Anda di halaman 1dari 20

EBOOK UMPTKIN

2021

MATERI SOSIOLOGI
Barang siapa dengan sengaja
menyiarkan,memamerkan,mengedarakan atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang asli pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipidana dengan penjara paling
lama 5 tahun dan/ atau denda paling banyak 500.000.0000
(UUD R.I NOMOR 19 TAHUN 2002)

Penulis : ISRA MARDHATILLAH


IG : trik_umptkin
Youtube : isra mardhatillah

”Unders stars, we are stars”


BAB I
INTERAKSI SOSIAL

1.Pengertian Interaksi sosial

adalah “Suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain, atau sebaliknya”.
2. Syarat terjadinya interaksi sosial

1. Kontak Sosial
Kontak diambil dari kata Latin yakni con atau cum yang artinya adalah bersama-sama
dan tangere yang artinya menyentuh. Kontak artinya secara harfiah adalah bersama-
sama menyentuh. Kontak adalah gejala sosial jika dipahami dalam ilmu sosiologis.
Seseorang bisa berhubungan dengan orang ain tanpa melakukan sentuhan fisik seperti
berkomunikasi melalui surat, telepon, dan masih banyak lagi.
Jadi kontak sosial adalah aksi kelompok atau individu yang diwujudkan dalam bentuk
isyarat dan mempunyai makna untuk penerima dan pelaku. Penerima akan membalas
aksi dengan reaksi. Kontak dapat dibedakan berdasarkan tingkat hubungan, bentuk,
sifat, dan cara.

2. komunikasi
Komunikasi merupakan tindakan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain dan orang tersebut akan memberikan sinyal atau tafsiran dari
pesan tersebut dengan menunjukkan perasan atau perilaku.

3. jenis jenis interaksi sosial

Interaksi Sosial Individu dengan Individu adalah interaksi ketika dua individu
bertemu secara langsung dan melakukan interaksi satu sama lain walaupun itu dalam
bentuk yang sederhana seperti, saling menyapa dan tersenyum ketika berpapasan
dijalan.

Interaksi Kelompok dan Kelompok adalah interaksi ketika 2 kelompok yang


berbeda saling bertemu. Komunikasi yang terjalin bukan lagi berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat pribadi melainkan kepentingan kelompok. Contohnya pertemuan antar
Ormas dsb.

Sedangkan Interaksi Individu dan Kelompok adalah interaksi dimana


seseorang berkomunikasi dengan sekolompok orang atau lebih dari tiga orang. Seperti
misalnya seseorang yang berorasi di podium dsb.
4. Bentuk bentuk interaksi sosial

- Assosiaif / possitif
 Kooperasi
Ini adalah usaha bersama yang dilakukan orang-orang untuk tujuan bersama. Dalam
kerja sama tersebut, orang-orang akan saling mendukung, bersinergi, dan saling
membantu. Hasil dari kerja sama ini dapat menghasilkan kerukunan seperti gotong
royong yang dilakukan oleh masyarakat desa.

 Akomodasi
Apabila masyarakat mematuhi semua norma yang berlaku di wilayahnya, maka hal ini
disebut sebagai akomodasi. Bentuknya adalah eliminasi, segregasi, adjudikasi, konsiliasi,
mediasi, kompromi, dan koersi. Tujuannya adalah menyatukan pemahaman dari
berbagai kelompok tersebut sehingga tidak ada yang bertikai.

 Asimilasi
Ini adalah peleburan dua kebudayaan berbeda dan menjadi satu kebudayaan baru
untuk tujuan bersama.

 Akulturasi
Ini mirip dengan asimilasi namun kebudayaan asli dari kelompok tersebut masih ada.
Dua budaya berpadu dan menghasilkan budaya baru tanpa membuat budaya asli hilang.

- Disosiatif / negatif
 Oposisi
Ini adalah kelompok atau individu yang menyalahkan dan menentang sesuatu yang
sudah lama dan pelakunya disebut sebagai oposan.

 Kompetisi
Ini adalah usaha yang dilakukan untuk meraih prestasi dan menentukan yang terbaik.

 Kontravensi
Ini berada di tengah-tengah antara kompetisi dan oposisi. Hal ini membuat individu
merasa bimbang karena ketidakpastian dari individu lain atau menyembunyikan
perasaannya karena individu lain.

5. ciri ciri interaksi sosial

Adapun interaksi memiliki ciri- ciri yang diantaranya adalah:

1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari 1 orang.


2. Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol
3. Ada dimensi waktu (lampau, kini atau masa mendatang) yang menentukan sifat aksi
yang sedang berlangsung
4. Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Tidak semua tindakan dapat dikategorikan sebagai interaksi. Dalam interaksi harus ada
orientasi timbal-balik dari pihak-pihak yang bersangkutan. entah itu timbal balik
dalam bentuk cinta atau benci, melukai atau menolong, kesetiaan ataupun
pengkhianatan.

6. Faktor Pendorong Interaksi Sosial


Interaksi sosial didorong oleh beberapa faktor sebagai berikut.

1. Imitasi, yaitu proses peniruan tingkah laku orang lain untuk diterapkan pada
seseorang yang meniru tingkah laku tersebut.
2. Sugesti, adalah suatu pendapat, saran, pandangan atau sikap yang diberikan pada
seseorang dan diterima tanpa disertai daya kritik.
3. Identifikasi, merupakan suatu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
4. Simpati, adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam
proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting.

BAB II

NILAI DAN NORMA SOSIAL

A. NILAI SOSIAL

A. Definisi nilai sosial


Nilai sosial adalah ukuran- ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan, keyakinan-
keyakinan, yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta dianut oleh banyak
orang dalam lingkungan masyarakat mengenai apa yang benar, pantas, luhur, dan baik
untuk dilakukan. Nilai-nilai sosial merupakan aktualisasi dari kehendak masyarakat
mengenai segala sesuatu yang dianggap benar dan baik. Pada intinya, adanya nilai
sosial dalam masyarakat bersumber pada tiga hal yaitu dari Tuhan, masyarakat, dan
individu.

B. Jenis-Jenis Nilai Sosial


Menurut Prof. Dr. Notonegoro, secara umum nilai dapat dibedakan kedalam tiga
macam, yaitu nilai vital, material dan kerohanian. Nilai material yaitu segala sesuatu
yang berguna bagi fisik manusia. Misalnya makanan dan minuman. Nilai vitalartinya
segala sesuatu yang berguna untuk mengadakan kegiatan atau aktivitas. Contohnya
sabit yang digunakan petani dan pisau yang menjadi alat kerja seorang juru masak.
Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Berdasarkan
sumbernya, nilai kerohanian dapat dibagi lagi menjadi empat jenis yaitu:

1. Nilai kebenaran, bersumber dari akal manusia (cipta);


2. Nilai keindahan atau estetika, bersumber dari unsur rasa manusia (estetika);
3. Nilai moral atau kebaikan, bersumber dari kehendak manusia (karsa);
4. Nilai religius, bersumber pada ke-Tuhanan.

C. Ciri-ciri Nilai Sosial


1. Tidak semua hal yang baik di mata masyarakat dapat dianggap sebagai nilai sosial.
2. Merupakan hasil interaksi antaranggota masyarakat.
3. Ditularkan di antara anggota-anggota masyarakat melalui pergaulan.
4. Terbentuk melalui proses belajar yang panjang melalui sosialisasi.
5. Nilai sebagai alat pemuas kebutuhan sosial.
6. Nilai berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
7. Mempunyai efek yang berbeda terhadap individu.
8. Memengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat baik positif maupun negatif.
9. Hasil seleksi dari berbagai macam aspek kehidupan di dalam masyarakat.

B..NORMA SOSIAL

A. Definisi
Manusia tidak pernah lepas dari peraturan. Di mana pun dan kapan pun di sekeliling
kita terdapat aturan yang membatasi perilaku manusia. Norma Sosial adalah patokan
perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsinya adalah untuk memberi
batasan berupa perintah atau larangan dalam berperilaku, memaksa individu untuk
menyesuaikan diri dengan nilai yang berlaku di masyarakat dan menjaga solidaritas
antaranggota masyarakat. Oleh karena fungsi-fungsi tersebut, maka sosialisasi norma
memiliki peran yang penting dalam mewujudkan ketertiban sosial.
Berdasarkan daya pengikatnya, norma dibedakan menjadi empat.

1. Cara (usage)merupakan norma yang daya pengikatnya sangat lemah.


2. Kebiasaan (folkways) ialah aturan yang daya pengikatnya lebih kuat dari usage.
3. Tata kelakuan (mores) ialah aturan yang telah diterima masyarakat dan biasanya
berhubungan dengan sistem kepercayaan atau keyakinan.
4. Adat istiadat (custom) merupakan aturan yang memiliki sanksi keras terhadap
pelanggarnya, berupa penolakan atau pengadilan.

B. Macam-macam Norma Sosial


1. Norma Agama
2. Norma Kesusilaan (Mores)
3. Norma Adat
4. Norma Kebiasaan
5. Norma Kesopanan
6. Norma Hukum

C. PERAN NILAI DAN NORMA SOSIAL


Norma serta nilai sosial dibentuk dan disepakati bersama. Tidak dapat dimungkiri
bahwa nilai dan norma dijadikan sebagai pelindung dari tindakan destruktif orang lain
terhadap diri. Nilai dan norma sosial memiliki peranan yang berarti bagi individu
anggota suatu masyarakat maupun masyarakat secara keseluruhan. Peran-peran
tersebut antara lain:

1. Sebagai Petunjuk Arah (Orientasi) Bersikap dan Bertindak


2. Sebagai Pemandu dan Pengontrol bagi Sikap dan Tindakan Manusia
3. Sebagai Pendorong Sikap dan Tindakan Manusia
4. Sebagai Benteng Perlindungan bagi Keberadaan Masyarakat
5. Sebagai Alat Pemersatu Anggota Masyarakat

D.PELANGGARAN NILAI DAN NORMA SOSIAL BESERTA SOLUSINYA


A. Pelanggaran Nilai dan Norma
Menurut Robert M.Z. Lawang (1985), perilaku pelanggaran norma dibedakan menjadi
empat macam, yaitu:

1. Pelanggaran nilai dan norma yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan, misalnya:
pemukulan, pemerkosaan, penodongan, dan lain-lain.
2. Pelanggaran nilai dan norma yang berupa penyimpangan seksual, yaitu perzinahan,
homoseksualitas, dan pelacuran.
3. Bentuk-bentuk konsumsi yang sangat berlebihan, misalnya alkohol, candu, morfin, dan
lain-lain.
4. Gaya hidup yang lain dari yang lain, misalnya penjudi profesional, geng-geng, dan lain-
lain.
B. Solusi Pelanggaran Norma
Dalam Sosiologi, solusi tepat dalam menangani pelanggaran norma menggunakan
pengendalian sosial. Pengendalian sosial adalah cara dan proses pengawasan yang
direncanakan atau tidak direncanakan, guna mengajak, mendidik, serta memaksa warga
masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial.
Berikut ini merupakan beberapa usaha agar masyarakat menaati aturan-aturan yang
ada, seperti:
1. Mempertebal keyakinan para anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat yang ada
2. Memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang biasa taat.
3. Mengembangkan rasa malu dalam jiwa masyarakat yang menyeleweng dari adat istiadat.
4. Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masyarakat yang hendak menyeleweng
dari adat istiadat dengan berbagai ancaman dan kekuasaan.

BAB III
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN DIRI

A. PERILAKU MENYIMPANG
A. Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
dalam masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut
devian (deviant). Adapun perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat disebut konformitas.

Ada beberapa definisi perilaku menyimpang menurut beberapa tokoh sosiologi, antara
lain sebagai berikut:

James Vender Zender, Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai
hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

Bruce J Cohen, Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.

Robert M.Z. Lawang, Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang


menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku tersebut.

B. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang

Terdapat beberapa ciri, perilaku seseorang itu dikategorikan sebagai perilku


menyimpang. Menurut Paul B Horton penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu


perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh
frekuensi dan kadar penyimpangan.
4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal
adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat.
Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa
harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah
satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

C. Sifat-sifat Penyimpangan

Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif.
Dengan demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.

Penyimpangan positif, Penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang


terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan
menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seorang ibu yang menjadi tukang ojek
untuk menambah penghasilan keluarga.

Penyimpangan negatif, Penyimpangan negatif merupakan tindakan yang dipandang


rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir
masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan sebagainya.

D. Jenis-jenis Perilaku Menyimpang

Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan
primer dan sekunder.

Penyimpangan Primer, Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si


pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau
sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh
masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu lintas.

Penyimpangan Sekunder, Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus


sehingga para pelakunya dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang.
Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh seorang yang sering melakukan
pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya.

Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi penyimpangan


individual dan penyimpangan kelompok.
Penyimpangan individual, Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang
dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang sendirian melakukan pencurian.

Penyimpangan kelompok, Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang


dilakukan oleh sekelompok orang terhadap norma-norma masyarakat. Contoh geng
penjahat.

E. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

a. Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak


sempurna

Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam


kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan
yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak
sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik. Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua
orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara sempurna sehinga ia tidak
mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai
anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal
disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.

b. Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan


menyimpang

Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan


norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan
nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata
tertib masyarakat. Contoh kelompok menyimpang diantaranya kelompok penjudi,
pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain.

c. Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang


menyimpang

Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-
orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun
dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran,
televisi dan sebagainya.

F. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang


Terdapat banyak sekali perilaku menyimpang yang muncul di masyarakat, diantaranya
yaitu,

a. Penyalahgunaan Narkoba

Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan agama. Dampak
negatif yang ditimbulkan akan menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang
selama pemakaian bahan-bahan tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian.

b. Penyimpangan seksual

Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyebab
penyimpangan seksual antara lain adalah pengaruh film-film porno, buku dan majalah
porno.

c. Alkoholisme

Alkohol disebut juga racun protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem
syaraf. Orang yang mengkonsumsinya akan kehilangan kemampuan mengendalikan diri,
baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Sehingga seringkali pemabuk melakukan
keonaran, perkelahian, hingga pembunuhan.

d. Kenakalan Remaja

Gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas (14 – 18 tahun), karena pada
masa ini jiwanya masih dalam keadan labil sehingga mudah terpengaruh oleh
lingkungan yang negatif. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut.

B. PENGENDALIAN SOSIAL

1. Pengertian Pengendalian Sosial


Secara umum, pengedalian sosial merupakan suatu sistem yang mendidik, mengajak
bahkan memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma-
norma sosial agar kehidupan masyarakat tertib dan teratur.
Beberapa pengertian pengendalian sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai
berikut.
 Peter L. Berger (1978), pengendalian sosial merupakan berbagai cara yang
digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.
 Soerjono Soekanto (1989), pengedalian sosial adalah proses terencana atau tidak
terencana yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa semua warga
masyarakat agar mematuhi semua kaidah sosial yang berlaku.
2. Fungsi Pengendalian Sosial
Fungsi pengendalian sosial adalah sebagai pencegah dan pereda ketegangan sosial yang
diakibatkan penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.
3. Sifat Pengendalian Sosial
Pengendalian memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
 Preventif – dilakukan sebelum penyimpangan terjadi sebagai upaya pencegahan.
 Represif – dilakukan setelah pelanggaran terjadi sebagai upaya mengembalikan
keserasian yang terganggu akibat adanya pelanggaran norma.
 Gabungan – dilakukan sebagai usaha pencegahan sekaligus memulihkan kembali ke
keadaan semula sehingga tidak merugikan pelaku atau orang lain.
 Persuasif – dilakukan dengan cara memberikan bimbingan kepada masyarakat.
 Koersif – dilakukan dengan menggunakan kekerasan.
 Resmi – dilakukan oleh badan resmi melalui peraturan formal.
 Tidak resmi – dilakukan dalam kelompok primer tanpa adanya peraturan yang jelas
dengan tujuan untuk memelihara peraturan tidak resmi yang ada di masyarakat.
4. Cara Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial dilakukan dengan cara-cara berikut.
 Sosialisasi – proses yang dilakukan untuk mengenalkan nilai-nilai, norma serta
hukum lainnya sebagai salah satu cara menanamkan kesadaran hukum.
 Tekanan sosial – pengendalian sosial yang dilakukan guna tercapainya kebutuhan
akan penerimaan kelompok. Ada dua macam pegendalian kelompok melalui tekanan
sosial yaitu :
 Pengendalian kelompok yang informal primer dilakukan secara nonformal, spontan
dan tidak direncanakan.
 Pengendalian kelompok sekunder dilakukan secara formal, impersonal dan
bertujuan khusus.
 Kekuatan – pengendalian sosial yang dilakukan melalui kekuatan terhadap
masyarakat yang kompleks dengan cara membentuk peraturan yang sifatnya memaksa
anggota masyarakat untuk mematuhi setiap peraturan yang ada.
5. Lembaga Pengendalian Sosial
Lembaga pengendalian sosial di masyarakat adalah sebagai berikut.
 Keluarga
 Polisi
 Pengadilan
 Sekolah
 Pengadilan adat
 Tokoh masyarakat
 Media massa
 Mahasiswa
6. Peran Lembaga Pengendalian Sosial
 Menanamkan norma-norma pada masyarakat
 Memberikan sanksi bagi pelaku penyimpangan.
7. Bentuk/Alat Pengendalian Sosial
 Ejekan – dilakukan dengan cara mengejek atau mencemooh individu atau kelompok
yang melakukan penyimpangan.
 Gosip – dilakukan untuk menimbulkan rasa malu dengan tujuan menyadarkan
anggota masyarakat yang melakukan penyimpangan.
 Teguran – dilakukan secara langsung melalui lisan dan tulisan terhadap anggota
masyarakat yang melakukan penyimpangan agar menyadari kesalahan serta
memperbaikinya.
 Hukum – dilakukan terhadap anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang dan
bersifat memaksa.
 Pendidikan – merupakan bentuk pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat.
 Agama – merupakan bentuk pengendalian sosial yang sangat ampuh karena mereka
yang berperilaku menyimpang akan merasa berdosa dan segera bertobat.
 Ostrasisme – tindakan membiarkan seseorang hidup dan bekerja dalam kelompok itu
tetapi tidak seorangpun berbicara dengannya.
 Fraudulens – bentuk pengendalian sosial yang umumnya terdapat pada anak kecil.
 Intimidasi – dilakukan dengan paksaan dengan cara mengancam atau menakut-
nakuti.
 Kekerasan fisik – dilakukan secara fisik seperti memukul, menampar, dan melukai.

BAB IV
STRATIFIKASI SOSIAL

A.Pengertian Stratifikasi Sosial


Stratifikasi terdiri dari kata dasar ‘strata’ yang diartikan sebagai ‘tingkatan’. Secara
konsep, stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat secara vertikal
atau hirarkis.

B.Karakteristik Stratifikasi Sosial :


a. Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan
b. Perbedaan dalam gaya hidup (life style)
c. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya

C. Dasar Terjadinya Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial terjadi karena adanya sesuatu yang dihormati dan dihargai dalam
kehidupan masyarakat seperti kekuasaan, kehormatan, kekayaan, pengetahuan, dsb.
D. Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terbentuk secara alamiah dan disengaja atau direncanakan oleh
manusia.
 Alamiah – proses terbentuknya stratifikasi sosial tidak dapat dilepaskan oleh
kecenderungan bakat, minat, dan dukungan lingkungan.
 Disengaja – stratifikasi sosial sengaja dibentuk oleh manusia.
E. Faktor Pembentuk Stratifikasi Sosial
Terbentuknya stratifikasi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut.
 Faktor kekayaan
 Faktor penghasilan
 Faktor pekerjaan
 Faktor pendidikan
F. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial sesuai dengan faktor-faktor penentunya. Secara umum,
bentuk-bentuk stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.
 Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi – pengelompokkan anggota
masyarakat berdasarkan pencapaian, penguasaan, dan kepemilikan seseorang dalam
bidang ekonomi. Kelas ekonomi yang muncul adalah sebagai berikut.
 Masyarakat kelas atas (upper class) – kelompok orang kaya
 Masyarakat kelas menengah (middle class) – kelompok orang berkecukupan
 Masyarakat kelas bawah (lower class) – kelompok orang miskin
 Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial – pengelompokkan anggota
masyarakat berdasarkan status sosial yang dimiliki di dalam kehidupan masyarakat
yang dikenal dengan kelas sosial. Ada beberapa jenis status sosial yakni :
 Status bawaan (ascribed status) – status sosial yang diwariskan
 Status yang diusahakan (achieved status) – status sosial yang diperoleh karena
usaha, seperti profesional, pengusaha, karyawan kantor, pekerja terampil, pekerja
semi terampil, jasa domestik dan perorangan, pertanian, dan tenaga kasar
nonpertanian
 Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik – penggolongan anggota
masyarakat berdasarkan tingkat kekuasaan yan dimiliki. Menurut Mac Iver, ada tiga
pola umum stratifikasi politik yaitu :
 Tipe kasta – garis pemisah sangat tegas dan umum terdapat pada kerajaan
 Tipe oligarkis – garis pemisah yang tegas tapi tidak terlalu kaku
 Tipe demokratis – garis pemisah antara tiap-tiap stratifikasi kekuasaan bersifat
fleksibel dan setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
kekuasaan tertentu sesuai dengan usaha, kemampuan, dan keberuntungan

BAB V
DIFERENSIASI SOSIAL

A. Pengertian diferensi sosial

Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara horisontal


berdasarkan ciri-ciri tertentu. Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan
secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu
lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Pengelompokan horisontal yang
didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut
kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan
jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.

B. Ciri-Ciri Diferensiasi Sosial


Adapun ciri-ciri diferensiasi sosial dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi
tiga yakni:

 Ciri Fisik: penggolongan masyarakat ini terjadi karena adanya perbedaan


umum pada fisik seseorang seperti bentuk mata, warna dan bentuk rambut,
warna kulit, bentuk hidung dan lain-lain.
 Ciri Sosial: Penggolongan masyarakat berdasar ciri sosial biasanya terjadi
karena perbedaan status sosial pada masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini status
sosial diukur dari: jabatan, profesi, kekuasaan, gengsi, maupun peranannya
dalam bermasyarakat.
 Ciri Kebudayaan: Penggolongan masyarakat yang satu ini terjadi karena
perbedaan pandangan hidup masyarakat satu dengan yang lain. Lebih lanjut
mengenai ciri kebudayaan dapat dilihat dari perbedaan kepercayaan/ agama
maupun norma yang dianut dalam masyarakat tersebut seperti adat istiadat,
kesenian, pakaian yang dikenakan, bahasa yang digunakan, dan lain-lain.

c. Bentuk bentuk diferensi sosial

Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama.
Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri- ciri fisiknya,
bukan budayanya.
Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)

Diferensiasi Klen (Clan)


Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan
kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan
adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan
yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah
(patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).

Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan
dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah
yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang
dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral.
Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu
agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan
sebagainya.

Diferensiasi Profesi (pekerjaan)


Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber
penghasilan atau mata pencahariannya.
Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis
pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus.
Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai berbicara, suka
membimbing, sabar, dsb.

Diferensiasi Jenis Kelamin


Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan
seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari
struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu,
terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.

Diferensiasai Asal Daerah


Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau
tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
 masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari
desa;
 masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari
kota.

D. Akibat Diferensiasi Sosial.
 Diskriminasi ras, jenis kelamin, dan profesi
 Etnosentrisme
 Disharmoni kehidupan beragama
 Benturan kepentingan antargolongan yang mengarah pada pertentangan
 Konflik akibat terjadi persaingan

BAB VI

KONFLIK SOSIAL
1. Pengertian Konflik Sosial

Secara umum, konflik sosial merupakan suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

2. Faktor Penyebab Konflik Sosial

Konflik sosial disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

1. Perbedaan kepribadian.
2. Perbedaan pendirian. Contoh : perbedaan sikap politik.
3. Perbedaan keyakinan. Contoh : perbedaan beragama
4. Perbedaan kepentingan. Contoh : PKL vs Satpol PP
5. Perbedaan kebudayaan. Contoh : pro kontra diberlakukannya undang-undang anti
pornoaksi dan pornografi di Indonesia.
6. Perubahan sosial. Contoh : reformasi di Indonesia.

3. Bentuk-bentuk Konflik

Konflik yang kerap terjadi di masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Konflik antarpribadi. Contoh : beda pendapat dengan teman.


2. Konflik antarkelas atau antargolongan sosial. Contoh : buruh vs pengusaha.
3. Konflik rasial/antar suku/etnis. Contoh : peristiwa Malari 1974.
4. Konflik politik. Contoh : konflik antarpartai masa Orde Lama.
5. Konflik internasional. Contoh : Perang Teluk.

4. Penyebab Konflik

Konflik disebabkan oleh hal-hal berikut.


1. Prasangka buruk
2. Emosi yang tak terkendali
3. Masalah yang menimbulkan permusuhan
4. Persaingan yang tajam
5. Dorongan yang sangat kuat untuk meraih prestasi

5. Akibat dan Fungsi Konflik

Konflik mengakibatkan hal-hal berikut.

 Positif
1. Meningkatkan solidaritas
2. Alat perubahan sosial
3. Mental masyarakat yang tahan uji
4. Perbedaan pendapat dalam diskusi untuk mencari jalan keluar terbaik
5. Mendorong terbentuknya lembaga pengaman
 Negatif
1. Retaknya persatuan kelompok
2. Perubahan kepribadian kelompok
3. Dominasi dan takluknya salah satu pihak
4. Kerugian harta benda
5. Korban jiwa

6. Indikator Konflik Sosial

Indikator konflik sosial menurut para ahli :

 Indikator konflik sosial menurut Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson (1972)
adalah sebagai berikut.
1. Demonstrasi (a protest demonstration)
2. Kerusuhan (riot)
3. Serangan bersenjata (armed attack)
4. Korban jiwa akibat kekerasan politik
 Indikator konflik sosial menurut Ivo V. Feierabend dan Rosalnd L. Feierabend (1966)
adalah sebagai berikut.
1. Adanya pemilihan umum
2. Pergantian kabinet
3. Demonstrasi
4. Penindakan terhadap tokoh-tokoh politik
5. Penahanan massal
6. Kudeta
7. Perang saudara

7. Penyelesaian Konflik:

Untuk menyelesaikan konflik, diperlukan upaya yang bersifat akomodatif. Akomodasi


digunakan untuk menyebut suatu proses penyesuaian antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, guna mengurangi,
mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Terdapat berbagai macam
bentuk akomodasi yaitu sebagai berikut.

1. Koersi –Bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan paksaan. Salah satu
pihak berada dalam kondisi yang lebih lemah dibandingkan dengan pihak lawan. Koersi
dapat bersifat fisik maupun psikis.
2. Kompromi – Masing-masing pihak yang terlibat konflik saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian bersama.
3. Arbritase – Cara mencapai kompromi dengan meminta bantuan pihak ketiga yang
dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang kedudukannya lebih tinggi dari
pihak yang bertikai.
4. Mediasi –Cara menyelesaikan konflik dengan meminta bantuan pihak ketiga yang
bersikap netral dan bertindak sebagai penasihat tanpa memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan.
5. Konsiliasi – Usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai untuk
mencapai persetujuan bersama.
6. Toleransi – Bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal dalam wujud saling
menghargai, menghormati, dan tidak saling curiga.
7. Stalemate – Masing-masing pihak yang terlibat konflik karena kekuatannya seimbang,
terhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan
8. Ajudikasi – Bentuk penyelesaian konflik melalui pengadilan.
9.

BAB VII
INTEGRASI SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai