-
hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan
kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan,

5
dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau
Belitong kembali ke kampungnya.
Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas
jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan
Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha
mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan
oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat
seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor.
Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu
miskin. Gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku
seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal
bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo
beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala
sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.
Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak
tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai
hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun,
tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga
merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka
mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta
sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan
kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.
Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi
mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika
tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas
tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan
tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.
Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika
Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal
satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus
menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia.
Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali
sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan
yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya

6
kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada
yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu
perusahaan multi nasional paling penting di Negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa
international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan
predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. Semua itu, buah dari
pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan.
Novel “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu
komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ ini mencoba
memperbaiki masa depan dengan menempuh pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga
pendidikan yang puritan. Bersebelahan dengan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dan
difasilitasi begitu modern pada masanya, SD Muhammadiyah-sekolah penulis ini, tampak begitu
menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah).
Mereka, para native Belitung ini tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya
justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat
mereka.
Pada saat semua murid telah gelisah datanglah Harun, Seorang yang memiliki
keterbelakangan mental. Ia adalah seorang pahlawan karena ia menyelamatkan ke sembilan
temannya yang ingin terus bersekolah serta menyelamatkan berdirinya SD Muhammadiyah belitung
tersebut. Alhasil karena murid yang terdaftar disekolah tersebut genap 10, sekolah dengan bangunan
seadanya tersebut tetap diizinkan beraktifitas seperti sekolah pada umumnya. Ke sepuluh murid
tersebut adalah murid para laskar pelangi. Sebuah nama yang diberikan oleh guru mereka yang
bernama Bu Mus, oleh karena kegemaran mereka terhadap keindahan pelangi. Sudut pandang
dalam menceritakan ini menggunakan orang pertama pelaku utama yakni “Aku". Aku disini yang
dimaksud adalah si Ikal. Ia adalah anak yang pandai walau berada di peringkat kedua setelah
Lintang, murid terpandai dalam kelas mereka.
Buku laskar pelangi bercerita tentang keseharian mereka di lingkungan sosial dan di sekolah.
Mereka adalah anak-anak kampung yang memiliki tekad luar biasa. Perjalanan mereka Di sekolah
dipenuhi dengan kejadian-kejadian tak terduga dan di SD muhammadiyah inilah ikal dan teman-
temannya memiliki segudang kenangan yang menarik. Seperti kisah percintaan antara Ikal dengan
A ling. Ikal jatuh cinta pada kuku A ling yang sangat indah, Ia tidak pernah menjumpai kuku
seindah itu. Lalu ikal tahu bahwa pemilik dari kuku indah itu adalah A ling, Ikalpun jatuh cinta
padanya, Namun pertemuan mereka harus berakhir karena A ling pindah untuk menemani bibinya
yans sendirian. Stelah itu secara perlahan mereka menemukan keunggulan dalam diri masing-

7
masing dan persahabatan. Ini yang mungkin menjadi titik fokus sang penulis (Andrea Hirata).
Tokoh Ikal ini memiliki kegemaran yang besar pada sastra.
Hal ini terlihat dari kegemarannya menulis puisi. Lain lagi dengan Lintang. Ia digambarkan
sebagai anak yang memiliki kejeniusan luar biasa. Orang tuanya bekerja sebagai nelayan miskin
yang tidak hanya memiliki perahu. Mereka juga memiliki keluarga yang banyak yakni 14 kepala.
Dari kejeniusan nya lintang sangat menyukai matematika. Tapi, Cita-citanya menjadi seorang ahli
matematika harus terpangkas karena tuntutan untuk membantu orangtua menafkahi keluarga.
Terlebih saat ayahnya meninggal ia harus bekerja keras untuk mencari nafkah pada keluarganya.
Tokoh berikutnya adalah Mahar pria tampan bertubuh kurus ini mempunyai bakat dalam
bidang seni. Hal ini dapat dilihat dari Kejadian di sekolah tentang mahar yang menemukan ide
untuk perlombaan semacam karnaval.
Mahar menemukan ide untuk menari dalam acara itu. Mereka semua para Laskar Pelangi menari
seperti orang kesetanan, karena aksesoris yang mereka kenakan adalah kalung yang terbuat dari
tumbuhan langka dan hanya di Belitung, yaitu merupakan tumbuhan yang bisa membuat seluruh
badan gatal. Alhasil mereka semuapun menari seperti orang yang kesurupan, akan tetapi karena ide
cemerlang inilah SD Muhammadiyah dapat memenangkan perlombaan tersebut.
Kenangangan-kenagan indah pun terukir namun setelah kedatangan flo, seorang anak kaya
raya pindahan dari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Kedatangannya di SD
Muhammadiyah yang membawa pengaruh buruk bagi kawan-kawannya terutama Mahar; yang
duduk satu meja dengan flo. Sejak kedatangan flo tersebut nilai Mahar seringkali turun dan jeleh
sehingga membuat bu Mus Marah.
Hari-hari mereka selalu diwarnai dengan canda, tawa maupun tangis. Namun, dibalik itu
semua keceriaan mereka, ada seorang murid anggota dari laskar pelangi yang bernama Lintang
yang perjuangannya terhadap pendidikan sangatlah luar biasa.
Lintang rela menempuh perjalanan 80 Km untuk pulang dan pergi mulai rumahnya ke sekolahnya,
selain itu ia juga harus melewati sebuah danau yang ada buaya di dalamnya. Lintang adalah seorang
murid yang sangat cerdas. Terbukti pada waktu ia, ikal dan sahara tengah berada dalam perlombaan
cedas cermat. Mereka dapat menantang sekaligus mengalahkan Drs. Zulfikar, yaitu guru sekolah
kaya PN yang berijazah dan terkenal dengan jawabannya yang menghantarkan ia mereka menjadi
pemenang lomba cerdas cermat.
Lintang dan teman-teman membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang
dapat membuat seorang menjadi sukses maupun pintar, akan tetapi kerja kelas dan kemauan lah
yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, Usai perlombaan tersebut lintang
tidak masuk sekolah hingga pada suatu hari mereka, teman-teman lintang dan Bu Mus mendapat

8
surat dari lintang yang isinya, Lintang tidak bisa melanjutkan sekolah kembali karena ayahnya
meninggal dunia, Pasti saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota
team laskar pelangi.
Beberapa tahun kemudian, saat anggota laskar pelangi sudah dewasa, mereka mendapat
banyak mendapat pengalaman yang sangat bernilai dari setiap kisah di SD Muhammadiyah,
Tentang sebuah persahabatan, Perjuangan, ketulusan serta sebuah mimpi yang harus mereka gapai,
pada akhirnya ikal bersekolah di paris, sedangkan mahar dan kawan-kawan lainnya menjadi
seorang yang dapat membanggakan Belitung.
Dalam Contoh sinopsi novel laskar pelangi ini hanya menyuguhkan secuil kisah dalam laskar
pelangi. Dan membuat tulisan dengan paragraf supaya lebih enak dibaca. Jika anda ingin
mengetahuinya lebih dalam tentang laskar pelangi bisa tu membaca buku novelnya secara utuh.

4. UNSUR – UNSUR INTRINSIK


4.1 Tema

Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Istilah
tema sering disamakan pengertiannya dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian
yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema adalah gagasan
sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui suatu karya. Tema suatu cerita
biasanya bersifat tersirat (tersembunyi) dan dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita.
Dalam novel ini tema yang tergambar dalam novel ini adalah menceritakan tentang
pendidikan yang disisipkan kisah-kisah persahabatan diantara para anggota Laskar Pelangi. Ada
juga dimasukan tema ekonomi, akan tetapi yang lebih dominan adalah pendidikanya.yang dikemas
menjadi sebuah kisah yang menarik.

“.... Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas.
Sebatang pohon tua yang riang meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku, memeluk pundakku
dengan kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk pada setiap orangtua dan anak-
anaknya yang duduk berderet-deret di bangku panjang lain di depan kami. Hari itu adalah hari
yang agak penting: hari pertama masuk SD...”( Andrea Hirata,2008:10)

Dari kutipan diatas menujukan betapa pentingnya sekolah, terlihat dari ayah seorang tokoh
memeluk pundak dengan kedua tanganya yang menunjukan rasa senang dalam hatinya ketika sang
anak pertama masuk sekolah.

4.2 Amanat

9
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai-
nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan. Penyampaian pesan selalu didasarkan dan
tujuan yang telah ditetapkan penulis pada saat menyusun rancangan cerita. Pesan atau amanat
dalam sebuah tulisan tidak selalu tersurat (jelas), tapi bisa juga tersirat (tersembunyi). Amanat
tersurat adalah amanat yang dijelaskan dalam kata-kata sebuah tulisan. Sedangkan, amanat tersirat
adalah amanat yang tidak dijelaskan secara tertulis, tetapi dapat diketahui pembaca melalui alur
cerita dalam tulisan.
Amanat yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi sebenarnya sangat banyak. Namun yang
sangat berkesan dan dijadikan panutan bagi pembaca adalah pada halaman 487-488 tentang pesan
Pak Harfan dalam menjalani hidup, yaitu

“...Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya


yang kemudian terrefleksi pada kehidupan puluhan mantan siswa Muhammadiyah yang ku kenal
dekat secara pribadi. Mereka adalah tipikal orang yang sederhana namun bahagia dalam
kesederhanaan itu. Jadi, hiduplah Anda dalam kesederhanaan karena Islam melarang kita untuk
hidup bermewah-mewahan. Juga dalam menjalani hidup ini, usahakan kita untuk selalu memberi
kepada yang membutuhkan, jangan malah sebaliknya, kita menghaparkan sesuatu yang tidak
mungkin kita dapatkan...” ( Andrea Hirata,2008:88)

Kutipan diatas menunjukan bahwa kehidupan ini akan menjadi sangat lebih berarti apabila
kita lebih baik memberi sebanyak banyaknya dari pada menerima sebanyak banyak.

4.3 Alur Atau Plot

Alur merupakan rangkaian cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristwa sehingga
menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa tahapan-tahapan yang berbagai
macam.
Alur memiliki bentuk tahapan-tahapan rangkaian peristwa sebagai berikut,
1. Tahap Pengenalan
Tahap ini alur menceritakan perilaku tokoh ataupun latar cerita.
2. Tahap Penampilan
Tahap ini menceritakan persoalan yang di hadapi pelaku cerita.
3. Tahap Konflik
Tahap ini di gambarkan terjadinya perbedaan pendapat atau permasalahan antara toko protagonis
dan antagonis.
4. Klimaks

10
Pada tahap ini pokok permasalahan sudah mencapai puncaknya.
5. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini permasalahan yang terjadi pada cerita sudah dapat di atasi.

Dalam novel ini alur dari kutipan novel ini mempunyai alur yang bersifat maju. Jalinan
ceritanya di susun berdasarkan urutan peristiwa waktu yang berjalan ke depan. Bukan berbalik ke
masa lampau atau masa lalu, melainkan menceritakan bagaimana cerita ke masa depan.
Dimana seperti yang sudah dikisahkan dalam sinopsis di atas, bermula dari mereka masih
menginjakkan kaki hari pertama sekolah SD, berjuang bersama, tertawa, menangis dan bahagia
bersama sampai mereka lulus SMP, memilki pekerjaan dan kehidupan masing-masing setelah
mereka dewasa.
1. Tahap Perkenalan Konflik
Tahap ini dimana kita dapat melihat di bagian pada halaman 13 dapat kita simak.
Kutipan :

“....Saat itu sudah pukul sebelas kurang lima dan Bu Mus semakin gundah. Lima tahun
pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan tiga puluh dua tahun tanpa pamrih
pada Pak harfan, pamannya, akan berakhir di pagi yang sendu ini...”

“....Baru sembilan orang pemandu guru...”Ucap Bu Mus bergetar sekali lagi. Ia sudah tak bisa
berfikir jernih. Ia berulang kali mengucap hal sama yang telah diketahui semua orang.
Suaranya berat selaknya orang yang tertekan batinnuya...” ( Andrea Hirata,2008:13)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.


Kutipan diatas menjelaskan bahwa berawal dari kegundahan yang dialami oleh Bu Mus atas
keadaan pagi ini yang akan mengakhiri pengapdiannya selama tiga puluh dua tahun tanpa
pamrih.

2. Tahap Pemunculan Konflik


Konflik memuncak ketika di tunggu sampai siang hari, jumlah dari para pendaftar tidak
kurang dari sembilan orang. Dengan jumlah segitu tidak bisa memenuhi syarat dari lemabaga
pendidikan. Situasi ini menjadikan kepala sekolah yaitu Pak Harfan menjadi cemas dan Bu
Muslimah guru sekolah dasar itu merasakan hal yang sama. Pak Harfa pun bermaksud untuk
memberikan sambutan dan mengumumkan pembatalan penerimaaan siswa baru.
Pada tahap ini dapat kita lihat dan menyimak di halaman 11-13
Kutipan :

11
“....Sembilan orang ... baru sembilan orang pemanda Guru, masih kurang satu...,”

“....Aku juga merasa cemas. Aku cemas karena melihat Bu Mus yang resah dan karena beban
perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuuhku ...”

“.... Barangkali sebaiknya aku pulang saja,melupakan keinginan sekolahh, dan mengikuti jejak
beberapa abag dan sepupu-sepupuku, emnjadi kuli ...”

“.... Tapi agaknya bukan hanya ayahku yang gentar. Setiap wajah orang tua di depanku
mengesahkan bahwa mereka tidak sedang duduk di bangku panjang itu, karena pikiran mereka,
seperti pikiran ayahku, melayang-layang ke pasar pagi atau keramba di tepian laut
membayangkan anak lakinya lebih baik menjadi pesuruh di sana. Para orang tua ini sama sekali
tidak yakin bahwa pendidikan anaknya yang hanya mampu mereka biayai paling tinggi sampai
SMP akan dapat mempercerah masa depan keluarga. Pagi ini mereka terpaksa berada di
sekolah ini untuk menghindarkan diri dari celaan aparat desa karena tak menyekolahkan anak
atau sebagai orang yang terjebak tuntutan zaman baru, tuntutan mememrdekakan dari buts
huruf ... “( Andrea Hirata,2008:11-13)

Dari Kutipandiatas dapat disimpulkan bahwa, baru adanya sembilan pemanda guru, kurang
satu membuat kecemasan semua kalangan. Karena dengan sembilan saja kurang satu sekolah
SMP Muhammadiyyah akan ditutup karean tidak memenuhi persyaratan kelembagaan dinas
pendidikan.

3. Tahap Peningkatan Konflik


Tahap ini dimana kita dapat melihat di bagian pada halaman 138 dapat kita simak.
Kutipan :

“.... Dalam laut dapat kukira, dalamnya dusta siapa sangka, dengan rima pantun yang
sederhana kucai menolak mahar tanpa perasaan ...”

“.... Keputusasaan terpancar di wajah mahar yang tanpa dosa, matanya mencari-cari dari
dahan ke dahan. Aku iba melihatnya, dengan car apa aku dapat memebelnya? Tanpa saksi yang
menguakan, posisinyya tak berdaya ...”

12
“.... kulihat dalam-dalam mata Mahar dan aku yakin yang baru saja dilihatnya memang burung-
burung keramat itu. Ah! Beruntung sekali. Sayangnya upaya mahar meyakinkan kami sia-sia
karena reputasinya sendiri yang senang membual. Itulah susahnya jaadi pembual, sekali
mengajukan kebenaran hakiki di antara seribu macam dusta, orang hanya akan menganggap
kebenaran itu sebagai salah satu dari buah kebohongannya lainnya ...”

“.... Rasa tersinggungnya tidak berkurang sedikitpun. Pada tingkat ini dia sudah merasa dirinya
seorang persona nongrata, orang yang tak disukai. (Dewe Lestari,2008: 138)

Dari kutipan di atas dapat disimpulka bahwa, di capnya kahar sebagai orang yang pembual,
dalam lingkup teman – temannya, aku dan lainnya merasa iba atas sikap kahar namun yang lain
tak mampu berbuat apa-apa karna itu ulah dari kahar itu sendiri.

4. Tahap Puncak
Tahap ini dimana kita dapat melihat di bagian pada halaman 270-271 dapat kita simak.
Kutipan :

“.... Resikonya tentu jauh lebih besar, lomba kecerdasan adalah arena terbuka untuk
mempertontonkan kecerdasan, atau jika sedang bernasib sial, mempertontonkan ketololan yang
tak terikira. Dan semua nasib sial itu akan di tanggung langsung oleh aku, sahara, dan Lintang
...’’

“.... Persetan kepercayaan diri pokoknya dengar pertanyaannya baik-baik, pencet tombolnya
cepat-cepat, dan jawab dengan benar-benar...’’

“.... Tabahkan hatimu ikal ...’’

‘’.... Sementara di meja mahoni yang megah itu lintang diam seribu bahasa, kelelahan,
selayaknya ornag memikul seluruh beban pertaruhan nama baik. Aku tak henti-henti berkipas,
bukan kepanasan, tapi hatiku mendidih karena gentar. Tak pernah sekali pun sekolah kampung
menang dalam lomba ini, bahkan untuk diundang saja sudah merupakan kehormatan besar... ‘’
(Dewe Lestari,2008: 270-271)

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat di simpulkan sebagai berikut.

13
Pada tahap ini menjelaskan tentang masalah yang di hadapi Sahara dan kawan-kawan lainnya
dalam perlombaan akan lebih berat lagi. Dengan adanya kutipan di atas sudah jelas bahwa
masalah yang paling berat telah pada mental anak-anak laskar pelangi ditambah dengan
downnya lagi melihat musuh-musuh yang dari sekolah tinggi laiinya, namun bu mus terus
memberi arahan namun semua itu tidak bisa menghilangkan kegugupannya, hafalan yang sudah
di lakukan selama berminggu-mminggu lenyap dalam seketika.

5. Tahap Penyelesaian
Dalam tahap penyelesaian ini dapat menyimaknya dalam halaman 275.
Kutipan :
“... Sementara para peserta lain terpaana dan berkecil hati. Lintang meawab kontan, bahkan
ketika mereka belum selesai menulis soal itu dalam kertas catatan yang disediakan panitia.
Bebrapa diantaranya membanting pensil tanpa ampun ...’’
“.... Bu Mus bergerak maju ke depan, wajah kusutnya telah sirna menjadi cerah. Sekarang
beliau berani mengangkat wajahnya, matanya juga berkaca-kaca dan bibirnya bergumam,
“Subhanallah, subhanallah ....’’ (Dewe Lestari,2008: 275)

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat di simpulkan sebagai berikut.


Tahap penyelesaian di isi dengan cerita yang mengambarkan bahwa masalah yang di hadapi oleh
tokoh telah selesai dan bisa di sebut menurun. Pada kutipan yang di lampirkan menjelaskan
bahwa masalah yang di hadapi oleh tokoh telah berakhir selesai.Dimana Keberanian dan
ketepatan Lintang menjawab dengan benar yang membuat kagum semuanya dan memenangkan
pada akhirnya.

4.4 Sudut Pandang

Sudut Pandang atau point of view adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Jadi sudut pandang merupakan kedudukan
pengarang di dalam sebuah tulisan atau bagaimana posisi pengarang menempatkan dirinya di dalam
cerita. Dalam novel Laskar Pelangi ini, kedudukan pengarang atau sudut pandang pengarang ialah
sebagai orang pertama, hal ini ditandai dalam novel tersebut menggunakan kata ganti; aku, jadi
gaya “aku” adalah seorang yang ikut terlibat di dalam cerita. Hal ini bisa kita temukan salah satunya
pada halaman 168 yaitu

14
“ ...badanku gemetar ketika aku melintas menuju pohon karet dengan cara menggeser-
geserkan pengaman tanganku yang mencekik tambang erat-erat. Aku bergelantungan seperti
tentara latihan perang...” (Dewe Lestari,2008: 112)

Dari kutipan diatas bahwa “aku” adalah seseorang yang ikut dalam sebuah ceerita novel
Laskar Pelangi yang mencekik tambang dengan erat dan bergelantungan seperti tentara latihan.

4.5 Setting

4.5.1 Waktu
Seting waktu adalah pengembaraan waktu kejadian di dalam cerita novel atau derama
yang menunjukan kapan waktu yang terjadi dalam cerita novel tersebut.

-Sore
“...sekitar pukul empat sore, sinar matahari akan mengguyur barisan pohon cemara angin yang
tumbuh lebat diundakan bukit yang lebih tingggi disisi timur laut...” (Dewe Lestari,2008: 90)

Dari kutipan diatas menunjukan bahwa waktu yang terjadi pada cerita dinovel adalah pada
sore hari karena dalam kutipan tersebut ada kata “...empat sore...” yang menunjukan waktu sore.

4.5.2 Tempat
Seting tempat adalah pengembaraan tempat kejadian di dalam cerita novel atau derama
yang menunjukan dimana tempat yang terjadi dalam cerita novel tersebut.

Di sekolah
“...Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Hari
itu adalah hari yang agak penting: hari pertama masuk SD...” (Dewe Lestari,2008: 55)

Dari kutipan diatas menunjukan bahwa waktu yang terjadi pada cerita dinovel adalah
pada sore hari karena dalam kutipan tersebut ada kata “...empat sore...” yang menunjukan waktu
sore.

4.5.3 Suasana
Seting suasana adalah pengembaraan suasana kejadian di dalam cerita novel atau derama
yang menunjukan apa suasana yang terjadi dalam cerita novel tersebut.

- Bahagia

15
“...Mahar diarak keliling kampung oleh warga Muhammadiyah setelah sekolah menerima trofi
bergengsi penampilan seni tebaik tahun ini. Trofi yang telah dua puluh tahun kami idamkan dan
selama itu pula bercokol di sekolah PN. Baru pertama kali ini trofi itu dibawa pulang oleh
sekolah kampung. Trofi yang tak kan membuat sekolah kami dihina lagi...” (Dewe Lestari,2008:
257)

Dari kutipan diatas menunjukan bahwa suasana yang terjadi pada cerita dinovel adalah
suasana bahagia karena dalam kutipan tersebut menunjukan trofi yang dua puluh tahun di idam
idamkan dan selama itu pula bercokol disekolah PN. Baru pertama kali trofi itu dibawa pulang
oleh sekolah kampung yang membuat semua orang menjadi bahagian akan hal tersebut.

4.6 Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu
menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan merupakan upaya pengarang dalam menampilkan
gambaran dan watak para tokoh, bagaimana mengembangkan dan membangun para tokoh dalam
sebuah cerita.

Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas


1. Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Sebagai contoh, tokoh
yang semula jujur, karena terpengaruh oleh temannya yang serakah, akhirnya menjadi tokoh
yang tidak jujur. Tokoh ini menjadi jujur kembali setelah ia sadar bahwa dengan tidak jujur
penyakit jantungnya menjadi parah.

2. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap.

Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas
1. Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang hanya mempunyai karakter
seragam atau tunggal.
2. Tokoh yang mempunyai karakter kompleks adalah tokoh yang mempunyai karakter beraneka
ragam kepribadian, misalnya tokoh yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang
dermawan. Pembela kaum miskin, berusaha mengentaskan kemiskinan, ternyata ia juga
menjadi
Bandar judi.

Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.

16
4.6.1 Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh
semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela,
cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan.

Bu Mus
Kutipan :
‘’.... Sembilan orang ... baru sembilan orang Pemanda Guru, masih kurang satu ... katanya
gusar pada bapak kepala sekolah...’’

‘’.... Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya di seberang
lapngan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar baru, kami prihatin melihat
harapan hampa itu...’’ (Dewe Lestari,2008: 11)

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat di simpulkan bahwa.

Tokoh protagonis adalah tokoh yang memiliki sifat karakter baik dalam cerita. Beberapa
kutipan diatas yang di lampirkan pada setiap tokoh telah mengembarkan kebaikan tokoh di
dalam isi cerita yang sesuai dengan tokoh protagonis.

4.6.2 Tokoh Antagonis


Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya
digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negative, seperti pendendam, culas,
pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius.

Mahar
Kutipan :

“.... kulihat dalam-dalam mata Mahar dan aku yakin yang baru saja dilihatnya memang burung-
burung keramat itu. Ah! Beruntung sekali. Sayangnya upaya mahar meyakinkan kami sia-sia
karena reputasinya sendiri yang senang membual. Itulah susahnya jaadi pembual, sekali
mengajukan kebenaran hakiki di antara seribu macam dusta, orang hanya akan menganggap
kebenaran itu sebagai salah satu dari buah kebohongannya lainnya ...”(Dewe Lestari,2008:
138)

17
Tokoh antagonis merupakan tokoh yang memilika sifat prilaku jahat pada tokoh utama dalam
cerita. Pada kutipan yang tertera di atas telah membuktikan bahwa tokoh tersebut merupakan
orang yang bersipat jahat pada tokoh utama terlihat dari sikap dan perbuatannya.

4.6.3 Tokoh Tritagonis

Tokoh Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara
protagonis dan antagonis.

Dari pengertian diatas didapat tokoh protaginis yaitu Lintang sebagai seorang yang pintar, hal
tersebut terdapat pada kutipan dibawah ini

“...sejak hari perkenalan dulu aku sudah terkagum-kagum pada Lintang. Anak pengumpul kerang
ini pintar sekali. Matanya menyala-nyala memancarkan inteligensi, keingintahuan menguasai
dirinya seperti orang kesurupan...” (Dewe Lestari,2008: 26)

Kutipan diatas menunjukan bahwa Lintang adalah seorang yang pintar yang sangat ingin tahu sekali
mengenai dirinya seperti orang kesurupan. Juga dari pancaran matanya yang menunjukan
intelegensi.

4.7 Perwatakan.

Perwatakan adalah sudut pandang pengarang untuk menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh-tokoh dalam cerita.

Lintang (pintar dan jenius)

Adalah teman sebangku Ikal yang memiliki pemikiran luar biasa jenius. Ayahnya memiliki
pekerjaan sebagai nelayan miskin yang tidak mempunyai perahu dan harus menanggung kehidupan
14 anggota keluarganya.
Dalam kisahnya lintang adalah murid yang sangat bersemangat untuk bersekolah semenjak
hari pertama di sekolah. Ia harus menempuh jarak 80 km untuk bolak-balik dari rumah untuk
sampai ke sekolahnya.
Ia juga tipe murid yang selalu aktif dalam kelas dan mempunyai cita-cita seorang ahli
matematika. Sekalipun ia murid paling jenius, pria kurus berambut ikal ini pernah salah dalam
membawa peralatan sekolahnya. Sekolah dan cita-cita mulianya terpaksa ditinggalkan karena ia
harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarganya semenjak ayahnya meninggal
dunia.

18
Kutipan :
“.... Di tengah hiruk pikuk para penonton aku sempat mendengar jawaban-jawaban tangkas
Lintang...’’

“.... Ia tak terbendung, aku merinding melihat kecerdasan sahabatku, peserta lain terpesona
dibuatnya. Mereka seperti terbius sebuah kharisma kuat kecerdasan murni dan seorang anak
Melayu pedalaman miskin, murid sekolah kampung muhammadiyah yang berambut keriting merah
tak terawat dan tinggal di rumah kayu doyong beratap nun jauh terpencil di pesisir ...’’ (Dewe
Lestari,2008: 275)

Mahar (Kurang sopan dan seenaknya)

Adalah pria tampan bertubuh kurus diceritakan ia merupakan anggota laskar pelangi yang
mempunyai minat dan bakat besar dalam bidang seni. Terlihat ketika tanpa sengaja Bu Muslimah
menunjukknya untuk bernyanyi di depan kelas saat pelajaran seni suara.
Pria yang menyayangi okultisme ini seringkali dipojokkan kawan-kawannya. Pada saat
dewasa, Mahar sempat menganggur menunggu nasib menyapanya dikarenakan tidak bisa pergi
kemanapun lantaran ibunya yang sakit-sakitan di rumah.
Namun, nasib baik menyapanya dan ia diajak seorang petinggi untuk membuat dokumentasi
permainan anak tradisional setelah membaca artikel yang ditulisnya dalam sebuah majalah, dan
akhirnya ia sukses meluncurkan sebuah novel yang bertemakan tentang persahabatan.

Kutipan :

“.... Kurang ajar betul, Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu sebenarnya beliau
ingin langsung melabraknya mahar,. Air mukanya yang sabar menjadi meah. Beliau segera keluar
ruangan menenangkan dirinya...’’ (Dewe Lestari,2008: 259)

Syahdan (ceria)

Adalah anak nelayan yang ceria, namun syahdan dalam novel ini jarang menonjol. Kalau
ada apa-apa ia pasti yang tidak diperhatikan. Seperti ketika bermain sandiwara, syahdan hanya
kedapatan menjadi tukang kipas putri dan itupun masih banyak kekurangannya.

19
Syahdan merupakan saksi cinta pertama ikal, ia dan ikal ditugaskan untuk membeli kapur di
toko Sinar Harapan semenjak ikal jatuh cinta terhadap A Ling. Syahdan ternyata mempunyai cita-
cita yang tak pernah terbayang oleh teman-teman laskar pelangi lainnya yaitu menjadi Aktor.
Dengan kerja kerasnya akhirnya ia menjadi aktor sungguhan meski hanya mendapat peran
kecil seperti jin atau tuyul. Setelah syahdan bosan dengan dunia aktor, ia pergi dan kursus
komputer, Dan pada akhirnya ia sukses menjadi network designer.

Kutipan :
“....Sebaliknya aku semakin mencintai A Ling. Ia dengan bijak telah mengganti kehadirannya
dengan kehadiran Edensor yang mampu melipur laraku. A ling meninggalkan buku Herriot untukku
tentu karena sebuah alasan yang jelas... ‘’

‘’.... Sebaliknya, karena Edensor aku segera meras pulih jiwa dan raga. Edensor memberiku
alternatif guna memecah penghalang mental agar tak setres berkepanjangn karena terus-terusan
terpaku pada perasaan patah hati...’’ (Dewe Lestari,2008: 233)

“.... Hanya syahdan yang kiranya segera dapat mencerna keadaan, mengurangi kebuntuan,
memecah kebekuan. Ia berinisiatif mengambil kotak kapur itu. Bang Sad menarik tangannya seperti
seekor binatang melata yang masuk kembali ke dlam sarangnya. Syahdan mendekatiku yang berdiri
terpaku, wajahnya sendu...’’ (Dewe Lestari,2008: 222)

4.8 Gaya Bahasa atau Majas

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan atau menampilkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperihatkan jiwa dan kepribadian menulis.
4.8.1 Majas Pleonasme
Majas Pleonasme adalah majas yang mengungkapkan kata-kata atau keterangan penjelas
yang sesungguhnya sudah ada di depannya. Majas ini terdapat pada halaman 10, yaitu :
“...melepaskan belut yang licin, meloncati nasib, merebut pendidikan...” (Dewe Lestari,2008: 10)

4.8.2 Majas Personifikasi


Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa
seoalah-olah memiliki sifat seperti manusia. Majas ini terdapat pada halaman 24, yaitu :
“...Membelai hati kami dengan wawasan ilmu...”

20
“...tembok yang angkuh dan berkelok-kelok...” (Dewe Lestari,2008: 24)

4.8.3 Majas Asosiasi


Majas asosiasi adalah majas yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap sama. Majs ini ada
pada halaman 37, yaitu :
“...tak putus-putus seperti jalinan urat di punggung tangan...”
“... laksana seekor anjing yang ingin mengambil hati tuannya...” (Dewe Lestari,2008: 37)

4.8.4 Majas Hiperbola


Majas Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan. Majas
ini ada pada halaman 304, yaitu :
“...aku mengharu biru tatkala kesepian melayap mencekam dermaga jiwa...”
“...batinku nelangsa berdarah-darah tiada daya mana kala ia sirna terbang mencampak asmara...”
(Dewe Lestari,2008: 304)

5. ISI RESENSI
5.1 Keunggulan Buku

Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan
bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap
latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan
imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga
menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan, sehingga pembaca
selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain
daripada novel ini yaitu kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga
kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.

Kutipan :

“.... Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas.
Sebatang pohon tua yang riang meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku, memeluk pundakku
dengan kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk pada setiap orangtua dan anak-
anaknya yang duduk berderet-deret di bangku panjang lain di depan kami. Hari itu adalah hari
yang agak penting: hari pertama masuk SD...”( Andrea Hirata,2008:10)

21
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat di simpulkan bahwa.

Tema yang baik dalam cerita ini merupakan kelebihan pada novel ini karena membuat pembaca
yang membacanya terhanyut dalam kisah yang di ceritakan dalam novel ini karena novel ini di
menceritakan tentang Perjuangan anak miskin pedalaman atas masa depannya. Dan pada kutipan
di atas telah membuktikan bahwa tema tersebut sesuai dan sangat baik di dalam cerita novel ini.

Amanat dalam novel ini juga sangat menarik dan menginspirasi bagi kalangan remaja,dimana
kita harus bersemangat dalam mengerjakan sesuatu yang ingin kita raih dan novel ini juga
mengajarkan kita supaya harus jujur dengan perasaan kita sendiri .
Kutipan :

‘’.... Sementara di meja mahoni yang megah itu lintang diam seribu bahasa, kelelahan,
selayaknya ornag memikul seluruh beban pertaruhan nama baik. Aku tak henti-henti berkipas,
bukan kepanasan, tapi hatiku mendidih karena gentar. Tak pernah sekali pun sekolah kampung
menang dalam lomba ini, bahkan untuk diundang saja sudah merupakan kehormatan besar... ‘’
(Dewe Lestari,2008: 270-271)

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat di simpulkan bahwa.


Beberapa kutipan tersebut telah mengambarkan bahwa amanat yang di sampaikan pada pembaca
sangat menarik untuk pembaca yang sesuai dengan isi cerita. amanat yang disampaikan kepada
pembaca tentang bagaimana kita harus semangat dalam meraih apa yang kita inginkan dan kita
juga harus jujur dengan perasaan kita.

Sudut pandang dalam cerita ini juga bagus karena pengarang menggunakan sudut pandang orang
ketiga serba tahu.Penulis sebagai orang ketiga,karena tidak menyebut “aku”sebagai
tokoh,melainkan menyebut nama masing-masing tokoh dalam novel perahu kertas ini.

Kutipan :

“.... Silahkan ananda... Bu Mus meminta sekali lagi dengan sabar. Namun syaang A Kiong
hanya menjawabnya dengan kembali tersenyum. Ia berkali-kali meliirk bapaknya yang kelihatan
tak sabar. Aku dpat membaca pikirannya,...”

22
“.... Ayolah anakku, kuatkan hatimu, sebutkan namamu! Paling tidak sebutkan nama bapakmu
ini, sekali aja! Jangan bikin malu orang Hokian! Bapak Tionghoa berwajah ramah ini dikenal
sebagai orang Tionghoa kebun...’’ Dewe Lestari,2008: 27)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa,Penulis megetahui apa yang sedang dirasakan oleh
tokoh. Nampak jelas berdasarkan kutipan dimana pada kutipan penulis berperan sebagai orang
ketiga serba tahu.

5.2 Kelemahan Buku

Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan karena penulis dengan
cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan
karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang
cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang
bermutu.

6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kisah persahabatan Laskar Pelangi sangatlah cocok dibaca oleh kalangan anak muda karena
isi didalam novel Laskar Pelangi terdapat banyak sekali nilai moral dan sesuatu yang membutuhkan
perjuangan yang identik sekali dengan anak anak muda. Berawal dari pendaftaran di sekolah
Muhammadiyah. Sekolah yang sangat miskin dan bahkan tidak layak disebut sebagai sekolah
karena bangunannya yang hampir roboh. Sekolah terancam ditutup jika siswa yang mendaftar tidak
sampai sepuluh orang. Dengan harap-harap cemas Pak Harfan dan Ibu Mus selaku kepala sekolah
dan guru di SD tersebut terus memandangi jalan raya berharap ada siswa yang akan mendaftar lagi.
Mereka menunggu sampai pukul 11. Ketika waktu yang ditentukan akan berakhir pak Harfan
memulai pidatonya untuk menutup sekolah. Betapa kecewanya hati anak-anak yang baru akan
bersekolah tepi sekolah tersebut terancam ditutup. Untunglah ada Harun, anak terbelakang mental
ini diantarkan oleh Ibunya untuk bersekolah, daripada ia di rumah tapi selalu mengejar-ngejar anak
ayam ibunya. Harun adalah penyelamat bagi mereka semua yang ingin mengenyam dunia
pendidikan ditengah kemiskinan yang dihadapi.

23

Anda mungkin juga menyukai