Anda di halaman 1dari 27

KERANG KA ACUAN KEGIATAN

PELAYANAN PROGRAM P2
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELAYANAN PROGRAM KUSTA
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GOARIE KECAMATAN MARIORIWAWO
Sanuale, Desa marioritenga Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng
Website:https://pkm-goarie.soppengkab.go.id Email : pkmgoarie9091@gmail.com kode pos
90862

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM KUSTA

a. PENDAHULUAN

Penyakit kusta merupakan penyakit kulit yang jaringan


manifestasinya klinisnya seringkali mengenai jaringan kulit.Bila tidak diobati
dengan baik keduanya akan dapat menimbulkan kecacatan. Kecacatan akan
menimbulkan banyak masalah. Bukan hanya saja masalah pada fisik penderitanya
melainkan juga pada ekonomi dan social penderita serta keluarga penderita.
Secara nasional,Indonesia sudah mencapai eliminasi (eliminasi kusta yaitu
angka prevelensi <1/10.000 penduduk) sejak tahun 2001 sampai sekarang.

b. LATAR BELAKANG

Hingga kini,kusta sering kali terabaikan meskipun kusta tidak secara


langsung termasuk dalam pencpaian namun terkait erat dengan lingkungan yaitu
sanitasi. Penggunaan air bersih dan sanitasi akan sangat membantu penurunan
angka kejadian penyakit NTD. Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena
masih tingginya jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecatatan yang
diakibatkannya.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya,sehingga
menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada
penderita
sendiri,tetapi pada keluarganya,masyarakat dan Negara. Hal ini mendasari konsep
prilaku penerimaan penderita terhadap penyakitnya,dimana atau kondisi ini
penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit
menular,tidak dapat diobati,penyakit keturunan,kutukan tuhan,najis
dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa
putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan
kenyataan bahwa penyakit mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-
penyakit lain.Hal ini disebkan karna adanya rasa takut yang berlebihan
terhadap
kusta,penyebab ini dimbulkan karna adanya pengertian yang salah terhadap
penyakit kusta dan menimbulkan kecacatan yang sangat menakutkan.

c. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan cakupan pelayanan program kusta sesuai dengan masalah
yang ada,sehingga dapat meningkatkanpenemuan secara dini penderita
kusta baru dan bias mengobati pasien kusta secara sempurna.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam
mendeteksi suspek kusta.
b. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
upaya mendeteksi dini kusta.
c. Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit
pelayanan dalam tata laksana pasien kusta.

d. RENCANA KEGIATAN
a. Pemeriksaan kontak serumah
- Untuk pasien baru,kunjungan rumah dilakukan sesegera mungkin.
- Pemberian konseling sederhana dan pemeriksaan fisik. Sasarannya
adalah keluarga yang tinggal serumah dengan pasien dan tetangga
sekitarnya.
- Saat melakukan kunjungan,petugas diwajibkan membawa kartu
pasien,alat pemeriksaan dan obat MDT.
b. Penemun kasus anak sekolah SD sederajat.
- Sebelum dilakukan pemeriksaan,terlebih dahulu diberikan
penyuluhan tentang kusta kepada siswa dan guru.
- Pemeriksaan dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 s/d 6
- Pemeriksaan dilakukan oleh programmer kusta bekerja sama dengan lintas
program atau petugas kesehatan lainnya yang telah mendapat sosialisasi
kusta.
- Jika pemeriksaan dilakukan oleh lintas program/petugas kesehatan dan
menemukan suspek kusta,maka perlu dirujuk ke dokter dan programmer
kusta /ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Jumlah siswa yang diperiksa dan dan kasus baru yang ditemukan dicatat.
e. SASARAN
a. Masyarakat.
b. Sekolah dasar.
c. Lintas program.
d. Lintas sector.
f. LOKASI
a. Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Goarie,
b. dirumah penderita dan masyarakat.
c. Sekolah SD,SMP,SMA/MA
g. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

1. Pengawas v v v v v v V v v v v v
an minum
obat kusta
2. Survey v v v v v v V v v v v v
kontak
kusta
3. Penangana v v v v v v v v v v v V
n reaksi

h. EVALUASI PELAKSANAAN
Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program , pemantauan dilakukan secara berkala dan terus
menerus,untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan
kegiatan yang telah direncanakan supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan.
Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan
program,pemantauan dengan mengolah laporan,pengamatan dan wawancara
dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat.
Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah
ditetapkan evaluasi dilakukan satu priode waktu tertentu dan biasanya setiap 6
bulan hingga 1 tahun.
i. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi
kemajuan pasien dan hasil pengobatan.
- Pencatatan dilakukan oleh notulen terhadap semua pelasanaan kegiatan.
- Laporan pelaksanan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap
kegiatan paling lambat 1 minggu setelah kegiatan dilaksanakan.
- Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatanini dilakukan paling lambat
1 bulan setelah kegiatan dilakukan.
j. PENUTUP
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana dan
penanganan pelaksanaan kegiatan P2 Kusta tahun 2016 Puskesmas Goarie,
Atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELAYANAN PROGRAM TB
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GOARIE KECAMATAN MARIORITENGA
Sanuale, Desa marioritenga Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng
Website:https://pkm-goarie.soppengkab.go.id Email : pkmgoarie9091@gmail.com kode pos 90862

KERANGKA ACUAN PENAGANAN TB DENGAN STRATEGI DOTS


DI PUSKESMAS GOARIE

a. Pendahuluan
paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium
tuberculosis. Sebagai kuman yang menyerang paru dan dapat menyerang organ
tubuh lainnya. Oleh karena itu perlu diupayakan program penanggulangan dan
pemberantasan penyakit TBC. TBC disebarkan melalui droplet pernafasan
transmisi timbul akibat kontak erat dengan individu yang terinfeksi.Kontak dengan
pasien yang telah terbukt imemiliki TB dalam sputumnya memiliki resiko 25%
untuk tertular TB.Sekali batuk dapat dapat menyebarkan sekitar 3.500 kuman dan
ketika bersin menyebarkan 4.500-1.000.000 kuman yang terkandung dalam
percikan dahaknya. Penularan terjadi melalui dahak yang dapat bertahan selama
beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan
lembab
.Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis.
Pengobatan TB Paru membutuhkan waktu 6-8 bulan sehingga dimungkinkan
pasien tidak patuh dalam menelan obat. Untuk menanggulangi masalah tersebut
peran masyarakat sebagai Pengawas Menelan Obat sangatlah penting. Diharapkan
dengan peran aktif Pengawas Menelan Obat dalam pendampingan di Masyarakat
akan menurunkan angka droup out/Default dan meningkatkan kesembuhan.
out/default.Peran PMO adalah memastikan penderita menelan obat sesuai aturan,
mendampingi dan memberikan dukungan moral, mengingatkan pasien, menemukan
dan mengenali gejala efek samping obat, mengisi kartu kontrol, serta memberikan
penyuluhan.PMO diperlukan untuk menjamin keteraturan pengobatan sehingga
Penderita TB Paru sembuh, pengobatan lengkap, tidak droup out/default, dan tidak
gagal.Kegagalan pengobatan TB Paru mengakibatkan Penderita mengalami TB
MDR yaitu Penderita menjadi resisten dengan OAT.Pengobatan TB MDR
membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang cukup besar.Untuk mencegah
terjadinya kegagalan pengobatan Penderita memerlukan pengawasan langsung
dalam menelan Obat yang dilakukan oleh PMO.
Sejak tahun 1995,program penyakit tuberculosis paru telah dilaksanakan
dengan strategi DOTS (Directhy Observed Treatment Short Course) yang
direkomendasikan oleh WHO. Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi ,dan merupakan strategi kesehatan
yang paling efektif.
b. Latar Belakang
TB saat ini masih merupakan masih merupakan salah satu maslah kesehatan
masyarakat walaupun upaya pengendalian telah diterapkan dibanyak Negara sejak
tahun 1995. Penyakit TB Paru dapat diderita oleh siapa saja,orang dewasa,anak-
anak dan dapat mengenai seluruh organ tubuh kita manapun. Walaupun yang
terbanyak adalah organ paru. TB paru adalah salah satu penyakit infeksi yang
menular dan merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
permasalahan di dunia hingga saat ini,tidak hanya dinegara berkembang tetapi juga
dengan koordinasi BP agar diperiksa dahaknya atau 1 ara maju.
Penyakit TB merupakan merupakan penyebab kematian nomor 3 dan nomor 1
dari golongan penyakit infeksi.
Penyebab utama meningkatnya masalah TB paru adalah:
1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat.
2. Kurangnya kerjasama dengan lintas sektor.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC.
4. Puskesmas Jauh dari jangkauan.
5. Mitos masyarakat tentang penyakit TBC.
Pada tahun 2022,jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Goarie adalah dari jumlah tersebut diperkirakan suspek sebanyak 223 orang dan
TB TCM Positif 13.525 orang. Target pencapaian program Tb paru di UPTD
Puskesmas Goarie. Penemuan BTA Positif dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2022 ditemukan TCM Positif 1 orang dan suspek 11.
Berdasarkan data tersebut dapat diperincikan sebagai berikut:
1. Penemuan suspek belum mencapai target berdasarkan data estimasi dari
Dinas Kesehatan.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC
3. Penemuan penderita TBC belum mencapai target
c. Tujuan

1. Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan,angka kematian akibat TB Paru
memutuskan rantai penularan,serta mencegah terjadinya MDR dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kegiatan penjaringan TB Paru di
poli,PUSTU/POSKESDES,di masyarakat maupun lintas sector.
b. Meningkatkan pencapaian program TB yang bertujuan mencegah
terjadinya kekambuhan dan TB MDR.
c. Tercapainya angka kesembuhan minimal 90% dari semua penderita baru
BTA Positif yang ditemukan.
d. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap.
e. Mengurangi pasien TB mangkir.
d. Rencana Kegiatan
Upaya untuk mensukseskan Program DOTS di UPTD Puskesmas Goarie,
direncanakan akan diadakan kegiatan sebagai berikut ;
1. Pemeriksaan kontak serumah/investigasi kontak TB.
Dapat dilakukan untuk mencegah kekambuhan dan reinfeksi pada
penderitakeluarga dan masyarakat. Mencari resiko penularan pada orang
dewasa maupun anak sehingga pada pemeriksaan dalam hal ini petugas dapat
mengetahui tanda dan gejalanya serta mencari sumber penularan. Pemeriksaan
dilakukan baik pada penderita,keluarga dan tetangganya.
2. Skrening TB
Dalam program TB diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak
TCM. Dari setiap suspek yang diambil dahaknya harus selalu dicatat oleh
petugas program TB. Agar petugas program mengetahui jumlah suspek yang
diperiksa,mengetahui proporsi penderita BTA positif diantara suspek yang
diperiksa,serta memudahkan pelacakan bila hasil pemeriksaan dahak positif
dan penderita tersebut tidak kembali. Serta Penjaringan suspek di wilayah
jauh/terrpencil Dapat dilakukan pada puskel di wilayah jauh dengan
mengambil dahak secara langsung untuk dilakukan pemeriksaan TCM. Pada
masyarakat yang mempunyai keluhan batuk lebih dari 2 minggu atau yang
memiliki tanda dan gejala.
3. Pelacakan penderita TB yang mangkir.
Supaya semua kuman dpat dibunuh,pengobatan yang diberikan dalam
bentuk kombinasi dari beberapa jenis,dalam jumlah cukup dan dosis tepat
selama 6-8 bulan.pengamatan dan pelacakan penderita TB harus ketat dalam
tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.serta
mencegah terjadinya kekambuhan. Untuk menjamin kepatuhan penderita
pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung.
4. Penyuluhan kepada masyarakat melalui posyandu dan terapi pencegahan.
Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan
adalah rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar ntuk
mencapai suatu keadaan dimana individu,kelompok,atau masyarakat secara
keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara,melindungi,dan
meningkatkan kesehatannya.penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah
TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat.
Tujuan dari penyuluhat tersebut adalah untuk meningkatkat
kesadaran,kemauan,dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TB.
Serta menambah pengetahuan masyarakat tentang pemberian terapi
pengobatan pencegahan penyakit TBC pada kontak TB
e. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien,serta kontak dan masyarakat lainnya.

f. Lokasi
1. Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas,PUSTU/POSKESDES,Posyandu
2. penderita dan tetangga penderita
g. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
NO KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
1. Pengawasan v v v v v v v V V v v v
Minum Obat

2. Survey v v v v v v v V V v v v
kontak
TB/Skrening
TB
3. Promosi Etika v v v v V v v V V v v v
Batuk

h. Susunan Tim Program TB

Pelindung/penasehat : Kepala Puskemas


Koordinator : Sabirin, SKM
Pemegang Program TB Petugas : Hj. Nursaidah, S.Kep.Ns
laboratorium : Yulia Alfi Suratman, Amd.Ak

i. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program , pemantauan dilakukan secara berkala dan terus
menerus,untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan
kegiatan yang telah direncanakan supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan.
evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan
program,pemantauan dengan mengolah laporan,pengamatan dan wawancara dengan
petugas pelaksana maupun dengan masyarakat.
Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah
ditetapkan evaluasi dilakukan satu priode waktu tertentu dan biasanya setiap 6
bulan hingga 1 tahun.
j. Pencatatan dan Pelaporan
Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi
kemajuan pasien dan hasil pengobatan.
Sistem pencatatan dan pelaporan terdiri dari :
• Laporan hasil laboratorium yang berisi catatan pasien TCM positif
• Kartu pengobatan pasien
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELAYANAN PROGRA M PENANGANAN DIARE
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GOARIE KECAMATAN MARIORITENGA
Sanuale, Desa marioritenga Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng
Website:https://pkm-goarie.soppengkab.go.id Email : pkmgoarie9091@gmail.com kode pos 90862

KERANGKA ACUAN PENANGANAN DIARE


DI PUSKESMAS GOARIE
a. Pendahuluan
Diare atau mencret didenifisikan sebagai buang air besar dengan feses g
tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 X dalam 24. Bila diare
berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut, apabila diare
berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada diare kronik. Diare
merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia.
Penyakit diare berkaitan langsung dengan tingkat pendidikan kesehatan
masyarakat, kemudian sanitasi lingkungan penyediaan air bersih dan
tersedianya akses untuk pengobatan.
b. Latar Belakang
Diare merupakan tanda dan gejala penyakit yang umum dijumpai dan bila
terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat diobati sendiri oleh penderita. Namun bila
terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan
mortalitas. tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya yang diakibatkan oleh diare maka
diperlukan upaya penanganan yang tepat dan cepat dari pihak terkait.
c. Tujuan
Tujuan umum:
Untuk mendapatkan gambaran epidemiologi
distribusi,frekuensi, determinan, issue dan program penyakit diare.
Tujuan khusus:
1. Mampu memberikan pelayanan yang tepat untuk pasien
2. Agar dapat mengetahui penyebab Diare
3. Agar dapat mengetahui gejala Diare
4. Agar dapat mengetahui cara penanggulangan Diare
d. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Kegiatan pokok: melakuan pemantauan, pemeriksaan dan penanganan
terhadap pasien DIA*+.
*incian kegiatan:
a. Melakukan pendataan pasien Diare di lingkungan puskesmas Sukosari
b. Melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan kepada pasien Diare
c. Melakukan rujukan ke *umah sakit jika terjadi Disentri
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan didalam gedung dilakukan diruang BP
baik di puskesmas induk maupun di puskesmas pembantu oleh tenaga yang berkompeten,
e. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
dilaksanakan setiap hari kerja

No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 $ 9 10 11 12
1 Pendataan
Pasien Diare
2 Pelayanan

Pasien Diare
3 *ujukan Pasien

Disentri

f. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


bersama dengan kordinator Survailans dan pelaksana kegiatan harus mencari penyebab masalahnya dan mencari
solusi penyelesaiannya.
g. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Pencatatan harus dilakukan pada setiap petugas yang melaksanakan kegiatan dan dikelola dengan baik sehingga
dapat digunakan sewaktu dibutuhkan.
Pelaporan dilakukan oleh penanggung jawab program dan dilaporkan ke Kepala Puskesmas,. +valuasi kegiatan
dilakukan 1 tahun sekali.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELAYANAN PR OGRAM
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS GOARIE KECAMATAN MARIORIWAWO
Sanuale, Desa Marioritengnga, Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng 90862
Website : https ://pkm-goarie.soppengkab.go.id Email : pkm.goari9091@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PROGRAM P2 KECACINGAN
TAHUN 2023

a. Pendahuluan
Cacingan umumnya terdapat di daerah tropis dan sub tropis di
Negara berkembang termasuk Indonesia. Akibat yang ditimbulkan cacin gan
antara lain gangguan perkembangan fisik, intelektual, perkembangan kognitif dan
malnutrisi. WHO memperkirakan 42% sasaran beresiko cacingan di dunia
berada di regional Asia Tenggara (Data 2009). Gambaran Epidemiologi
cacingan di Indonesia menuunjukkan penularan masih terjadi di pedesaan
mauun perkotaaan.
mengakselerasi pengendalian kecacingan WHO dalam roadmapnya
menetapkan target cakupan pemberian obat cacing minimal 75% pada
populasi beresiko. Kementerian RI telah menetapkan tujuan program
pengendalian kecacingan pada usia anak sekoah dan anak balita sehingga
menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masaalah kesehatan di
masyarakat. Sampai saai ini pemberian obat cacing di Indonesia belum
mencapai target yang ditetapkan WHO yaitu 775% dari sasaran.
itu perlu adanya program kecacingan yang terintegrasi dengan kegiatan
pemberian vitamin A dan UKS melalui penjaringan anak SD. Saat ini
kementerian RI menggunakan Albendazole 400mg sebagai obat program
pengendalian kecacingan, karena obat ini relative aman,
pemberian dosis tunggal, tidak mahal, dan mudah dalam pendistribusian.
b. Latar Belakang
Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cacingan
ini dapat mengakibatkan menurunnyakondisi kesehatan, gizi, kecerdasan,
kehilangan darah serta kehilangan karbohidrat dan protein, sehingga
menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2006 mengatakan bahwa kejadian
penyakit kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang
terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing
trichuris trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing tambang
(hookworm). Prevalensi kecacingan di Indonesia pada umumnya masih
sangat tinggi, terumtama pada golongan penduduk yang kurang mampu
mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit ini. Manusia merupakan hospes
defenitif beberapa nematode usus (cacing perut), yang dapat
mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut
terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted
hrelminths).
Di antaaa cacing tersebut adalah cacing gelang (Ascaris Lumbricoides),
cacing tambang (Ancylostoma duedenale dan Necator Americanus) dan
cacng cambuk (Trichuris trichiura). Jenis – jenis cacing tersebut banyak
ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia. Pada umumnya teur cacing
bertahan pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur yang efektif dan
siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya.
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberdayakan
individu, kelompok dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran dan
kemampuan, serta mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan
dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi
setempat. Penyuluhan kesehatan dalam memberantas kecacingan
bertujuan untuk meningkatkan praktek hidup bersih dan sehat.

c. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setiap anak usia sekolah di TK/KB/RA, SD/MI serta anakbalita terbebas
dari infeksi kecacingan
2. Tujuan Khusus
Menignkatkan cakupan pemberian obat cacing pada usia 12
d. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan

a. Pengampraan obat cacing di Dinas


Kesehatan

b. Koordinasi dengan pengelola


program lain, kader posyandu

Pemberian Obat serta tenaga pendidik


1
Pencegahan Massal c. Membuat jadwal pelaksanaan
d. Mengirim Surat ke TK/RA/KB,
Penyakit Kecacingan SD/MI serta Posyandu
e. Pelaksanaan Pemberian
obat cacing sesuai dengan

f. jadwal
Pelaporan pelaksanaan
pemberian obat cacing

e. Cara Melaksanakan Kegiatan


Secara umum dalam melaksanakan program kecacinganadalah dengan
penyuluhan dan pemberian obat pencegahan massal
f. Sasaran
Usia 12 bulan sampai dengan 12 tahun
g. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No. Kegiatan Sasaran Bulan


Feb Mar Mei Agus Okt Nov
Posyand √ √
Pemberin u
1. Obat TK/RA/K √ √
Pencegahan B
Massal SD/MI √ √

h. Pencatatan, Pelaporan, Dan Evaluasi


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiaatan program kecacingan dilakukan
tiap kali pemberian obat cacing dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan
dengan pelaporan hasil kegiatan yang dicapai. Pemegang program melakukan
hasil analisis kegiatan pemberian obat cacing tiap selesai jadwal kegiatan
menyerahkan hasil kepada kepala puskesmas dan didistribusikan kepada unit-unit
terkait untuk ditindaklanjuti.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELAYANAN PROGRA M PEMBERANTASAN
SARAN NYAMUK
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GOARIE KECAMATAN MARIORIWAWO
Sanuale, Desa Marioritenga, Kec. Marioriwawo, Kab. Soppeng 90862
Website : https :// pkm-goarie.soppeng.go.id Email : pkmgoarie9091@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
(PSN)
a. Pendahuluan
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya
didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan
komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.
Belum adanya vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan belum ada obt-obatan khusus
untuk penyembuhannya maka pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan nyamuk
Aedes aegypti. Penderita penyakit DBD diusahakan sembuh guna menurunkan angka
kematian, sedangkan yang sehat terutama pada kelompok yang paling tinggi resiko terkena,
diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi virus dengan cara memberantas vektornya
(Dinkes, 2008).
b. Latar Belakang
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah kegiatan
memberantas telur dan jentik nyamuk penular penyakit DBD (Aedesaegypti) ditempat-tempat
perkembangbiakannya. (DepkesRI, 2005).
Sampai saat ini pemberantasan vector masih merupakan pilihan yang terbaik untuk
mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vector ini pada prisipnya sama
dengan strategi umumyang telah dianjurkan oleh WHO engan mengadakan penyesuaian
tentang ekologi vector penyakit di Indonesia. Strategi tersebut terdiri atas perlindungan ,
pemberantasan vector dalam wabah dan pemberantasan vector untuk pencegahan wabah, dan
pencegahan penyebaran penyakit DBD.
c. Tujuan
Tujuan Umum:
Tujuan diadakannya program PSN ini adalah untuk memutus mata rantai penularan
BDB melalui gerakan 3M plus, yaitu singkatan dari Menguras, Menutup, dan Mengubur
serta menghindari pertumbuhan vector-vektor baru.
Tujuan Khusus :
Masyarakat tahu dan mengerti bagaimana cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN).
d. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Melakukan gerakan 3M Plus ( Menguras, Menutup dan Mengubur) serta abatisasi.
e. Cara Melaksanakan Kegiatan
PSN ini dilakukan dengan kunjungan kerumah atau tempat umum secara teratur sekurang-
kurangnya setiap tiga bulan untuk melakukan penyuluhan dan pemeriksaan jentik agar
keluarga dan pengelola wilayah sekitar tetap melakukan PSN secara terus menerus, sehinggah
rumah dan tempat umum bebas dari jentik nyamuk Aedes aegypti.
f. Sasaran
Pemantauan jentik secara berkala serta pelaksanaan ABATISASI seluruh tempat –
tempat yang teridentifikasi di wilayah UPTD Puskesmas Goarie (4 desa).
g. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
NO Nama Desa Triwulan I Triwulan II Triwulan III
1 Marioritenga √ √ √
2 Goarie √ √ √
3 Soga √ √ √
4 Barae √ √ √

h. Evaluasi Pelaksanaan dan Pelaporan


Hasil gerakan 3M dan pemberian bubuk abate dirumah warga dicatat diblangko sebagai bukti
kegiatan.
i. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Hasil gerakan 3M dan abatesasi dirumah warga dicatat diblangko ebagai bukti kegiatan, ada
dokumentasi dan harus dilakukan tindak lanjut bila ada yang teridentifikasi.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELAYANAN PR OGRAM
BUBUK ABATE
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GOARIE KECAMATAN MARIORIWAWO
Sanuale, Desa Marioritenga, Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng 90862
Website : https://pkm-goarie.soppengkab.go.id Email : pkmgoarie9091@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBERIAN BUBUK ABATE

a. Pendahuluan
Pembangunan kesehatan merupakan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk kelangsungan
hidup manusia. Baik individu maupun kelompok agar bisa menciptakan kualitas sumber
manusia yang sehat serta produktif. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu,
Keturunan, Pelayanan Kesehatan, Prilaku dan Lingkungan.
Lingkungan mempunyai andil yang paling besar jika dibandingkan dengan tiga faktor
lainnya, Kondisi atau Kualitas bisa mempengaruhi munculnya penyakit-penyakit menular
terutama seperti demam berdarah dengan atau bisa dikenal demam berdarah dengue dengan
istilah (DBD).
b. Latar Belakang
Demam berdarah Dengue adalah penyakit dengan gejala demam, munculnya ruam
pada kulit, pusing, dan nyeri sendi. Demam berdarah dengue yang tidak segera mendapat
pertolongan dapat mengakibatkan kematian. DBD bersifat menular sehingga perlu
pengendalian segera atau akan menjadi wabah. Demam berdarah dengue atau DBD
disebabkan oleh virus dengue dengan bantuan vektor yaitu nyamuk/ aedes aegypti
dan aedes albopictus. Ada atau tidaknya nyamuk dilingkungan yang menyebabkan pnyakit
DBD ini diperngaruhi oleh kondisi lingkungan. Nyamuk jenis ini akan suka berkembang
ditempat yang banyak genangan air. Sehingga upaya penyehatan lingkungan melalui
program penyuluhan DBD dan pemberian abatesasi. Ini sangat diperlukan untuk
pengendalian penyakit DBD .
c. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
1. Tujuan umum
Untuk membasmi jentik nyamuk pada air tergenang seperti pada bak mandi dan
sumur gali dengan cara abatesasi selektif.
2. Tujuan khusus
1. Pemantauan jentik untuk diberi abate
2. Pencegahan DBD
3. Memberi pengertian kepada masyarakat tentang abatesasi
d. Kegiatan Pokon dan Rincian Kegiatan
Kegiatan pokok : memberikan abatesasi pada sumur gali dan Bak mandi.

e. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Periksa setiap Bak mandi, selokan, pot bunga yang ada disetiap rumah di dalam
lingkungan RT yang telah dicantumkan oleh Puskesmas.
2. Amati setiap bak, genangn air yang ditemukan (bila perlu menggunakan senter) apakah di
dalam bak genangan air tersebut terdapat jentik nyamuk.
3. Catat setiap bak genangan air yang ada di setiap rumah pada blangko yang di dalamnya
ditemukan jentik nyamuk.
4. Bila terdapat jentik nyamuk, berikan bubuk abate kepada pemilik rumah untuk diletakkan
pada wadah penampungan air.
f. Sasaran
Bak mandi
g. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Waktu Pelaksanaan
No Nama Desa Ket
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
1 Marioritenga √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Goarie √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Soga √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Barae √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

h. Evaluasi Pelaksana Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap tiga Bulan sekali.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELAYANAN PROG RAM PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI
UPTD PUSKESMAS GOARIE
TAHUN 2023

UPTD PUSKESMAS GOARIE


DINAS KESEHATAN KAB. SOPPENG
PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GOARIE KECAMATAN MARIORIWAWO
Sanuale, Desa Marioritenga, Kec. Marioriwawo Kab. Soppeng 90862
Website : https://pkm-goarie.soppengkab.go.id Email : pkmgoarie9091@gmail.com

KERANGKA ACUAN KERJA


PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
BERPOTENSI KLB

a. Pendahuluan
Undang- undang No. 4 tahun1984 tentang wabah penyakit menular serta PP No.
41 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular agar setiap wabah
penyakit atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular (KLB) harus
ditangani secara dini, sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/ Per/ 2010 tentang jenis penyakit menular
tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan Upaya penanggulangan.
Dalam pasal 14 permenkes Nomor 151/ Menteri/ X/2010 disebutkan bahwa
Upaya penanggulangan KLB dilakuakn secara dini kurang dari 24 jam terhitung sejak
terjadinya KLB. Oleh karena itu disusun Pedoman penyelidikan dan penanggulangan
KLB penyakit menular. Di perlukan programyang terarah dan sistemati, yang mengatur
secara jelas peran dan tanggung jawab disemua tingkat administrasi, baik di daerah
maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam
pelaksanaanya dapat mencapai hasil optimal.
b. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang masih memilikiangka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan system kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB dengan
langkah-langkah yang terprogram dan akurat sehingga proses penanggulangannya
menjadi tepat dan akurat.
Untuk mewujudkan respon KLB yang tepat diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dari para petugas dilapangan untuk kenyataan tersebut
mendorong kebutuhan para petugas dilapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan
dan penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas
mengambil langkah dalam melakukan respon KLB.
c. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dilaksanakannya pengendalian KLB penyakit menular dan keracunan pangan sesuai
pedoman.
b. Tujuan khusus
1. Menurunnya frekuensi KLB penyakit menular dan keracunan pangan
2. Menurunnya angka kesakitan pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan
pangan.
3. Menurunnya angka kematian KLB penyakit menular dan keracunan pangan
4. Menurunya periode KLB penyakit menular dan keracunan pangan
5. Terbatasnya daerah/ wilayah yang terserang KLB penyakit menular dan
keracunan pangan.
d. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
a. Kegiatan Pokok
1. Penyelidikan KLB Diare
2. KLB DBD
3. Penyelidikan KLB Rabies
4. Penyilidikan KLB Malaria
b. Rincian kegiatan
Penyelidikan KLB diare dapat menggambarkan kelompok rentang dan penyebab kasus
yang memberikan arah dan Upaya penanggulangan. Kurva epidemic dibuat dalam
harian dan mingguan kasus atau kematian.
e. Cara Melaksanakan Kegiatan
a. Cara melaksanakan kegiatan
1. Perencanaan
✓ Lakukan analisi masalah
✓ Penetapan masalah prioritas
✓ Inventarisasi alternatif pemecahan masalah
✓ Menyusun dokumen perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengendalian monitoring
f. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan system surveilens epidemiologi kesehatan yang meliputi
masalah- masalah yang berkaitan dengan program Kesehatan yang ditetapkan berdasarkan
prioritas nasional, bilateral, ragional dan global. Penyakit potensial wabah, rencana dan
komitmen lintas sektor serta sasaran spesifik local atau daerah, secara rinci sasaran
penyelenggaraan surveilens epidimiologi Kesehatan sebagai berikut :
1. Surveilens epidemiologi penyakit menular
2. Surveilens epidemiologi penyakit tidak menular
3. Surveilens epidemiologi Kesehatan lingkungan
4. Surveilens epidemiologi masalah kesehatan
g. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

JADWAL PELAKSANAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No KEGIATAN

1 Pelacakan v v v v v v v v v v v v
kasus
potensi KLB
dan bukan
KLB

h. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi dilakukan pada setiap 3 bulan berjalan
i. Pencatatan,Pelaporan dan Evaluasi
Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan setiap bulannya dan melaporkan ke Dinas
Kesehatan kabupaten Soppen

Anda mungkin juga menyukai