2021
MATERI SOSIOLOGI
Barang siapa dengan sengaja
menyiarkan,memamerkan,mengedarakan atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang asli pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipidana dengan penjara paling
lama 5 tahun dan/ atau denda paling banyak 500.000.0000
(UUD R.I NOMOR 19 TAHUN 2002)
adalah “Suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain, atau sebaliknya”.
2. Syarat terjadinya interaksi sosial
1. Kontak Sosial
Kontak diambil dari kata Latin yakni con atau cum yang artinya adalah bersama-sama
dan tangere yang artinya menyentuh. Kontak artinya secara harfiah adalah bersama-
sama menyentuh. Kontak adalah gejala sosial jika dipahami dalam ilmu sosiologis.
Seseorang bisa berhubungan dengan orang ain tanpa melakukan sentuhan fisik seperti
berkomunikasi melalui surat, telepon, dan masih banyak lagi.
Jadi kontak sosial adalah aksi kelompok atau individu yang diwujudkan dalam bentuk
isyarat dan mempunyai makna untuk penerima dan pelaku. Penerima akan membalas
aksi dengan reaksi. Kontak dapat dibedakan berdasarkan tingkat hubungan, bentuk,
sifat, dan cara.
2. komunikasi
Komunikasi merupakan tindakan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain dan orang tersebut akan memberikan sinyal atau tafsiran dari
pesan tersebut dengan menunjukkan perasan atau perilaku.
Interaksi Sosial Individu dengan Individu adalah interaksi ketika dua individu
bertemu secara langsung dan melakukan interaksi satu sama lain walaupun itu dalam
bentuk yang sederhana seperti, saling menyapa dan tersenyum ketika berpapasan
dijalan.
- Assosiaif / possitif
Kooperasi
Ini adalah usaha bersama yang dilakukan orang-orang untuk tujuan bersama. Dalam
kerja sama tersebut, orang-orang akan saling mendukung, bersinergi, dan saling
membantu. Hasil dari kerja sama ini dapat menghasilkan kerukunan seperti gotong
royong yang dilakukan oleh masyarakat desa.
Akomodasi
Apabila masyarakat mematuhi semua norma yang berlaku di wilayahnya, maka hal ini
disebut sebagai akomodasi. Bentuknya adalah eliminasi, segregasi, adjudikasi, konsiliasi,
mediasi, kompromi, dan koersi. Tujuannya adalah menyatukan pemahaman dari
berbagai kelompok tersebut sehingga tidak ada yang bertikai.
Asimilasi
Ini adalah peleburan dua kebudayaan berbeda dan menjadi satu kebudayaan baru
untuk tujuan bersama.
Akulturasi
Ini mirip dengan asimilasi namun kebudayaan asli dari kelompok tersebut masih ada.
Dua budaya berpadu dan menghasilkan budaya baru tanpa membuat budaya asli hilang.
- Disosiatif / negatif
Oposisi
Ini adalah kelompok atau individu yang menyalahkan dan menentang sesuatu yang
sudah lama dan pelakunya disebut sebagai oposan.
Kompetisi
Ini adalah usaha yang dilakukan untuk meraih prestasi dan menentukan yang terbaik.
Kontravensi
Ini berada di tengah-tengah antara kompetisi dan oposisi. Hal ini membuat individu
merasa bimbang karena ketidakpastian dari individu lain atau menyembunyikan
perasaannya karena individu lain.
1. Imitasi, yaitu proses peniruan tingkah laku orang lain untuk diterapkan pada
seseorang yang meniru tingkah laku tersebut.
2. Sugesti, adalah suatu pendapat, saran, pandangan atau sikap yang diberikan pada
seseorang dan diterima tanpa disertai daya kritik.
3. Identifikasi, merupakan suatu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
4. Simpati, adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam
proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting.
BAB II
A. NILAI SOSIAL
B..NORMA SOSIAL
A. Definisi
Manusia tidak pernah lepas dari peraturan. Di mana pun dan kapan pun di sekeliling
kita terdapat aturan yang membatasi perilaku manusia. Norma Sosial adalah patokan
perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsinya adalah untuk memberi
batasan berupa perintah atau larangan dalam berperilaku, memaksa individu untuk
menyesuaikan diri dengan nilai yang berlaku di masyarakat dan menjaga solidaritas
antaranggota masyarakat. Oleh karena fungsi-fungsi tersebut, maka sosialisasi norma
memiliki peran yang penting dalam mewujudkan ketertiban sosial.
Berdasarkan daya pengikatnya, norma dibedakan menjadi empat.
1. Pelanggaran nilai dan norma yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan, misalnya:
pemukulan, pemerkosaan, penodongan, dan lain-lain.
2. Pelanggaran nilai dan norma yang berupa penyimpangan seksual, yaitu perzinahan,
homoseksualitas, dan pelacuran.
3. Bentuk-bentuk konsumsi yang sangat berlebihan, misalnya alkohol, candu, morfin, dan
lain-lain.
4. Gaya hidup yang lain dari yang lain, misalnya penjudi profesional, geng-geng, dan lain-
lain.
B. Solusi Pelanggaran Norma
Dalam Sosiologi, solusi tepat dalam menangani pelanggaran norma menggunakan
pengendalian sosial. Pengendalian sosial adalah cara dan proses pengawasan yang
direncanakan atau tidak direncanakan, guna mengajak, mendidik, serta memaksa warga
masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial.
Berikut ini merupakan beberapa usaha agar masyarakat menaati aturan-aturan yang
ada, seperti:
1. Mempertebal keyakinan para anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat yang ada
2. Memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang biasa taat.
3. Mengembangkan rasa malu dalam jiwa masyarakat yang menyeleweng dari adat istiadat.
4. Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masyarakat yang hendak menyeleweng
dari adat istiadat dengan berbagai ancaman dan kekuasaan.
BAB III
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN DIRI
A. PERILAKU MENYIMPANG
A. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
dalam masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut
devian (deviant). Adapun perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat disebut konformitas.
Ada beberapa definisi perilaku menyimpang menurut beberapa tokoh sosiologi, antara
lain sebagai berikut:
James Vender Zender, Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai
hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
Bruce J Cohen, Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.
C. Sifat-sifat Penyimpangan
Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif.
Dengan demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.
Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan
primer dan sekunder.
Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-
orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun
dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran,
televisi dan sebagainya.
a. Penyalahgunaan Narkoba
Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan agama. Dampak
negatif yang ditimbulkan akan menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang
selama pemakaian bahan-bahan tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian.
b. Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyebab
penyimpangan seksual antara lain adalah pengaruh film-film porno, buku dan majalah
porno.
c. Alkoholisme
Alkohol disebut juga racun protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem
syaraf. Orang yang mengkonsumsinya akan kehilangan kemampuan mengendalikan diri,
baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Sehingga seringkali pemabuk melakukan
keonaran, perkelahian, hingga pembunuhan.
d. Kenakalan Remaja
Gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas (14 – 18 tahun), karena pada
masa ini jiwanya masih dalam keadan labil sehingga mudah terpengaruh oleh
lingkungan yang negatif. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut.
B. PENGENDALIAN SOSIAL
BAB IV
STRATIFIKASI SOSIAL
BAB V
DIFERENSIASI SOSIAL
Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama.
Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri- ciri fisiknya,
bukan budayanya.
Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan
dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah
yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang
dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral.
Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu
agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan
sebagainya.
BAB VI
KONFLIK SOSIAL
1. Pengertian Konflik Sosial
Secara umum, konflik sosial merupakan suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
1. Perbedaan kepribadian.
2. Perbedaan pendirian. Contoh : perbedaan sikap politik.
3. Perbedaan keyakinan. Contoh : perbedaan beragama
4. Perbedaan kepentingan. Contoh : PKL vs Satpol PP
5. Perbedaan kebudayaan. Contoh : pro kontra diberlakukannya undang-undang anti
pornoaksi dan pornografi di Indonesia.
6. Perubahan sosial. Contoh : reformasi di Indonesia.
3. Bentuk-bentuk Konflik
4. Penyebab Konflik
Positif
1. Meningkatkan solidaritas
2. Alat perubahan sosial
3. Mental masyarakat yang tahan uji
4. Perbedaan pendapat dalam diskusi untuk mencari jalan keluar terbaik
5. Mendorong terbentuknya lembaga pengaman
Negatif
1. Retaknya persatuan kelompok
2. Perubahan kepribadian kelompok
3. Dominasi dan takluknya salah satu pihak
4. Kerugian harta benda
5. Korban jiwa
Indikator konflik sosial menurut Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson (1972)
adalah sebagai berikut.
1. Demonstrasi (a protest demonstration)
2. Kerusuhan (riot)
3. Serangan bersenjata (armed attack)
4. Korban jiwa akibat kekerasan politik
Indikator konflik sosial menurut Ivo V. Feierabend dan Rosalnd L. Feierabend (1966)
adalah sebagai berikut.
1. Adanya pemilihan umum
2. Pergantian kabinet
3. Demonstrasi
4. Penindakan terhadap tokoh-tokoh politik
5. Penahanan massal
6. Kudeta
7. Perang saudara
7. Penyelesaian Konflik:
1. Koersi –Bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan paksaan. Salah satu
pihak berada dalam kondisi yang lebih lemah dibandingkan dengan pihak lawan. Koersi
dapat bersifat fisik maupun psikis.
2. Kompromi – Masing-masing pihak yang terlibat konflik saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian bersama.
3. Arbritase – Cara mencapai kompromi dengan meminta bantuan pihak ketiga yang
dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang kedudukannya lebih tinggi dari
pihak yang bertikai.
4. Mediasi –Cara menyelesaikan konflik dengan meminta bantuan pihak ketiga yang
bersikap netral dan bertindak sebagai penasihat tanpa memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan.
5. Konsiliasi – Usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai untuk
mencapai persetujuan bersama.
6. Toleransi – Bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal dalam wujud saling
menghargai, menghormati, dan tidak saling curiga.
7. Stalemate – Masing-masing pihak yang terlibat konflik karena kekuatannya seimbang,
terhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan
8. Ajudikasi – Bentuk penyelesaian konflik melalui pengadilan.
9.
BAB VII
INTEGRASI SOSIAL