Anda di halaman 1dari 18

KERANGKA ACUAN PROGRAM KUSTA

UPTD PUSKESMAS DTP PULOMERAK


KOTA CILEGON
TAHUN 2016

Jl. RE. Martadinata Km 2 Kel.Mekarsari Kec. Pulomerak Kota Cilegon Kode Pos 42438
Telp ( 0254 ) 571154 - 571919
E-Mail : pkm.pulomerakclg@gmail.com
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
EVALUASI PROGRAM

A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah
nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi
dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi
medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar
penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi dengan unit
pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita). Adapun sistem pengobatan yang
dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan dengan kombinasi (MDT) mulai
digunakan di Indonesia. Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan beban
penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah
India dan Brazil.
Kegiatan Program Kusta salah satunya adalah evaluasi program yang dilakukan sebagai
tolak ukur keberhasilan suatu program yang telah dilaksanakan, apakah terjadi kesuaian antara
perencanaan dengan pelaksanaan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien penderita
kusta.

B. LATAR BELAKANG
Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak 16.856 kasus dan
jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak 9,86% (WHO, 2013). Penyakit kusta
merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD)
yang masih ada di Indonesia, yaitu Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue, Helminthiasis,
Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis. Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat dalam
pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno masih
ditemukan.
Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang
ditemukan tetapi juga kecacatan yang diakibatkannya, Indonesia sudah mencapai eliminasi di
tingkat nasional. Namun saat ini, masih ada 14 propinsi yang mempunyai beban tinggi yaitu
Banten, Sulteng, Aceh, Sultra, Jatim, Sulsel, Sulbar, Sulut, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara,
Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara. Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian
besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita
sendiri, tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Dengan itu berbagai upaya dilakukan
untuk mengurangi resiko yang akan terjadi dengan berbagai program, dan perlunya evaluasi
program sebagai tolak ukur keberhasilan suatu program yang dijalankan.

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


Tujuan Umum
Menjadi petunjuk dalam melaksanakan kegiatan evaluasi program kusta di UPTD Puskesmas DTP
Pulomerak
Tujuan Khusus
- Memantau hasil kerja program kusta yang sudah dijalankan
- Meningkatkan kualitas program yang sudah di rencanakan
- Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan dalam tata laksana pasien
kusta.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
Perencanaaan Merencanakan waktu, tempat evaluasi akan dilakukan
Pelaksanaan Melakukan evaluasi dengan cara rapat koordinasi
Puskesmas
Membuat laporan kepada kepala Puskesmas
Evaluasi Evaluasi setiap 3 bulan sekali oleh koordinator kusta Dinas
Kesehatan Kota dan membuat laporannya kepada Dinas
Kesehatan Kota dengan menggunakan manual.
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Cara melaksanakan kegiatannya adalah :
1. Ceramah dan diskusi.
2. Monitoring dan evaluasi dengan membentuk tim, melakukan rapat dan melaksanakan tindak
lanjut.

F. SASARAN
Pelaksana program kusta

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan evaluasi program kusta dilakukan setiap tiga bulan sekali

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap
pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan,
pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta yang tercermin dalam diskusi yang
aktif.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan oleh notulen terhadap semua pelaksanaan kegiatan. Laporan pelaksanaan
kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan paling lambat 1 minggu setelah kegiatan
dilaksanakan. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling lambat 1
bulan setelah kegiatan dilakukan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
KONTAK SERUMAH PASIEN KUSTA

A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah
nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi
dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi
medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar
penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehingga menimbulkan
keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya,
masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku penerimaan periderita terhadap
penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta
merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa
sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit
mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-penyakit lain.

B. LATAR BELAKANG
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi dengan unit
pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun sistem pengobatan
yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan dengan kombinasi (MDT)
mulai digunakan di Indonesia. Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan
beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia
setelah India dan Brazil. Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak
16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak 9,86% (WHO,
2013). Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected
Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia, yaitu Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue,
Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis. Indonesia sudah mengalami kemajuan
yang pesat dalam pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun kusta sebagai
penyakit kuno masih ditemukan.
Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia
yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional.
Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatan ke masalah
sosial.karena itu untuk mengetahui penularan penyakit puskesmas pulomerak ikut serta dalam
program kusta yaitu melakukan pemeriksaan kontak serumah pada penderita kusta

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


Tujuan Umum
Menjadi petunjuk dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan kontak serumah dengan pasien
kusta di UPTD Puskesmas DTP Pulomerak
Tujuan Khusus
- Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam mendeteksi kusta dalam keluarga
- Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang kusta
- Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan dalam tata laksana pasien
kusta.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
Perencanaaan Menentukan temapat, waktu dan sasaran kegiatan
Pelaksanaan - Untuk pasien baru, kunjungan rumah dilakukan sesegera mungkin.
- Pemberian konseling sederhana dan pemeriksaan fisik.
Sasarannya adalah keluarga yang tinggal serumah dengan pasien
dan tetangga di sekitarnya.
- Saat melakukan kunjungan, petugas diwajibkan membawa kartu
pasien, alat pemeriksaan, dan obat MDT.
Evaluasi Merekap laporan kunjungan kontak serumah dengan pasien kusta
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Cara melaksanakan kegiatannya adalah
1. Ceramah dan diskusi.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Monitoring dan evaluasi dengan membentuk tim, melakukan rapat dan melaksanakan tindak
lanjut.

F. SASARAN
Keluarga pasien kusta dan penderita

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan kunjungan kontak serumah dengan pasien kusta dilakukan setiap bulan

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan setiap satu bulan sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap
pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan oleh petugas kunjungan kegiatan kontak serumah dengan pasien kusta.
Laporan pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan paling lambat 1 minggu
setelah kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan
paling lambat 1 bulan setelah kegiatan dilakukan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
KUNJUNGAN RUMAH PASIEN KUSTA

A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah
nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi
dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi
medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar
penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehingga menimbulkan
keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya,
masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku penerimaan periderita terhadap
penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta
merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa
sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit
mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-penyakit lain.

B. LATAR BELAKANG
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi dengan unit
pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun sistem pengobatan
yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan dengan kombinasi (MDT)
mulai digunakan di Indonesia. Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan
beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia
setelah India dan Brazil. Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak
16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak 9,86% (WHO,
2013). Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected
Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia, yaitu Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue,
Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis. Indonesia sudah mengalami kemajuan
yang pesat dalam pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun kusta sebagai
penyakit kuno masih ditemukan.
Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia
yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional.
Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatan ke masalah
sosial.karena itu untuk mengetahui perkembangan penyakit kusta dan pengawasan kusta
puskesmas pulomerak mengadakan kunjungan rumah penderita

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


Tujuan Umum
Menjadi petunjuk dalam melaksanakan kegiatan kunjungan rumah pasien kusta di lingkungan
UPTD Puskesmas DTP Pulomerak
Tujuan Khusus
- Memberikan informasi tentang kusta kepada keluarga atau masyarakat
- Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang kusta
- Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan dalam tata laksana pasien
kusta.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
Perencanaan Menentukan tempat, waktu dan sasaran keluarga yang akan dikunjungi
Pelaksanaan Dilaksanakan pada daerah yang mempunyai geografis yang sulit. Pada
kegiatan ini MDT diberikan sekaligus 1 ( satu ) paket dibawah
pengawasan petugas kesehatan di wilayah tersebut / kader kesehatan
yang telah dilatih / keluarga terdekat. Programer kusta puskesmas
melakukan monitoring ke wilayah tersebut ± 1 atau 2 bulan sekali. Dan
atau petugas wilayah / kader / keluarga melaporkan perkembangan
pasien ke programer kusta puskesmas tiap bulan.
Evaluasi Menilai hasil kegiatan kunjungan serumah dan merekap laporan dari
hasil laporan kegiatan yang di catat dalam form kusta
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
- Ceramah dan diskusi.
- Pemeriksaan fisik.
- Monitoring dan evaluasi dengan membentuk tim, melakukan rapat dan melaksanakan tindak
lanjut.

F. SASARAN
Pasien kusta

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan kunjungan rumah dengan pasien kusta dilakukan setiap bulan

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan setiap satu bulan sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap
pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan,
pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta yang tercermin dalam diskusi yang
aktif.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan oleh petugas kegiatan kunjungan serumah dengan pasien kusta. Laporan
pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan paling lambat 1 minggu setelah
kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling
lambat 1 bulan setelah kegiatan dilakukan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PERTEMUAN PEDERITA LAMA DAN BARU / HILANG

A. PENDAHULUAN
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan
yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang
dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah psikososial
sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari
penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh
terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan
penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah
untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat. Penyakit kusta adalah salah
satu penyakit menular yang masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana
beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan
sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai
masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial. Pada umumnya penyakit kusta
terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari
golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial
ekonomi pada masyarakat.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi dengan unit
pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun sistem pengobatan
yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan dengan kombinasi (MDT)
mulai digunakan di Indonesia. Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan
beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia
setelah India dan Brazil. Tahun 2013, Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak
16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak9,86% (WHO,
2013). Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected
Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia, yaitu Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue,
Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis. Indonesia sudah mengalami kemajuan
yang pesat dalam pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun kusta sebagai
penyakit kuno masih ditemukan.

B. LATAR BELAKANG
Hingga kini, kusta seringkali terabaikan. Meskipun kusta tidak secara langsung termasuk
ke dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), namun terkait erat dengan
lingkungan yaitu sanitasi. Penggunaan air bersih dan sanitasi akan sangat membantu penurunan
angka kejadian penyakit NTD. Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya
jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan yang diakibatkannya, Indonesia sudah
mencapai eliminasi di tingkat nasional. Namun saat ini, masih ada 14 propinsi yang mempunyai
beban tinggi yaitu Banten, Sulteng, Aceh, Sultra, Jatim, Sulsel, Sulbar, Sulut, Gorontalo, Maluku,
Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara. Dampak sosial terhadap penyakit kusta
ini sedemikiari besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya
pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara.
Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia
yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional.
Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatan ke masalah
sosial.dan karena masih minim nya pengetahuan masyarakat maka di laksanakannya pertemuan
penderita baru dan lama pada pasien kusta.

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


Tujuan Umum
Menjadi petunjuk dalam melaksanakan kegiatan pertemuan penderita baru dan lama di UPTD
Puskesmas DTP Pulomerak
Tujuan Khusus
- Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam mendeteksi suspect Kusta
- Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya deteksi dini Kusta.
- Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan dalam tata laksana pasien
kusta.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
Perencanaan Persiapan Pimpinan Puskesmas berserta programer kusta dan kepala desa
membuat rencana pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan a. Pelaksanaan
a. Tahap Pertama
a) Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan
b) Penjelasan tanda-tanda dini kusta dan program pengendalian penyakit
kusta oleh dokter/programer kusta.
c) Tanya jawab.
d) Pembagian tugas kelompok kerja ( kelompok untuk deteksi suspek,
kelompok untuk pencatatan, dan kelompok untuk diagnosa serta
verifikator ). Besar dan jumlah kelompok disesuaikan dengan kapasitas
dan sumber daya yang ada.
e) Kelompok kerja bisa dari kader kesehatan, perangkat desa, dan petugas
kesehatan lainnya.
b. Tahap Kedua
a) Pemeriksaan seluruh desa untuk mencari suspek yang dijaring oleh
kelompok kerja (target suspek adalah minimum 10 % dari popilasi
umum).
b) Pagi hari pemeriksaan difokuskan pada suspek dari anak sekolah
sedangkan siang hari pada suspek di masyarakat umum.
c) Pasien baru yang ditemukan pada saat pemeriksaan, dibuatkan kartu
dan diberikan pengobatan serta penyuluhan yang mendalam.
d) Suspek dicatat dan dijadwalkan untuk periksa ulang di Puskesmas dalam
kurun waktu 3-6 bulan setelah pertemuan
Evaluasi Merekap laporan pertemuan penderita baru dan lama
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Ceramah dan diskusi.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pembagian brosur dan leaflet.
4. Monitoring dan evaluasidengan membentuk tim, melakukan rapat dan melaksanakan
tindak lanjut.

F. SASARAN
Penderita baru dan lama Kusta

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan pertemuan penderita baru dan lama dilakukan setiap bulan

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan setiap satu bulan sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap
pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan,
pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta yang tercermin dalam diskusi yang
aktif.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan oleh petugas pada pertemuan penderita baru dan lama. Laporan
pelaksanaan kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan paling lambat 1 minggu setelah
kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling
lambat 1 bulan setelah kegiatan dilakukan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
KEGIATAN PENJARINGAN ANAK SEKOLAH

A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah
nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi
dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi
medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar
penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Di Indonesia pengobatan dari
perawatan penderita kusta secara terintegrasi dengan unit pelayanan kesehatan (puskesmas
sudah dilakukan sejak pelita I).
Adapun sistem pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992,
pengobatan dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia. Indonesia hingga saat ini
merupakan salah satu negara dengan beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013,
Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Tahun 2013, Indonesia
memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara
penderita baru sebanyak 9,86% (WHO, 2013). Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan
penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia, yaitu
Filaria, Kusta, Frambusia, Dengue, Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis.
Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala bidang
termasuk kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno masih ditemukan.

B. LATAR BELAKANG
Hingga kini, kusta seringkali terabaikan. Meskipun kusta tidak secara langsung termasuk
ke dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), namun terkait erat dengan
lingkungan yaitu sanitasi. Penggunaan air bersih dan sanitasi akan sangat membantu penurunan
angka kejadian penyakit NTD. Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya
jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan yang diakibatkannya, Indonesia sudah
mencapai eliminasi di tingkat nasional. Namun saat ini, masih ada 14 propinsi yang mempunyai
beban tinggi yaitu Banten, Sulteng, Aceh, Sultra, Jatim, Sulsel, Sulbar, Sulut, Gorontalo, Maluku,
Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehingga menimbulkan
keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya,
masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku penerimaan periderita terhadap
penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta
merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa
sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit
mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya leprophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul
karena pengertian penyebab penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat
menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian
leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta tanpa alasan
yang rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih dari masalah
kesehatan ke masalah sosial.dan karena masih minim nya pengetahuan masyarakat maka di
laksanakannya pertemuan penderita baru dan lama pada pasien kusta.

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


Tujuan Umum
Menjadi petunjuk dalam melaksanakan kegiatan penjaringan anak sekolah di wilayah sekolah

Tujuan Khusus
- Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam mendeteksi suspect kusta pada anak
sekolah
- Meningkatkan partisipasi anak sekolah dalam upaya deteksi dini Kusta.
- Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan dalam tata laksana pasien
kusta.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
Perencanaan Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu diberikan
penyuluhan tentang kusta kepada siswa dan guru

Pelaksanaan 1. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 s/d


6.
2. Pemeriksaan dilakukan oleh programer kusta bekerja
sama dengan lintas program atau petugas kesehatan
lainnya yang telah mendapat sosialisasi Kusta.
3. Jika pemeriksaan dilakukan oleh lintas program /
petugas kesehatan dan menemukan suspek kusta,
maka perlu dirujuk ke dokter dan programer kusta / ke
Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
4. Jumlah siswa yang diperiksa dan kasus baru yang
ditemukan dicatat
Evaluasi Merekap laporan pertemuan penderita baru dan lama

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


- Ceramah dan diskusi.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemasangan banner di tempat-tempat strategis.
- Monitoring dan evaluasidengan membentuk tim, melakukan rapat dan melaksanakan tindak
lanjut.

F. SASARAN
Anak sekolah

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan penjaringan anak sekolah dilakukan setiap bulan
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi dilakukan setiap satu bulan sekali oleh Programer Kusta Puskesmas terhadap
pelaksanaan kegiatan dimana hal yang dievaluasi adalah ketepatan waktu, baik pembukaan,
pengisian materi maupun penutupan dan partisipasi peserta yang tercermin dalam diskusi yang
aktif.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dilakukan oleh petugas pada penjaringan anak sekolah. Laporan pelaksanaan
kegiatan harus disusun pada tiap akhir tiap kegiatan paling lambat 1 minggu setelah kegiatan
dilaksanakan. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap kegiatan ini dilakukan paling lambat 1
bulan setelah kegiatan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai