PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
apa yang dimaksud lingkungan sosial?
Pengertian lingkungan sosial
C. Tujuan masalah
Kerjasama lingkungan sosial berbeda
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal ini setiap anggota masyarakat dalam suatu lingkungan sosial
diwajibkan atau dituntut mematuhi serta menghayati aspek- aspek sosial yang
menjadi bagian dari lingkungan sosial, yang membentuk suatu integrasi.
A. Stroz
B. Amsyari
Pengertian lingkungan sosial adalah individu atau kelompok lain yang berada
di sekitar kehidupan masyarakat, seperti tetangga, teman-teman, termasuk juga
orang lain di sekitarnya yang belum dikenal atau masyarakat umum di luar
lingkungan sekitar
C. Purwanto
Arti lingkungan sosial adalah setiap orang atau individu lain yang saling
mempengaruhi dalam kehidupan sehari- hari. Di dalam lingkungan sosial,
manusia membentuk pengelompokan sosial diantara sesama dalam upayanya
mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan. Dalam suatu kehidupan
sosial manusia juga memerlukan organisasi yaitu sekolah, kelompok masyarakat
dan lain-lain.
1. Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya bisa menjadi sebuah hambatan dalam berkomunikasi
yang sulit untuk diatasi. Perbedaan budaya bisa dilihat dari konteks budaya,
perbedaan aspek legal dan etika, Perbedan sosial dan perbedaan tanda-tanda non
verbal.
a) Dalam pengambilan keputusan lebih cepat, hal ini karena fokus pada tujuan,
serta terbiasa berterus terang.
b) Pemecahan masalah lebih lama karena cenderung tidak berorientasi kepada akar
penyebab masalah, tetapi lebih kepada menjaga perasaan orang lain.
Saat berkomunikasi secara lintas budaya, maka pesan haruslah bersikap etis,
dengan menerapkan 4 prinsip dasar, yaitu sebagai berikut:
a) Konteks budaya rendah: Dapat menyapa atasan tanpa memakai gelar, seperti
“Bapak” ataupun “Ibu”, “Mr” maupun “Mrs”. Hubungan antara atasan dan
bawahan bersifat terbuka, tidak ada perbedaan antara atasan maupun bawahan.
Diluar pekerjaan, atasan dan bawahan bisa berteman dengan baik, dan
mengesampingkan status mereka dalam suatu pekerjaan.
b) Konteks budaya tinggi: Menyapa pelaku bisnis atau atasan dengan gelar, status
sosial sangat penting, bahkan pada saat itu diluar pekerjaan ataupun diluar
kedinasan. Tertutup, atasan dan bawahan harus dibedakan, cenderung ada jarak
diantara atasan dan bawahan.
b) Konteks budaya tinggi: Memberikan sebuah hadiah kepada istri teman dianggap
tidak sopan.
4) Konsep Waktu
2. Kontak Mata
3. Bahasa Tubuh
Perilaku sentuhan juga dapat berbeda dalam sebuah budaya dengan budaya yang
lainnya. Pelukan antara pria dan wanita untuk menunjukkan keakraban ataupun
kegembiraan adalah hal yang diterima secara umum, meskipun mereka bukanlah
sepasang kekasih ataupun suami istri. Sementara dibudaya lain, perilaku demikian
bisa dianggap sebagai hal yang tidak biasa ataupun tidak wajar. Tanda-tanda non
verbal dalam sebuah komunikasi antar budaya harus diperhatikan secara cermat,
agar tidak terjadi kebingungan ataupun salah paham.
4. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi non verbal sangat penting dalam hubungan lintas budaya. Hal
tersebut dikarenakan kita cenderung melihat isyarat non verbal jika pesan verbal
tidak jelas ataupun ambigu terutama dalam hal lintas budaya. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan apa yang cocok, normal, serta efektif dalam komunikasi non verbal.
Perbedaan budaya mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap isyarat non
verbal dalam menyampaikan pesan.
Kunci komunikasi lintas budaya yang efektif ialah pengetahuan. Pengetahuan
sangat diperlukan karena:
a) Masyarakat perlu untuk mengerti masalah potensial dalam komunikasi lintas
budaya serta meningkatkan kesadaran untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Salah satu aspek penting yang sangat berpengaruh dalam komunikasi ialah
pemakaian bahasa non verbal. Menurut Du Praw (1996) bentuk dari bahasa non
verbal dapat meliputi bentuk ekspresi wajah (facial expressions), dan gerak tubuh
(gestures), seperti misalnya senyum, pandangan mata, pemakaian tangan kiri dan
kanan, gerakan tangan, gelengan kepala, dan lain sebagainya.
Termasuk pula dalam jenis bahasa non verbal ialah pengaturan tempat
duduk dalam suatu acara, serta jarak antar pembicara pada saat proses komunikasi
berlangsung. Walaupun terdapat bentuk komunikasi non verbal yang dipahami
secara universal, tidak sedikit juga bentuk-bentuk komunikasi ini yang diartikan
secara berbeda-beda antara satu budaya dengan budaya lainnya. Senyum
contohnya, orang Indonesia memahami senyum sebagai bahasa universal untuk
mengekspresikan sebuah keramahahan dan persahabatan, akan tetapi bagi orang
Eropa Timur, sebuah senyuman hanya diberikan kepada teman dekat, dan
keluarga. Mereka tidak akan pernah sembarangan memberikan senyuman pada
orang yang baru mereka temui. Apabila dilihat dari cara pandang orang Indonesia,
orang Eropa Timur dapat dinilai kurang ramah, serta tidak bersahabat.
PENUTUP
KELOMPOK IV
DISUSUN OLEH :
MENTARI C P SONBAI
SEFRIANA DELILA KAUSE
PUTRI BENGNGU
APRILIA LUKY WADU
JEANA LUCYA TOULASIK