Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pendirian dan pengelolaan perusahaan adalah untuk memaksi-

malkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Nilai perusahaan dan

kekayaan pemegang saham terbentuk dan dihitung dari proyeksi kinerja perusa-

haan pada masa yang akan datang. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, kinerja

perusahaan harus terus ditingkatkan.

Governance (tatakelola) merupakan variabel penting dalam memper-

tahankan kinerja perusahaan yang terbentuk dari hasil pengelolaan operasional

dan keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur dari profitabilitas dan

harga saham perusahaan. Penelitian mengenai Governance dimulai dari teori Ke-

agenan oleh Berle and Means ( 1932), Jensen and Meckling (1976) yang disebut

teori shareholder dan pengembangan teori oleh Freeman (1984), yang disebut

teori stakeholder. Perangkat Governance terdiri dari; (1) Struktur Governance, (2)

Mekanisme Governance dan (3) Prinsip-prinsip Governance.

Dalam rangka mencapai pengelolaan perusahaan yang baik dan benar

(Good Corporate Governance) harus dilaksanakan dengan penerapan ketiga

perangkat Governance secara konsisten dan terus menerus. Pengelolaan

perusahaan yang baik dan benar, menyebabkan perusahaan mempunyai

kemampuan mencapai laba dan nilai perusahaan terus meningkat.

1
2

Good Corporate Governance (GCG) adalah proses pengelolaan

perusahaan yang bertujuan agar perusahaan berjalan dan berkembang secara

berkelanjutan melalui pengelolaan perusahaaan yang berpedoman pada prinsip

transparan, akuntabel , independen , adil dan bertanggung jawab. Dalam rangka

mendukung pelaksanaan GCG diperlukan mekanisme corporate governance

yang terdiri dari mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme corporate

governance dapat digambarkan pada Gambar 1.1 berikut ini:

Internal External

Private Regulatory

Stakeholders Standards
Pemegang Saham (IAI-accounting stan-
• Employees dars)
• Customers Laws
RUPS • Suppliers
• Creditors
Regulations
• Society

Dewan Komisaris
Reputational agents
• Accountants Bank
• Lawyers
Dewan Direksi
• Credit rating
• Investment bankers
• Financial media Markets
• Investment advisors • Product markets
Management
• Governance Re- • Labor market
• Internal Auditor serchers • Capital market
• Accounting Unit • Corporate Govern-
ance
analyst

Source : Modification from Corporate Governance : A. Framework for implementation, Cad-


bury, 1999 & Corporate Governance, Kim & Nofsinger, 2004

Gambar 1.1
Corporate Governance Mechanism:
The Internal and External Architecture
3

Tugas penting Direksi yang diatur dalam mekanisme corporate governance

internal adalah melakukan internal kontrol. Proses internal kontrol dilaksanakan

direksi melalui internal auditing yang bertujuan sebagai alat kontrol sistem dan

prosedur, anggaran dan pengendalian risiko. Internal Auditing yang terencana

dan terlaksana dengan baik berimplikasi pada aktivitas organisasi yang berjalan

sesuai dengan arah dan tujuan perusahaan.

Penelitian Syakhroza (2005) mengenai corporate governance di BUMN

memberikan beberapa kesimpulan antara lain; (1) Mekanisme corporate

governance di BUMN belum berjalan optimal. (2) Perlu penguatan terhadap

mekanisme pengendalian internal baik oleh organ kementerian BUMN maupun

Dewan Komisaris. Kesimpulan penelitian ini memperlihatkan masih terdapat

masalah dalam pelaksanaan mekanisme corporate governance dan pengendalian

internal di BUMN.

Sistem perekonomian nasional, menempatkan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) memiliki peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik,

penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, turut membantu pengembangan

usaha kecil/ koperasi dan sumber penerimaan negara yang signifikan melalui

deviden BUMN. Peran strategis BUMN tersebut, menuntut BUMN untuk dikelola

dengan prinsip – prinsip Good Corporate Governance.

Penerapan good corporate governance di BUMN berdasarkan SK Menteri

BUMN Nomor 117/MBU/2002 tentang ”Penerapan Praktik Good Corporate

Governance” pada BUMN. Penerapan praktek GCG dalam pengelolaan BUMN

yang diatur oleh SK diatas diharapkan dapat menumbuhkan budaya kerja yang
4

baik dalam pengelolaan BUMN yaitu budaya kerja yang berdasarkan prinsip-

prinsip GCG.

Struktur governance pada BUMN dan swasta dapat digambarkan pada

Tripod governance BUMN dan swasta pada Gambar 1.2 berikut ini;

Sumber : Syakhroza, 2005, hal. 36

Gambar 1.2
Tripod Governance Perusahaan BUMN

Berdasarkan Tripod BUMN, proses pengawasan terhadap BUMN dari sisi

eksternal sangat ketat dan menjadi tugas banyak pihak, namun demikian masih

perlu diteliti pelaksanaan pengawasan di BUMN, khususnya pengawasan internal.

Pelaksanaan pengawasan internal ini sangat penting karena dari pengamatan

peneliti kinerja BUMN sangat tergantung kepada Direksi dan Komisaris karena

pengelolaan operasional BUMN dilaksanakan oleh Direksi dan diawasi oleh

Komisaris, sehingga perlu dilakukan pengawasan yang baik.


5

Internal auditing (pelaksanaan internal audit) mencapai suatu definisi

baru pada tahun 1999, yang merefleksikan perubahan yang signifikan dalam

internal auditing. Definisi baru tersebut membuat internal auditing tidak hanya

terfokus pada pengawasan operasional tetapi internal auditing telah menjadi

bagian dari perbaikan langsung organisasi, menciptakan nilai tambah (value

creating), membantu dalam pengelolaan risiko serta dalam rangka menjaga tata

kelola yang baik dari perusahaan (GCG). Lahirnya definisi baru dari internal

auditing merupakan sebuah evolusi yang bertujuan untuk menjaga kinerja dan

kelanjutan dari perusahaan.

Pelaksanaan internal auditing yang merupakan bagian dari mekanisme

internal corporate governance diharapkan mendorong percepatan pemenuhan

keinginan shareholder dan stakeholder yang semakin kompleks dan beragam.

Hubungan proses Internal Auditing, Manajemen Risiko dan GCG dapat

digambarkan pada Gambar 1.3 berikut ini;

Sumber: Robert Tampubolon, Risk and System based Internal Audit, 2005. Hal 8

Gambar 1.3
Risk Based Internal Auditing
6

Berdasarkan Gambar 1.3 dapat dijelaskan, sebagai hasil dari proses Internal Au-

diting akan ditemukan risiko-risiko yang mungkin terjadi diperusahaan, risiko-

risiko tersebut akan menjadi dasar pertimbangan penentuan strategi perusahaan.

Risidual risk yang terjadi dari proses internal auditing dikelola melalui

manajemen risiko agar minimal dan menjadi opportunity. Pada tahun 2001, di

Amerika Serikat (USA) banyak terjadi kebangkrutan perusahaan, Hoyle, Schaefer,

Doupnik, 2007, menjelaskan sebagai berikut:

” Since beginning of 2001, more than 60.000 companies have sought bankruptcy
protection, and the number of affected employees is rising fast In 2001, the 10
largest companies filling for bankruptcy reported employing about 140.500
people in their most recent annual report before the filling. The top 15 US bank-
ruptcies have occured since 2001: World Com Inc, July 2002; USD 103.9 bil-
lion, Enron Corp, Desember 2, 2001; USD 63,4 billion; Conceco Inc, Desember
17, 2002; USD 61,4 billion, etc”

Banyaknya kebangkrutan yang terjadi di USA menyebabkan Pemerintah Amerika

Serikat membuat sebuah undang-undang yang disahkan pada tanggal 30 Juli 2002

dengan nama The Public Accounting Reform and Investor Protection Act. Un-

dang-undang ini sering disebut SARBOX diambil dari nama dua orang pencetus-

nya yaitu Senator Paul Spros Sarbane dan Congresman Michael G. Oxley. Tujuan

dari UU ini adalah untuk meningkatkan akuntabilitas manajemen perusahaan pub-

lik, memperbaiki corporate governance, meningkatkan pengawasan terhadap kan-

tor akuntan publik dan mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar mo-

dal.

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Comission

(COSO), pada tahun 2002, memperkenalkan konsep baru didalam pengelolaan

risiko perusahaan, yaitu Enterprise Risk Manajemen (ERM). ERM merupakan


7

kerangka kerja dari Manajemen Risiko yang lebih luas, termasuk pemenuhan

tujuan SARBOX seperti corporate governance issue, akuntabilitas dan mening-

katkan kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan publik.

Dalam rangka pengelolaan BUMN, keberadaan ERM sangat penting

karena adanya tuntutan dari shareholder dan stakeholder kepada BUMN untuk

dapat berbisnis, mempunyai kemampuan menghasilkan laba dengan tetap sebagai

agen pembangunan. Tuntutan kepada BUMN bukan sesuatu yang mudah

terlaksana karena menyangkut sisi bisnis dan publik. Dalam upaya menjawab

tuntutan tersebut pengelolaan BUMN harus didukung dengan pengelolaan risiko

yang baik, agar pertanggungjawaban pengelolaan secara bisnis dan publik dapat

dilaksanakan. COSO (2002) dan Moeller (2007) menggambarkan konsep ERM

dan Business Risk Model Sample pada Gambar 1.4 dan 1.5 berikut ini:
8

Konsep ERM
Sebuah proses
Dipengaruhi oleh manusia
Berlaku dalam penetapan strategi
Berlaku di Seluruh perusahaan
Dirancang untuk mengenali peristiwa yang berpotensi mempengaruhi entiti-
tas dan mengelola risiko dalam jangkauan risikonya (risk appetite)
Memberikan “jaminan yang wajar”
Harus fokus untuk mencapai tujuan.

Peran dan Tanggungjawab


Semua orang harus memposisikan diri sebagai pemilik perusahaan.

Konsep ERM
Internal Environment

Objective Setting

Event / Risk Risk Risk Risk


Identification Assessment Response Control

Information and Communication

Monitoring

Internal Environment

Entity’s Risk Management Philosophy


Jangkauan Risiko (Risk Appetite)
BOD
Integritas dan Nilai Etika
Komitmen Terhadap Kompetensi
Struktur Organisasi
Delegasi Wewenang dan Tanggungjawab
Kebijakan SDM

Sumber : COSO, 2002.


Gambar 1.4
Enterprise Risk Management
9

Business Risk Model Sample


Strategic Risks

Eksternal Factor Risks Internal Factor Risks


 Industri Risk  Reputation Risk
 Economy risk  Strategic focus risk
 Competitor risk  Parent company support risk
 Legal regulatory change risk  Patent trademark protection risk
 Customer needs and wants risk

Operations Risks

Process Risk Compliance Risks People Risks


 Supply-chain risk  Environmental risk  Human resources risk
 Customer satisfaction risk  Regulatory risk  Employee turnover risk
 Cycle-time risk  Policy and procedures risk  Performance incentive risk
 Process executin risk  Litigation risk  Training risk

Finance Risks

Treasury Risks Compliance Risks People Risks


 Interest rate risk  Environmental risk  Commodity price risk
 Foreign exchange risk  Regulatory risk  Duration risk
 Capital availability risk  Policy and procedures risk  Measurement risk
 Litigation risk
Information Risks

Financial Risks Operational Risks Technological Risks


 Accounting srandard  Pricing Risk  Information access risk
 Budgeting risk  Performance measurement  Business continuity risk
 Financial reporting risk  Availability risk
risk  Employee safety risk  Infrastructure risk
 Taxation risk
 Regulatory reporting
risk

Sumber : Robert R. Moeller, 2007: 25

Gambar 1.5
Business Risk Model Sample
10

Berdasarkan Gambar 1.4 dan 1.5, dapat dilihat tujuan dari pengelolaan

risiko dan jenis-jenis risiko yang harus dikelola oleh perusahaan. Pemahaman

kepada tujuan dan jenis risiko tersebut diharapkan berdampak pada pengelolaan

risiko yang baik sehingga risiko perusahaan dapat terkendali.

Maksud dan tujuan pendirian BUMN sesuai dengan pasal 1 angka 1 UU

No. 19 tahun 2003 tentang BUMN dengan jelas dinyatakan bahwa:

” Badan Usaha Milik Negara, yang disebut BUMN adalah badan usaha yang se-

luruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan se-

cara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”

Pengelolaan BUMN pada saat ini diserahkan kepada Menteri Negara BUMN,

sesuai dengan PP No. 64 tahun 2001 tentang pelimpahan kewenangan pemerintah

selaku pemegang saham/ pemilik modal BUMN. Selanjutnya pengelolaan BUMN

ini ditegaskan pada pasal 6 dan pasal 24 ayat 3 UU No. 17 tahun 2003 tentang

keuangan negara, UU No. 19 tentang BUMN dan PP No. 41/2003, tentang

pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan pada Persero, Perum dan Perjan

kepada Menteri Negara BUMN.

Untuk memenuhi maksud dan tujuan dari pendirian BUMN, setiap BUMN

sesuai dengan bidang usahanya masing-masing membuat Visi dan Misi yang

selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) yang

dibuat minimal setiap 5 (lima) tahun. RJPP ini merupakan kesepakatan pemegang

saham dan Manajemen BUMN dalam melaksanakan visi dan misi perusahaan

dalam jangka panjang.


11

Rencana Kerja Anggaran dan Pendapatan (RKAP) merupakan pelaksanaan

RJPP tahunan yang diajukan setiap tahun kepada pemegang saham untuk disetujui

oleh pemegang saham dalam RUPS-RKAP pada bulan Oktober setiap tahun.

Hasil dari pelaksanaan RKAP ini paling lambat akhir Juni setiap tahun berikutnya

dilaporkan pelaksanaannya dalam laporan tahunan untuk disetujui pemegang

saham dalam RUPS-Tahunan. Khusus untuk BUMN yang sudah go public

didalam laporan tahunan selain dilaporkan pelaksanaan RKAP tahun sebelumnya

juga dimasukkan RKAP tahun yang akan datang dan dilaporkan dalam RUPS –

Tahunan paling lambat pada bulan Juni setiap tahun. Berdasarkan penjelasan-

penjelasan di atas, RKAP pada BUMN merupakan implementasi dari misi dan

visi serta RJPP dari BUMN.

Peraturan Bapepam mengatur setiap perusahaan yang telah go public wajib

untuk menyampaikan laporan tahunan yang didalamnya terdapat RKAP (Budget)

sebagai informasi mengenai kinerja perusahaan kepada publik. Jakhotiya (1989)

mendefinisikan:

”Budgeting adalah suatu keputusan atas estimasi kedepan, serta langkah-


langkah untuk mencapai apa yang ditargetkan atau yang dituju pada periode
yang ditentukan dan dinyatakan dalam angka dari input yang dipunyai dan output
yang diharapkan. Selain itu dengan adanya budget maka shareholder dan
stakeholder memiliki alat untuk melakukan mengevaluasi kinerja dari
perusahaan. Pada perusahaan tujuan akhir adalah bagaimana mencapai dan
atau merencanakan keuntungan bersih yang akan dicapai, sehingga anggaran ini
pun berfungsi sebagai fungsi fabrikasi, administrasi, penjualan dan distribusi,
pengembangan dan fungsi keuangan”.

Budgeting bagi manajemen perusahaan merupakan dasar dari pengelolaan dan

pertanggungjawaban kepada pemegang saham dan merupakan cara untuk

meminimalkan Agency Problem. Pada perusahaan publik budgeting dan laporan


12

tahunan merupakan sebuah signal yang diberikan kepada investor mengenai

kinerja perusahaan satu tahun sebelumnya dan satu tahun kedepan. Signal yang

diberikan dapat membantu investor untuk memutuskan rencana investasi dan

menghitung estimasi return yang ditargetkan.

Mekanisme RKAP dan laporan tahunan pada BUMN menjadi sangat

penting karena proses hubungan pemilik dan manajemen di BUMN dilaksanakan

melalui mekanisme RKAP dan laporan tahunan. Melalui mekanisme ini dapat

diukur hasil pengelolaan dan pertanggung jawaban Manajemen BUMN kepada

Pemegang Saham, serta kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari profit margin

dan return saham. Dilihat dari teori signal, RKAP dan laporan tahunan bagi

BUMN yang telah go public merupakan signal kepada investor karena didalam

pengumuman termasuk juga antara lain; laporan keuangan perusahaan yang

memuat laba rugi perusahaan, keputusan penggunaan laba termasuk besarnya

deviden yang akan dibagikan.

Berdasarkan evaluasi yang telah peneliti lakukan, fenomena BUMN yang

telah go public, menjadi pilihan populasi dalam disertasi ini berdasarkan

pemikiran sebagai berikut:

- Pada dasarnya pengelolaan BUMN hanya didasarkan pada RJPP, RKAP

dan laporan tahunan, sedangkan pemegang saham (Pemerintah) tidak ikut

day to day mengawasi BUMN tersebut, sehingga merupakan fenomena

yang menarik untuk meneliti kinerja BUMN.

- Meneliti risiko, implementasi GCG dan internal auditing pada BUMN

menjadi hal yang menarik karena banyak pihak yang mengawasi seperti
13

LSM, DPR, Serikat Pekerja (SP) departemen tehnis, departemen keuangan

dan masyarakat seolah-olah berhak mengawasi tapi di lain pihak

pelaksanaan pengawasan internal BUMN masih perlu penguatan.

- Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) saham BUMN dengan jumlah

kapitalisasinya yang besar menjadi primadona bagi para investor sehingga

pengumuman laporan tahunan BUMN yang didalamnya termasuk

pengumuman penggunaan laba seperti deviden serta RKAP menjadi hal

yang ditunggu-tunggu investor dalam memutuskan investasi.

- Internal auditing, risiko dan good corporate governance merupakan

rangkaian proses pengelolaan perusahaan dan merupakan proses yang

saling terkait untuk pencapaian Value of Company dan Shareholder

Wealth. Rangkaian proses dari Internal Auditing, Risk dan Good

Corporate Governance dapat digambarkan pada gambar 1.6 berikut ini:


14

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Pengawasan Aktif Direksi/Manajemen


Keputusan mengenai penetapan tujuan, penyusunan strategi dan pemantauan serta tindak lanjut terhadap
penyimpangan

Lingkungan
(Sasaran dan tujuan, strategi, selera risiko, rencana tindakan)

Identifikasi Risiko
Sesuai sasaran dan tujuan, strategi dan rencana yang ada

Penaksiran Risiko dan Kontrol


Mengkuantifikasi kemungkinan terjadi sebuah peristiwa,
skala dampak serta kontrol yang ada

Fungsi internal Audit


Tanggapan Terhadap Risiko

Terima risiko/ Hindari Risiko / Mitigasi Risiko

Program Mitigasi

Fungsi Internal Audit

Sumber : Dimodifikasi dari Robert Tampubolon, Risk and Systems Based Internal
Audit, 2005.

Gambar 1.6
Proses Internal Auditing, Risk Management dan Good Corporate Governance
15

Berdasarkan Gambar 1.6, manajemen risiko, GCG dan internal auditing

harus dilaksanakan dalam satu kesatuan dan terus menerus untuk mencapai

kinerja perusahaan/BUMN yang terus meningkat. Walsch (2004), memberikan

pendapat mengenai pentingnya mempertahankan operation untuk kelangsungan

perusahaan. Filosofi ini mengemukakan bagaimana pentingnya keberhasilan

dalam commercial operation untuk menjaga kelangsungan perusahaan, atau

dengan kata lain untuk dapat menjaga kelangsungan perusahaan perlu

dipertahankan kinerja yang dapat diukur melalui Profit Margin dan Return

Saham. Perkembangan harga saham dan profit margin dari 15 (lima belas) BUMN

yang telah go public tahun 2002 sampai dengan 2008 dapat digambarkan pada

tabel 1.1 dan tabel 1.2 berikut ini:


Tabel 1.1
Perkembangan Harga Saham 15 BUMN Pada Penutupan Hari Bursa Akhir Tahun 2002-2008

Tahun ANTM BBNI BBRI BMRI INAF ISAT JSMR KAEF PGAS PTBA SMGR TINS TKLM WIKA BBKP

2008 1.090 680 4.575 2.025 50 5.750 910 76 1.860 6.900 4.175 1.080 6.900 220 200

2007 4.475 1.970 7.400 3.500 205 8.650 1.900 305 3.070 12.000 5.600 2.870 10.150 570 560

2006 1.600 1.870 5.150 2.900 100 6.750 - 165 2.320 3.525 3.630 442 10.100 - 700

2005 715 1.280 3.025 1.640 115 5.550 - 145 1.380 1.800 1.780 182 5.900 - -

2004 345 1.675 2.875 1.925 170 5.750 - 205 380 1.525 1.850 207 4.825 - -

2003 365 1.300 1.250 1.025 180 2.920 - 220 305 850 775 235 3.225 - -

2002 120 1.650 - - 240 1.850 - 185 - 600 815 34 1.925 - -

Rata-Rata 1.244 1.489 4.046 2.169 151 5.317 1.405 186 1.553 3.886 2.661 721 6.146 395 487

Keterangan :
1. ANTM : PT ANEKA TAMBANG, TBK 9. PGAS : PT PERUSAHAAN GAS NEGARA, TBK
2. BBNI : PT BANK BNI, TBK 10. PTBA : PT TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM, TBK
3. BBRI : PT BANK BRI, TBK 11. SMGR : PT SEMEN GRESIK, TBK
4. BMRI : PT BANK MANDIRl, TBK 12. TINS : PT TIMAH, TBK
5. INAF : PT INDOFARMA, TBK 13. TLKM : PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK
6. ISAT : PT INDOSAT, TBK 14. TLKM : PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK
7. JSMR : PT JASA MARGA, TBK 15. BBKP : PT BANK BUKOPIN, TBK
8. KAEF : PT KIMIA FARMA, TBK

16
17

Tabel 1.2
Rekapitulasi Data Profit Margin 15 BUMN

Tahun ANTM BBNI BBRI BMRI INAF ISAT JSMR KAEF PGAS PTBA SMGR TINS TKLM WIKA BBKP
2008 11,80% 15,42% 10,51% 10,32% -8,70% 4,97% 13,60% 2,30% 35,40% 8,22% 5,19% 0,71% 38,65% 1,90% -
-
2007 10,59% 5,34% 15,25% 16,71% 19,08% 18,59% 2,36% 14,44% 10,75% 7,33% 3,93% 22,45% 2,19% 8,81%
26,01%
2006 28,24% 21,24% 20,85% 24,32% 1,05% 15,66% 14,15% 4,04% 10,64% 16,06% 8,58% 6,33% 18,05% 2,90% 11,26%
2005 25,61% 9,42% 0,02% 2,58% 1,40% 14,01% 15,99% 2,91% 15,86% 15,58% 13,58% 3,17% 19,12% 2,63% 12,10%
2004 27,58% 10,71% 20,20% 8,39% 1,48% 11,52% 20,15% 2,01% 28,54% 13,74% 14,84% 5,11% 21,46% 3,08% 9,93%
2003 42,74% 4,67% 19,13% 15,97% 0,87% 12,38% 10,51% 2,21% 17,87% 18,43% 18,49% 20,89% 21,63% 3,01% 11,15%
2002 14,26% 6,04% 19,15% 16,53% 0,34% 10,07% 21,11% 2,05% 4,95% 23,67% 20,67% 14,83% 17,50% 2,38% 7,16%
Rata-Rata 22,98% 10,41% 15,02% 13,55% -4,22% 12,53% 16,30% 2,55% 18,24% 15,21% 12,67% 7,85% 22,69% 2,58% 10,07%

Keterangan :
1. ANTM : PT ANEKA TAMBANG, TBK 12. TINS : PT TIMAH, TBK
2. BBNI : PT BANK BNI, TBK 13. TLKM : PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK
3. BBRI : PT BANK BRI, TBK 14. WIKA : PT WIJAYA KARYA, TBK
4. BMRI : PT BANK MANDIRl, TBK 15. BBKP : PT BANK BUKOPIN, TBK
5. INAF : PT INDOFARMA, TBK
6. ISAT : PT INDOSAT, TBK
7. JSMR : PT JASA MARGA, TBK
8. KAEF : PT KIMIA FARMA, TBK
9. PGAS : PT PERUSAHAAN GAS NEGARA, TBK
10. PTBA : PT TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM, TBK
11. SMGR : PT SEMEN GRESIK, TBK
Berdasarkan data tersebut di atas ditemukan fenomena yang menarik untuk

diteliti yaitu; profit margin dan harga saham sangat berfluktuasi dan tidak tumbuh

sehingga sulit bagi investor untuk menjadikan saham BUMN sebagai investasi

jangka panjang karena kinerjanya yang berfluktuasi dan tidak tumbuh. Fenomena

lain yang menarik untuk diteliti dalam rangka menemukan variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan adalah corporate gavernance dan

pengendalian Internal BUMN belum berjalan optimal meskipun mekanisme

pengawasan terhadap BUMN sudah diatur secara ketat. Meneliti variabel-variabel

yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sangat penting, agar dapat disusun

strategi yang tepat untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Variabel internal lain diluar GCG, internal auditing dan risiko yang

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan adalah ukuran perusahaaan (size).

Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa yang menjadi faktor penting untuk

ukuran perusahaan menentukan pertumbuhan perusahaan. Quary. At All (2005)

dan Hansberg dan Wright (2004), ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

expected return. (Ninna Daniati, Suhairi (2006). Untuk variabel eksternal tingkat

suku bunga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena merupakan

komponen biaya modal dalam struktur pembiayaan perusahaan. Berdasarkan

penelitian Peter Oertman, Gristel Rendu dan Heinz Zimmerman (2000)

menyimpulkan suku bunga berpengaruh negatif bagi peminjam (non financial

insitution) sedangkan untuk financial institution berpengaruh positif. Untuk

penentuan tingkat suku bunga pada umumnya tingkat suku bunga SBI menjadi

18
19

dasar bagi bank maupun investor untuk menentukan tingkat suku bunga dan

tingkat return saham yang diharapkan.

Pertimbangan lain selain data dan hasil penelitian dari beberapa peneliti

yang menemukan pengaruh variabel risiko, internal auditing, dan GCG terhadap

kinerja perusahaan, penelitian dilakukan pada BUMN yang telah go public

disebabkan ketentuan-ketentuan; GCG, pengelolaan risiko, internal auditing

telah diatur oleh Bapepam dan Bank Indonesia (khusus perbankan) serta Surat

Keputusan Menteri Negara BUMN selaku regulator. Ditetapkannya peraturan-

peraturan mengenai GCG, internal auditing dan manajemen risiko oleh regulator

memperlihatkan bahwa ketiga variabel ini merupakan variabel penting dalam

keberhasilan pengelolaan perusahaan. Untuk melengkapi variabel lain yang

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan maka variabel ukuran perusahaan dan

tingkat suku bunga menjadi variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang penelitian, variable Good corporate

governance, internal auditing, risiko, ukuran perusahaan, dan tingkat suku

bunga,berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, maka tema sentral dari

penelitian ini adalah meneliti pengaruh dari variabel risiko, internal

auditing, good corporate governance, ukuran perusahaan dan tingkat suku

bunga terhadap kinerja perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan pada

penelitian ini, kinerja perusahaan diteliti diproxy dengan Profit Margin dan

Return Saham. Hasil pengujian terhadap lima variabel independent tersebut akan

menghasilkan variabel yang berpengaruh dan variabel yang tidak berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan.


20

Pergerakan harga saham menjelang pengumuman/ public expose

laporan tahunan dan RKAP yang akan mengumumkan kinerja perusahaan tahun

sebelumnya dan rencana kinerja satu tahun kedepan termasuk penggunaan laba

menjadi saat yang menarik dan ditunggu oleh investor. Kapan harga saham

mulai naik, berapa besar kenaikan, kapan harus profit taking dengan menjual

saham merupakan kejadian yang selalu terjadi dipasar menjelang public exspose.

Penelitian mengenai efek dari kejadian ekonomi (event study) pertama

kali dipublikasi oleh Dolley, 1933 yang meneliti mengenai efek harga saham

karena stock splits. Metode event study yang digunakan sampai dengan saat ini

adalah metode yang digunakan oleh Fama, Fisher, Jensen dan Roll, 1969 dalam

meneliti efek dari stock splits setelah perpindahan efek kenaikan deviden secara

simultan. Berdasarkan latar belakang penelitian, pada penelitian ini dilakukan

penelitian dalam bentuk event study untuk melihat reaksi pasar dalam

bentuk harga saham sebelum dan sesudah public expose laporan tahunan

dan RKAP dari BUMN yang telah go public

1.2. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Kinerja perusahaan merupakan variabel penting baik bagi pihak internal

maupun eksternal perusahaan, baik buruknya kinerja perusahaan merupakan

gambaran dari hasil pengelolaan perusahaan tersebut. Penelitian yang meneliti

variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan banyak

dilakukan karena pentingnya kinerja perusahaan tersebut.


21

Variabel-variabel independen yang diteliti pengaruhnya terhadap kinerja

perusahaan pada penelitian ini meliputi variabel risiko, good corporate

governance, internal auditing, size dan tingkat suku bunga. Penelitian pengaruh

dari variabel-variabel ini terhadap kinerja perusahaan dilakukan secara partial

dan simultan untuk menemukan berpengaruh variabel independen yang

diteliti terhadap kinerja perusahaan secara partial dan simultan.

Penelitian terhadap variabel-variabel ini dilakukan karena berdasarkan

hasil penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya seperti: Syakhroza (2005),

Ninna Daniati (2006) dan beberapa peneliti lain ke lima variabel ini masih

menjadi variabel yang perlu diteliti pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian diskriptif terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance

dan internal auditing dilakukan untuk mendapat gambaran bagaimana

implementasi dari kedua variabel tersebut. Penelitian pelaksanaan kedua variabel

dilakukan karena kedua variabel ini merupakan variabel dari corporate

governance serta pelaksanaannya telah diatur dalam keputusan menteri BUMN,

Bapepam dan Bank Indonesia.

Perubahan harga saham merupakan reaksi atas persepsi investor

terhadap kinerja perusahaan. Pada perusahaan publik termasuk BUMN yang

telah go public merupakan kewajiban perusahaan untuk mengumumkan

kinerjanya yang dilakukan melalui public expose / pengumuman laporan

tahunan.

Pada laporan tahunan disampaikan mengenai kinerja perusahaan pada

satu tahun sebelumnya termasuk penggunaan dan pembagian laba. Selain kinerja
22

perusahaan, penggunaan dan pembagian laba pada laporan tahunan juga

disampaikan rencana kerja anggaran dan pendapatan (RKAP) untuk satu tahun

ke depan.

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan harga saham dan profit

margin BUMN sangat berfluktuasi dan tidak tumbuh sehingga perlu diteliti

variabel-variabel yang berpengaruh terhadap profit margin dan return saham.

Penelitian terhadap variabel-variabel yang berpengaruhi terhadap profit margin

dan return saham dilakukan agar dapat disusun strategi yang tepat untuk

mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Pengumuman laporan tahunan merupakan saat yang ditunggu oleh

investor karena merupakan kejadian yang tepat untuk melaksanakan pembelian

ataupun penjualan saham. Pada kejadian ini pada umumnya saham–saham akan

memberikan abnormal return kepada investor apabila persepsi investor positif

terhadap pengumuman kinerja perusahaan. Pengumuman laporan tahunan BUMN

merupakan saat yang ditunggu investor karena saham BUMN merupakan

primadona investor karena kapitalisasinya yang besar di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

1.2.2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan pada 1.2.1,

penelitian ini dilakukan pada variabel-variabel yang secara teori dan hasil

penelitian peneliti sebelumnya berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian lain adalah pelaksanaan GCG dan internal auditing serta penelitian
23

reaksi pasar pada saat pengumuman laporan tahunan dan RKAP dari BUMN yang

sudah go public. Adapun pembatasan masalah meliputi :

1. Meneliti pengaruh risiko, Internal Auditing, GCG, Ukuran Perusahaan dan

tingkat suku bunga terhadap kinerja perusahaan secara partial dan simultan.

2. Memberikan gambaran terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance

(GCG) dan Internal Auditing

3. Meneliti reaksi pasar pada saat pengumuman laporan tahunan dan

RKAP,dilakukan dengan meneliti perubahan harga saham 5 (lima) hari bursa

sebelum pengumuman dan 5 (lima) hari bursa sesudah pengumuman.

4. Perusahaan yang diteliti adalah 15 (lima belas) BUMN yang telah Go Public.

Berdasarkan kajian identifikasi masalah dan pembatasan masalah dibuat

rumusan masalah dalam penelitian ini.

1.2.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, identifikasi masalah, serta

pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah implementasi GCG dan internal audit pada perusahaan.

2. Bagaimanakah pengaruh risiko terhadap kinerja perusahaan.

3. Bagaimanakah pengaruh implementasi GCG terhadap kinerja perusahaan.

4. Bagaimanakah pengaruh implementasi internal audit terhadap kinerja

perusahaan

5. Bagaimanakah pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan


24

6. Bagaimanakah pengaruh tingkat suku bunga terhadap kinerja perusahaan

7. Bagaimanakah reaksi pasar terhadap harga saham perusahaan pada saat

pengumuman public expose RKAP dan atau Laporan Tahunan.

8. Bagaimanakah pengaruh risiko, GCG, internal auditing, size dan suku bunga

secara bersama-sama terhadap kinerja perusahaan.

Pada penelitian ini rumusan masalah butir 1 tidak dijadikan hipotesis, tapi akan

dijelaskan secara diskriptif.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut dari permasalahan yang telah

diuraikan pada identifikasi masalah dan rumusan masalah. Adapun tujuan

penelitian ini akan dilakukan dengan memberikan gambaran dan mengkaji:

1. Mendiskripsikan implementasi GCG dan internal auditing pada perusahaan.

2. Mengkaji pengaruh risiko terhadap kinerja perusahaan.

3. Mengkaji pengaruh implementasi GCG terhadap kinerja perusahaan.

4. Mengkaji pengaruh implementasi internal audit terhadap kinerja perusahaan.

5. Mengkaji pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan.

6. Mengkaji pengaruh tingkat suku bunga terhadap kinerja perusahaan.

7. Mengkaji reaksi pasar pada pengumuman / public expose laporan tahunan

dan RKAP terhadap harga saham.

8. Mengkaji pengaruh risiko, GCG, internal auditing, size, suku bunga secara

bersama-sama terhadap kinerja perusahaan.

Kajian yang terdapat dalam tujuan penelitian ini menjadi dasar dalam pembuatan

hipotesis penelitian.
25

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memberikan kesimpulan atas pengaruh risiko, GCG, internal

auditing, ukuran perusahaan dan tingkat suku bunga terhadap kinerja

perusahaan.

2. Menemukan model pengukuran pengaruh risiko, internal auditing,

GCG, ukuran perusahaan, dan tingkat suku bunga terhadap kinerja

perusahaan.

3. Membuat penjelasan kembali atas hasil penelitian beberapa penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa risiko, GCG, internal auditing,

ukuran perusahaan dan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.

4. Mendapat gambaran mengenai pelaksanaan GCG dan internal

auditing pada BUMN yang sudah go public.

5. Meneliti reaksi pasar terhadap harga saham pada saat pengumuman /

public expose Laporan Tahunan dan RKAP.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Menjadi acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk melihat

mengenai pengaruh variabel risiko, GCG dan internal auditing,

ukuran perusahaan dan tingkat suku bunga terhadap kinerja BUMN

go public.
26

2. Untuk mendapat gambaran pelaksanaan GCG dan internal auditing di

BUMN go public.

3. Menjadi salah satu acuan bagi investor selain fundamental analysis

dan technical analysis dalam melakukan investasi pada saham-saham

BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Sebagai dasar bagi shareholder dan stakeholder untuk menilai

bagaimana tingkat kehati-hatian Direksi BUMN dalam mengelola

BUMN yang merupakan milik seluruh rakyat Indonesia.

5. Sebagai dasar bagi pemegang saham BUMN untuk lebih

memfokuskan organisasinya kepada faktor pengawasan internal,

manajemen risiko dan tata kelola perusahaan.

6. Sebagai dasar bagi investor untuk melihat kapan harus membeli

saham dan kapan profit taking pada event public expose laporan

tahunan dan RKAP.

Anda mungkin juga menyukai