Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI SISTEM PENGINDRAAN

SYARAF DAN GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU

Anatomi Dan Fisiologi Pada Hidung Dan Telinga

Dosen Pengampu :
Dr. Hendratna, SKM., M.Kes

Disusun oleh:
1. Devi Vindari Alfina Isnaini (220205006)
2. Afifah Rahma Pratiwi (220205137)
3. Alika Nur Fadila (220205138)

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
BAB II PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Anatomi dan Fisiologi Hidung..................................................................................5
1. Anatomi Hidung.....................................................................................................5
2. Fisiologi Hidung.....................................................................................................9
B. Anatomi Dan Fisiologi Telinga................................................................................11
1. Anatomi Telinga...................................................................................................11
2. Fisiologi Telinga..................................................................................................18
BAB III PENUTUP.........................................................................................................19
DAFTAR ISI........................................................................................................................20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tema dari makalah ini adalah ”Anatomi dan Fisiologi Hidung dan

Telinga”.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang anatomi

dan fisiologi telinga dan hidung, bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Hendratama, SKM.,


M.Kes selaku dosen mata kuliah Anatomi, Fisiologi dan Patofisiologi sistem

Pengindraan syaraf dan Gangguan Jiwa dan Perilaku, yang telah memberikan

tugas ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penulisan makalah ini jauh

dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi

perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sebagai acuan dalam penulisan makalah

kedepannya.

Surakarta, 11 September 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-

masuknya udara dari dan keparu-paru . Hidung juga memberikan

tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya sinus

paranasalis dan saluran air mata. Hidung bagian atas terdiri dari tulang

dan hidung bagian bawah terdiri dari tulang rawan (kartilago). Didalam

hidung terdapat rongga yang dipisahkan menjadi 2 rongga oleh sekat,

yang membentang dari lubang hidung sampai ke bagian belakang. Tulang

yang disebut konka nasalis menonjol kedalam rongga hidung, membentuk

sejumlah lipatan. Lipatan ini menyebabkan bertambah luasnya daerah

permukaan yang dilalui udara. Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir

dan pembuluh darah. Luasnya permukaan dan banyaknya pembuluh darah

mungkinkan hidung menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk

dengan segera.

Telinga merupakan organ system pendengaran, yang bertanggung

jawab untuk indera pendengeran. Fungsi utamannya menerima gelombnag

suara dan mengirimkan sinyal ke otak. Dengan ini dapat mendeteksi dan

menginterprestasikan jenis suara yang berbeda. Telinga jua berfungsi

sebagai penentuan posisi kepala dan menjaga keseimbangan badan.


BAB II

PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi Hidung

1. Anatomi Hidung

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari

nares anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga

hidung dari nasofaring. Septum nasi membagi tengah bagian hidung

dalam menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Setiap cavum nasi

mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan

superior. Bagian inferior cavum nasi berbatasan dengan cavum oris

dipisahkan oleh palatum durum. Ke arah posterior berhubungan

dengan nasofaring melalui koana. Di sebelah lateral dan depan dibatasi

oleh nasus externus. Di sebelah lateral belakang berbatasan dengan

orbita, sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fossa pterygopalatina, fossa

pterigoides.

Nervus olvactorius merupakan saraf kranial pertama. Dari sudut

pandang anatomis, saraf ini berjalan di dekat saraf terminal dan saraf

vomeronasal, meskipun ketiga saraf tersebut dapat dengan mudah

dibedakan. Nervus olfaktorius dimulai dari lamina propria dari epitel

olfaktorius yang terletak di dalam rongga hidung.


Gambar 1. Anatomi rongga hidung

a) Dasar Hidung

Dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus

horizontal os palatum. Atap hidung terdiri dari kartilago

lateralis superior dan inferior, dan tulang-tulang os nasale, os

frontale lamina cribrosa, os etmoidale, dan corpus os

sphenoidale. Dinding medial rongga hidung adalah septum

nasi. Septum nasi terdiri atas kartilago septi nasi, lamina

perpendikularis os etmoidale, dan os vomer. Sedangkan di

daerah apex nasi, septum nasi disempurnakan oleh kulit,

jaringan subkutis, dan kartilago alaris major.


b) Dinding lateral

Dinding lateral dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu di

anterior terdapat prosesus frontalis os maksila, di medial

terdapat os etmoidal, os maksila serta konka, dan di posterior

terdapat lamina perpendikularis os palatum, dan lamina

pterigoides medial. Bagian terpending pada dinding lateral

adalah empat buah konka. Konka terbesar dan letaknya paling

bawah ialah konka inferior kemudian konka yang lebih kecil

adalah konka media, konka superior dan yang paling kecil

adalah konka suprema. Konka suprema biasanya akan

mengalami rudimenter. Diantara konka-konka dan dinding

lateral hidung terdapat rongga sempit yang dinamakan dengan

meatus. Terdapat tiga meatus yaitu meatus inferior, media dan

superior. Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu

celah yang sempit antara septum dan massa lateral os etmoid di

atas konka media. Resesus sfenoetmoidal terletak di

posterosuperior konka superior dan di depan konka os spenoid.

Resesus sfenoetmoidal merupakan tempat bermuaranya sinus

sfenoid. Meatus media merupakan salah satu celah yang di

dalamnya terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan

bagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka


media yang letaknya menggantung, pada dinding lateralnya

terdapat celah berbentuk bulan sabit yang disebut sebagai

infundibulum. Muara atau fisura berbentuk bulan sabit yang

menghubungkan meatus medius dengan infundibulum

dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial

infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci

dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Ostium sinuscavum

frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior bermuara

di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid anterior

biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila

bermuara di posterior muara sinus frontal. Meatus nasi inferior

adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai

muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3

sampai 3,5 cm di belakang batas posterior nostril.

c) Septum hidung
Gambar 2. Anatomi septum hidung

Septum membagi cavum nasi menjadi ruang kanan dan kiri.

Bagian posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os

etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum, premaksila dan

kolumela membranosa. Bagian posterior dan inferior oleh os

vomer, krista maksila, krista palatina dan krista sfenoid. Pada

bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang

a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan

a.palatina mayor yang disebut Pleksus Kiesselbach (Little’s

area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah

cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis

(pendarahan hidung) terutama pada anak. Vena-vena hidung

mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan

dengan arteri. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung

bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus

kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup

sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya

penyebaran infeksi hingga ke intracranial.

2. Fisiologi Hidung

Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori

fungsional, maka fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah :


a) Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),

penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran

tekanan dan mekanisme imunologik local.

Proses respirasi masuknya oksigen dan keluarnya karbondioksida

sebagai hasil proses respirasi.

b) fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius

(penciuman) dan reservoir udara untuk menampung stimulus

penghidu, proses pembau dimulai dari hidung yang akan mencium

aroma tertentu, yang kemudian diproses oleh sel saraf pembau (sel

olfaktori).

c) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu

proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui

konduksi tulang. Proses resonansi Resonansi terjadi ketika suara

menggetarkan objek lainnya dengan frekuensi yang sama.

Resonansi hanya bisa terjadi jika objek yang bergetar pertama kali

bisa terbuka dan memiliki area terbuka.

d) fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala,

proteksi terhadap trauma dan pelindung panas

e) refleks nasal.
Gambar Fisiologi hidung

B. Anatomi Dan Fisiologi Telinga

1. Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ pendengaran dan mempunyai reseptor

khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada

tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,

telinga tengah, dan telinga dalam.


Gambar Anatomi telinga

a) Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikel),

saluran telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput

gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk

menerima dan menyalurkan getaransuara atau gelombang bunyi

sehingga menyebabkan bergetarnya membrane tympani. Meatus

akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane

tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang

sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus

disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh

tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah

rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah

mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar

apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak


setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan

serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu

dan mencegah infeksi. Pada ujung dalam meatus akustikus

eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi oleh lapisan

luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi

oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat

jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen dan

elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membrane atas

tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk

membrane shrapnell.

Gambar Anatomi Bagian luar

b) Telinga tengah

Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang

pelipis (tulang temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran

(osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan

stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui


persendian . Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam

membran tympani, sedangkan bagia kepalanya berhubungan

dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes

berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan

telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis (tingkap jorong/

fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkapbundar

atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut

membran tympani sekunder. Telinga tengah dibatasi oleh epitel

selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang

melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga

tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes

yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan stapes

diliputi oleh epitel selapis gepeng. Telinga tengah berhubungan

dengan rongga faring melalui saluran eustachius(tuba auditiva),

yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua

sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut

menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang

sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk

mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut

terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui

tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan

yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran

tympani
Gambar Anatomi Bagian Tengah

c) Telinga dalam (labirin)

Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri

dari serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran membranosa

yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk

labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe,sedangkan rongga-

rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa

disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan

perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari

rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunan peri limfe

mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan

pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang

mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri

tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh

jaringan-jaringan ikat. Labirin terdiri atas tiga saluran yang

kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah

kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran). Vestibula


merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea

dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan

telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule

bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan

utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus

yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis

(orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam

organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel

penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang

mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang

disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan

gravitasi, menyebabkan akan menyampaikanimpuls saraf ke

cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada

bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf

tersebut ke pusat keseimbangan di otak. Kanalis semisiskularis

merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang

vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut

menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula

berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista

akustika, sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk

mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap

gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista

akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel


penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini

distimulasi oleh gerakanendolimfe. Ketika kepala bergerak akibat

terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-

sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan

mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot

berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada

posisi yang baru. Kokhlea membentuk bagian anterior labirin,

terletak di depan vestibula. Berbentuk seperti rumah siput, berupa

saluran berbentuk spiral yangterdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi

bentukan kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang

kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea terdiri dari tiga saluran yang

berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah :

a. Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas

mengandung perilimfe, berakhir pada tingkap jorong.

b. Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah

mengandung perilimfe berakhir pada tingkap bulat.

c. Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala

vestibular dan skala tympani, mengandung endolimfe. Skala

media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran

vestibularis (membran reissner), dan dipisahkan dangan skala

tympani oleh membran basilaris.

Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar,

yaitu : Organ corti. Sel reseptor bunyi pada organ ini berupa
sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang. Akson-akson

dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear

dari saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang

menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran/

keseimbangan di otak. Getaran suara dapat sampai pada organ

corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran suara memasuki

liang telinga menekan membrane tympani melintas melalui

tulang-tulang pendengaran menekan tingkap jorong

Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe menekan

membran vestibularis dan skala basilaris merangsang sel-sel

rambut pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi pembentukan

impuls saraf.

Gambar Anatomi Bagian dalam

2. Fisiologi Telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan

gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar

kejendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan


kecairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan

tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan

limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam

saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan

sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.

Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela

bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-

selaput Basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke

bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial,

terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan

membrane basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan

kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar

di dalam otak melalui saraf pendengaran.

a) Susunan Dan Cara Kerja Alat Keseimbangan

Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga

saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula

(kristal) dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan

sakulus. Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar

dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya

berhubungan dengan utriculus yang menuju ke sakulus. Utrikulus

maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan

yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori

yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk


kubah. Alat ini disebut kupula.Saluran semisirkular (saluran

setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat

keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari

sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang

melekat padaotolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala

mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan

impuls yang akan dikirim ke otak.


BAB III

PENUTUP

1. Hidung merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air

mata. Hidung bagian atas terdiri dari tulang dan hidung bagian bawah

terdiri dari tulang rawan (kartilago). Didalam hidung terdapat rongga

yang dipisahkan menjadi 2 rongga oleh sekat, yang membentang dari

lubang hidung sampai ke bagian belakang.

2. Telinga merupakan organ pendengaran dan mempunyai reseptor khusus

untuk mengenali getaran bunyi yang akan disalurkan ke otak dan untuk

keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga, yaitu bagian

telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.


DAFTAR ISI

https://www.academia.edu/28714880/MAKALAH_PANCA_INDERA_pdf

https://www.scribd.com/document/363183453/Syaffa-Sadida-Zahra-

22010112130082-Lap-kti-Bab-2

Anda mungkin juga menyukai