Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANUSIA, MORALITAS, DAN


HUKUM

Disusun Oleh :
1. Abdul Munir

2. Ahmad Yuda

3. Andrie Solihin

4. Defrina Siregar

5. Padliyadi

Dosen Pengampu : Syafrida Hapni, S.Pd, M.s

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS PALUTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
“Manusia, Moralitas, dan Hukum”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga karya
ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Gunungtua, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia, Moralitas dan Hukum...................................................3
B. Proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum
dalam Kehidupan Manusia.............................................................................7
C. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam
Masyarakat dan Negara.................................................................................9
D. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan
Masyarakat Sebagai Wujud............................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................12

B. Saran ..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk moral.untuk menjadi makhluk social yang baik serta
bermoral tidak secara otomatis. Perlu suatu usaha yang di sebut pendidikan.
Pendidikan tidak hanya secara formal namun juga non formal. Mulai dari lahir hingga
dewasa manusia sudah menerima pendidikan. Pendidikan dari orang tuanya sendiri.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan ialah upaya untuk mengajukan
perkembangan budi pengerti (kekuatan batin), pikiran intelek, dan jasmani (slamet
sutrisno,1983, 26). Perkembangan seseorang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan
social budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang.
Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan
bahkan ketentangan antara satu dengan yang lain dalam bermasyarakat, maka
diperlukan adanya suatu aturan norma atau kaidah yang harus di patuhi setiap warga
masyarakat. Oleh sebab itu di Indonesia , kehidupan manusia dalam bermasyarakat di
atur oleh norma-norma agama, kesusilaan dan kaidah-kaidah lainnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini adalah :
1. Apa Pengertian Manusia, Moralitas dan Hukum ?
2. Bagaimana Proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan
Manusia ?
3. Apa saja Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara?
4. Bagaimana Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai
Wujud ?

1
C. Tujuan
Tujuan dari makalah Ini adalah Untuk Mengetahui :
5. Apa Pengertian Manusia, Moralitas dan Hukum ?
6. Bagaimana Proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan
Manusia ?
7. Apa saja Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara?
8. Bagaimana Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai
Wujud ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia, Moralitas dan Hukum
a. Manusia
1. Pengertian Manusia
Apabila berbicara tentang asal muasal manusia, orang segera teringat
dengan Charles Darwin pencetus teori evolusi kejadian manusia dalam
bukunya On The Origin Of Species. Menurut Charles Darwin, manusia berasal
dari kera hasil perkembangan evolusioner selama jutaan tahun. Namun, setelah
diuji secara ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia sangat berbeda dengan
monyet, baik dari segi fisiologis, anatomis, maupun biologis. Dengan kata
lain, manusia adalah manusia, monyet adalah monyet, manusia lain sama
sekali dengan monyet . Teori Charles Darwin tidak dapat diterima.
Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan
sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan
lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
2. Teori Eksistensialisme
Teori eksistensialisme memandang manusia itu secara konkret seperti
yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi manusia dalam
konteks kehidupan konkret adalah manusia makhluk alamiah yang terikat
dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah, dan tunduk
pada hukum alamiah pula.
Keterikatan dengan lingkungan itu tercermin pada kehidupan sosial dan
tingkah laku etisnya. Untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia harus berkerja
keras dan mencipta. Kerja keras dan ciptaan merupakan cermin kualitas dan
martabat manusia.
Kierkegaard menyatakan bahwa manusia mempunyai 3 taraf, yaitu
estetis, etis dan religius. Pada taraf kehidupan estetis, manusia mampu
menangkap dunia lingkungan sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan
dan mengungkapkannya kembali dalam karya lukisan, tarian dan nyanyian
yang indah.
3
Pada taraf kehidupan etis, manusia meningkatkan taraf kehidupan estetis
ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan
pertanggungjawaban pada taraf Sang Pencipta. Semakin dekat seseorang
dengan Tuhan, semakin sekat pula dia menuju kesempuranaan dan semakin
jauh dia dibebaskan dari rasa kekhawatiran.
b. Nilai
1. Pengertian Nilai
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia
nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan
bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas
dan berguna bagi manusia dan berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan
dan hal-hal lain yg bersifat batiniah sebagai pedoman manusia bertingkah
laku. Perumusan Pancasila sebagai ideologi terbuka terdapat dalam
pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 sesuai penegasan ideologi terbuka yang
terdiri dari nilai dasar dan nilai instrumental. Nilai dasar tidak dapat diubah
dan berubah betapapun pentingmya nilai dasar yg tercantum dalam
pembukaan UUD ‘45 itu sifatnya belum operasional. Karena nilai-nilai dasar
yang terkandung didalamnya memerlukan penjabaran lebih lanjut, maka
penjabaran itulah yang dinamakan Nilai Instrumental. Nilai instrumental tetap
mengacu pada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya.
2. Ciri – Ciri dan Macam – Macam nilai
Ciri-ciri Nilai
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia misalnya
kejujuran.
b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan cita-cita,
dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah
pendukung nilai.
Macam-macam Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a. Nilai logika adalah nilai benar atau salah.
4
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai naik buruk.
Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegitan atau aktivitas.
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian meliputi :
 Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
 Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure perasaan
(emotion) manusia.
2. Moralitas
a. Konsep Moral
Moral berasal dari kata bahasa Latin “mores” yang berarti adat
kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau
manners, morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa
Arab) atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib
hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata
moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara
etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat
umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan
Agama. Jadi, moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang
mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai
pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

5
b. Etika Moral / Kodrat Budaya
Ada 2 jenis hubungan dalam kehidupan manusia, yaitu hubungan
manusia dengam Tuhan Sang Pencipta dan hubungan sesama manusia dalam
bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan Sang Pencipta,
Tuhan adalah sebab dan manusia adalah akibat. Tuhan Maha Sempurna,
diturunkannya sifat sempurna itu kepada manusia yang diciptakannya, artinya
manusia dibekali dengan etika/moral yang mengandung sifat baik, benar, jujur
dan adil dalam bersikap dan berbuat terhadap manusia lain dalam hidup
bermasyarakat. Dalam hubungan antara sesama manusia, individu adalah
sebab dan sikap/perbuatan etis/moral terhadap orang lain adalah akibat.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikemukakan 2 jenis sumber
etika/moral. Kedua jenis sumber etika/moral tersebut adalah:
a) Tuhan Sang Pencipta, Yang menurunkan etika/moral kepada manusia
mahluk budaya ciptaan-Nya. Etika/Moral yang bersumber dari Tuhan Sang
Pencipta disebut etika/moral kodrat.
b) Manusia, Yang menurunkan etika/moral kepada kelompoknya dalam
bentuk kesepakatan (produk budaya) yang dipatuhi oleh semua individu
anggota kelompoknya (masyarakat). Etika /Moral yang bersumber dari
manusia (masyarakat) disebut etika/moral Budaya.
Etika/moral kodrat adalah kebiasaan berperilaku atau berbuat baik dan
benar bermanfaat bagi semua orang karena kodrat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Apa yang dilakukan diharapkan hasilnya
adalah nilai kebaikan, dan kebenaran, nilai kemanfaatan bagi diri sendiri dan
orang lain (masyarakat). Etika/moral kodrat bersifat asasi dan berlaku umum
(universal).
3. Hukum
a. Pengertian Hukum
Disamping adat istiadat tadi, ada kaidah yang mengatur kehidupan
manusia yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja dan mempunyai
sanksi yang jelas. Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan
masyarakat agar terjadi keserasian diantara wrga masyarakat dan system social
yang dibangun oleh suatu masyarakat.Pada masyarakat modern hukum dibuat
oleh lembaga – lembaga yang diberikan wewenang oleh rakyat. Keseluruhan
kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah mengatur masyarakat agar
6
mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh system social dan budaya yang
berlaku pada masyarakat tersebut.
Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat
tersebut.Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola
perilaku masyarakat tadi.Pola perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan
merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian diakui dan mungkin
diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan
dilaksanakan pada khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang
lain, dinamakan social organization.
b. Tujuan Hukum
Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat.Namun tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan
dengan ketentuan yang sedang berlaku. Banyak teori atau pendapat mengenai
tujuan hukum. Berikut teori-teori dari para ahli :
1. Prof. Subekti, SH : Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara
menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan
yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.
2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn : Tujuan hukum adalah mengatur
hubungan antara sesama manusia secara damai. Hukum menghendaki
perdamaian antara sesama. Dengan menimbang kepentingan yang
bertentangan secara teliti dan seimbang.
3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia
kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.
4. Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai alat
merekayasa masyarakat (law is tool of social engineering).
5. Muchtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok dan utama dari
hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat
pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur.

B. Proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia


Dengan semakin banyaknya permasalahan-permasalahan sosial dewasa ini, yang
banyak diwarnai dengan masalah pertumbuhan penduduk yang demikian cepat,
7
revolusi industri, perkembangan tekhnologi serta modernisasi, secara tidak langsung
telah menimbulkan suatu tatanan baru atau gambaran sosial yang baru di dalam
masyarakat saat ini. Perkembangan yang demikian ini membawa serta peranan dan
pengaturan melalui berbagai bidang, umumnya di bidang moralitas dan di bidang
hukum secara khusus.
Permasalahan-permasalahan sosial selalu ada dalam suatu masyarakat ataupun
negara. Bahkan sejak jaman dahulu sampai jaman sekarang permasalahan-
permasalahan sosial itu akan tetap selalu ada di dalam masyarakat dan negara. Untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan sosial tersebut dibutuhkanlah yang dinamakan
dengan moralitas dan hukum, baik moralitas dan hukum dalam artian masing-masing
maupun moralitas dan hukum sebagai satu kesatuan.
Dalam artian moralitas dan hukum sebagai satu kesatuan maka di kenal suatu
istilah yang dinamakan Hukum Moral. Hukum moral ini berbeda dengan hukum-
hukum yang lainnya. Umumnya, hukum moral dimengerti sebagai “tatanan pengarah”
kegiatan manusia untuk mencapai tujuan yaitu ketertiban dan keadilan. Hukum moral
sendiri meliputi rangkaian aturan permanen, seperti kewajiban menghormati kontrak
antar pribadi (kontrak sosial), peraturan hidup, larangan untuk melakukan tindakan
yang merugikan orang-orang lain.
Terdapat 5 (lima) fungsi perumusan hukum moral antara lain : Pertama,
mewariskan himpunan kebijakan dari jaman dulu kepada generasi sekarang dan yang
akan datang. Sebagai individu dan makhluk sosial, manusia selalu
mempertimbangkan dampak tindakan yang diperbuatnya. Kedua, Mengusahakan
keamanan secara psikologis dan sosial.
Secara sosial, hukum ini membantu tatanan hidup masyarakat untuk
menghadapi kekuatan-kekuatan “khaotik” dan “anarkis”. Ketiga, membantu manusia
dalam pengambilan keputusan dan mencegah terjadinya “paralisis moral”. Keempat,
membantu manusia untuk mengenal kekurangan-kekurangan dan kegagalan-
kegagalan sehingga manusia dapat memperbaiki diri. Kelima, Membagikan
pengalaman supaya bisa tercipta tingkah laku personal dan sosial. Hukum moral ada
untuk melayani cinta kasih dan berada di bawah cinta kasih dan membantu untuk
menuntun manusia menuju kebaikan secara otentik.
Supaya hubungan manusia dalam masyarakat dan negara terlaksana sebagaimana
yang diharapkan, maka diciptakanlah norma-norma yang bersumber pada nilai-nilai
dan moral masyarakat melalui tahapan sebagai berikut, (1). Cara (usage) yaitu
8
menunjuk pada suatu kegiatan. (2). Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama. (3). Tata kelakuan (mores) yaitu kebiasaan
yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima norma-norma pengatur. (4).
Adat istiadat (custom) yaitu tata kelakuan yang kekal seta kuat integrasinya dengan
pola-pola masyarakat, disertai dengan sanksi tertentu.

C. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara


a. Compliance
Diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu
imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang
mungkin dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum, baik hukum
formal/ positif ataupun hukum berdasarkan normas-norma masyarakat (sanksi
sosial). Kepatuhan ini sama sekali tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada
tujuan kaidah hukum yang bersangkutan, dan lebih didasarkan pada
pengendalian dari pemegang kekuasaan. Sebagai akibatnya, kepatuhan hukum
akan ada apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaidah-
kaidah hukum tersebut.
b. Identification
Terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah-kaidah hukum ada bukan karena
nilai instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok serta hubungan baik
dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum
tersebut tetap terjaga. Daya tarik untuk patuh adalah keuntungan yang diperoleh
dari hubungan-hubungan tersebut, sehingga kepatuhan pun tergantung pada
baik-buruknya interaksi tadi. Walaupun seseorang tidak menyukai penegak
hukum akan tetapi proses identifikasi terhadapnya berjalan terus dan mulai
berkembang perasaan-perasaan positif terhadapnya. Hal ini disebabkan, oleh
karena orang yang bersangkutan berusaha untuk mengatasi perasaan-perasaan
kekhawatirannya terhadap kekecewaan tertentu, dengan jalan menguasai obyek
frustasi tersebut dengan mengadakan identifikasi. Penderitaan yang ada sebagai
akibat pertentangan nilai-nilai diatasinya dengan menerima nilai-nilai penegak
hukum.
c. Internalization.
Pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah-kaidah hukum dikarenakan secara
intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah-kaidah tersebut adalah
9
sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan atau oleh karena dia
mengubah nilai-nilai yang semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah
suatu konformitas yang didasarkan pada motivasi secara intrinsik. Titik sentral
dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari
kaidah-kaidah yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya
terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya.
d. Society Interest.
Maksudnya ialah kepentingan-kepentingan para warga masyarakat terjamin
oleh wadah hukum yang ada.Kesadaran hukum berkaiatan dengan nilai-nilai
yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dengan demikian
masyarakat menaati hukum bukan karena paksaan, melainkan karena hukum itu
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
Dalam hal ini telah terjadi internalisasi hukum dalam masyarakat yang
diartikan bahwa kaidah-kaidah hukum tersebut telah meresap dalam diri
masyarakat.Terdapat 4 (empat) indikator kesadaaran hukum, yang masing-
masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu :
1. Pengetahuan Hukum.
2. Pemahaman Hukum.
3. Sikap Hukum.
4. Pola Perilaku Hukum.

D. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Wujud


Disepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial, yaitu mahluk yang selalu
berintraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dalam konteks hubungan
sesama seperti itulah perlu adanya keteraturan sehinga setiap individu dapat
berhubungan secara harmonis dengan individu lain disekitarnya,untuk terciptanya
keteraturan tersebut diperlukan aturan yang disebut oleh kita hukum. Hukum dalam
masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin
menggambarkan hidupnya manusia tampa atau diluar masyarakat. Maka, manusia,
masyarakat dan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat dipisahkan, sehingga
pameo “ Ubi Societas Ibi Ius “ (dimana ada masyarakat disana ada hukum adalah
tepat)
Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda,ada juga yang menyatakan
kegunaan, ada yang menyatakan kepastian hukum, dll. Akan tetapi dalam kaitan
10
dengan masyarakat, tujuan hukum yang utama dapat direduksi untuk ketertiban
(order), merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat manusia
dalam segala bentuknya
Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini, diperlukan adanya kepastian
dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikianlah penjelasan mengenai manusia,moral dan hukum, dari semua itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia merupakan makluk yang sempurna yang di
beri anugrah oleh tuhan berupa kemampuan untuk berpikir dan akal untuk
menentukan seseuatu baik atau tidak baik bagi mereka.
Selain itu manusia juga harus menjalin hubungan baik dengan dua hal. Hubungan
tersebut adalah hubungan dengan TuhanNya dan hubungan dengan manusia lainya,hal
ini yang menyebabkan manusia disebut makhluk sosial.
Karena untuk menjalin hubungan yang baik setiap manusia harus memiliki nilai-nilai
yang dijadikan landasan untuk bertindak, serta moral yang baik agar tujuan hubungan
yang harmonis juga tercapai.
Selain nilai dan moral, manusia harus menaati peraturan yang berlaku atau yang
biasa kita sebut dengan hukum. Tujuanya agar semua berjalan sesuai dengan aturan
dan tidak menyalahi hak manusia lainnya. Manusia yang tidak bisa menyeimbangkan
ketiga hal ini baik nilai,moral dan hukum berarti belum bisa menobatkan dirinya
sebagai manusia yang baik bagi dirinya atau orang lain.
.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khusus pada penulis.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku ISBD Baru Oleh Dr.H Misno A Lathief, Mpd


A.Lathief,Misno.,Wardhana,Tito Kusuma & Eriyanti,Linda Dwi.(2006).Buku Ajar
Mahasiswa Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jember.
Ghaffa. “Moralitas dan Norma Masyarakat dan Negara”.24 Juni 2014.http://tugas
isbd-ghaffa.blogspot.co.id/2011/06/moralitas-dan-norma-masyarakat-dan.html.

13

Anda mungkin juga menyukai