Anda di halaman 1dari 11

Nama - NIM Salma Nisrina

Pararel - Kelompok P3 - 01

Tanggal Praktikum 19-10-2023

Praktikum ANALISIS SIFAT FISIK PANGAN #1 (Warna)

1. Sebutkan 2 contoh jenis pangan yang perlu dikarakterisasi derajat putihnya!


Tepung-tepungan (tepung beras, tepung tapioka), susu, filet ikan, ubi kayu

2. Jelaskan prinsip pengukuran warna dengan Lovibond Tintometer!


Analisis Lovibond tintometer didasarkan pada perbedaan intensitas warna yang
tercermin oleh mata manusia, oleh karena itu sifat analisis ini cukup subjektif.
Instrumen akan mengisolasi komponen warna tertentu dan memblokir gelombang
warna-warna komponen lain yang tidak relevan menggunakan filter warna yang
tersedia lalu operator akan menyamakan warna dari sampel dengan standar warna pada
Lovibond tintometer. Hasil yang didapatkan berupa index atau seberapa sesuai warna
sampel dengan standar.

3. Sebutkan sistem notasi warna yang dapat ditampilkan oleh alat Chromameter CR
400 Minolta!
Sistem notasi warna yang dapat ditampilkan oleh alat Chromameter CR 300 Minolta
adalah CIE Lab (L kecerahan; a komponen warna merah-hijau; b komponen warna
biru-kuning), Lc*H* (c kejenuhan; H tingkat tonasi), XYZ/RGB, Yxy, Hunter Lab,
Munsell, dan CIE RGB.

Paraf Asisten

Praktikum Analisis Pangan P9-1


NILAI

Praktikum 11.3.Analisis Warna dengan Chromameter


1. Alat chromameter dapat menampilkan data berdasarkan 5 notasi warna. Sebutkan
notasi warna tersebut, beserta contoh datanya!
Sistem notasi warna yang dapat ditampilkan oleh alat Chromameter CR 300
Minolta adalah CIE Lab (L kecerahan; a komponen warna merah-hijau; b komponen
warna biru-kuning), Lc*H* (c kejenuhan; H tingkat tonasi), XYZ/RGB, Yxy, Hunter
Lab, Munsell, dan CIE RGB.

2. Tuliskan data yang anda peroleh pada pengukuran warna sampel dengan
Chromameter berdasarkan notasi L a b dan L C ho! (Gunakan data golongan)

Tabel 1 Data warna sampel kulit salak


Parameter Kulit Salak
Notasi x SD
Ulangan 1 2 3 4 5
Y 6.57 6.35 6.56 5.7 8.54 6.744 1.0648
CIE (1931) x 0.3841 0.3705 0.3738 0.371 0.4177 0.38342 0.0199
y 0.354 0.351 0.31 0.3504 0.3714 0.34736 0.0226
X 7.12 6.69 6.9 5.94 9.6 7.25 1.3867
Tritimulus Y 6.57 6.35 6.56 5.78 8.54 6.76 1.0456
Z 0.354 0.351 0.31 0.3504 0.3714 0.34736 0.0226
L* 30.81 30.27 30.78 28.65 35.08 31.118 2.3831
CIE L*,a*,b* (1976) a* 8.98 7.03 7 5.93 12.7 8.328 2.6804
b* 9.86 8.05 8.98 8.55 17.19 10.526 3.7841
L 25.64 25.19 25.61 23.88 29.22 25.908 1.9848
Hunter L,a,b (1958) a 6.16 4.75 4.76 3.92 9.23 5.764 2.0980
b 5.57 4.63 5.15 4.78 9.41 5.908 1.9911
L* 30.81 30.27 30.78 28.65 35.08 31.118 2.3831
Polar CIE L*,C*,h C* 13.33 10.69 11.38 10.41 21.37 13.436 4.5794
h 47.67 48.8 52 55.21 53.54 51.444 3.1670

Tabel 2 Data warna sampel buah salak


Notasi Parameter buah Salak x SD
Ulangan 1 2 3 4 5
CIE (1931) Y 40.95 40.79 50.74 55.67 42.39 46.108 6.7379
x 0.3641 0.3654 0.3591 0.3644 0.3606 0.36272 0.0027
y 0.39 0.3891 0.3789 0.385 0.3848 0.38556 0.0044
Tritimulus X 47.94 38.31 40.79 52.7 39.72 43.892 6.1675
Y 58.95 40.79 53.74 55.67 42.39 50.308 8.1930

Praktikum Analisis Pangan P9-2


Z 32.76 25.73 36.4 36 28.8 31.938 4.6225
CIE L*,a*,b* (1976) L* 76.65 70.03 78.31 79.43 71.14 75.112 4.2674
a* -1.35 -1.35 -0.76 -0.57 -1.77 -1.16 0.4880
b* 25.72 24.67 23.15 25.93 22.98 24.49 1.3870
Hunter L,a,b (1958) L 71.38 63.87 73.3 74.61 65.11 69.654 4.8718
a -1.24 -1.31 -0.71 -0.53 -1.57 -1.072 0.4352
b 19.64 18.06 18.15 20.1 17.91 18.772 1.0191
Polar CIE L*,C*,h L* 76.65 78.03 78.31 79.43 71.14 76.712 3.2684
C* 25.75 24.72 23.16 25.94 25.95 25.104 1.1998
h 92.9 93.4 91.85 91.25 94.89 92.858 1.4165

3. Bahas data warna yang diukur dengan Chromameter.


Kromameter adalah salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur
warna suatu bahan secara obyektif melalui pengukuran daya pantul dari sampel ketika
diberi cahaya oleh kromameter (Indrayati F et al. 2013). Sinyal yang diterima oleh
instrumen akan dikonversi dan dapat diterjemahkan ke berbagai notasi (Hunter Lab,
Polar CIE L*C*h, CIE L*a*b* (1976), CIE (1931), dan Tritimulus), namun yang akan
dibahas kali ini hanyalah notasi CIE L*a*b* (1976). Notasi ini termasuk cukup umum.
L* menyatakan tingkat kecerahan warna dimana semakin tinggi nilai semakin cerah
warna, a* menyatakan tingkat variasi warna merah-hijau dimana jika nilainya positif
akan berwarna merah dan negatif berarti warna hijau, dan b* menyatakan variasi warna
kuning-biru dimana nilai positif menyatakan kecenderungan warna kuning dan nilai
negatif cenderung berwarna biru.
Pada sampel kulit buah salak, mean L* bernilai 31.118 ± 2.3831, a* bernilai 8.328
± 2.6804, dan b* bernilai 10.526 ± 3.7841 sehingga kombinasi tersebut menunjukkan
kecenderungan warna yang cukup gelap dan memiliki kombinasi warna merah dan
kuning, seperti warna coklat. Sementara itu, sampel daging buah salak memiliki mean
L* bernilai 75.112 ± 4.2673, a* bernilai -1.16 ± 0.4879, dan b* bernilai 24.49 ± 1.3869
sehingga kombinasi tersebut menunjukkan kecenderungan warna yang kecerahannya
tinggi dan memiliki kombinasi warna sedikit hijau dan cukup kuning.
Kromameter dapat digunakan untuk mengukur warna secara obyektif melalui
daya pantul dari sampel lalu dikonversi ke berbagai notasi seperti Hunter Lab, Polar
CIE L*C*h, CIE L*a*b* (1976), CIE (1931), dan Tritimulus. Berdasarkan warna
sampel nilai dari komponen dapat diprediksi dan begitu pula sebaliknya. Misalnya pada
sampel kulit salak, tingkat kecerahan akan rendah dan kombinasi warna adalah merah
dan kuning untuk mencapai warna coklat gelap pada kulit salak.

Daftar Pustaka
Indrayati F, Utami R, Nurhartadi E. 2013. pengaruh penambahan minyak atsiri kunyit
putih (Kaempferia rotunda) pada edible coating terhadap stabilitas warna dan pH fillet
ikan patin yang disimpan pada suhu beku. Jurnal Teknosains Pangan. 2(4): 25-31.

Praktikum Analisis Pangan P9-3


Praktikum 11.2. Analisis Warna dengan Lovibond Tintometer
1. Tuliskan data yang anda peroleh pada pengukuran warna sampel dengan Lovibond
Tintometer!

Tabel 2 Data warna sampel minyak jelantah


R± Y± B± N±
Kelompok Sampel Ulangan R Y B N
SD SD SD SD
Minyak 1 2 4 0 0.1 2 ± 6.5 ± 0± 0.15
1
jelantah 2 2 9 0 0.1 0 3.54 0 ±0

Keterangan :
R = Red / Merah
Y = Yellow / Kuning
B = Blue / Biru
N = Netral
x̄ = Rata-rata
SD = Standar deviasi

2. Bahas data warna yang diukur dengan dengan Lovibond Tintometer!


Analisis Lovibond didasarkan pada penyamaan warna yang ditransmisikan
oleh sampel pada satu sisi dengan warna filter kaca standar di sisi lain sehingga
didapatkan sebuah nilai dimana nilai atau skala tersebut akan dihitung melalui
kombinasi penggunaan empat filter kaca dengan warna yang telah distandarisasi; tiga
warna dasar (biru, kuning, merah) dan satu filter netral (Muzzio CR et al. 2014).
Analisis Lovibond dapat digunakan untuk mengecek warna dari sampel, dan dapat
digunakan untuk melihat apakah suatu sampel memenuhi ketentuan warna apabila telah
ditetapkan skala Lovibondnya.
Berdasarkan data yang diperoleh, minyak jelantah memiliki warna oranye
karena memiliki nilai pada filter merah (2 ± 0) dan kuning (6.5 ± 3.54) sementara tidak
memiliki nilai pada filter biru. Kombinasi merah dan kuning akan menciptakan warna
oranye. Berbeda dengan minyak biasa yang berwarna kuning, minyak jelantah
memiliki warna oranye akibat penggorengan berulang yang menyebabkan oksidasi
tokoferol pada minyak sehingga warna dari minyak menggelap (Milah A 2019).
Lovibond tintometer memerlukan konsentrasi dan kemampuan penglihatan
yang baik sehingga penggunaan pada waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan
mata lelah dan menurunkan ketepatan penyamaan warna, apalagi bagi pengguna baru
yang belum terbiasa menggunakan intrumen ini. Karena penyamaan warnanya juga
subyektif, maka hasil juga dapat berbeda antarpengguna namun secara umum nilai
kombinasi warna tidak akan berbeda jauh.
Penggunaan Lovibond mudah dan cepat karena hanya perlu mencocokkan sisi
warna standar dengan sisi sampel namun juga dapat menyebabkan kelelahan mata
karena beban fokus yang tinggi. Nilai skala dapat diprediksi melalui warna dominan
pada sampel dan mencari kombinasinya diantara empat filter standar (merah, kuning,
biru, dan netral) namun metode ini cukup subyektif terutama saat pengaturan filter di
angka kecil. Sampel minyak jelantah yang berwarna oranye akan memiliki nilai di filter
merah dan kuning sebagai warna dominannya.

Praktikum Analisis Pangan P9-4


Daftar Pustaka
Milah A. 2019. Pengaruh lama perendaman jahe gajah (Zingiber officinale Rose.)
terhadap bilangan peroksida minyak jelantah [tesis]. Surabaya: Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Muzzio CR, Diaz RJ, Gini NG. 2014. In-line measurement of sunflower oil color in the
Lovibond scale using a low-cost robust device. Journal of Food Engineering. 120:
88-93

Praktikum Analisis Pangan P9-5


1. Sebutkan kekurangan dan kelebihan penggunaan alat pengukur warna Lovibond
Tintometer!
Kelebihan:
• Apabila sudah mengetahui nilai yang diinginkan untuk sampel yang akan
diukur/dibandingkan, maka pengukuran sampel bisa dilakukan dengan cepat
(misalnya, jika nilai warna sirup cocopandan untuk perusahaan A harus
memiliki R 40, maka ketika mengecek kualitas sampel tinggal menggeser filter
merah ke 40 untuk melihat apakah sampel memenuhi standar perusahaan atau
tidak)
• Metode analisis mudah
• Tidak menghabiskan banyak biaya

Kekurangan:
• Subjektif, hasil bisa berbeda tergantung orang yang menganalisis. (Gao H et al.
2023)
• Lubang pada unit okulus kecil sehingga membutuhkan ketelitian dan untuk
yang berkacamata menjadi sangat sulit menggunakan instrumen
• Mata mudah lelah ketika melakukan analisis.

Daftar Pustaka

Gao H, Sun D, Zhou Y, Zeng L, Shi X. 2023. Experimental study on oil color grading
based on uniform color space. Journal of Physics. 2428(1): 012007-012007. doi:
10.1088/1742-6596/2428/1/012007.

2. Sebutkan kekurangan dan kelebihan penggunaan alat pengukur warna Chromameter!


Kelebihan:
• Mudah digunakan
• Dapat memberi nilai dalam berbagai notasi sekaligus

Kekurangan:
• Membutuhkan persiapan sampel yang cukup detail (sampel harus seragam,
permukaannya rata, dan lainnya)
• Harus hati-hati agar tidak ada cahaya lain yang masuk optik saat pengukuran
karena dapat menyebabkan ketidakakuratan (sensitif) (Sitanggang et al. 2022).

Daftar Pustaka
Sitanggang FA, Machfoedz MM, Falah MAF. 2022. Comparison of color quality
measurement using chromameter and image processing for dehydrated strawberry
products. Proceedings of the 2nd International Conference for Smart Agriculture,
Food, and Environment (ICSAFE 2021). 25: 4-17. doi: 10.2991/978-94-6463-090-
9_2.

Praktikum Analisis Pangan P9-6


Praktikum Analisis Pangan P9-7
Praktikum 11.3. Analisis Densitas Kamba

Tabel 3 Data pengamatan densitas kamba


W
V sampel Massa jenis (x ̅±SD)
Kelompok Sampel U sampel
(mL) (g/mL) (g/mL)
(g)
Kacang 1 20 15.48 0.7790
0.77 ±0.0127
hijau 2 20 15.22 0.7610
1
1 20 13.69 0.6845
Jagung 0.6788±0.0081
2 20 13.46 0.673
Keterangan:
U = Ulangan
W = Berat atau massa
V = Volume
x̄ = Rata-rata
SD = Standar deviasi

Contoh Perhitungan
• Densitas (sampel kacang hijau, ulangan pertama)
𝑊 15.48
𝜌= = = 0.7790𝑔/𝑚𝐿
𝑉 20
• Rata-rata
∑𝜌 0.7790 + 0.7610
𝑥̅ = = = 0.77 𝑔/𝑚𝐿
𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2

• SD
∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑥̅ )2 (0.7790 − 0.7700)2 + (0.7610 − 0.7700)2
𝜎=√ =√ = 0.0127
𝑛−1 2−1

Interpretasi Data
Massa jenis adalah suatu ukuran dari kepadatan partikel benda dalam ruang terbatas
atau volume tertentu. Oleh karena itu nilainya bisa didapatkan dari pembagian antara
massa dengan volume benda. Densitas kamba mengukur massa jenis sampel yang
cenderung berukuran kecil dengan menimbang berat sampel yang telah setinggi volume
tertentu dalam sebuah gelas dengan indikator volume seperti gelas ukur, kemudian
membagi nilai keduanya. Jika ingin mendapatkan besar massa jenis per sampel, hasil
pembagian tersebut dapat dibagi lagi dengan jumlah partikel atau sampel yang digunakan
dalam pengukuran. Sampel yang digunakan dianjurkan berukuran kecil untuk mencegah
terbentuknya banyak celah yang dapat mengurangi hasil dalam perhitungan massa jenis,
membuatnya tidak sesuai dengan seharusnya. Oleh karena itu, semakin besar ukuran
sampel, meskipun memiliki massa yang sama dengan benda lainnya, massa jenisnya akan
lebih kecil karena pada pengukurannya akan terbentuk banyak celah antarsampel.
Pada pengukuran massa jenis kacang hijau dan jagung, kacang hijau memiliki rata-
rata massa jenis yang lebih tinggi (0.77 ± 0.0127 g/mL) dibandingkan jagung (0.6788 ±
0.0081 g/mL). Kemungkinan jagung sangat kering jadi kandungan air di dalamnya sangat
sedikit sehingga beratnya jadi lebih ringan dibandingkan kacang hijau, atau melihat
ukurannya, jagung lebih besar daripada kacang hijau sehingga saat pengukuran sampel

Praktikum Analisis Pangan P9-8


jagung terdapat lebih banyak celah dan lebih sedikit sampel dibandingkan saat
pengukuran sampel kacang hijau yang celahnya lebih sedikit sehingga sampel yang bisa
masuk pengukuran massa lebih banyak.

Simpulan
Pengukuran massa jenis dapat dilakukan melalui metode densitas kamba yaitu
dengan membagi massa sampel sebanyak suatu volume pada wadah pengukur volume
dengan volume itu sendiri. Sampel yang digunakan sebaiknya berukuran kecil untuk
mencegah terbentuknya banyak agar pengukuran massa jenis benda semakin akurat.

Praktikum Analisis Pangan P9-9


Praktikum 11.4. Analisis Volume Bahan Padat

Tabel 4 Data pengamatan volume bahan padat


V filler
Sampel U
Kuantitas Bahan V filler dan
V sampel
(𝒙̅ ± 𝑺𝑫)
sampel filler (mL) sampel (𝒎𝑳)
(mL)
1 1 Air 100 187 87 87.5 ±
Salak
2 1 Air 100 188 88 0.7071

Keterangan:
U = Ulangan
W = Berat atau massa
V = Volume
x̄ = Rata-rata
SD = Standar deviasi

Contoh Perhitungan
• Volume bahan padat
Volume filler dan sampel − volume filler
187 − 100 = 87 mL
• Rata-rata
∑ 𝑣 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 87 + 88
𝑥̅ = = = 87.5 𝑚𝐿
𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2

• SD
∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑥̅ )2 (87 − 87.5)2 + (88 − 87.5)2
𝜎=√ =√ = 0.7071
𝑛−1 2−1

Interpretasi Data
Metode pengukuran volume benda padat yang digunakan mirip dengan metode yang
dilakukan oleh Archimedes yaitu mengukur volume benda dari selisih pertambahan
volume setelah benda dicelupkan ke filler, yang pada analisis kali ini digunakan air,
dengan volume filler. Perlu diingat bahwa sampel harus sepenuhnya terendam ke dalam
filler untuk pengukuran volume benda yang baik, sehingga benda yang memiliki berat
jenis rendah kurang disarankan karena akan mengapung. Jika diketahui massa sampel
pula, maka digabungkan dengan data volume yang didapatkan dari analisis ini, maka
massa jenis sampel juga bisa dicari.
Pada sampel buah salak, volume air adalah 100 mL dan setelah buah salak dicelupkan
volume bertambah menjadi 187 g dan 188 g pada ulangan kedua. Volume salak kemudian
didapatkan dengan mencari pertambahan volume setelah sampel dicelupkan, yaitu 87 g
dan 88 g sehingga didapatkan nilai rata-rata volume salak sebesar 87.5 ± 0.7071 mL.

Simpulan

Praktikum Analisis Pangan P9-10


Pengukuran volume benda padat sangat mudah dilakukan yaitu dengan menghitung
perubahan volume filler setelah dicelupkan sampel. Data hasil pengukuran sampel juga
dapat digunakan untuk menghitung massa jenis benda apabila massa benda diketahui.

Praktikum Analisis Pangan P9-11

Anda mungkin juga menyukai