1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tentang Masyarakat adat, dengan mengingat Pasal 18 Ayat (2), pasal 20, pasal
21, pasal 281 ayat (3), UNdang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya. Hal
tersebut juga diperkuat oleh pendapat Ade Saptomo yang menyatakan bahwa
dari dan berkembang bersama, dan dijaga oleh masyarakat itu sendiri.
Namun, pada kenyataannya, saat ini hak masyarakat hukum adat dan
1
2
keberadaan Masyarakat Adat beserta seluruh hak dan identitas yang melekat
Lebak masih ada dan menjadi bagian dari komponen masyarakat yang harus
kasepuhan itu memiliki tradisi untuk menjaga alam dan isinya. Keberadaannya
harus diakui karena memiliki peranan strategis dalam menjaga alam dalam hal
hukum adat, termasuk hak masyarakat hukum adat dalam pemanfaatan sumber
daya alam dalam hal pengelolaan hutan untuk memperoleh manfaat yang
optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam
Bahwa perlu menetapkan praturan terhadap pelestarian hutan adat dan adanya
hasil hutan dan mengelola hutan berdasarkan hukum adat. Selama tidak
Keadaan hutan yang makin rusak karena perambahan orang yang tidak
perlindungan hutan dengan cara mengadopsi nilai hukum lokal (Yamani, 2011).
Kehutanan, hutan adat masuk dalam salah satu skema dari lima skema kegiatan
perhutanan sosial. Sebagai salah satu kegiatan selain kegiatan TORA (tanah
adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Untuk
tersebut.
Sebagaimana yang tertera dalam hukum adat bahwa kedudukan yang dimiliki
oleh masyarakat adat ialah sebagai pemelihara, pengelola dan penjaga hutan
adat, hal ini sangat memudahkan bagi masyarakat adat untuk lebih
hutan adat sudah di tetapkan maka kedudukan ini berlaku pada masyarakat adat
yang menggarap dan memelihara hutan adat (Arvita Hastarini & Gusti Fadhil
melindungi hak setiap warga negara, salah satunya adalah melalui perlindungan
terhadap hak masyarakat hukum adat dalam mendiami hutan adat. Isu hukum
2018). Hutan adat menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 1
“Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum
5
adat.” Dari definisi ini maka dapat disimpulkan bahwa hutan adat adalah hutan
negara dimana hutan adat merupakan hutan yang tidak dibebani pada hak.
membuat hutan adat yang telah dikuasai secara turun temurun akan menghilang
hak dan pengelolaannya oleh masyarakat hukum adat. Akibat hal ini muncul
berbagai konflik hutan baik secara vertikal yang melibatkan masyarakat hukum
dengan perusahaan, dan bahkan antar masyarakat hukum adat itu sendiri, selain
itu konflik hutan juga terjadi secara horizontal yang melibatkan masyarakat
hukum adat dengan pemerintah (Pusat dan daerah). Dalam konteks pengeloaan
dan pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat hukum adat tidak terlepas
dari peran negara yang mengatur pengelolaan tersebut sebagaimana diatur dalam
Pasal 33 ayat (3) Undang- undang Dasar 1945 yang menegaskan kedudukan
negara sebagai Badan Hukum yang mengatur peruntukan dan pengelolaan hutan
Hak Menguasai Negara ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat, dalam hal yang lebih kecil yaitu
tersebut menjelaskan bahwa Hutan Adat adalah hutan negara yang berada pada
6
tanah yang dibebabani hak atas tanah (Muhlis,.2020). Hutan juga termasuk
budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus
datang.
pada sistem hukum tertulis, Indonesia saat ini sedang mengupayakan suatu
proses unifikasi dari berbagai sistem hukum tidak tertulisnya yang terdapat dan
dalam proses tersebut yaitu mengenai keberadaan hukum adat terutama untuk
kelestarian hutan yang diwujudkan seperti dalam bentuk “hutan larangan” dan
sawah yang dikelola setiap tahunnya. Kawasan hutan yang menjadi sasaran
proteksi ini biasanya kawasan hutan alam yang berada di sekitar hulu sungai dan
yang ada di sekitar tempat mereka tinggal seperti masyarakat Kasepuhan sudah
sistem zonasi leuweung kolot, leuweung titipan leweng tutupan dan leuweung
bukaan. Komunitas masyarakat adat merupakan faktor pertama dan penentu bagi
Oleh karena itu, negara dituntut untuk bisa membuat peraturan yang jelas
mengatur tentang hutan adat. Konflik agraria terkait kawasan hutan adat ini
berhadapan dengan struktur negara yang jauh lebih kuat dari hukum masyarakat
faktor utama yang dapat menghambat sekaligus penentu pelaksanaan hak bagi
hukum adat melalui produk hukum daerah. Hal ini dapat dilihat dari Undang
dan wilayahnya (hutan adat) untuk kejelasan dari hak hutan adat serta mengatasi
menurut Suardi (dalam jurnal Pratiwi et al., 2019) bahwa akan lebih lengkap
masyarakat hukum adat sebagai subjek hukum dan pemilik hak atas hutan adat.
hukum adat adalah dengan menghasilkan produk hukum daerah sebagai wujud
hukum adat oleh negara antara lain pemanfaatan sumber daya alam oleh
Hal ini tidak dapat lepas dari Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 terkait
Pasal 18B dan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 menegaskan bahwa masyarakat
hukum adat mempunyai hak dan kewenangan terhadap ulayat yang salah satu
Menurut sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesa sekitar 237,6
juta jiwa. Pada tahun yang sama juga menyebutkan jumlah Suku Bangsa di
Indonesia mencapai 1.340. Dari jumlah sebanyak itu, hanya 15 etnik yang
kelompok etnik dengan jumlah anggota kurang dari 1 juta jiwa yang tersebar
karakteristik Sunda pada abad ke 18. Berdasarkan hal tersebut di atas maka
proposal ini akan mengangkat judul skripsi yaitu Kedudukan Masyarakat Adat
Dengan fokus dan sub fokus yang jelas, penelitian tentang kedudukan
C. Rumusan Masalah
Kabupaten Lebak?
Sobang Lebak?
Sobang Lebak?
D. Tujuan Penelitian
Lebak.
terkait hutan adat, Anggapan hutan adat adalah hutan negara bertentangan
adat.
E. Kegunaan Penelitian
dalam kondisi yang lemah dan statis, tetapi jsutru mendorong rakyat untuk
menjadi pelaku yang selalu dalam situasi dinamis dan berkekuatan. Dalam
bahasa relasi kekuasaan, mereka akan selalu mendorong dirinya sendiri untuk
titik-titik penerapan kuasa. Oleh sebab itu, pemisahan hutan adat dari hutan
untuk membangun hak atau juga kekuasaan yang secara esensial tidak bersifat
KAJIAN PUSTAKA
A. Masyarakat Adat
1. Kedudukan Masyarakat
masyarakat dengan adanya sistem penerapan garap pada tanah hutan adat,
dan penentu bagi hadirnya produk hukum pengakuan dan perlindungan hak.
Namun menurut Suardi (dalam jurnal Pratiwi et al., 2019) bahwa akan lebih
14
15
masyarakat hukum adat sebagai subjek hukum dan pemilik hak atas hutan
sebagai wujud perlindungan dan pengakuan masyarakat hukum adat dan air
hukum adat.
lain pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat adat dan pengelolaan
hutan. Hal ini tidak dapat lepas dari Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945
Sehingga dengan adanya Pasal 18B dan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945
kewenangan terhadap ulayat yang salah satu contohnya adalah hukum adat.
Kehutanan.
16
sebagai masyarakat adat, salah satu pilihan hukum yang harus diambil
No. P56/2006 tentang zonasi dan PP. No. P19/2006 tentang kolaborasi
yang diperoleh akan bermanfaat bagi pihak yang terkait dalam membuat
suatu rekomendasi untuk mengelola hutan adat secara adil, sejahtera dan
2. Masyarakat Adat
orang yang secara tradisional bergantung dan telah memiliki ikatan sosio-
lokalnya.
ditegaskan dalam Pasal 18B ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia
agraria dan pengelolaan sumber daya alam harus didasarkan pada prinsip-
keragaman budaya bangsa atas sumber daya agraria dan sumber daya
alam”.
agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat,
hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan para
yang timbul dari hubungan secara lahir dan batin secara turun menurun dan
merupakan pengertian dari hak ulayat yang terdapat pada Pasal 1 ayat (1)
kuat dengan tanah dan lingkungan hidup, serta sistem nilai yang
untuk mengurangi interaksi dengan pihak luar karena mereka lebih memilih
dengan kearifan lokal yang masih ketat dipelihara, dan mereka sangat
berarti mereka tidak membuka ruang bagi hubungan komersil dengan pihak
20
luar. Masyarakat adat seperti ini dapat kita jumpai salah satunya Di
mengalami perubahan sejak Perum Perhutani Unit III Jawa Barat mulai
yang ditetapkan pada masa Perum Perhutani Unit III Jawa Barat pun masih
Nasional. Beuki ngurangan we jeung dahar teh --- (Mau bersawah saja
susah, kalau dah ada hasilnya harus berbagi ke Taman Nasional. Semakin
21
mencapai 637,501 ha. Dari 1.414 jiwa penduduk Cirompang, maka areal
hanya 275,799 ha. Ini berarti hanya 0,19 ha/jiwa atau 0,6 ha/KK.
tanah di Cirompang.
kegiatan yang ada di ranah domestik. Seperti pada kutipan di atas yang
keluarga ini. Ketika kami datang, Ambu O terlihat sangat sibuk menyiapkan
kopi, nasi, dan sayur untuk dihidangkan. Sedangkan Olot A duduk dan
masing kasepuhan. Pembagian peran yang sekilas terlihat biasa saja ini
justru menjadi suatu hal yang menarik untuk kami telusuri lebih lanjut. Dari
Provinsi Banten. Suasana bersih dan asri menjadi kesan pertama ketika
silam. Sebuah desa yang didiami oleh masyarakat adat yang masih kental
Masyarakat adat masih memiliki pegangan dan tata cara adat tersendiri
dengan varietas lokal (jenis pare gede) yang biasanya ditanam satu tahun
sekali. Namun saat ini masyarakat menanam padi setahun dua hingga tiga
kali (jenis pare leutik/pare handap). Padi yang ditanam tidak sepenuhnya
Keberadaan dan penggunaan leuit di desa ini sudah lama diwariskan secara
B. Hutan
1. Hutan
tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun beriklim dingin,
besar.
Pasal 6 ayat 1 dan 2, membagi hutan menurut fungsi pokoknya menjadi (1)
hutan konservasi, (2) hutan lindung dan (3) hutan produksi. Definisi yang
fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Jika arti perundangan ini dicermati
maka pengelolaan hutan akan sampai pada kondisi sulit dimengerti dan
bos (Belanda) dan forrest (Inggris). Forrest merupakan daratan tanah yang
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting (Salim,
2006).
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan
dari semua yang hidup (biotik) dan tidak hidup (abiotik) pada daerah
Tanpa sampah, tanah akan terpadatkan oleh air hujan, sehingga daya
dengan bahan organik berbentuk zar hara yang larut, memperbaiki struktur
bangunan, obat-obatan dan produk lain dari hutan dan lingkungan alami
tunai. Lebih dari 350 juta jiwa penduduk dunia yang hidup di sekitar hutan
sebagai jaring pengaman selama periode krisis atau selama terjadi paceklik
kecil (Wunder et al. 2014 dalam Ali & Rahut 2018). Lebih lanjut, hasil
security).
2. Hutan adat
Istilah hutan adat yang sudah baku dalam penyebutan untuk kawasan
adat merupakan suatu kawasan yang dikelola oleh masyarakat adat dengan
dimaksud. Hutan adat adalah seluruh hutan rimba yang bukan milik pribadi
atau keluarga. Hutan adat berisi berbagai jenis kayu, buah-buahan, akar dan
(Adhiprasetyo, 2006).
milik komunitas adat, bukan lagi milik negara. Pengakuan ini datang dari
hutan adat yang membatalkan sejumlah ayat dan pasal yang mengatur
pihak yang terbaik untuk mengelola hutan adalah mereka yang hidup
sedang dibahas di DPR, yaitu RUU Pertanahan dan RUU Pengakuan dan
mengelola hutan sulit dibuat dalam suatu wadah organisasi yang tepat.
3.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
B. Waktu Penelitian
Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak pada bulan Maret s/d April 2023.
C. Metode Penelitian
A. Heuristik
heuristik adalah suatu tehnik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Lebih
mendapatkan data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah. Dari kedua
31
32
1. Sumber primer
Verifikasi dan Validasi Hutan Hak. Bagian dua pasal dua (2) Verifikasi
4. Hutan titipan
ganggu Kembali. Dalam artian hutan ini hanya di rawat saja oleh
5. Hutan Tutupan
Hutan tutupan adalah hutan yang boleh digarap tapi harus ada izin
dari jajaran Baris Kolot, utamanya oleh Abah (Ketua Adat) dan
aturan adat, baik yang tertulis maupun tidak, mereka tetap bisa
kekayaan alam dengan berbagai jenis flora dan fauna yang hidup di
6. Hutan Garapan
digarap oleh siapa saja, asal untuk kepentingan masyarakat dan harus
dilakoni dengan baik. Namun, ada satu hal yang tidak boleh dilakukan
rumah jikalau ada kepentingan rumah adat, lumbung padi, rumah wisata
Indonesia.
2. Sumber Skunder
hutan adat dianggap open access dimana setiap Masyarakt Adat bebas
B. Kritik
1. Kritik Eksternal
Sumber : Elektronik/Internet
Hutan Adat.
Pemerintahan RI
suatu undang-undang.
Hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebdni hak atas
40
yang tidak dibebani hak atas tanah. Hutan Hak adalah Hutan
yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hutan
Hukum Adat.
terlihat biasa saja ini justru menjadi suatu hal yang menarik
Sumber : Lisan
Hasil : Wawancara
gugat.
konservasai.
adat.
peneliti.
C. Intrepretasi
adanya perbedaan antara hutan adat dan hutan hak. Peranan masyarakat adat
ayat “Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah
masyarakat hukum adat.” Dari definisi ini maka dapat disimpulkan bahwa
hutan adat adalah hutan negara dimana hutan adat merupakan hutan yang
tidak dibebani pada hak. Pengkategorian hukum adat sebagai hukum negara
secara hukum telah membuat hutan adat yang telah dikuasai secara turun
adat.
Akibat hal ini muncul berbagai konflik hutan baik secara vertikal yang
masyarakat hukum adat itu sendiri, selain itu konflik hutan juga terjadi
A. Letak Geografis
kendeng membujur dari barat ke timur, dan sebelah barat berbatasan dengan
B. Iklim
Sebagai wilayah yang berada di kawasan hulu dan dataran tinggi dari
mencapai 518 KK atau 1.551 Jiwa (perempuan 773 jiwa dan laki-laki 778
Jumlah Kepala
No. Nama Kampung Jumlah Jiwa
Keluarga (KK)
1 Cirompang 231 718
2 Pasir Muncang 23 75
3 Cibama Pasir 86 260
4 Cibama Lebak 49 155
5 Muhara 33 104
6 Sinargalih 31 102
47
48
dampak positif terhadap kelestarian hutan dan air. Dampak yang dirasakan
untuk menghorati para Leluhur dan terus mentaati serta tidak mengabaikan
nasehat Leluhur.
tidak terlepas dengan adanya berbagai anjuran dan larangan lokal yang
Kasepuhan Cirompang.:
aturan bagi yang menggarap hutan adat dari hasil pemanfaatan hutan adat
yakni 10% dari hasilnya. Itupun jika adanya sebuah kegiatan yang
Pare Beukah.
Salah satu kegiatan yang dilakukan pada saat padi sudah muali
gegenek dilakukeun eta geus jelas ciri bahwa pare geus mulai ngembang
jelas eta kudu dilakukeun acara syukuran jeung eta the pangeling-
ngeling supaya anak incu pada kumpul.” (wawncara di rumah salah satu
masyarakat adat kasepuhan untuk memikul padi, alat ini terbuat dari
bambu, dan salah satu alat musik yang disukai oleh masyarakat dan
kasepuhan, ini merupakan salah satu ciri bahwa padi sudah mulai bisa di
yang basah.
yang berdatangan
(Leuit).
ini bermakna rasa syukur masyarakat adat terhadap tuhan yang maha
esa atas kesehatan dan kemakmuran yang telah diberikan selama satu
tahun kebelakang.
nyangkul (macul).
dicabut dari hak garapnya, karena dalam sistem pengelolaan hutan adat
untun hak garap pada masyarakat sesuai dengan hak garapan masing-
5. Setiap sumber mata air dengan ukuran 100 (seratus) meter persegi tidak
6. Harus tetap menjaga hutan lindung yang disebut hutan titipan dan
kembali.
suatu masyarakat hukum adat tertentu ddengan wilayah hukum dan hak
atas harta kekayaan diwilayah hukum adat tersebut, serta berhak dan
Kokolot 8. Palawari.
2. Juru basa
3. Jaro kolot
4. Amil
dibidang keagamaan.
6. Pager/lajer
7. Ronda Kolot
54
kali. Akan tetapi apabila ada hal yang mendadak itu langsung
Masyarakat adat.
8. Palawari
)Amir)
20 20 20 20 20 20 20 20 20
KK KK KK KK KK KK KK KK KK
”Gunung Aya Maungan (di Gunung/dataran tinggi ada Macan), Lebak Aya
Badakan (di dataran yang lebih rendah ada tempat mencari makan),
Lembur Aya Kolotna (di kampung ada sesepuhnya), Rahayat Aya Jarona
dalam memenuhi kebutuhan air. Maka tak heran jika lahan garapan warga
sangat bervariasi vegetasinya. Selain sawah dan huma, lahan garapan warga
Cirompang dipenuhi dengan pohon Aren (Arenga pinnata) yang bisa diolah
warga untuk dijadikan gula Aren. Gula ini dimanfaatkan secara subsisten
Falcataria) dan pohon buah (Nangka, Durian, Manggis, dan lain-lain) juga
tumbuh di lahan garapan warga. Begitu pula dengan sayuran dan palawija.
1. Sawah
lokal. Jenis padi yang ditanam masih menggunakan padi lokal dengan
pupuk yang seringkali digunakan adalah pupuk Urea dan TSP. Namun
organik. Upaya ini pada dasarnya mendapatkan respon yang baik dari
sejak dulu menggunakan pupuk organik. Dan saat ini Cirompang tengah
di Desa Cirompang.
(Ritual Adat)
tanah
Rumput di Pematang
Sawah
57
Tebar
Padi
Sawah
Rumput
Pemupukan-
mengobati hama
penyakit. (Ritual
Adat/Kasepuhan)
Adat/Kasepuhan)
Ritual
Adat/Kasepuhan)
Padi
58
(Ada Ritual
Adat/Kasepuhan)
Kering
n Selama Berada di
Adat/Kasepuhan)
telah didapat
2. Huma / Ladang
warisan sejak jaman dulu dan saat ini keberadaannya mulai berkurang.
Ini bisa terlihat di Kabupaten Bogor yang jarang sekali ditemukan huma.
Huma yang dikelola di Desa Cirompang sama seperti yang dikelola oleh
balik ini merupakan proses sirkulasi tanam dan masa istirahat tanah.
Dengan adanya sistem gilir balik ini, setelah masa panen padi tiba, tanah
Adat)
Akan Di Tanami
pembersihan lalan
pengganggu (gulma)
(Ritual Adat/Kasepuhan)
Adat/Kasepuhan)
Adat/Kasepuhan)
(Ada Ritual
Adat/Kasepuhan)
Kering
lantaian ke Leuit
61
Adat/Kasepuhan)
3. Ngebon (dudukuhan)
(seperti Sengon, Manii/ Afrika, dll serta pohon buah seperti Rambutan,
secara ekologi dan ekonomi. Berikut adalah tahapan ngebon yang biasa
(Ritual Adat)
Yang Akan Di
Tanami
pembersihan lalan
bersih
Kayu-Buah, Kadang
bersamaan dengan
palawija
tanaman pengganggu
(gulma)
63
Pemupukan-
mengobati hama
penyakit. (Ritual
Adat/Kasepuhan)
8 Membiarkan
Buah
4. Hutan (Leuweung)
dan kualitas air, hutan yang saat ini mencapai 53,742 ha masih tetap
mata air. Dungus berada di dalam kawasan hutan, jadi hutan sangat
sumber mata air sejauh 7 tumbak (50 m) dengan jenis tanaman yang bisa
64
Leles, Bambu.
konsekwensi logis atas keberlangsungan hutan. Maka dari itu sumber air
“aman” yang saat ini tengah disusun oleh warga Cirompang diharapkan
bisa diterima oleh semua pihak termasuk TNGHS yang juga diberi hak
1. Asup leweng
2. Nibakeun
3. Ngubaran
5. Mipit
6. Ngadiukeun
65
7. Seren taun
dimana tidak ada masalah serius yang tidak bisa ditangani oleh
Kasepuhan Cirompang.
Pengelolaan hutan diluar Hutan Adat untuk dijadikan lahan perkebunan atau
c. Ketika membuka lahan ternyata terdapat mata air maka pembuka lahan
B. Saran
67
68