SKRIPSI
Oleh :
NOOR MUHAMMAD PANDU WIRA SENA ISNANTOPO
NIM. 220106288
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun oleh:
NOOR MUHAMMAD PANDU WIRA SENA ISNANTOPO
NIM. 220106288
Mengesahkan,
Ka.Prodi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk melakukan
penelitian untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi pada
Prodi Keperawatan Anestesiologi Sarjana Terapan Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto. skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Iis Setiawan Mangkunegara, S.Kom., M.Ti., selaku Ketua Yayasan Dwi
Puspita Universitas Harapan Bangsa,
2. dr. Pramesti Dewi, M.Kes., selaku Rektor Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ns. Dwi Novitasari, S.Kep, Ners, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto yang telah memberikan ijin
penelitian.
4. Wilis Sukmaningtyas, SST., S.Kep, Ns., M.Kes., selaku Ka.Prodi
Keperawatan Anestesiologi Sarjana Terapan Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto yang telah memberikan ijin penelitian, sekaligus selaku
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan
kepada penulis.
5. Danang Tri Yudoyono S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis.
6. Amin Susanto, S.Kep., Ns., MSN., selaku penguji yang telah memberikan
masukan,arahan,dan bimbingan kepada penulis.
7. Kartika Ratna Budiati, A.Md.RO., Selaku Istri Penulis yang senantiasa
membantu dan mendukung penuh demi terlaksananya penelitian ini.
8. Taupik Rahman, AMK., S.Tr.Kes., Selaku Mentor yang telah membukakan
dan memberikan jalan, Ide, arahan serta dukungan.
9. Orang tua, dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
iv
v
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian.................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori........................................................................................... 12
B. Kerangka Teori.......................................................................................... 21
C. Kerangka konsep....................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................. 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 24
C. Populasi dan Sampel.................................................................................. 24
D. Variabel Penelitian..................................................................................... 22
E. Definisi Operasional Variabel................................................................... 23
F. Instrumen Penelitian.................................................................................. 26
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data......................................................... 27
H. Analisa Data............................................................................................... 31
I. Jadwal Penelitian.......................................................................................
vi
vii
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia adalah air,
pemenuhan cairan dalam tubuh, suatu faktor yang diatur melalui umpan balik
informasi oleh mekanisme sistem saraf sentral dan perifer yang aktif. Rasa
ingin untuk minum pada manusia juga merupakan perilaku yang dipengaruhi
oleh lingkungan dan psikologis. Tindakan minum yang bersumber dari rasa
haus adalah untuk mempertahankan status hidrasi yang ideal pada tubuh
volume pada lambung yang berdampak pada resiko mual muntah yang
terjadi selama tindakan anestesi terlebih saat melakukan induksi anestesi yang
sebelum operasi dikenal dengan metode Nulla per os/Nill per os (NPO), yang
artinya makan dan minum tidak melalui mulut sejak tengah malam sebelum
1
2
Pada era anestesi modern ini, hasil penelitian terbaru dengan adanya
tidak perlu, bahkan dapat berdampak buruk pada pasien karena akan
haus, lapar, cemas, nyeri setelah operasi, dan mual muntah. Bahkan pada
tahun 1970-an adanya penelitian terkontrol secara acak pada pengaruh lama
puasa yang lebih pendek sebelum operasi pada anak-anak dan orang dewasa.
Didapati puasa yang terlalu lama berdampak buruk dan mempengaruhi pasien
merasakan haus, lapar, mengantuk, cemas dan pusing. Pada puasa prabedah
terhadap cairan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
Serikat (AS) dan Inggris merekomendasikan agar pasien yang sehat untuk
berpuasa selama 6 jam dari makanan padat dan 2 jam dari cairan bening.
atau untuk tidak makan dan minum mulai dari tengah malam. Hal ini dapat
bedah perlu bekerja sama untuk mengurangi waktu puasa prabedah dengan
(Maqbali 2016).
lambung dan aspirasi paru. Namun, studi-studi yang ada menunjukkan puasa
pasien, agar lama puasa menjadi tidak terlalu panjang. Sejak tahun 1999,
sebelum tindakan operasi yang lebih fleksibel dan aman bagi pasien
yang menyatakan bahwa air boleh diminum sampai 2 jam sebelum jadwal
studi dan riset yang menyatakan bahwa puasa cairan 2–4 jam tidak
dari 4 jam. Puasa selama 2–4 jam juga dilaporkan memberikan rasa haus dan
lapar yang lebih sedikit dibandingkan puasa lebih dari 4 jam. Bahkan, salah
satu meta analisis melaporkan bahwa puasa cairan 2–4 jam sebelum tindakan
operasi yang aman tanpa kelaparan dan rasa haus yang berlebihan. Meskipun
pedoman saat ini tentang subjek, pedoman praktis untuk puasa sebelum
operasi sangat bervariasi antara negara, rumah sakit, dan bahkan departemen
anestesi dan bedah itu sendiri, dan studi observasional dan eksperimental
cairan masih sangat terbatas, serta terkait penelitian tersebut masih tergolong
yang dikembangkan oleh RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh mengikuti aturan
puasa minum terakhir hanya tertulis sesuai dengan kebutuhan dan instruksi
dokter, dan terkadang tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Situasi ini salah
ditentukan karena adanya halangan dari dokter atau operator bedah yang
jadwal operasi dari jam yang ditentukan. Arahan untuk puasa pra operasi
hanya disampaikan batas akhir untuk makan dan minum tanpa adanya
kepastian kapan jam terakhir makan dan minum, sehingga pasien cenderung
berhenti makan dan minum setelah makan malam atau saat tengah malam.
6
Karena itu ada perbedaan signifikan dari SOP puasa pra operasi yang berlaku,
Anestesi dan Terapi Intensif dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada
tahun 2022 didapatkan tindakan operasi elektif sebanyak 927 pasien terjadi
peningkatan ± 50% dari tahun 2021 yaitu 496 pasien elektif. Peningkatan
adanya pandemi Covid-19 pada tahun 2021. Data 3 bulan terakhir sejak bulan
Februari 2023 sampai dengan Mei 2023 di dapatkan tindakan operasi elektif
sebanyak 120 pasien, ditemukan data pasien makan dan minum terakhir atau
puasa prabedah jam 20.00 (3%), jam 21.00 (19%), jam 22.00 (21%), jam
23.00 (20%), jam 00.00 (38%). Data lama puasa pasien prabedah di RSUD
sampai dimulainya operasi adalah 6-8 jam (17,5%), 8-10 jam (26,5%), 10-12
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Mei s.d 25 Mei 2023 di RSUD
kepada pasien tentang waktu terakhir makan dan minum pasien dan waktu
dimulainya operasi.
responden yang melakukan puasa prabedah mulai tengah malam (nill per os)
didapatkan pasien dengan haus ringan 20% (2 responden), haus sedang 40%
bahwa rasa haus yang dirasakan pasien berhubungan erat dengan lama lama
puasa pasien.
terjadinya rasa haus yang sangat mengganggu bagi pasien. Pasien yang akan
meneliti bagaimana gambaran tingkat rasa haus pasien terhadap lama puasa
B. Rumusan Masalah
rasa haus pada pasien praoperatif di RSUD dr. H. Moch. Ansari saleh
Banjarmasin?”
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
haus pada pasien praoperatif di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. H.
2. Tujuan khusus
Banjarmasin
b. Mengetahui tingkat rasa haus pada pasien operasi elektif di Instalasi Bedah
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
tertutama yang berkaitan dengan tingkat rasa haus dan lama puasa pada
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan
puasa pasien sebelum dilakukan nya operasi elektif untuk mencegah dan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan menambah
tentang gambaran tingkat rasa haus dan lama puasa pada pasien operasi
d. Bagi peneliti
E. Keaslian Penelitian
sejenis baik jurnal penelitian dalam maupun luar negeri, peneliti belum
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
merupakan bagian integral dari tindakan pembedahan perioperatif. Dalam hal ini,
efektif aman minim efek samping bagi pasien (N. Margarita Rehatta, Elizeus
Hanindito 2019).
1. Puasa Prabedah
a. Pengertian
menerima asupan cair maupun padat peroral dalam jangka waktu tertentu
12
13
1999 untuk mempuasakan pasien dari makanan padat maupun cair, tetapi
puasa sebelum operasi telah diperkenalkan sejak awal abad 20, praktik
suatu dogma yang agaknya sulit untuk diubah. Bahkan, terdapat bukti
pulmonal. Puasa prabedah pada praktiknya sering kali melebihi dari apa
praktik yang berkaitan dengan puasa prabedah pada individu yang akan
2019).
Hanindito 2019).
sampai 2 jam sebelum jadwal operasi, baik untuk tindakan dengan anestesi
pada berbagai studi yang menyatakan bahwa puasa cairan 2-4 jam tidak
dari 4 jam. Puasa selama 2-4 jam juga dilaporkan memberikan rasa haus
15
dan lapar yang lebih sedikit dibandingkan puasa lebih dari 4 jam
(Anesthesiologist 2017).
prosedur sedasi. Durasi puasa tambahan hingga 8 jam atau lebih boleh
(Anesthesiologist 2017).
2. Rasa Haus
a. Pengertian
Haus adalah sensasi yang tidak bisa diabaikan. Ini adalah gejala
dehidrasi atau peningkatan konsentrasi zat terlarut plasma. Secara teori, satu
pengaturan konsentrasi natrium dan air dalam tubuh. Karena jumlah air
16
masukan dan pengeluaran air yang dikonsumsi setiap hari. Haus, pengatur
utama masukan air, didefinisikan sebagai keinginan akan air secara sadar
(Guyton A 2014). Haus adalah sinyal atau panduan pada orang yang sehat
manusia yang muncul berupa keinginan secara sadar akan cairan (minum)
mekanisme dasar yang dialami tubuh manusia sebagai sinyal atau tanda
kebutuhan cairan. Karena jumlah air dalam tubuh manusia harus seimbang
pada setiap saat antara yang masuk dan yang keluar setiap hari. Jika antara
jumlah air yang masuk dan keluar tidak seimbang (jumlah air yang keluar
lebih banyak dibanding yang masuk), maka akan muncul rasa haus
(Guyton A 2014).
pengeluaran urin kurang dan air akan dihemat, disisi lain asupan air secara
(Sherwood 2014).
18
yang kedua akan menstimulasi rasa haus berasal dari neuron mulut yang
(Sjamsuhidayat 2015).
fenomena yang disebut diuresis air. Dalam contoh ini, seseorang minum 1
meningkat menjadi delapan kali normal. Ia tetap ada selama 2 jam, yaitu
penguapan dari kulit dan paru. Oleh karena itu, orang dehidrasi yang
orang tersebut telah mencapai suatu tingkat haus yang cukup kuat untuk
minum dengan jumlah cairan yang diperlukan dengan tepat sekali untuk
(Guyton A 2014).
Rasa haus akan segera hilang sesaat setelah seseorang minum dan
manusia agar cairan yang di minum tidak berlebihan, karena cairan dalam
tubuh butuh waktu 30 menit sampai 1 jam untuk diabsorpsi dan diedarkan
rasa haus lebih lanjut untuk sementara waktu (Guyton A 2014). Orang
sementara waktu ini, tetapi ada alasan baik untuk peristiwa tersebut,
setelah orang minum air, mungkin diperlukan setengah sampai satu jam
sementara waktu setelah minum air, maka ia akan terus minum air
(Guyton A 2014).
mengenai rasa haus telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Dalam
instrumen. instrumen yang biasa digunakan yaitu Thirst Distres Scale (TDS)
Instrumen ini telah banyak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji
Beberapa komponen yang harus ditanyakan dalam TDS sesuai tabel 2.1
21
No Pertanyaan Definisi
.
1 Mulut saya terasa kering Menanyakan pasien tentang persepsi
mereka saat ini tentang mulut kering
dengan membandingkannya pada kondisi
di mana dia menganggap kelembaban
normal di mulut.
2 Bibir saya terasa kering Menanyakan pasien apakah mereka
merasakan bibir mereka kering
dibandingkan dengan kondisi di mana dia
merasa kelembaban bibir saat normal
3 Lidah saya terasa kering Menanyakan pasien apakah mereka
merasa lidah mereka lebih tebal
dibandingkan dengan suatu kondisi di
mana lidahnya normal
4 Air liur saya terasa kental Menanyakan kepada pasien apakah dia
merasa air liurnya lebih kental,
dibandingkan dengan kondisi di mana saat
dia merasa normal
5 Tenggorokan saya terasa kering Menanyakan pasien tentang persepsi
mereka saat ini mengenai kekeringan
tenggorokan, dibandingkan dengan
kondisi yang dianggapnya normal.
6 Mulut saya terasa tidak enak Menanyakan kepada pasien apakah
mulutnya merasa tidak enak, seperti pahit
ataupun mual
7 Saya ingin minum air Pasien mengutarakan keinginannya untuk
minum air secara verbal.
Tingkat Skala :
0 = Tidak mengganggu
1 = Cukup Mengganggu
2 = Sangat mengganggu
(Sumber : Carey et al 2021. dan Todini et al 2023 )
dengan rasa tidak nyaman pasien sejak mulai puasa preoperatif. Masing-
B. Kerangka Teori
bahwa kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kekurangan asupan
cairan
Dehidrasi
Tekanan darah
menurun
Mulut kering
C. Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
secara objektif (Notoatmodjo 2019). Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
pengamatan adalah gambaran tingkat rasa haus pada pasien operasi di IBS
data dilakukan dalam waktu bersamaan atau data yang menunjukan titik
dilakukan pengukuran variabel satu kali pada saat pengkajian data atau
24
25
1. Populasi
rata semua pasien dengan rencana operasi elektif di IBS RSUD dr. H.
Moch. Ansari Saleh dalam satu bulan berjumlah 35 orang yang mana
2. Sampel
kesalahan. Karena metode ini dianggap paling akurat dan terbebas dari
elemen dalam populasi tidak di pilih secara acak atau adanya kriteria
khusus.
populasi yang kurang dari 100, dengan responden yang memenuhi kriteria
a) Kriteria Inklusi :
secara kooperatif.
lembar persetujuan.
b) Kriteria Ekslusi :
n=N
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Total Sampel
27
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu makna dari ukuran atau ciri yang
dimiliki oleh suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
Utama Ukur
menggangu
normal 2 = Sangat
menggangu
2 = Sangat
menggangu
Air liur saya Menanyakan kepada pasien apakah Kuesioner 0 = Tidak Nominal
2 = Sangat
menggangu
2 = Sangat
menggangu
Menggangu
2 = Sangat
menggangu
1 = Cukup
Menggangu
2 = Sangat
29
menggangu
Pendamping Ukur
Lama Puasa Durasi puasa pasien sejak minum Rekam 1) 2 –4 jam Ordinal
mulai operasi
3) < 1500 ml
F. Instrumen Penelitian
berupa angket, seperangkat soal tes, lembar observasi dan lain sebagainya.
1. Bentuk Instrumen
2. Instrumen
30
Intrumen kuesioner alat ukur penilaian tingkat rasa haus pada pasien
preoperatif dan kebisaan pasien minum air dalam satu hari, yang dilihat
responden tentang waktu dan cara pengisian lembar kuesioner TDS yang
peneliti akan menanyakan tingkat rasa haus yang di rasakan oleh pasien dan
memberikan lembar TDS untuk di isi oleh pasien. Setelah selesai mengisi
diseminarkan.
a. Peneliti menunjuk salah satu perawat anestesi dan satu perawat ruang
H. Analisa Data
1. Pengolahan Data.
Variable Utama :
a) Tidak Menggangu =1
b) Cukup Menggangu =2
c) Sangat Menggangu =3
a) Tidak Menggangu =1
b) Cukup Menggangu =2
c) Sangat Menggangu =3
a) Tidak Menggangu =1
33
b) Cukup Menggangu =2
c) Sangat Menggangu =3
a) Tidak Menggangu =1
b) Cukup Menggangu =2
c) Sangat Menggangu =3
a) Tidak Menggangu =1
b) Cukup Menggangu =2
c) Sangat Menggangu =3
a) Tidak Menggangu =1
b) Cukup Menggangu =2
c) Sangat Menggangu =3
a) Tidak Menggangu =1
b) Cukup Menggangu =2
c) Sangat Menggangu =3
Variable pendamping :
a) 2 – 4 jam = 1
b) 5 – 8 jam = 2
34
c) 9 – 12 jam= 3
d) > 12 jam = 4
a) > 2000 ml =1
b) 2000 – 1500 ml =2
c) < 1500 ml =3
coding sheet (lembar kode), direct entry ataupun optical scan sheet.
yang tidak jelas/ tidak mungkin ada akibat salah memasukkan kode,
Data output adalah data hasil pengolahan, yang disajikan baik dalam
menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil
pengolahan data.
2. Analisa univariat
36
BAB IV
1. Gambaran umum
Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch Ansari Saleh, Sesuai
Jiwa Pusat Banjarmasin menjadi Rumah Sakit Dr. H. Moch Ansari Saleh.
37
38
menengah keatas.
di jalan Brigjend H. Hasan Basry No.1 Banjarmasin ini berdiri diatas lahan
berikut :
b. Peningkatan fasilitas Rumah Sakit baik fisik atau gedung dan alat
kesehatan
Depkes
Sakit.
Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
a. Visi
Tahun 2017”
b. Misi
40
Kalimantan Selatan.
a. Rawat inap
Banjarmasin meliputi :
b. Rawat Jalan
Banjarmasin meliputi :
4) Poli Anak
5) Poli Bedah
6) Poli Mata
7) Poli THT
8) Poli Kandungan
9) Poli Paru
4. Pelayanan penunjang
5. Ketenagaan
Banjarmasin yaitu :
B. Karakteristik responden
umur, tingkat pendidikan, berat badan, tinggi badan dan status pekerjaan.
Table 4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Table 4.2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Table 4.3.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Table 4.4.
Deskripsi Karakteristik Respoden Berdasarkan Umur, Berat Badan Dan Tinggi
Badan
adalah 146 cm, maksimal 187 cm, rata-rata 158,97 cm. Berat badan
tahun.
Table 4.5.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Puasa
sedangkan responden yang paling sedikit telah berpuasa selama 2-4 jam
Table 4.6.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Minum Air
mempunyai kebiasaan minum air lebih dari 2000 ml tiap hari yaitu 13
kebiasaan minum air kurang dari 1500 ml tiap hari yaitu 10 orang (28,6%).
Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dapat
Table 4.7.
Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Haus Pada Pasien Praoperatif Berdasarkan
Mulut Kering
sangat terganggu dengan mulut kering karena rasa haus yaitu 18 orang
Table 4.8.
Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Haus Pada Pasien Praoperatif Berdasarkan
Bibir Kering
sangat terganggu dengan bibir kering karena rasa haus yaitu 14 orang
Table 4.9.
Deskripsi Karakteristik Tingkat Rasa Haus Pada Pasien Praoperatif Berdasarkan
Lidah Kering
sangat terganggu dengan lidah kering karena rasa haus yaitu 17 orang
Table 4.10.
Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Haus Pada Pasien Praoperatif Berdasarkan Air
Liur Kental
sangat terganggu dengan air liur kental karena rasa haus yaitu 20 orang
dengan air liur kental karena rasa haus yaitu 3 orang (8,6%).
47
Table 4.11.
Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Haus Pada Pasien Praoperatif Berdasarkan
Tenggorokan Kering
(17,1%).
Table 4.12.
Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Haus Pada Pasien Praoperatif Berdasarkan
Mulut Tidak Enak
sangat terganggu dengan mulut tidak enak karena rasa haus yaitu 20 orang
dengan mulut tidak enak karena rasa haus yaitu 5 orang (14,3%).
48
Table 4.13.
Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Haus Pada Pasien Praoperatif Berdasarkan
Ingin Minum Air
sangat terganggu dengan rasa ingin minum air karena rasa haus yaitu 20
terganggu dengan rasa ingin minum air karena rasa haus yaitu 5 orang
(57,1%).
D. Pembahasan
1. Karakteristik responden
a. Jenis kelamin
perempuan.
meningkatkan rasa haus. Pada wanita, rasa kantuk dan lelah yang
b. Tingkat Pendidikan
(20%).
Puasa Preoperatif dan Kadar Gula Darah Sebelum Induksi pada Pasien
Nototatmodjo (2019).
menjalani operasi.
c. Status Pekerjaan
lumayan lama membuat asumsi bahwa lama masa kerja dengan waktu
yang sama secara berulang dan terus menerus membuat hal tersebut
dilakukan maka tingkat rasa haus yang dialami akan semakin tinggi.
d. Umur
tingkat rasa haus pre operasi, namun berkaitan dengan kesiapan pasien
e. Lama Puasa
2015).
al., 2013).
one day surgery (ODS) didapatkan 20% anak berpuasa hingga lebih
aspirasi isi lambung yang terjadi setelah induksi, selama prosedur anestesi,
atau segera setelah operasi. Pasien pre operasi harus memperhatikan waktu
telah mempunyai kebiasaan minum air lebih dari 2000 ml tiap hari
mempunyai kebiasaan minum air kurang dari 1500 ml tiap hari yaitu
10 orang (28,6%).
kebiasaan minum air lebih dari 2000 ml tiap hari. Perilaku ini sesuai
sebanyak 1 sampai 2,5 liter atau setara dengan 6-8 gelas setiap
terdiri dari air. Sekitar 55- 60% dari berat tubuh manusia dewasa
terdiri dari air, anak-anak sekitar 65% berat tubuhnya terdiri dari air,
dan untuk bayi sekitar 80% berat tubuh terdiri dari air. Mengkonsumsi
optimal. Apabila konsumsi air setiap hari tercukupi maka tubuh akan
terhindar dari beberapa penyakit seperti pusing, susah buang air besar,
hidrasi jika tidak mempunyai kebiasaan minum air putih yang baik.
kering (40%), lidah kering (48,6%), air liur kental (57,1%), tenggorokan
kering (57,1%), mulut tidak enak (57,1%) dan rasa ingin minum air (57,1%)
dengan rasa haus yang dialaminya karena puasa sebelum menjalani operasi
baik berupa mulut kering, bibir kering, lidah kering, air liur kental,
tenggorokan kering maupun rasa ingin minum air. Gangguan tersebut dapat
Menurut Guyton, haus adalah respon fisiologis dari dalam tubuh manusia
berupa keinginan untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh yang dilakukan
secara sadar. Fenomena munculnya rasa haus sama pentingnya untuk pengaturan
konsentrasi natrium dan air dalam tubuh. Karena jumlah air didalam tubuh pada
setiap saat ditentukan oleh keseimbangan antara masukan dan pengeluaran air
yang dikonsumsi setiap hari. Haus, pengatur utama masukan air, didefinisikan
mengatur sekresi vasopresin (pengeluaran urin) dan rasa haus (minum) bekerja
(Sherwood 2014).
Gangguan rasa haus terjadi karena adanya defisit cairan dalam tubuh.
dapat menimbulkan defisit cairan (air dan elektrolit) sebanyak 1 liter pada
pasien orang dewasa. Gejala dari defisit cairan ini, seperti rasa haus, perasaan
mengalami dehidrasi akibat puasa pre operatif. Untuk itu harus segera
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
2. Sebagian besar responden telah berpuasa selama 5-8 jam sebelum operasi
(51,4%), bibir kering (40%), lidah kering (48,6%), air liur kental (57,1%),
tenggorokan kering (57,1%), mulut tidak enak (57,1%) dan rasa ingin
B. Saran
Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk
60
61
Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan menambah
gambaran tingkat rasa haus dan lama puasa pada pasien operasi elektif yang
kelancaran operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sugizaki, C., Braga, CC, Freitas, A., & Peixoto, M. 2020. “Adaptasi Transkultural
Dari Skala Distress Haus (TDS) Ke Dalam Bahasa Portugis Brasil Dan
Analisis Sifat Psikometrik Skala Untuk Pasien Hemodialisis.” Jornal
brasileiro de nefrologia : ’orgao oficial de Sociedades Brasileira e Latino-
Americana de Nefrologia 42(2): 153–62.
Todini, Luca & Fantuz, Francesco. (2023). Thirst: neuroendocrine regulation in
mammals. Veterinary Research Communications. 1-17. 10.1007/s11259-
023-10104-2.
Tosun, Betül, Ayla Yava, and Cengizhan Açikel. 2015. “Evaluating the Effects of
Preoperative Fasting and Fluid Limitation.” International Journal of Nursing
Practice 21(2): 156–65.
Butterworth JF, David CM, John DW. Morgan & Mikhail’s clinical
anaesthesiology. 5th ed. Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2013.
Smith I, Peter K, Isabelle M. Perioperative fasting in adults and children:
guidelines from the European Society of Anaesthesiology; 2011.
Arun BG, Korula G. Perioperative fasting in children: an audit and its
complications in a tertiary care hospital. J Anesthesiol Clin Pharmacol.
2013;29(1):88-91.
Anderson PC dan Li M. Pulmonary aspiration and postoperative nausea and
vomiting. New York: Departement of Anaesthesiology, University of
Pittsburgh Medical; 2015.
Kulshrestha M, Mathews JJ, Kapadia CM, Sanwatsarkar S. Breaking the midnight
fast; an observational cross-sectional audit of preoperative fasting policies
and practies at a tertiary care hospital. Indian J Anaesth. 2013;57(4):414-7
Gunawardhana. Knowledge, attitudes and practice of preoperative fasting
guidelines in the National Hospital of Sri Lanka. Sri Lanka J Anaesthesiol.
2012:20(2):1-4
RS JIH, 2023, Manfaat Kebiasaan Minum Air Putih Pagi Hari, https://rs-
jih.co.id/rsjih/article-detail/manfaat-kebiasaan-minum-air-putih-pagi-hari/
QzRla0tjR0xweGdCVC8zMHgwTExuQT09
Kayilioglu, S. I., Dinc, T., Sozen, I., Bostanoglu, A., Cete, M. and Coskun, F.
(2015) ‘Post Operative Fluid Management’, WJCCM (World Journal of
Critical Care medicine, 4(3), pp. 192–202. doi: 10.5492/wjccm.v4.i3.192
64
LAMPIRAN
65
Kepada Yth.
Saudara/i………………...
Di RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
D4 Keperawatan Anestesiologi Sarjana Terapan:
Nama : Noor Muhammad Pandu Wira Sena Isnantopo
NIM : 220136288
Saya akan melakukan penelitian yang berjudul “GAMBARAN TINGKAT
RASA HAUS PADA PASIEN PRAOPERATIF DI RSUD dr. H. MOCH.
ANSARI SALEH BANJARMASIN”
Sehubungan dengan maksud tersebut, maka dengan kerendahan hati saya
mohon partisipasi Saudara/i/Bapak/Ibu untuk menjadi responden penelitian ini.
Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, tenaga
kesehatan dan institusi pendidikan. Informasi tentang data yang diperoleh akan
dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk data penelitian.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan partisipasinya
saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
INFORMED CONSENT
Nama : ..............................................
Alamat : ..............................................
No. Telepon/HP : ..............................................
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara suka
rela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan
diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
(………………………………) (……………………………….)
Mengetahui
Ketua Pelaksana Penelitian
(.........................................)
67
A. Identitas Responden
B. Pengkajian
1. Tinggi Badan : …………… cm
2. Berat Badan : …………… kg
3. Lama puasa : …………… jam
4. Jumlah Minum air perhari : …………… ml
No TM CM SM
Pertanyaan Jumlah
. 0 1 2
1. Mulut saya terasa kering
2. Bibir saya terasa kering
3. Lidah saya terasa kering
4. Air liur saya terasa kental
5. Tenggorokan saya terasa kering
6. Mulut saya terasa tidak enak
7. Saya ingin minum air
68
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
tinggi badan 35 146.00 187.00 158.9714 7.62922
berat badan 35 47.00 77.00 61.8429 7.55253
umur 35 26.00 44.00 34.0000 5.37970
Valid N (listwise) 35
Frequency Table
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
L 23 65.7 65.7 65.7
Valid P 12 34.3 34.3 100.0
Total 35 100.0 100.0
tingkat pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
PT 7 20.0 20.0 20.0
Valid SMA 28 80.0 80.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
status pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
bekerja 28 80.0 80.0 80.0
Valid tidak bekerja 7 20.0 20.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
mulut kering
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak mengganggu 11 31.4 31.4 31.4
cukup mengganggu 6 17.1 17.1 48.6
Valid sangat mengganggu 18 51.4 51.4 100.0
Total 35 100.0 100.0
69
bibir kering
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak mengganggu 9 25.7 25.7 25.7
cukup mengganggu 12 34.3 34.3 60.0
Valid sangat mengganggu 14 40.0 40.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
lidah kering
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak mengganggu 11 31.4 31.4 31.4
cukup mengganggu 7 20.0 20.0 51.4
Valid sangat mengganggu 17 48.6 48.6 100.0
Total 35 100.0 100.0
tenggorokan kering
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak mengganggu 9 25.7 25.7 25.7
cukup mengganggu 6 17.1 17.1 42.9
Valid sangat mengganggu 20 57.1 57.1 100.0
Total 35 100.0 100.0
lama puasa
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
2-4 jam 7 20.0 20.0 20.0
5-8 jam 18 51.4 51.4 71.4
Valid 9-12 jam 10 28.6 28.6 100.0
Total 35 100.0 100.0