Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL DALAM


POLITIK

Interaksi sosial dalam bidang politik antara


lain adanya kerja sama antar pelaku politik dalam
mewujudkan tujuan besama. Selain itu, interaksi
sosial dalam bidang politik dapat juga persaingan
antar individu atau antar kelompok dalam mencapai
sesuatu. Contohnya, persaingan partai politik dalam
meraih suara. Interaksi sosial dalam politik
mencakup berbagai bentuk komunikasi, negosiasi,
konflik, kerjasama, dan pengaruh yang terjadi antara
aktor-aktor politik.

Pentingnya interaksi sosial dalam politik


terletak pada kemampuannya untuk membentuk
opini publik, membentuk kebijakan, dan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan
politik. Interaksi sosial politik melibatkan
komunikasi antara pemimpin politik dan pemilih,
antara partai politik dan kelompok kepentingan,
antara negara dan masyarakat, dan antara negara
dengan negara lainnya.

Interaksi sosial dalam politik juga mencakup


proses pembentukan koalisi politik, negosiasi
kebijakan, dan pengaruh kelompok kepentingan
terhadap proses pengambilan keputusan politik.
Aktor politik berinteraksi satu sama lain dengan
menggunakan berbagai strategi seperti retorika,
diplomasi, negosiasi, kampanye politik,
demonstrasi, atau bahkan konflik fisik.

Selain itu, interaksi sosial dalam politik juga


dapat mencakup pembentukan gerakan sosial,
diskusi publik, dan partisipasi politik masyarakat
dalam proses demokratisasi. Melalui interaksi
sosial, individu dan kelompok dapat mempengaruhi
perubahan politik, mendorong reformasi,
memperjuangkan hak-hak mereka, dan
mengartikulasikan aspirasi mereka kepada pihak
berwenang.
Secara keseluruhan, interaksi sosial dalam
politik melibatkan hubungan antara individu,
kelompok, dan institusi dalam konteks politik yang
melibatkan komunikasi, pengaruh, konflik, dan
kerjasama. Interaksi sosial politik merupakan
elemen penting dalam membentuk dinamika politik
dan mempengaruhi pembentukan kebijakan serta
proses pengambilan keputusan politik.

II.1 Konsep Interaksi Sosial

Interaksi sosial mengacu pada cara individu


berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain
dalam masyarakat. Ini melibatkan pertukaran
informasi, emosi, dan perilaku antara individu atau
kelompok orang. Konsep interaksi sosial sangat
penting dalam memahami dinamika sosial,
pembentukan hubungan, dan kehidupan sehari-hari
kita.
Berikut ini adalah beberapa sub-bagian yang dapat
membantu memahami konsep interaksi sosial:

A) Komunikasi: Komunikasi adalah salah satu aspek


penting dalam interaksi sosial. Melalui komunikasi,
kita dapat berbagi informasi, ekspresi, gagasan,
perasaan, dan kebutuhan dengan orang lain.
Komunikasi yang efektif memungkinkan kita untuk
memahami dan dipahami oleh orang lain,
membangun hubungan yang kuat, dan mengatasi
konflik yang mungkin timbul.

Berikut adalah beberapa prinsip dan elemen penting


dalam komunikasi dalam interaksi sosial:

1. Keterbukaan dan kejujuran: Penting untuk


menjadi terbuka dan jujur dalam komunikasi dengan
orang lain. Berbagi informasi secara jujur dan
transparan memungkinkan orang lain untuk
memahami Anda dengan lebih baik dan membangun
kepercayaan.
2. Mendengarkan aktif: Mendengarkan dengan
penuh perhatian adalah keterampilan yang penting
dalam komunikasi. Ini melibatkan memberikan
perhatian penuh pada apa yang dikatakan oleh orang
lain, menghargai pandangan mereka, dan
menunjukkan minat yang sebenarnya. Jangan hanya
menunggu giliran Anda untuk berbicara, tetapi
benar-benar dengarkan apa yang dikatakan orang
lain.

3. Bahasa tubuh: Ekspresi wajah, gerakan


tubuh, dan bahasa tubuh lainnya dapat memberikan
banyak informasi tambahan dalam komunikasi.
Misalnya, kontak mata yang kuat menunjukkan
ketertarikan dan perhatian, sedangkan sikap tubuh
yang tertutup atau jauh dapat menunjukkan
ketidaknyamanan atau ketidaksepakatan.

4. Kepahaman emosi: Penting untuk


memahami dan menghargai emosi orang lain dalam
komunikasi. Mengakui dan mengungkapkan emosi
dengan empati dapat membantu membangun
hubungan yang lebih baik dan memperkuat ikatan
sosial.

5. Klaritas dan kejelasan: Penting untuk


menyampaikan pesan dengan jelas dan terstruktur
agar orang lain dapat memahaminya dengan benar.
Hindari penggunaan bahasa yang ambigu atau rumit
yang dapat menyebabkan kebingungan.

6. Menghargai perbedaan: Setiap individu


memiliki latar belakang, keyakinan, dan perspektif
yang berbeda. Penting untuk menghargai perbedaan
ini dan membuka diri untuk mendengar pandangan
orang lain. Menghindari sikap defensif atau
menghakimi dapat menciptakan lingkungan yang
lebih inklusif untuk komunikasi.

7. Penggunaan teknologi dengan bijak: Dalam


era digital, komunikasi sering kali melibatkan
penggunaan teknologi seperti pesan teks, email, atau
media sosial. Penting untuk menggunakan teknologi
ini dengan bijak dan mempertimbangkan implikasi
sosialnya. Misalnya, berhati-hati dengan
penggunaan emotikon atau frasa yang dapat
disalahpahami dalam komunikasi tertulis.

Selain prinsip-prinsip ini, komunikasi yang baik


juga melibatkan kesabaran, kemampuan untuk
memberikan umpan balik secara konstruktif, dan
kesediaan untuk belajar dari pengalaman
komunikasi sebelumnya. Dengan memperhatikan
elemen-elemen ini, kita dapat membangun
hubungan sosial yang lebih kuat, saling memahami,
dan menghindari konflik yang tidak perlu.

B) Norma sosial: Norma sosial adalah aturan-aturan


tak tertulis yang mengatur perilaku dan interaksi
antara individu dalam suatu masyarakat. Norma-
norma sosial ini berkembang sebagai hasil dari nilai-
nilai, kepercayaan, dan praktik-praktik yang
diterima oleh masyarakat. Dalam konteks interaksi
sosial, norma sosial berfungsi sebagai panduan yang
membantu menentukan perilaku yang dianggap
sesuai atau tidak sesuai dalam situasi tertentu.
Berikut adalah beberapa contoh norma sosial dalam
interaksi sosial:

1. Norma Keharmonisan: Norma ini


mendorong individu untuk mempertahankan
hubungan yang harmonis dengan orang lain. Ini
mencakup penghormatan, saling tolong menolong,
dan menghindari konflik yang tidak perlu.

2. Norma Kesopanan: Norma kesopanan


merupakan aturan sosial yang mengacu pada
bagaimana seseorang harus berperilaku secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakatnya.Norma
kesopanan mengatur perilaku yang dianggap sopan
dan pantas dalam interaksi sosial. Ini mencakup hal-
hal seperti mengucapkan salam, mengucapkan
terima kasih, tidak mengganggu orang lain, dan
menghormati privasi orang lain.

3. Norma Etika: Norma etika melibatkan


perilaku yang dianggap benar atau salah dari
perspektif moral. Ini termasuk menghindari
berbohong, mencuri, atau menyakiti orang lain.
Norma etika juga mencakup prinsip-prinsip seperti
kejujuran, keadilan, dan penghormatan terhadap hak
asasi manusia.

4. Norma Penampilan: Norma ini berkaitan


dengan cara individu berpakaian dan berpenampilan
dalam interaksi sosial. Norma ini bervariasi
tergantung pada budaya dan konteks, misalnya
berbusana secara sopan dalam acara formal atau
mengenakan pakaian yang sesuai dalam situasi
tertentu.

5. Norma Saling Menghormati: Norma ini


melibatkan menghargai perbedaan dan keyakinan
orang lain. Ini mencakup menghindari diskriminasi,
prasangka, atau perlakuan tidak adil terhadap
individu atau kelompok tertentu.

6. Norma Kebersihan: Norma kebersihan


melibatkan menjaga kebersihan dan kerapian
lingkungan sekitar. Ini mencakup membuang
sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan
personal, dan tidak mengganggu kenyamanan orang
lain dengan perilaku yang tidak bersih atau
berantakan.

7. Norma Komunikasi: Norma ini mengatur


cara individu berkomunikasi satu sama lain. Ini
mencakup mendengarkan dengan penuh perhatian,
berbicara dengan sopan, menghargai pendapat orang
lain, dan menghindari bahasa atau sikap yang kasar.

Norma-norma sosial ini membantu menjaga


ketertiban sosial, menciptakan hubungan yang sehat
antara individu, dan mempromosikan harmoni
dalam masyarakat. Penting untuk diingat bahwa
norma sosial dapat bervariasi di antara budaya,
agama, dan kelompok sosial yang berbeda, sehingga
ada perbedaan dalam norma-norma yang diikuti oleh
masyarakat yang berbeda.

C) Peran Sosial: Peran sosial mengacu pada harapan


dan tanggung jawab yang terkait dengan posisi atau
status seseorang dalam masyarakat. Setiap individu
memiliki peran sosial yang berbeda-beda, seperti
peran sebagai orang tua, anak, teman, atau anggota
suatu kelompok tertentu. Peran sosial
mempengaruhi interaksi sosial, karena mereka
menentukan bagaimana individu berperilaku dan
berinteraksi dengan orang lain.

D) Grup Sosial: Dalam interaksi sosial, grup sosial


merujuk pada kelompok orang yang saling
berinteraksi dan memiliki hubungan sosial yang
terorganisir. Grup sosial dapat terbentuk dalam
berbagai konteks, termasuk keluarga, teman,
komunitas, sekolah, pekerjaan, dan masyarakat luas.

Ada beberapa jenis grup sosial yang umum ditemui


dalam interaksi sosial, antara lain:

1. Keluarga: Keluarga adalah grup sosial yang


terdiri dari individu-individu yang memiliki
hubungan darah atau ikatan perkawinan. Anggota
keluarga berinteraksi secara intensif dan memiliki
peran dan tanggung jawab yang ditentukan oleh
struktur keluarga.

2. Teman Sebaya (per group): Teman sebaya


adalah grup sosial yang terdiri dari individu dengan
usia, minat, atau latar belakang yang serupa. Teman
sebaya sering kali memainkan peran penting dalam
perkembangan sosial dan identitas individu.

3. Komunitas: Komunitas adalah grup sosial


yang berdasarkan pada kesamaan geografis, minat,
atau tujuan tertentu. Contohnya, komunitas religius,
komunitas pecinta alam, atau komunitas profesional.
Anggota komunitas ini saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

4. Kelompok Kerja: Kelompok kerja terbentuk


di lingkungan kerja dan terdiri dari individu-
individu yang bekerja bersama untuk mencapai
tujuan organisasi. Kelompok kerja dapat terdiri dari
divisi/divisi dalam suatu perusahaan atau tim proyek
yang sedang bekerja pada tugas tertentu.
5. Organisasi sosial: Organisasi sosial adalah
grup sosial yang memiliki struktur formal, tujuan,
dan aturan yang terorganisir. Contohnya, klub
olahraga, lembaga amal, atau partai politik. Anggota
organisasi sosial ini berinteraksi dan bekerja sama
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

6. Masyarakat: Masyarakat adalah grup sosial


yang terdiri dari individu-individu yang tinggal
dalam suatu wilayah geografis yang sama.
Masyarakat ini melibatkan berbagai interaksi dan
hubungan antara individu-individu, kelompok, dan
institusi yang membentuk struktur sosial yang
kompleks.

Grup sosial dalam interaksi sosial memainkan peran


penting dalam membentuk identitas sosial individu,
mengatur perilaku, menyediakan dukungan sosial,
dan mempengaruhi perkembangan sosial dan
budaya.
E) Konflik Sosial: Konflik sosial dalam interaksi
sosial terjadi ketika terdapat perbedaan pendapat,
kepentingan, nilai, atau tujuan antara individu atau
kelompok yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Konflik sosial adalah bagian alami dari kehidupan
sosial dan dapat timbul dalam berbagai konteks,
mulai dari hubungan personal hingga konflik antara
kelompok besar dalam masyarakat.

Berikut adalah beberapa contoh konflik sosial dalam


interaksi sosial:

1. Konflik Personal: Terjadi antara individu-


individu yang memiliki perbedaan pendapat atau
sifat yang bertentangan. Contohnya, konflik antara
teman atau pasangan hidup yang memiliki perspektif
atau tujuan yang berbeda.

2. Konflik Intergrup: Terjadi antara kelompok-


kelompok yang memiliki perbedaan kepentingan,
nilai, atau tujuan. Contohnya, konflik antara
kelompok etnis, agama, politik, atau sosial yang
berbeda.

3. Konflik Struktural: Terjadi akibat


ketidaksetaraan sosial, distribusi sumber daya yang
tidak adil, atau struktur kekuasaan yang tidak
merata. Contohnya, konflik antara kelompok
masyarakat yang miskin dengan pemerintah atau
kelompok yang kaya.

4. Konflik Budaya: Terjadi ketika nilai, norma,


atau kebiasaan dari budaya yang berbeda-beda
bertabrakan satu sama lain. Contohnya, konflik
antara generasi yang lebih tua dan generasi yang
lebih muda dalam hal gaya hidup atau pandangan
sosial.

5. Konflik Organisasi: Terjadi dalam


lingkungan kerja atau organisasi ketika ada
perbedaan dalam kebijakan, tujuan, atau alokasi
sumber daya. Contohnya, konflik antara manajemen
dan karyawan mengenai kondisi kerja, hak-hak
buruh, atau gaji.

6. Konflik Politik: Terjadi dalam konteks


kebijakan publik, persaingan politik, atau perbedaan
ideologi. Contohnya, konflik antara partai politik,
gerakan sosial, atau kelompok advokasi yang
berbeda dalam hal kebijakan publik atau kekuasaan
politik.

7. Konflik Sosial dapat memiliki dampak


negatif pada stabilitas sosial dan kohesi masyarakat,
namun juga dapat memicu perubahan sosial yang
positif jika ditangani dengan baik. Penyelesaian
konflik sosial dapat melibatkan dialog, negosiasi,
mediasi, atau pendekatan lainnya yang bertujuan
untuk mencapai kesepakatan atau pemahaman
bersama antara pihak yang terlibat.

F) Kekuasaan Dan Hierarki Sosial: Kekuasaan sosial


merujuk pada kemampuan seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi atau mengendalikan perilaku
individu atau kelompok lainnya. Hierarki sosial
mencerminkan struktur sosial yang menempatkan
individu atau kelompok dalam posisi yang lebih
tinggi atau lebih rendah dalam hal kekuasaan, status,
atau otoritas. Interaksi sosial seringkali dipengaruhi
oleh dinamika kekuasaan dan hierarki sosial.

Pemahaman tentang konsep-konsep ini


membantu kita memahami bagaimana interaksi
sosial terjadi, bagaimana hubungan dibentuk, dan
bagaimana masyarakat berfungsi secara
keseluruhan. Konsep interaksi sosial ini juga
digunakan dalam berbagai bidang seperti sosiologi,
psikologi sosial, dan antropologi untuk mempelajari
pola-pola perilaku manusia dalam konteks sosial.

II. 2 Interaksi Sosial Dalam Konteks Politik

Interaksi sosial dalam konteks politik


mengacu pada hubungan dan interaksi antara
individu atau kelompok dalam lingkup politik. Ini
mencakup interaksi antara pemimpin politik, partai
politik, aktivis, pemilih, dan masyarakat secara
umum. Interaksi sosial dalam politik dapat
berlangsung di berbagai level, mulai dari interaksi
sehari-hari di antara warga negara dalam komunitas
lokal hingga interaksi politik tingkat nasional dan
internasional.

Berikut adalah beberapa contoh interaksi sosial


dalam konteks politik:

1. Debat Politik: Interaksi sosial ini terjadi saat


para politisi atau kandidat bertemu untuk berdebat
tentang isu-isu politik penting. Debat politik sering
kali dilakukan dalam pemilihan umum atau
kampanye politik lainnya. Tujuan dari debat ini
adalah untuk memaparkan pandangan mereka,
mempengaruhi pemilih, dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang kebijakan dan
ideologi politik yang mereka anut.

2. Pemilihan Umum: Pemilihan umum adalah


contoh penting dari interaksi sosial dalam politik.
Selama pemilihan, pemilih berinteraksi dengan
calon politik, partai politik, dan pemilih lainnya
dalam rangka memilih perwakilan politik yang
mereka dukung. Interaksi ini mencakup kampanye
politik, pertemuan umum, debat publik, dan diskusi
tentang masalah politik yang relevan.

3. Aktivisme Politik: Aktivisme politik


melibatkan interaksi sosial yang aktif dalam rangka
mempengaruhi perubahan politik. Aktivis politik
bekerja sama dalam kelompok atau organisasi untuk
mengadvokasi isu-isu tertentu, mengorganisir
protes, unjuk rasa, dan menggalang dukungan untuk
tujuan politik mereka. Interaksi sosial dalam
aktivisme politik melibatkan kerja sama, koordinasi,
dan pengorganisasian dengan rekan-rekan aktivis
dan masyarakat umum.

4. Pertemuan Politik: Pertemuan politik dapat


mencakup pertemuan antara pemimpin politik,
pertemuan partai politik, atau pertemuan dengan
pemilih. Pertemuan ini memungkinkan interaksi
langsung antara individu dan kelompok dalam
rangka berbagi ide, membahas kebijakan politik, dan
membangun hubungan politik yang lebih baik.

5. Media Sosial dan diskusi online: Dalam era


digital, interaksi sosial dalam politik juga terjadi
melalui media sosial dan platform online. Individu
dapat berpartisipasi dalam diskusi politik,
menyampaikan pendapat mereka, dan terlibat dalam
kampanye politik melalui jejaring sosial, blog,
forum diskusi, atau platform lainnya. Interaksi ini
memungkinkan pertukaran gagasan, dukungan, dan
kritik dalam politik secara luas dan cepat.

6. Interaksi Sosial dalam konteks politik


memainkan peran penting dalam membentuk opini
publik, pengambilan keputusan politik, dan
perubahan sosial. Melalui interaksi ini, individu
dapat mempengaruhi dan membentuk proses politik,
serta memperkuat atau mengubah sistem politik
yang ada.
II. 3 Pentingnya Interaksi Sosial Dalam Aspek
Politik

Interaksi sosial memainkan peran penting


dalam aspek politik. Ini karena politik melibatkan
hubungan antara individu, kelompok, dan institusi
yang berinteraksi dalam proses pembuatan
keputusan yang berdampak pada masyarakat secara
keseluruhan. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa interaksi sosial penting dalam politik:

A) Pembentukan Opini Publik: Interaksi sosial


memungkinkan orang-orang untuk berbagi
pendapat, gagasan, dan informasi. Melalui
percakapan, diskusi, dan pertukaran gagasan,
individu dapat mempengaruhi dan membentuk opini
publik. Opini publik memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi keputusan politik, seperti pemilihan
umum atau kebijakan publik.

Opini publik merujuk pada pandangan,


keyakinan, dan sikap masyarakat yang terbentuk
sebagai respons terhadap isu-isu politik dan sosial
yang relevan. Opini publik memiliki kekuatan yang
signifikan untuk mempengaruhi keputusan politik
karena politisi dan pemimpin politik seringkali
sangat sensitif terhadap pandangan dan dukungan
publik. Berikut ini adalah beberapa penjelasan
mengenai mengapa opini publik memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi keputusan politik:

B) Pemilihan Umum: Pemilihan Umum merupakan


sarana demokrasi guna mewujudkan sistem
pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat.
Pemerintah negara yang dibentuk melalui Pemilihan
Umum itu adalah yang berasal dari rakyat,
dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat dan
diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Opini publik
berperan penting dalam pemilihan umum. Para
politisi berusaha untuk mendapatkan dukungan
publik agar terpilih atau mempertahankan jabatan
mereka. Mereka melakukan kampanye politik yang
melibatkan dialog dengan pemilih, presentasi
kebijakan, dan merespons kepentingan dan aspirasi
publik. Opini publik yang kuat terhadap kandidat
atau partai politik tertentu dapat mempengaruhi hasil
pemilihan.

C) Media dan Komunikasi: Media massa dan


teknologi informasi memainkan peran kunci dalam
membentuk dan menyebarkan opini publik. Berita,
wawancara, dan laporan media mempengaruhi
persepsi publik terhadap isu-isu politik dan
pemimpin politik. Selain itu, platform media sosial
memungkinkan individu untuk berbagi pandangan
mereka dengan cepat dan secara luas, yang dapat
memperkuat atau merusak citra politisi dan
memengaruhi persepsi publik.

D) Tekanan Politik: Opini publik yang kuat terhadap


isu-isu tertentu dapat memaksa politisi untuk
mengambil tindakan atau keputusan tertentu.
Demonstrasi massal, petisi, dan kampanye aktivis
masyarakat sipil seringkali mendorong perubahan
kebijakan atau tindakan politik. Politisi yang tidak
responsif terhadap kehendak publik berisiko
kehilangan dukungan dan kepercayaan dari pemilih.

Pendapat pemilih: Opini publik juga


memengaruhi perilaku pemilih dalam hal
memberikan suara mereka. Pemilih cenderung
memilih kandidat atau partai yang sejalan dengan
pandangan dan nilai-nilai mereka. Opini publik yang
berkembang dapat mengubah dinamika politik dan
menghasilkan pergeseran kekuatan politik.

E) Legitimitas Politik: Opini publik yang kuat dapat


memberikan legitimasi pada pemimpin politik dan
kebijakan yang mereka terapkan. Politisi yang
memiliki dukungan luas dari publik cenderung
memiliki kekuatan politik yang lebih besar dan
mampu melaksanakan agenda politik mereka
dengan lebih mudah. Sebaliknya, opini publik yang
negatif dapat melemahkan otoritas politik dan
membatasi kemampuan pemimpin untuk mencapai
tujuan politik mereka.
Meskipun opini publik memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi keputusan politik, penting
untuk diingat bahwa faktor lain, seperti kepentingan
kelompok, kekuatan ekonomi, dan pertimbangan
strategis juga memainkan peran penting dalam
pembuatan keputusan politik. Opini publik bukanlah
satu-satunya faktor penentu, namun tetap memiliki
pengaruh yang signifikan dalam proses politik.

Oleh karena itu, interaksi sosial memainkan


peran penting dalam membentuk pemikiran politik
dan arah politik suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai