685-Article Text-1820-1-10-20210201 Gedung Pertunjukan - Compressed
685-Article Text-1820-1-10-20210201 Gedung Pertunjukan - Compressed
685-Article Text-1820-1-10-20210201 Gedung Pertunjukan - Compressed
I
2020
ISSN cetak 2089-8916 – ISSN online 0000-0000
Rudi Hartono
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
rudihartono4497@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan Teater di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarbaru terus berkembang pesat. Hal ini
tidak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana yang membuat aktivitas teater di
Kalimantan Selatan cenderung tidak berkembang dengan baik. Sehingga pada tahun 2019, Provinsi
Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) bersama Taman Budaya Banjarmasin akan merencanakan
pembangunan Gedung Pertunjukan Taman Budaya Baru yang berlokasi di kawasan Kantor Gubernur
Kalimantan Selatan. Mereka menghendaki sebuah Gedung Pertunjukan Teater dengan sistem
pencahayaan yang memadai serta ruang penunjang yang fungsional dan akses terarah. Selain itu,
mereka menghendaki agar Gedung Pertunjukan di Area Taman Budaya Banjarbaru bisa menjadi
Landmark Kota Banjarbaru dengan nuansa Arsitektur Kalimantan Selatan. Oleh karena itu metode yang
cocok dipilih adalah Metode Arsitektur Ikonik dimana dapat diwujudkan dengan 3 prinsip desain
berdasarkan tinjauan konsep, yakni: (a) Elemen Tradisional (traditional element), (b) Elemen Berulang
(continuous rhythm), dan (c) Elemen Fungsional (functional element). Ketiga elemen ini diwujudkan
dengan menganalisis sudut pandang, sirkulasi, material, warna dan tekstur pada interior dan eksterior
agar menghasilkan desain Gedung Pertunjukan yang baik sesuai kebutuhan klien.
Kata Kunci: Gedung Pertunjukan Teater, Taman Budaya, Arsitektur Ikonik, Banjarbaru
ABSTRACT
The development of the Theater in South Kalimantan, especially Banjarbaru continues to grow rapidly.
This is not appropriate with the lack of existing facilities and infrastructure makes theatre activities in
South Kalimantan not well developed. Therefore in 2019, South Kalimantan Provincial Government
together with Banjarmasin Cultural Park will plan the construction of Theatre Performance Building in a
New Cultural Park Area which is located in the Governor’s Office Area of South Kalimantan. They want
Theater Performance Building with an adequate lighting system and functional support space with
directional access. Beside that, they want this Performance Building to become a Landmark in Banjarbaru
City with the nuance of South Kalimantan Architecture. Therefore, the suitable method chosen is the
Iconic Architectural Method which can be realized with 3 design principles based on a concept review,
there are: (a) Traditional Elements, (b) Continuous Rhythm, and (c) Functional Elements. These three
elements are realized by analyzing the point of view, circulation, material, color and texture of the interior
and exterior in order to produce a good performance building design according to the client's needs.
Keywords: Theater Performance Building, Cultural Park, Iconic Architecture, Banjarbaru
86
kampus di Kota Banjarbaru dan
PENDAHULUAN
Banjarmasin. Hal ini membuktikan bahwa
Pada tahun 2019, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi
Kalsel (Pemprov Kalsel) bersama Taman seniman di bidang teater yang cukup besar.
Budaya Banjarmasin akan merencanakan Terdapat 25 Komunitas Teater Kampus yang
Gedung Pertunjukan Teater Taman Budaya tergabung dalam FKPSK dan tersebar di
yang merupakan bagian dari perencanaan berbagai Prodi Universitas di Banjarbaru dan
Masterplan Komplek Pemprov Kalsel di Banjarmasin.
Banjarbaru dengan Sumber Dana dari
Kegiatan Pertunjukan di Kalimantan
APBD Provinsi Kalsel. Gedung Pertunjukan
Selatan seringkali diselenggarakan pada
ini diharapkan dapat memfasilitasi berbagai
suatu tempat yakni di Gedung Balairung
macam pertunjukan khususnya teater yang
Sari, akan tetapi kondisi gedung ini banyak
terkoneksi dengan taman budaya baru
memiliki kekurangan dan belum bisa
sebagai pusat informasi budaya di
dikatakan sebagai gedung pertunjukan yang
Kalimantan Selatan. Bangunan ini
baik baik dari segi akustik, pencahayaan,
kedepannya akan berada di bawah
penghawaan maupun kapasitasnya. Sistem
tanggung jawab UPTD Taman Budaya
akustik pada Gedung Pertunjukan ini kurang
Kalsel dalam pengelolaannya.
memadai sehingga suara dari dalam masih
Penduduk Kalimantan Selatan memiliki terdengar keluar gedung. Selain itu sistem
apresiasi yang tinggi terhadap seni penghawaannya pun kurang merata
pertunjukan, terbukti dari kegiatan seni sehingga banyak penonton yang merasa
pertunjukan di Balairung sari yang tidak kurang nyaman saat menonton pertunjukan.
pernah sepi pengunjung. Frekuensi Jalur akses penonton pun kurang jelas dan
Pertunjukan yang diselenggarakan di tidak sesuai standar. Akses loading barang
gedung ini terbilang cukup sering yakni 3-4 pun terkendala, karena pintu yang kurang
kali dalam sebulan bahkan lebih. Selain itu besar, dan terkendala kesediaan alat untuk
banyak pula pertunjukan teater yang hanya memindahkan barang berat dan besar.
diselenggarakan di aula yang sangat tidak Selain itu Kapasitas Gedung Pertunjukan ini
memenuhi standar sebuah pertunjukan. hanya menampung 300 orang, hal itu sangat
Alhasil penonton pun merasa kurang tidak sesuai dengan jumlah peminat seni
nyaman saat menonton pertunjukan. pertunjukan yang ada di Kalimantan Selatan.
Minimnya sarana dan prasarana yang ada
Dari hasil wawancara pada tanggal 13
membuat aktivitas teater di Kalimantan
Maret 2019 dengan Ibu Suharyanti selaku
Selatan cenderung tidak berkembang
Kepala Taman Budaya Banjarmasin, dapat
dengan baik. Hal ini tidaklah wajar
diambil kesimpulan bahwa Gedung
mengingat minat dan perkembangan teater
Pertunjukan yang dikehendaki oleh klien
di Banjarbaru yang terus berkembang pesat.
adalah Gedung pertunjukan yang sesuai
Kalimantan Selatan sendiri memiliki standar dan bisa menggambarkan adegan
potensi seniman teater dan peminat teater nyata dalam sebuah stage sesuai keinginan
dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini penggarap. Pemprov Kalsel menghendaki
terbukti dengan adanya sebuah Gedung Pertunjukan Teater
komunitas-komunitas teater yang meliputi berkapasitas 900-1200 orang dengan sistem
komunitas teater yang didominasi oleh anak pencahayaan yang memadai serta ruang
sekolah dan mahasiswa. Terdapat pula penunjang yang fungsional dan akses
Forum Komunitas Pekerja Seni Kampus terarah. Selain itu, Pemprov Kalsel
(FKPSK) yang merupakan perkumpulan dari menghendaki agar Gedung Pertunjukan di
berbagai lembaga seni yang ada di berbagai area Taman Budaya Baru bisa menjadi
87
Landmark Kota Banjarbaru dengan bentuk tempuh bunyi. Hal ini dapat disiasati dengan
ornamen, dan material yang bernuansa penambahan balkon sehingga penonton
Arsitektur Kalimantan Selatan. Target tetap dapat menyaksikan pertunjukan
Penampil di Gedung Pertunjukan ini yakni dengan jelas (Doelle, 1990: 54).
dari kalangan amatir sampai profesional.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Persyaratan Gedung
Pertunjukan
a. Standar Tempat Duduk
Menurut Mills (1976:32) standar
tempat duduk auditorium gedung Gambar 2 Proporsi Ruang Penonton
pertunjukan berdasarkan kapasitasnya Sumber: Doelle, 1990: 54
terbagi menjadi 4 yakni seperti pada tabel ● Jarak maksimal untuk melihat
berikut: perubahan ekspresi wajah dengan baik
Tabel 1 Standar Tempat Duduk Auditorium adalah 30 meter dari ujung belakang
KAPASITAS JUMLAH TEMPAT panggung ke baris tempat duduk
DUDUK terakhir.
Very Large 1500 atau lebih tempat ● Sudut pandang yang baik, dimana
duduk mudah menggerakan mata tanpa
Large 900-1500 tempat duduk gerakan kepala adalah sekitar 30°.
Medium 500-900 tempat duduk ● Sudut pandang yang baik, dimana
Small kurang dari 500 tempat mudah menggerakan mata dan sedikit
duduk menggerakan kepala adalah sekitar 60°
Sumber: Mills, 1976: 32 ● Maksimal sudut pandang tanpa gerakan
kepala kira-kira 110°. Artinya pada
Sedangkan untuk ukuran auditorium bidang ini orang bisa menangkap hampir
ditentukan oleh jumlah penonton, sehingga semua jalannya peristiwa
didapat luar area auditorium yang c. Memperhatikan Sightline dan
diperlukan dengan perhitungan standar ≥ 0 Kemiringan Lantai
5 m2/penonton.
Sightline dirancang sebaik mungkin untuk
kenyamanan penonton dari segi visual dan
pendengaran. Berikut beberapa aspek
sightline sebagai berikut:
● P adalah titik acuan terbawah sudut
pandang penonton agar dapat melihat
pertunjukan dengan jelas. Untuk opera,
musik dan drama, titik P berada
Gambar 1 Ukuran Ruang Penonton maksimal 600 mm di atas panggung.
Sumber: Neufert, 2002: 138
● HD adalah jarak horizontal antara mata
b. Proporsi Ruang Penonton penonton ke penonton lain dalam satu
baris dengan ukuran antara 760 sampai
Desain auditorium gedung pertunjukan
harus dibuat sedekat mungkin dengan 1,150 mm.
sumber bunyi dengan mengurangi jarak ● EH adalah tinggi rata-rata mata saat
penonton duduk di kursi yaitu 1.120 mm.
88
● E adalah jarak antara kepala ke pusat Gambar 4 Sirkulasi Ruang Penonton
mata, dengan dimensi minimal 125 mm Sumber: Neufert, 2002: 138
agar pandangan tidak terhalang oleh Spasi antar baris (clearway) merupakan
kepala orang di barisan depan. jarak antara bagian depan kursi di belakang
● D adalah jarak dari titik P ke mata dengan sandaran kursi yang ada di
penonton di barisan paling depan. depannya yang berjarak antara 400-500
Apabila baris pertama semakin dekat mm. Clearway ini harus diperhatikan agar
dengan panggung, maka jarak D akan penonton nyaman baik saat mencapai
semakin curam tempat duduk maupun saat menonton
pertunjukan.
89
dari panggung adalah dengan menyediakan
pemantul di atas bagian depan auditorium
agar bunyi secara langsung terdengar ke
tempat duduk paling belakang
Jadi dapat disimpulkan bahwa lapisan
pemantul bunyi yang paling tepat yakni bisa
diterapkan pada plafon dan dinding
auditorium.
Gambar 8 Pemantulan Suara pada Plafon Datar
Sehingga perlu ditempatkan banyak Sumber: Doelle, 1990:57
pemantul suara dengan cara digantung
ataupun ditempelkan seperti pada gambar
dibawah ini: Bentuk plafond yang datar seperti
gambar di atas sangat tidak dianjurkan
karena mengakibat-kan plafon tidak
berfungsi sebagai pemantul bunyi sehingga
bunyi yang diterima penonton paling
belakang menjadi sangat lemah
90
2. Adanya Sistem Pencahayaan Area
Panggung
Pencahayaan merupakan bagian yang
cukup penting dalam teater. Untuk
mengekspresikan sebuah pertunjukan,
diperlukan teknik pencahayaan yang
Gambar 10 Ukuran Ruang Penonton berbeda pada setiap adegannya. Fungsi
Sumber: Doelle, 1990: 57
utama dari tata cahaya ini adalah agar dapat
Gambar di atas menjelaskan bahwa memastikan bahwa tidak ada bayangan
area sumbu longitudinal yang merupakan yang mengganggu saat pertunjukan
posisi melihat dan mendengar terbaik berlangsung (Santosa Eko, 2008: 331). Oleh
berada pada sudut 45o dari sumber bunyi. karena itu diperlukan studi tentang posisi
Oleh karena itu, area ini harus diefektifkan dan jenis lampu yang berada di area
untuk meletakkan tempat duduk. Selain itu, panggung pertunjukan. berikut analisisnya:
hindari perletakan lorong sirkulasi di area ini.
B. Tinjauan Sistem Pencahayaan
1. Adanya Sistem Pencahayaan Area
Auditorium
Fungsi sistem pencahayaan dalam seni
pertunjukan bukan hanya sebagai
penerangan dalam ruangan saja, tetapi juga
sebagai estetika dan penambah rasa dalam
setiap gerakan yang dilakukan pemain. Gambar 11 Posisi Pencahayaan Panggung
Secara umum, tata cahaya yang ada dan Sumber: Santosa, 2008: 331
bisa diterapkan pada Gedung Pertunjukan ● Key Light
Teater Taman Budaya ini adalah:
Key Light yakni pencahayaan paling
Tabel 2 Jenis Lampu pada Area Auditorium utama dan dominan yang langsung
POSISI KETERANGAN diarahkan ke objek atau pemain.
Pencahayaan ini ● Fill Light
diperlukan untuk
Fill Light yakni pencahayaan pengisi,
keperluan pencahayaan
fungsinya untuk menghilangkan bayangan
langsung dan dapat
objek yang disebabkan oleh key light
Led dinyalakan saat sebelum
Auditorium memulai dan setelah
selesai pertunjukan. ● Front Light
Pencahayaan ini
sangat penting agar jalur Cahaya dari depan pentas yang
sirkulasi dan area tempat berfungsi untuk membuat wajah pemain
duduk terlihat jelas. Selain dapat terlihat dengan jelas dari arah
itu pencahayaan ini pun penonton.
Lampu Led
pada Tangga dapat dijadikan sebagai ● Overhead
jalur evakuasi jika terjadi
Cahaya yang bersumber dari atas
kebakaran.
kepala pemain. Fungsinya yakni untuk
Sumber: Analisis Penulis, 2020
mencahayai panggung dari atas.
91
● Side Light Pertunjukan Teater yang dapat menjadi Icon
Kota Banjarbaru.
Cahaya yang bersumber dari samping
kiri dan kanan panggung. Tujuannya agar Berdasarkan latar belakang metode
tidak ada bayangan yang mengganggu saat yang dipaparkan sebelumnya dapat diambil
objek bergerak. kesimpulan bahwa pendekatan arsitektur
ikonik adalah suatu metode 'baru' desain
● Back Light
dalam hal penciptaan bentuk dengan cara
Cahaya yang bersumber dari belakang mengacu (meniru) bentukan yang telah ada
pemain yang dapat membuat ilusi sebelumnya yang dianggap ideal dan perlu
seakan-akan pemain tidak menempel pada dipertahankan. Dimana perancangan ini
backdrop karena bagian atas pemain lebih diharapkan dapat mewujudkan desain
terang dibanding yang lain. bangunan yang dapat menjadi Ikon
(penanda) Kota Banjarbaru dan Provinsi
Kalimantan Selatan.
METODE PERANCANGAN Berdasarkan pemahaman dari berbagai
A. Metode Penyelesaian Masalah sumber pada tinjauan pustaka, dapat
disimpulkan bahwa prinsip desain Arsitektur
Metode yang akan digunakan dalam
Ikonik, yakni:
menyelesaikan permasalahan pada Gedung
Pertunjukan Teater Taman Budaya ini
adalah sebuah metode yang dapat
memunculkan citra dari kebudayaan
Kalimantan Selatan pada bangunan.
Sehingga metode yang paling tepat dipilih
adalah Metode Arsitektur Ikonik. Icon dalam
Kamus Inggris-Indonesia berarti suatu tanda
atau penanda, maka Iconic dapat diartikan
sesuatu yang mempunyai tanda, atau objek Gambar 12 Metode Arsitektur Ikonik
yang menjadi penanda di suatu daerah. Sumber: Analisis Penulis, 2020
92
BA
LK
ON
AT
AS
LA
NT
AI
Tempat duduk penonton TR
dimaksimal-kan berada pada area IB
longitudinal dengan menarik sudut UN
Untuk memperoleh pandangan yang
30 derajat dari belakang panggung.
baik area penonton di tribun bawah
Area sirkulasi dan kelengkungan
dibuat dengan perbedaan ketinggian
tempat duduk disesuaikan.
25 cm, sedangkan untuk balkon dibuat
dengan perbedaan ketinggian 50 cm
agar penonton tetap nyaman secara
visual
93
BE
NT
UK
PL
AF
ON
Plafon dibuat berundak dengan
menggunakan material reflektor
(pemantul suara) yang terbuat dari
alumunium. Hal ini agar suara dapat
sampai ke penonton yang paling
belakang
Sumber: Analisis Penulis, 2020 berdasarkan
Appleton, 2008
b. Konsep Sirkulasi Gambar 15 Denah Lantai 1
Sumber: Analisis Penulis, 2020
94
Gambar 22 Tampak Samping Kiri
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Gambar 18 Potongan B-B
Sumber: Analisis Penulis, 2020 2. Penerapan Konsep pada Interior
a. Konsep Interior Auditorium
95
literatur minimal harus ada kursi dimulai dari depan tengah sebelah kiri,
dan meja dengan lampu rias di menuju parkiran motor lalu keluar dari
setiap cermin, agar kontur wajah sebelah kiri site. Sedangkan akses sirkulasi
dan warna terlihat jelas saat merias mobil dimulai dari depan tengah, menuju
pemain. parkiran motor lalu keluar ke jalur exit di
samping gerbang keluar mobil pemain
R.
KO ● Jalur masuk Pemain, Loading Dock
ST Area Parkir Pemain dan Staff, Bis, dan
UM Loading dock diletakkan di area belakang.
Akses sirkulasinya dimulai dari depan
sebelah kiri, ke parkiran, melingkar
Di dalam Ruang Kostum ini mengelilingi bangunan, lalu keluar melalui
terdapat rak multifungsi yang bisa depan kanan site.
digunakan untuk duduk, menyimpan b. Konsep Bentuk Fasad
kostum sekaligus bercermin.
Terdapat pula gantungan baju yang
tersedia di tengah ruangan agar
memudahkan pemain untuk berganti
pakaian
Sumber: Analisis Penulis, 2020 berdasarkan
Appleton, 2008
3. Penerapan Konsep pada Eksterior
a. Konsep Tapak
Gambar 25 Konsep Fasad
Sumber: Analisis Penulis, 2020
c. Perspektif Eksterior
96
dianggap ideal dan perlu dipertahankan
serta memodifikasi bentuk menjadi lebih
atraktif dan menarik. Untuk mewujudkan
prinsip tersebut maka ada beberapa aspek
yang dapat menjadi acuan desain Gedung
Pertunjukan Teater Taman Budaya, yakni:
a. Elemen Tradisional (traditional element)
b. Elemen Berulang (continuous rhythm)
Gambar 27 Perspektif Mata Burung c. Elemen Fungsional (functional element)
Sumber: Analisis Penulis, 2020
KESIMPULAN
Pada tahun 2019, Pemerintah Provinsi
Kalsel, bersama Taman Budaya
Banjarmasin akan merencanakan
pembangunan Gedung Pertunjukan Taman
Budaya Baru yang berlokasi di Kawasan
Perkantoran Gubernur Kalimantan Selatan.
Gedung Pertunjukan ini diharapkan dapat
memfasilitasi berbagai macam pertunjukan
Gambar 28 Prinsip Metode Arsitektur Ikonik
khususnya teater yang terkoneksi dengan Sumber: Analisis Penulis, 2020
taman budaya baru sebagai pusat informasi
budaya di Kalimantan Selatan.
Pemprov Kalsel menghendaki sebuah DAFTAR PUSTAKA
Gedung Pertunjukan Teater berkapasitas Appleton, Ian. 2008. Building for the
900-1200 orang dengan sistem Performing Arts. London: The Press Ltd.
pencahayaan yang memadai serta ruang
penunjang yang fungsional dan akses Doelle, Leslie E. 1990. Akustik Lingkungan.
terarah. Selain itu, Pemprov Kalsel Jakarta: Erlangga
menghendaki agar Gedung Pertunjukan di Mills, Association of British Theatre
area Taman Budaya Baru bisa menjadi Technicians. 1972. Theatre Planning.
Landmark Kota Banjarbaru dengan bentuk London: The Architectural Press Ltd.
ornamen, dan material yang bernuansa
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid II
Arsitektur Kalimantan Selatan.
Edisi 33. Jakarta: Erlangga
Metode yang dipilih untuk mewujudkan
Gedung Pertunjukan Taman Budaya Santosa, Eko. 2008. Seni Teater Jilid 2.
sebagai Landmark Kota yang bernuansa Jakarta. Direktorat Pembinaan SMK
Kalimantan Selatan adalah Arsitektur Ikonik. Strong Judith. 2010. Theatre Building a
Prinsip Arsitektur Ikonik merupakan Design Guide
arsitektur yang meniru (mengacu) bentukan
yang ada sebelumnya (tradisi) kemudian
97