Tiap hari kita pasti tidak bisa lepas dengan makanan, karena dari makananlah sumber energi kita berasal. Pada masa kini, makanan mulai banyak macamnya. Mulai dari kue, roti, daging, dan berbagai makanan yang lain. Namun tidak semua makanan mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama sehingga mudah membusuk. Mudah membusuknya makanan tersebut membuat beberapa pedagang makanan yang mengakalinya dengan cara menggunakan bahan-bahan kimia yang terlarang diantaranya Formalin. Formalin merupakan bahan kimia yang berbau menyengat dan tidak berwarna. Formalin sering digunakan sebagai pengawet dan pembunuh kuman. Bahan kimia ini sering ditemukan dalam produk pembersih rumah tangga. Akan tetapi, dalam penggunaannya formalin sering disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan bahwa formalin terdapat pada makanan yang sehari-hari kita konsumsi, misalnya mi basah, ikan asin, bakso dan tahu. Bahkan terakhir formalin ditemukan pada kikil, makanan favorit sebagian masyarakat Indonesia. Adanya formalin didalam makanan tersebut tentu membuat masyarakat semakin khawatir akan dampak yang ditimbulkan. Penggunaan formalin dalam makanan sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia karena nantinya makanan tersebut akan masuk dan dicerna didalam tubuh. Berdasarkan standar Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), batas maksimum formalin yang diperbolehkan dikonsumsi dalam makanan adalah 100 ppm (part per million) yaitu 100 mg/kg makanan per orang per hari. Jika dikonsumsi pada konsentrasi yang lebih tinggi dari batas tersebut, formalin dapat merusak saluran pencernaan. Selain rusaknya saluran pencernaan, formalin juga dapat menyebabkan munculnya sejumlah gejala dalam intensitas parah seperti diare, sakit perut, dan peradangan mulut. Jika sejumlah gejala tersebut dibiarkan begitu saja, dapat mengakibatkan pendarahan pada organ dalam tubuh, termasuk lambung maupun usus. Formalin juga bisa membuat iritasi pada saluran pernapasan. Hal ini dapat terjadi apabila kita menghirup uap dari makanan yang berformalin. Akibat dari menghirup uap tersebut kita dapat mengalami sejumlah gejala, seperti batuk-batuk, radang tenggorokan, nyeri dada, dan mengi. Kondisi bisa bertambah lebih buruk apabila penghirup memiliki riwayat penyakit asma dan bronkitis. Gejala kedua penyakit tersebut bisa saja muncul dalam intensitas yang lebih parah. Dihirupnya formalin tidak hanya memicu iritasi saluran pernapasan saja, formalin yang terhirup juga dapat memicu iritasi pada rongga mata. Jika terpapar dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius seperti luka pada organ paru-paru. Makanan yang mengandung formalin sangat tinggi dapat menimbulkan rasa alergi pada tubuh. Hal itu dikarenakan efek samping dari formalin, umumnya alergi akan dirasakan oleh orang-orang yang sensitif dan rentan. Gejala alergi tersebut dapat timbul pada area yang berkontak dengan formalin, bahkan bisa keseluruh tubuh. Zat yang terdapat pada formalin juga dapat menyerang sistem kinerja pada ginjal. Ginjal yang baik pada umumnya akan menyaring zat yang dibutuhkan tubuh dan membuang zat lainnya sebagai sisa metabolisme tubuh, akan tetapi apabila terdapat zat formalin yang kadarnya sangat tinggi. Ginjal akan bekerja secara maksimal, sehingga ginjal akan bekerja secara terus menerus. Hal ini dapat merusak kinerja ginjal yang kemudian berakibat gagalnya fungsi ginjal (gagal ginjal). Ginjal yang telah mengalami kegagalan, tidak dapat bekerja secara maksimal kembali sehingga zat-zat yang tidak dibutuhkan bagi tubuh akan menumpuk dalam jantung dan menjadi racun yang akan mengganggu kesehatan tubuh. Dampak yang paling parah yang disebabkan formalin pada tubuh adalah memicu kanker. Dilansir dari National Cancer Institute, paparan formalin dalam jangka panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker. Hal tersebut bisa saja terjadi karena formalin memiliki sifat karsinogenik, yaitu bersifat pemicu kanker pada manusia. Beberapa kanker yang muncul akibat formalin adalah kanker kulit, kanker paru-paru, kanker mulut, dan kanker tenggorokan. Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui berapa kadar pasti formalin yang dapat memicu kanker. Namun, semakin tinggi kadar formalin yang masuk ke tubuh, semakin tinggi pula risiko terkena penyakit ini. Perlu diketahui juga bahwa anak-anak dan lansia adalah kelompok usia yang dianggap lebih sensitif terhadap formalin. Mereka diketahui lebih mudah sakit bila terpapar zat ini. Itulah beberapa dampak yang dapat ditimbulkan formalin pada tubuh kita. Begitu besar bahaya yang tersimpan pada makanan berformalin. Mulai dari membuat iritasi pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, merusak organ dalam, membuat alergi, dan masih banyak lagi dampak yang ditimbulkan. Untuk itu alangkah baiknya kita selalu waspada dan berhati-hati apabila kita memilih makanan. Supaya kita dapat terhindar dari bahaya yang ditimbulkan oleh makanan yang mengandung formalin.