Pajak
Pajak
DISUSUN OLEH :
MISNAINI, SE.
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
A. Konsep Dasar Pajak
1. Pengertian Pajak
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro dalam Zain (2009), pajak adalah peralihan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran rutin. Surplusnya digunakan
untuk investasi pada barang – barang public, misalnya jalan raya dan jembatan.
Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani Dalam Zain (2009) “Pajak adalah iuran masyarakat kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan –
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum
berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Dalam UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang – Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.
Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran rakyat yang
bersifat memaksa dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum demi mencapai kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak :
Fungsi ini memiliki pengertian bahwa pajak dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan tertentu. Sebagai contoh ketika pemerintah berkeinginan untuk melindungi
kepentingan petani dalam negeri, pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan seperti
pajak impor atau bea masuk atas kegiatan impor komoditas tertentu. Sebaliknya
pembebasan pajak ekspor merupakan salah satu contoh peran pajak kegiatan ekonomi.
Dengan pembebasan pajak ekspor barang – barang Indonesia di luar negeri semakin
kompetitif dan sekaligus menggairahkan perusahaan eksportir.
c. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi yaitu bahwa pajak itu harus digunakan untuk membiayai dan menyediakan
barang atau jasa yang dimiliki masyarakat. Contohnya untuk pembangunan infrastruktur.
d. Fungsi Redistribusi
Fungsi distribusi pajak mengandung arti bahwa pajak merupakan alat untuk pemerataan
pendapatan. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sehingga rakyat dapat
menikmatinya secara merata. Contoh dibangunnya taman kota. Selain itu pajak digunakan
untuk mendanai masalah pembangunan ekonomi sehingga diharapkan taraf hidup
masyarakat akan lebih baik dan akhirnya akan mencapai kesejahteraan.
3. Manfaat Pajak
4. Peran Pajak
Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat dilihat
dalam perannya sebagai berikut :
1. Pemberian insentif pajak (misalnya pemberian insentif pajak untuk sektor otomotif
guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi)
2. Pengenaan pajak ekspor untuk produk – produk tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan dalam negeri
3. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk –
produk import tertentu dalam rangka melindungi produk - produk dalam negeri
Dari pengertian mengenai pajak di atas, dapat diketahui ciri – ciri pajak sebagai
berikut :
Setiap wajib pajak diharuskan membayar pajak sesuai dengan besarnya objek pajak
yang harus dibayar. Pemungutan pajak ini telah diataur oleh Undang – Undang. Jadi,
setiap wajib pajak yang tidak membayar pajak akan dikenakan sanksi.
b. Dipungut Berdasarkan Undang – Undang
Besarnya tarif pajak tidak bergantung pada wajib pajak dari objek pajak saja, tetapi
besarnya tariff pajak telah diatur oleh undang – undang sehingga tidak akan
memberatkan wajib pajak. Selain mengatur tarif pajak, undang – undang pun
mengatur siapa yang harus membayar pajak dan barang apa saja yang dikenakan
pajaknya
Salah satu perbedaan pajak dengan iuran lain yaitu pajak tidak mendapat imbalan
jasa secara langsung. Maksudnya jika seseorang membayar pajak, ia tidak akan
langsung mendapat manfaat dari pembayaran pajak itu sendiri
Pajak memiliki berbagai fungsi. Fungsi – fungsi tersebut sebagai salah satu
pendapatan negara untuk membiayai kebutuhan Negara
1. Iuran rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak adalah negara, iuran
berupa uang bukan barang
3. Tanpa jasa timba atau kontraprestasi dari negara secara langsung dapat ditunjuk ,
dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah
a. Retribusi
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa / fasilitas tertentu
yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pihak yang melakukan
pembayaran, misalnya karcis parkir dan jasa pelabuhan
b. Iuran
Iuran adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan pemberian suatu jasa atau
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah tidak secara langsung kepada pembayar iuran
tersebut, tetapi kepada suatu kelompok atau golongan. Pembayar iuran dianggap turut
menikmati jasa atau fasilitas tersebut. Misalnya, iuran sampah, iuran kebersihan pasar dan
iuran penerangan
c. Sumbangan
Sumbangan adalah pungutan yang ditujukan kepada golongan tertentu yang dapat dilakukan
oleh pemerintah, misalnya sumbangan wajib pembangunan dan pemeliharaan prasarana
daerah
e. Bea Materai
Bea materai adalah biaya yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata dan dokumen
untuk digunakan di pengadilan. Nilai bea materai yang berlaku saat ini Rp.3000 dan Rp.6000
yang disesuaikan dengan nilai dokumen dan penggunaan dokumen
Perbedaan antara pajak dan pungutan resmi lainnya, sebagai berikut:
Dilihat Dari Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Imbalan jasa (kompensasi) Tidak diterima secara langsung Diterima secara langsung
Dasar pemungutan Undang-Undang Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri, dsb.
Cara perhitungan Sendiri oleh wajib pajak Oleh aparatur negara
Jatuh tempo Sesuai dengan tahun pajak Sesuai dengan pemakaian
Sanksi Sesuai yang tercantum dalam Sesuai dengan kebijaksanaan
UU pemerintah
Surat ketetapan pajak (kohir) Ada Tidak ada
Sifat pungutan Memaksa Sesuai kebijakan pemerintah
C. Tarif Pajak
Berdasarkan sifatnya tarif pajak digolongkan menjadi empat kelompok sebagai
berikut :
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif
pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar
pengenaan pajaknya semakin meningkat. Jadi, jika persentasenya semakin kecil,
jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan bisa jadi lebih besar karena
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.
3. Tarif Pajak Konstan/Regresif (Tetap) / a fixed tax rate
Tarif pajak konstan yaitu tarif pajak yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak
atau besarnya pajak yang dibayarkan jumlahnya tetap
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Tarif tetap juga
dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar
Rp3.000 dan Rp6.000.
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik
sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak
progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi,
seperti:
Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
Lapisan PKP lebih dari Rp50 - Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%
Berdasarkan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, jenis-jenis pajak secara umum
ada 5, yakni pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,
bea materai serta pajak bumi dan bangunan.
Pajak penghasilan disingkat PPh adalah pajak yang dikenakan kepada perseorangan atau
individu atas penghasilan yang diterimanya. Pihak yang dikenakan pajak penghasilan bisa
berupa perseorangan, perusahaan dan badan hukum yang berpenghasilan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurangan terhadap penghasilan bruto orang
pribadi atau perseorang sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan
kena pajak, besarnya sebagai berikut :
4. Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga
2. Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk usaha tetap adalah sebesar 25%.
Untuk dapat lebih memahami apa yang diuraikan di atas, ikutilah dengan cermat contoh (1)
soal berikut ini :
Sugondo telah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Hitunglah Pendapatan Tidak Kena
Pajak (PTKP) untuk Sugondo.
Contoh (2) soal berikutnya : Tan Ceng Bog telah menikah dan mempunyai dua (2) orang
anak. Ia mempunyai pendapatan kena pajak Rp.519.450.125 selama setahun. Hitunglah pajak
terutang Tan Ceng Bog!
Pendapatan Tidak Kena Pajak tidak perlu lagi dihitung karena telah diberitahukan dalam soal
Pendapatan Kena Pajak (PKP). Karenanya pajak terutang dihitung langsung dari jumlah
setelah dibulatkan.
Contoh (3) : Berapa pajak penghasilan terutang jika Pendapatan Kena Pajak dari PT. Harapan
Jaya (badan usaha) berjumlah Rp. 519.450.000?
Catatan : Untuk PKP yang sama dengan pribadi dan badan usaha, ternyata pajak penghasilan
terutang badan usaha tetap, lebih mahal daripada pajak penghasilan terutang perorangan.
PPN adalah pungutan yang dikenakan dalam setiap proses produksi maupun distribusi. Itulah
alasannya kita sering menemukan PPN dalam transaksi sehari-hari, sebab dalam PPN pihak
yang menanggung beban pajak adalah konsumen akhir / pembeli
Sebagai bukti bahwa PPN adalah kewajiban pembeli, kita bisa menemukan PPN pada lembar
struk belanja atau pembelian. Pada struk tersebut kita dapat menemukan tulisan PPN maupun
terjemahannya dalam bahasa Inggris yakni Value Added Tax (VAT)
Barang dan jasa yang dikenai PPN jumlahnyal sangat banyak. Oleh karena itu untuk
memudahkan dalam membedakan barang yang dikenakan PPN atau tidak, berikut daftar
barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN :
Tarif PPN
Penentuan besaran tariff PPN diatur dalam Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang Jasa
PPnBM atau pajak penjualan atas barang mewah dikenakan pada barang – barang yang
tergolong mewah. Berdasarkan Undang – Undang yang berlaku di Indonesia, Pajak Penjualan
Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau mengimpor
barang tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2. Untuk mengendalikan pola konsumsi atas barang kena pajak yang tergolong mewah.
Adapun prinsip pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ialah hanya 1 (satu) kali :
a. Penyerahan oleh pabrikan atau produsen barang mewah kena pajak yang tergolong
mewah
1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.
2. PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian
sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B”
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “B”.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai
Impor sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
4. Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah
dengan Nilai Impor sebesar Rp5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut adalah:
a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp5.000.000,00
= Rp500.000,00
c. PPn BM = 20% x Rp5.000.000,00
= Rp1.000.000,00
5. Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari
suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif
misalnya 35%.
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam
harga BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya.
Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan
PPn BM yang terutang adalah :
a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp50.000.000,00
= Rp5.000.000,00
c. c. PPn BM = 35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00
PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan
bagi PKP “D” dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP
“D”. Sedangkan PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun
dengan PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.
Pajak Bumi dan Bangunan atau disingkat PBB merupakan jenis pajak yang dikenakan atas
kepemilikan dan pemanfaatan tanah atau bangunan. PBB dikenakan pada rumah, tempat
tinggal dan bangunan lain.
Jumlah PBB yang dikenakan dipengaruhi oleh luas area bangunan. Penerimaan pajak
PBB diberikan kepada pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota.
Sebagai keterangan:
NJKP adalah nilai jual kena pajak. NJKP didapat dari NJOP dikurangi NJOPTKP
atau rumusnya:
NJOP adalah nilai jual objek pajak. Nilai ini menjadi ukuran yang memengaruhi
besaran PBB. Makin tinggi NJOP, makin tinggi pula PBB yang kamu bayarkan.
NJOP sendiri ada dua, yaitu NJOP Bumi dan NJOP Bangunan. Kedua NJOP tersebut
nantinya dijumlah menjadi NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB. Rumusnya:
Oh, iya. NJOP ini nantinya bakal digunakan buat perhitungan final NJKP. Seandainya
aja NJOP ≥ Rp 1.000.000.000, maka NJKP-nya sebesar 40 persen. Sementara NJOP <
Rp 1.000.000.000, maka NJKP-nya 20 persen.
Satu lagi yang perlu kamu tahu, yaitu Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak atau NJOPTKP.
Besaran NJOPTKP di tiap daerah berbeda-beda, besaran maksimalnya Rp 12 juta.
Pak Jon tinggal di rumah yang berlokasi di Jl. Raya Pondok Gede, Jakarta Timur
dengan luas 150 meter persegi dan luas tanah 200 meter persegi. NJOP-nya, bumi dan
bangunan, saat itu sebesar Rp 1,7 juta per meter persegi.
NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB = Rp 255 juta + Rp 340 juta = Rp 595 juta
NJOPTKP = Rp 12 juta
NJOP = NJOP – NJOTKP = Rp 595 juta – Rp 12 juta = Rp 583 juta (berarti NJKP 20
persen)
Nah, itu berarti Pak Jon mesti membayar PBB sebesar Rp 583 ribu setiap tahunnya.
Asalkan tahun depan gak ada kenaikan NJOP. Lumayan besar emang. Maklum aja
NJOP di wilayah Jakarta emang terbilang tinggi.
Bea Materai disingkat BM merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen. Yang dimaksud
dokumen pada bea materai adalah dokumen yang bersifat perdata dan dokumen untuk
pengadilan.
Nilai bea cukai tergantung pada dokumen dan penggunaan dokumen, ada dua jenis nilainya
yaitu 3 ribu dan 6 ribu rupiah. Bea materai tidak memerlukan nomor identitas objek dan wajib
pajak.
Bea Perolehan Hak Tanah dan Banguna disingkat BPHTB diatur dalam UU No. 21 Tahun
1997 dan telah diubah dengan UU No.20 Tahun 2000 Yang selanjutnya disebut UU BPHTB,
merupakan pajak / bea yang dikenakan atas perolehan / kepemilikan hak atas tanah dan
bangunan. Setiap perolehan ha katas tanah dan bangunan, warga Negara diwajibkan
membayar BPHTB yang juga dikenal sebagai bea pembeli. Adapun objek BPHTB mrliputi :
Jaul beli, tukar menukar, hibah, hibah wasit, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan
hokum lain, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam
lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hokum tetap, penggabungan
usaha, peleburan usaha, pemekaran usah dan hadiah.
Tarif BPHTB
Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
a. Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok
b. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir, Pajak Air tanah, Pajak Sarang Burung Walet, PBB Pedesaan dan Perkotaan,
dan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB)
Ada dua macam-macam pajak daerah, yakni pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Tiap
pemda memiliki otoritas pajak masing-masing.
Pajak Provinsi
Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
3. Mardismo.2018.Perpajakan.Jakarta:Andi offset
3. www.online-pajak.com
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (1)
Nama Siswa :
Kelas / Semester : XI / 2
Materi : Perpajakan
A. Petunjuk Belajar
2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok
B. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi
4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.
E. Informasi Pendukung
F. SOAL
1. Pajak adalah kontribusi wajib pada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat. Definisi ini sesuai dengan ……………..
2. Berikut ini yang bukan ciri – ciri pemungutan pajak adalah ………………
a. Fungsi budgeter
5. Tarif pajak dengan prosentase yang semakin meningkat adalah tarif pajak ………………
Kelas / Semester : XI / 2
Materi : Perpajakan
A. Petunjuk Belajar
2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok
B. Kompetensi Dasar
4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.
E. Informasi Pendukung.
Selain pajak, penerimaan pemerintah lainnya (bea ekspor dan impor, retribusi, bea
meterai, sumbangan wajib, cukai, dan lain-lain) merupakan sumber pendapatan
negara atau daerah
Perbedaan antara pajak dan pungutan resmi lainnya, sebagai berikut:
Dilihat Dari Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Imbalan jasa (kompensasi) Tidak diterima secara langsung Diterima secara langsung
Dasar pemungutan Undang-Undang Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri, dsb.
Cara perhitungan Sendiri oleh wajib pajak Oleh aparatur negara
Jatuh tempo Sesuai dengan tahun pajak Sesuai dengan pemakaian
Sanksi Sesuai yang tercantum dalam Sesuai dengan kebijaksanaan
UU pemerintah
Surat ketetapan pajak (kohir) Ada Tidak ada
Sifat pungutan Memaksa Sesuai kebijakan pemerintah
Asas Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The
Four Maxims", asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut.
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan
penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib
pajak.
2. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan UU,
sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas
kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang
paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat
wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar
F. SOAL
e. Bersifat memaksa
a. Semua orang
c. Pemilik usaha
d. Pemerintah
e. Masyarakat
3. Penerimaan pemerintah yang diperoleh dari biaya atas dokumen yang bersifat perdata atau
yang berkaitan dengan dokumen pengadilan adalah …………………..
a. Pajak
b. Bea Materai
c. Iuran
d. Sumbangan
e. Retribusi
a. Asas Equality
b. Asas Certainty
c. Asas Convenience
d. Asas Continuity
e. Asas Economic
5. Pemungutan pajak harus dilakukan tepat waktu, termasuk dalam asa ………………….
a. Asas Equality
b. Asas Certainty
c. Asas Convenience
d. Asas Continuity
e. Asas Effisiensi
Nama Siswa :
Kelas / Semester : XI / 2
Materi : Perpajakan
A. Petunjuk Belajar
2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.
E. Informasi Pendukung
b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
Pajak penghasilan disingkat PPh adalah pajak yang dikenakan kepada perseorangan atau
individu atas penghasilan yang diterimanya. Pihak yang dikenakan pajak penghasilan bisa
berupa perseorangan, perusahaan dan badan hukum yang berpenghasilan.
F. SOAL
1. Yang termasuk ke dalam golongan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat adalah
……………………
2. Pajak yang diberlakukan terhadap barang – barang impor seperti mobil BMW, motor Harley
Davidson, mobil Mercedes Benz adalah ………………..
a. PPH
b. PPN
c. PPnBM
d. PBB
e. Retribusi
1. Pajak penghasilan
2. Pajak penjualan
3. Pajak penjualan
5. Cukai
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 1 dan 4
d. 2 dan 3
e. 3 dan 4
4. Berikut ini adalah pajak langsung dan pajak tidak langsung :
1. Pajak penghasilan
2. Pajak penjualan
3. Pajak penjualan
5. Cukai
a. 1, 2 dan 3
b. 1, 2 dan 4
c. 1, 2 dan 5
d. 2, 3 dan 4
e. 3, 4 dan 5
5. Atas dasar pajak penghasilan sesuai dengan UU Pajak Nomor 36 Tahun 2008 pajak
penghasilan terutang dari Sujatmiko yang mempunyai Pendapatan Kena Pajak Rp.
520.000.000,-. Sujatmiko telah menikah dan memiliki 3 orang anak. Pajak penghasilan
terutang Sujatmiko adalah ………………….
a. Rp. 101.000.000,-
b. Rp. 94.720.000,-
c. Rp. 82.600.000,-
d. Rp. 84.700.000,-
e. Rp. 80.700.000,-
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (4)
Nama Siswa :
Kelas / Semester : XI / 2
Materi : Perpajakan
A. Petunjuk Belajar
2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.
E. Informasi Pendukung
Berdasarkan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, jenis-jenis pajak secara umum
ada 5, yakni pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,
bea materai serta pajak bumi dan bangunan.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPNBM)
Pajak pertambahan nilai disingkat PPN adalah pajak atas transaksi jual beli yang di lakukan
oleh individu atau badan. Biasanya saat kita berbelanja membeli suatu barang, dalam tagihan
pembayaran sudah dikenakan pajak PPN sebesar 10%.
Pajak Bumi dan Bangunan atau disingkat PBB merupakan jenis pajak yang dikenakan atas
kepemilikan dan pemanfaatan tanah atau bangunan. PBB dikenakan pada rumah, tempat
tinggal dan bangunan lain.
Bea Materai disingkat BM merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen. Yang dimaksud
dokumen pada bea materai adalah dokumen yang bersifat perdata dan dokumen untuk
pengadilan.
Nilai bea cukai tergantung pada dokumen dan penggunaan dokumen, ada dua jenis nilainya
yaitu 3 ribu dan 6 ribu rupiah. Bea materai tidak memerlukan nomor identitas objek dan wajib
pajak.
Bea Perolehan Hak Tanah dan Banguna disingkat BPHTB merupakan pajak yang dikenakan
atas kepemilikan hak tanah dan bangunan.
F. SOAL
1. Pajak atas transaksi jual beli yang dilakukan oleh individu atau badan usaha ketika melakukan
pembelian suatu barang adalah ……………
a. PPH
b. PPN
c. PPNBM
d. PBB
e. PBHTB
2. Pajak yang dikenakan atas kepemilikan dan pemanfaatan tanah dan bangunan disebut dengan
pajak ……………
a. PPH
b. PPN
c. PPNBM
d. PBB
e. PBHTB
3. Pagar mewah sepanjang 100m yang tingginya 1,5m dengan nilai jual objek pajak
Nilai jual objek tidak kena pajak Rp. 8.000.000,- Besar pajak bumi dan bangunan terutang
Adalah ………………….
a. Rp. 357.000,-
b. Rp. 350.000,-
c. Rp. 3.200.000,-
d. Rp. 3.400.000,-
e. Rp. 3.520.000,-
4. Bea yang dikenakan atas dokumen perdata maupun dokumen pengadilan merupakan bea
dari ………………….
a. Retribusi
b. Pajak
c. Materai
d. Sumbangan
e. Iuran
5. Pajak yang diberlakukan terhadap barang – barang impor seperti mobil BMW, motor Harley
Davidson, mobil Mercedes Benz adalah ………………..
a. PPH
b. PPN
c. PPnBM
d. PBB
e. Retribusi
Nama Siswa :
Kelas / Semester : XI / 2
Materi : Perpajakan
A. Petunjuk Belajar
2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.
E. Informasi Pendukung
Objek pajak adalah segala sesuatu yang menurut Undang – Undang dijadikan dasar
atau sasaran pemungutan pajak. Pada prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat
dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik itu keadaan, perbuatan maupun peristiwa.
Misalnya objek PPh adalah penghasilan itu sendiri, dan objek pajak bumi dan bangunan
adalah bumi dan bangunan
F. SOAL
b. Pemerintah
c. Pihak ke-3
d. Swasta
e. Pihak lain
2. Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang menggunakan prosentase …………..
a. Tetap
b. Naik
c. Turun
d. Berubah – ubah
e. Tidak tetap
3. Tarif pajak degresif adalah tarif pajak yang menggunakan prosentase ……………
a. Tetap
b. Naik
c. Turun
d. Berubah – ubah
e. Tidak tetap
4. Segala sesuatu yang menurut Undang – Undang dijadikan dasar atau sasaran
a. Wajib pajak
b. Objek pajak
c. Sasaran Pajak
d. Pemungut pajak
e. Petugas pajak
a. PPh
b. Retribusi
c. Sumbangan
d. PBB
e. Bea Materai
Diskusikan Objek – objek pajak yang kamu ketahui dan cara pengenaan pajaknya!
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (6)
Nama Siswa :
Kelas / Semester : XI / 2
Materi : Perpajakan
A. Petunjuk Belajar
2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
3.7.8 Menganalisis data dan informasi yang diperoleh serta membuat kesimpulan tentang perpajakan
dalam ekonomi
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.
E. Informasi Pendukung
Atas objek pajak ada berbagai tata cara pemungutan pajak. Tata cara itu dapat dilakukan
berdasarkan stelsel berikut ini :
1. Stelsel nyata, stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat
dilaksanakan pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan sesungguhnya yang
diperoleh pada masa pajak yang bersangkutan
2. Stelsel anggapan, dalam stelsel ini anggapan pemungutan pajak dapat dilakukan
pada awal tahun pajak. Berdasarkan peraturan dan perundang – undangan yang
berlaku hal ini dimungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan suatu anggapan
penerimaan atau pendapatan oleh wajib pajak. Anggapan ini dapat menggunakan
perbandingan data antara penerimaan/pendapatan wajib pajak tahun sebelumnya
yang dianggap sama dengan pendapatan yang akan diperoleh tahun sekarang.
3. Stelsel campuran, dalam stelsel ini berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang
didasarkan pada suatu anggapan dan akhir tahun yang didasarkan pada suatu
kenyataan, sehingga menurut stelsel ini akan terjadi perhitungan kembali untuk
menentukan masalah kelebihan atau kekurangan pajak.
F. Soal
1. Anggapan pemungutan pajak yang dilaksanakan pada akhir tahun adalah …………..
a. Stelsel anggapan
b. Stelsel nyata
c. Stelsel campuran
d. Stelsel harapan
e. Stelsel ideal
2. Anggapan pemungutan pajak yang dilaksanakan pada awal tahun adalah ……………
a. Stelsel anggapan
b. Stelsel nyata
c. Stelsel campuran
d. Stelsel harapan
e. Stelsel ideal
3. Anggapan pemungutan pajak berlaku pada awal tahun dan akhir tahun dengan penyesuai
kembali, adalah ……………
a. Stelsel anggapan
b. Stelsel nyata
c. Stelsel campuran
d. Stelsel harapan
e. Stelsel ideal
3. Pagar mewah sepanjang 100m yang tingginya 1,5m dengan nilai jual objek pajak
Nilai jual objek tidak kena pajak Rp. 8.000.000,- Besar pajak bumi dan bangunan terutang
Adalah ………………….
a. Rp. 357.000,-
b. Rp. 350.000,-
c. Rp. 3.200.000,-
d. Rp. 3.400.000,-
e. Rp. 3.520.000,-
5. Atas dasar pajak penghasilan sesuai dengan UU Pajak Nomor 36 Tahun 2008 pajak
penghasilan terutang dari Sujatmiko yang mempunyai Pendapatan Kena Pajak Rp.
520.000.000,-. Sujatmiko telah menikah dan memiliki 3 orang anak. Pajak penghasilan
terutang Sujatmiko adalah ………………….
a. Rp. 101.000.000,-
b. Rp. 94.720.000,-
c. Rp. 82.600.000,-
d. Rp. 84.700.000,-
e. Rp. 80.700.000,-