Anda di halaman 1dari 45

BAHAN AJAR

DISUSUN OLEH :
MISNAINI, SE.

RUSLAN EFENDI, S.Pd

PROGRAM PENDIDIKAN GURU (PPG)

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
A. Konsep Dasar Pajak
1. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro dalam Zain (2009), pajak adalah peralihan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran rutin. Surplusnya digunakan
untuk investasi pada barang – barang public, misalnya jalan raya dan jembatan.

Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani Dalam Zain (2009) “Pajak adalah iuran masyarakat kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan –
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum
berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Dalam UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang – Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran rakyat yang
bersifat memaksa dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum demi mencapai kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak :

Pajak memiliki fungsi antara lain sebagai berikut :

a. Fungsi Budgeter / Anggaran


Fungsi budgeter/anggaran yaitu pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan kas Negara.
Dalam pembahasan sebelumnya mengenai APBN/APBD, kita telah mengetahui bahwa pajak
merupakan salah satu penerimaan Negara. Sebagai sumber penerimaan Negara, pajak
digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran negara. Semakin banyak
masyarakat membayar pajak, semakin besar pula pendapatan Negara dari pajak. Oleh
karena itu masyarakat diharapkan taat membayar pajak.

b. Fungsi Regulerend / Alat Pengatur

Fungsi ini memiliki pengertian bahwa pajak dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan tertentu. Sebagai contoh ketika pemerintah berkeinginan untuk melindungi
kepentingan petani dalam negeri, pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan seperti
pajak impor atau bea masuk atas kegiatan impor komoditas tertentu. Sebaliknya
pembebasan pajak ekspor merupakan salah satu contoh peran pajak kegiatan ekonomi.
Dengan pembebasan pajak ekspor barang – barang Indonesia di luar negeri semakin
kompetitif dan sekaligus menggairahkan perusahaan eksportir.

c. Fungsi Alokasi

Fungsi alokasi yaitu bahwa pajak itu harus digunakan untuk membiayai dan menyediakan
barang atau jasa yang dimiliki masyarakat. Contohnya untuk pembangunan infrastruktur.

d. Fungsi Redistribusi

Fungsi distribusi pajak mengandung arti bahwa pajak merupakan alat untuk pemerataan
pendapatan. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sehingga rakyat dapat
menikmatinya secara merata. Contoh dibangunnya taman kota. Selain itu pajak digunakan
untuk mendanai masalah pembangunan ekonomi sehingga diharapkan taraf hidup
masyarakat akan lebih baik dan akhirnya akan mencapai kesejahteraan.

e. Fungsi Penjaga Stabilitas

Pemerintah dapat menggunakan sarana perpajakan untuk stabilitasi ekonomi.


Sebagian barang – barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat
bersaing. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga agar defisit
perdagangan tidak semakin melebar pemerintah dapat menggunakan kebijakan
penggunaan PPnBM terhadap impor produk tertentu yang bersifat mewah. Upaya
tersebut dilakukan untuk meredam impor barang mewah yang berkontribusi
terhadap defisit neraca pembayaran.

3. Manfaat Pajak

Pajak yang dikumpulkan dari masyarakat tentunya sangat bermanfaat bagi


kesejahteraan masyarakat itu sendiri apabila dikelola dengan baik. Berikut ini beberapa
manfaat pajak:

a. Membiayai pengeluaran – pengeluaran Negara seperti pengeluaran yang bersifat self


liquiditing (yang mampu memberikan keuntungan). Contoh : pengeluaran untuk
proyek produktif barang ekspor

b. Membiayai pengeluaran reproduktif (yaitu pengeluaran Negara yang berakibat


masyarakat dapat melakukan usaha dan meningkatkan penghasilannya), yaitu
pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat. Contoh
pengeluaran untuk pengairan dan pertanian

c. Membiayai pengeluaran umum, yaitu pengeluaran untuk membangun fasilitas


umum yang dapat dinikmati oleh masyarakat lain. Contoh : pengeluaran untuk objek
rekreasi. Pengeluaran untuk penghematan masa mendatang, misalnya untuk
penyantunan anak yatim, kalau dimulai sejak dini biayanya lebih ringan daripada
kalau terlambat.

d. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif. Contoh :seperti pengeluaran untuk


membuat monument yang tidak menghasilkan pemasukan kembali, pengeluaran
untuk membiayai peperangan atau menumpas pemberontakan, dan lain - lain

4. Peran Pajak

Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat dilihat
dalam perannya sebagai berikut :

1. Pemberian insentif pajak (misalnya pemberian insentif pajak untuk sektor otomotif
guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi)

2. Pengenaan pajak ekspor untuk produk – produk tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan dalam negeri

3. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk –
produk import tertentu dalam rangka melindungi produk - produk dalam negeri

5. Ciri – Ciri Pajak dan Unsur – Unsur Pajak

Dari pengertian mengenai pajak di atas, dapat diketahui ciri – ciri pajak sebagai
berikut :

a. Merupakan Iuran Wajib

Setiap wajib pajak diharuskan membayar pajak sesuai dengan besarnya objek pajak
yang harus dibayar. Pemungutan pajak ini telah diataur oleh Undang – Undang. Jadi,
setiap wajib pajak yang tidak membayar pajak akan dikenakan sanksi.
b. Dipungut Berdasarkan Undang – Undang

Besarnya tarif pajak tidak bergantung pada wajib pajak dari objek pajak saja, tetapi
besarnya tariff pajak telah diatur oleh undang – undang sehingga tidak akan
memberatkan wajib pajak. Selain mengatur tarif pajak, undang – undang pun
mengatur siapa yang harus membayar pajak dan barang apa saja yang dikenakan
pajaknya

c. Tanpa Mendapat Imbalan Jasa Secara Langsung

Salah satu perbedaan pajak dengan iuran lain yaitu pajak tidak mendapat imbalan
jasa secara langsung. Maksudnya jika seseorang membayar pajak, ia tidak akan
langsung mendapat manfaat dari pembayaran pajak itu sendiri

d. Untuk Membiayai Pengeluaran Umum

Pajak memiliki berbagai fungsi. Fungsi – fungsi tersebut sebagai salah satu
pendapatan negara untuk membiayai kebutuhan Negara

Sedangkan unsur – unsur pajak antara lain sebagai berikut :

1. Iuran rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak adalah negara, iuran
berupa uang bukan barang

2. Berdasarkan undang – undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan


undang – undang serta aturan pelaksanaannya

3. Tanpa jasa timba atau kontraprestasi dari negara secara langsung dapat ditunjuk ,
dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran yang


bermanfaat bagi masyarakat luas.
B. Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Resmi Lainnya
Selain pajak, penerimaan pemerintah lainnya (bea ekspor dan impor, retribusi, bea meterai,
sumbangan wajib, cukai, dan lain-lain) merupakan sumber pendapatan negara atau daerah.

a. Retribusi
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa / fasilitas tertentu
yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pihak yang melakukan
pembayaran, misalnya karcis parkir dan jasa pelabuhan

b. Iuran
Iuran adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan pemberian suatu jasa atau
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah tidak secara langsung kepada pembayar iuran
tersebut, tetapi kepada suatu kelompok atau golongan. Pembayar iuran dianggap turut
menikmati jasa atau fasilitas tersebut. Misalnya, iuran sampah, iuran kebersihan pasar dan
iuran penerangan

c. Sumbangan
Sumbangan adalah pungutan yang ditujukan kepada golongan tertentu yang dapat dilakukan
oleh pemerintah, misalnya sumbangan wajib pembangunan dan pemeliharaan prasarana
daerah

d. Bea Masuk dan Bea Keluar


Bea masuk dan bea keluar adalah biaya yang dikenakan atas barang – barang tertentu,
misalnya cukai bensin, gula tembakau dan rokok

e. Bea Materai
Bea materai adalah biaya yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata dan dokumen
untuk digunakan di pengadilan. Nilai bea materai yang berlaku saat ini Rp.3000 dan Rp.6000
yang disesuaikan dengan nilai dokumen dan penggunaan dokumen
Perbedaan antara pajak dan pungutan resmi lainnya, sebagai berikut:
Dilihat Dari Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Imbalan jasa (kompensasi) Tidak diterima secara langsung Diterima secara langsung
Dasar pemungutan Undang-Undang Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri, dsb.
Cara perhitungan Sendiri oleh wajib pajak Oleh aparatur negara
Jatuh tempo Sesuai dengan tahun pajak Sesuai dengan pemakaian
Sanksi Sesuai yang tercantum dalam Sesuai dengan kebijaksanaan
UU pemerintah
Surat ketetapan pajak (kohir) Ada Tidak ada
Sifat pungutan Memaksa Sesuai kebijakan pemerintah

Pajak Hubungannya Dengan APBN


Penerimaan pajak pusat merupakan sumber penerimaan paling utama dalam APBN,
penyelenggaraan negara dan pemerintahan baik dalam pembiayaan pengeluaran rutin
maupun pembiayaan pembengunan sangat tergantung kesadaran masyarakat akan
kewajiban dalam membayar pajak. Selain pajak pusat, juga terdapat Pajak Daerah antara lain
Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Pembangunan I, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Bumi dan
Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan, Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah merupakan sumber penerimaan APBD.
Hasil Pajak dialokasikan untuk :
1. Pembangunan infrastruktur, meliputi : Perhubungan, Pemukiman, Irigasi, Energi dan
lainnya
2. Meringankan Beban dan Menyejahterakan Rakyat , meliputi : Layanan Pendidikan ,
Penanggulangan Kemiskinan , Layanan kesehatan, Ketahanan pangan dan Subsidi
3. Mewujudkan Suasana Aman Dan Tenteram Dan Kepastian Hukum Bagi Kehidupan
Rakyat Dan Dunia Usaha, meliputi : Ketahanan Negara, Keamanan dan Ketertiban

C. Tarif Pajak
Berdasarkan sifatnya tarif pajak digolongkan menjadi empat kelompok sebagai
berikut :

1. Tarif Pajak Proporsional (Sebanding) /a proportional tax rate


Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak dengan menggunakan persentase yang
tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak.Tarif proporsional merupakan tarif yang
persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi,
seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap. Contohnya adalah
Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.

2. Tarif Pajak Degresif (Menurun) / a degressive tax rate


Tarif pajak degresif yaitu tarif pajak dengan menggunakan persentase yang menurun
untuk setiap pengenaan pajak yang menurun untuk setiap dasar pengenaan pajak.

Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif
pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar
pengenaan pajaknya semakin meningkat. Jadi, jika persentasenya semakin kecil,
jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan bisa jadi lebih besar karena
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.
3. Tarif Pajak Konstan/Regresif (Tetap) / a fixed tax rate
Tarif pajak konstan yaitu tarif pajak yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak
atau besarnya pajak yang dibayarkan jumlahnya tetap

Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Tarif tetap juga
dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar
Rp3.000 dan Rp6.000.

4. Tarif Pajak Progresif (Naik) / a progressive tax rate


Tarif pajak progresif yaitu tarif pajak dengan persentase yang semakin meningkat
untuk setiap dasar pengenaan pajak.

Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik
sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak
progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi,
seperti:

 Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp50 - Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
 Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%

Untuk memudahkan kalian dalam membedakan keempat tariff pajak di atas,


perhatikanlah tabel berikut :
Objek Pajak Tetap Proporsional Degresif Profresif
Rp.20.000.000,00 Rp.2.000.000,00 10% 25% 5%
Rp.30.000.000,00 Rp.2.000.000,00 10% 20% 15%
Rp.40.000.000,00 Rp.2.000.000,00 10% 10% 30%

D. Asas Pemungutan Pajak


Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The
Four Maxims", asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut.
a. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan
penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib
pajak.
b. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan UU,
sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
c. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas
kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang
paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat
wajib pajak menerima hadiah.
d. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak.
E. Jenis-Jenis Pajak atau Penggolongan Pajak
a. Menurut Lembaga Pemungutnya atau Cara Pemungutannya
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Pen-jualan atas Barang Mewah, (PPn.BM) Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai.

1. Jenis-Jenis Pajak Negara

Berdasarkan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, jenis-jenis pajak secara umum
ada 5, yakni pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,
bea materai serta pajak bumi dan bangunan.

Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak penghasilan disingkat PPh adalah pajak yang dikenakan kepada perseorangan atau
individu atas penghasilan yang diterimanya. Pihak yang dikenakan pajak penghasilan bisa
berupa perseorangan, perusahaan dan badan hukum yang berpenghasilan.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurangan terhadap penghasilan bruto orang
pribadi atau perseorang sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan
kena pajak, besarnya sebagai berikut :

1. Rp. 15.840.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi

2. Rp. 1.320.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin

3. Rp.15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan


penghasilan suami

4. Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga

Tarif Pajak Penghasilan :

1. Tarif pajak penghasilan wajib pajak pribadi adalah sebagai berikut :

Lapisan penghasilan kena pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000 5%

Di atas 50.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000 15%

Rp. 250.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000 25%

Di atas Rp.500.000.000 30%

2. Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk usaha tetap adalah sebesar 25%.

Untuk dapat lebih memahami apa yang diuraikan di atas, ikutilah dengan cermat contoh (1)
soal berikut ini :
Sugondo telah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Hitunglah Pendapatan Tidak Kena
Pajak (PTKP) untuk Sugondo.

Jawab : Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) Sugondo

Sugondo Rp. 15.840.000

Istri (tidak bekerja) Rp. 1.320.000

Untuk 2 orang anak (2 X Rp. 1.320.000) Rp. 2.640.000 +

Contoh (2) soal berikutnya : Tan Ceng Bog telah menikah dan mempunyai dua (2) orang
anak. Ia mempunyai pendapatan kena pajak Rp.519.450.125 selama setahun. Hitunglah pajak
terutang Tan Ceng Bog!

Jawab : Pendapatan Kena Pajak dibulatkan ke bawah menjadi Rp.519.450.000

Rp. 50.000.000 x 5% = Rp. 2,500.000

Rp.200.000.000 x 15% = Rp. 30.000.000

Rp.250.000.000 x 25%` =` Rp. 62.500.000

Rp. 19.450.000 x 30% = Rp. 5.835.000 (+)

Jumlah Pajak Penghasilan Terutang Rp.100.835.000

Pendapatan Tidak Kena Pajak tidak perlu lagi dihitung karena telah diberitahukan dalam soal
Pendapatan Kena Pajak (PKP). Karenanya pajak terutang dihitung langsung dari jumlah
setelah dibulatkan.

Contoh (3) : Berapa pajak penghasilan terutang jika Pendapatan Kena Pajak dari PT. Harapan
Jaya (badan usaha) berjumlah Rp. 519.450.000?

Jawab : Pajak penghasilan terutang 25% x Rp.519.450.000 = Rp. 129.862.500

Catatan : Untuk PKP yang sama dengan pribadi dan badan usaha, ternyata pajak penghasilan
terutang badan usaha tetap, lebih mahal daripada pajak penghasilan terutang perorangan.

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PPN adalah pungutan yang dikenakan dalam setiap proses produksi maupun distribusi. Itulah
alasannya kita sering menemukan PPN dalam transaksi sehari-hari, sebab dalam PPN pihak
yang menanggung beban pajak adalah konsumen akhir / pembeli

Sebagai bukti bahwa PPN adalah kewajiban pembeli, kita bisa menemukan PPN pada lembar
struk belanja atau pembelian. Pada struk tersebut kita dapat menemukan tulisan PPN maupun
terjemahannya dalam bahasa Inggris yakni Value Added Tax (VAT)

Barang dan jasa yang dikenai PPN jumlahnyal sangat banyak. Oleh karena itu untuk
memudahkan dalam membedakan barang yang dikenakan PPN atau tidak, berikut daftar
barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN :
Tarif PPN

Penentuan besaran tariff PPN diatur dalam Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang Jasa

Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM)

PPnBM atau pajak penjualan atas barang mewah dikenakan pada barang – barang yang
tergolong mewah. Berdasarkan Undang – Undang yang berlaku di Indonesia, Pajak Penjualan
Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau mengimpor
barang tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Berikut beberapa pertimbangan mengapa pemerintah Indonesia menganggap bahwa PPnBM


sangatlah penting untuk diterapkan :

1. Agar tercipta keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang


berpenghasilan tinggi dengna konsumen yang berpenghasilan rendah.

2. Untuk mengendalikan pola konsumsi atas barang kena pajak yang tergolong mewah.

3. Perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional

4. Mengamankan penerimaan Negara

Adapun prinsip pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ialah hanya 1 (satu) kali :

a. Penyerahan oleh pabrikan atau produsen barang mewah kena pajak yang tergolong
mewah

b. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah


Tarif PPnBM

Contoh Cara Menghitung PPN dan PPnBM

1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.
2. PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian
sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B”
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “B”.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai
Impor sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
4. Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah
dengan Nilai Impor sebesar Rp5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut adalah:
a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp5.000.000,00
= Rp500.000,00
c. PPn BM = 20% x Rp5.000.000,00
= Rp1.000.000,00
5. Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari
suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif
misalnya 35%.
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam
harga BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya.
Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan
PPn BM yang terutang adalah :
a. Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp50.000.000,00
= Rp5.000.000,00
c. c. PPn BM = 35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00

PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan
bagi PKP “D” dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP
“D”. Sedangkan PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun
dengan PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan atau disingkat PBB merupakan jenis pajak yang dikenakan atas
kepemilikan dan pemanfaatan tanah atau bangunan. PBB dikenakan pada rumah, tempat
tinggal dan bangunan lain.

Jumlah PBB yang dikenakan dipengaruhi oleh luas area bangunan. Penerimaan pajak
PBB diberikan kepada pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota.

Buat menghitung pajak bumi dan bangunan, gunakan rumus:

PBB Terutang = Tarif (0,5 persen) x NJKP

Sebagai keterangan:

NJKP adalah nilai jual kena pajak. NJKP didapat dari NJOP dikurangi NJOPTKP
atau rumusnya:

NJKP = NJOP – NJOPTKP

NJOP adalah nilai jual objek pajak. Nilai ini menjadi ukuran yang memengaruhi
besaran PBB. Makin tinggi NJOP, makin tinggi pula PBB yang kamu bayarkan.

NJOP sendiri ada dua, yaitu NJOP Bumi dan NJOP Bangunan. Kedua NJOP tersebut
nantinya dijumlah menjadi NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB. Rumusnya:

NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB = NJOP Bumi + NJOP Bangunan

Oh, iya. NJOP ini nantinya bakal digunakan buat perhitungan final NJKP. Seandainya
aja NJOP ≥ Rp 1.000.000.000, maka NJKP-nya sebesar 40 persen. Sementara NJOP <
Rp 1.000.000.000, maka NJKP-nya 20 persen.
Satu lagi yang perlu kamu tahu, yaitu Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak atau NJOPTKP.
Besaran NJOPTKP di tiap daerah berbeda-beda, besaran maksimalnya Rp 12 juta.

lustrasi cerita perhitungan PBB

Pak Jon tinggal di rumah yang berlokasi di Jl. Raya Pondok Gede, Jakarta Timur
dengan luas 150 meter persegi dan luas tanah 200 meter persegi. NJOP-nya, bumi dan
bangunan, saat itu sebesar Rp 1,7 juta per meter persegi.

Berapakah PBB yang mesti dibayar Pak Jon?

NJOP Bangunan 150 x Rp 1,7 juta = Rp 255 juta

NJOP Bumi 200 x Rp 1,7 juta = Rp 340 juta

NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB = Rp 255 juta + Rp 340 juta = Rp 595 juta

NJOPTKP = Rp 12 juta

NJOP = NJOP – NJOTKP = Rp 595 juta – Rp 12 juta = Rp 583 juta (berarti NJKP 20
persen)

NJKP 20 persen x Rp 583 juta = Rp 116.600.000

PBB yang terutang = 0,5 persen x Rp 116.600.000 = Rp 583.000

Nah, itu berarti Pak Jon mesti membayar PBB sebesar Rp 583 ribu setiap tahunnya.
Asalkan tahun depan gak ada kenaikan NJOP. Lumayan besar emang. Maklum aja
NJOP di wilayah Jakarta emang terbilang tinggi.

Bea Materai (BM)

Bea Materai disingkat BM merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen. Yang dimaksud
dokumen pada bea materai adalah dokumen yang bersifat perdata dan dokumen untuk
pengadilan.

Nilai bea cukai tergantung pada dokumen dan penggunaan dokumen, ada dua jenis nilainya
yaitu 3 ribu dan 6 ribu rupiah. Bea materai tidak memerlukan nomor identitas objek dan wajib
pajak.

Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Bea Perolehan Hak Tanah dan Banguna disingkat BPHTB diatur dalam UU No. 21 Tahun
1997 dan telah diubah dengan UU No.20 Tahun 2000 Yang selanjutnya disebut UU BPHTB,
merupakan pajak / bea yang dikenakan atas perolehan / kepemilikan hak atas tanah dan
bangunan. Setiap perolehan ha katas tanah dan bangunan, warga Negara diwajibkan
membayar BPHTB yang juga dikenal sebagai bea pembeli. Adapun objek BPHTB mrliputi :
Jaul beli, tukar menukar, hibah, hibah wasit, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan
hokum lain, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam
lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hokum tetap, penggabungan
usaha, peleburan usaha, pemekaran usah dan hadiah.

Tarif BPHTB

2. Jenis-Jenis Pajak Daerah

Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
a. Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok
b. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir, Pajak Air tanah, Pajak Sarang Burung Walet, PBB Pedesaan dan Perkotaan,
dan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB)

Ada dua macam-macam pajak daerah, yakni pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Tiap
pemda memiliki otoritas pajak masing-masing.

Pajak Provinsi

 Pajak Kendaraan Bermotor


 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
 Pajak Air Permukaan
 Pajak Rokok

Pajak Kabupaten/Kota

 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Pajak Parkir
 Pajak Air Tanah
 Pajak Sarang Burung Walet
 Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)
 Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan

b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.

c. Menurut Golongannya atau Siapa yang Memungut Pajak


1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibeban-kan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

F. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


1. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang ber-sangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Sedangkan tarif pajak terdiri atas :


1. Tarif pajak proporsional (sebanding) Yaitu tarif pajak dengan menggunakan persentase
yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak.
2. Tarif pajak degresif (menurun) Yaitu tarif pajak dengan menggunakan presentase yang
menurun untuk setiap dasar pengenaan pajak.
3. Tarif pajak konstan (tetap) Yaitu tarif pajak yang tetap untuk setiap dasar pengenaan
pajak.
4. Tarif pajak progesif (menaik) Yaitu tarif pajak dengan persentase yang semakin
menaik/meningkat untuk dasar setiap pengenaan pajak

G. Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia


Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Perpajakan sangat berkaitan
dengan hak dan kewajiban wajib pajak. Untuk memudahkan dalam memahami kewajiban maupun
hak wajib pajak, maka diperlukan pemahaman ketentuan formal maupun material perpajakan.
Ketentuan normal diatur dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), sementara
ketentuan material diatur dalam UU PPh maupun UU PPN/PPn BM. Sehingga secara administratif
kewajiban mupun hak wajib pajak antara lain :
a. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dengan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
b. Menghitung besarnya pajak terutang
c. Memotong atau memungut pajak pihak lain
d. Melakukan pembayaran atas pajak yang terutang atau atas pajak yang telah
dipotong/dipungut
e. Melaporkan pajak yang terutang
f. Menyelenggarakan pembukuan
g. Kewajiban sebagai wajib pajak apabila yang bersangkutang dilakukan pemeriksaan pajak
h. Meminta kembali lebih bayar pembayaran pajak
i. Pengajuan pembetulan ketetapan pajak
j. Mengajukan keberatan atau banding atas ketetapan pajak
k. Mengajukan pengurangan/penghapusan sanksi administratif
l. Pengajuan pembatalan ketetapan pajak
m. Mengajukan penghapusan NPWP
Undang-undang KUP antara lain mengatur tata cara pendaftaran, tata cara penghapusan,
tata cara pembayaran , dan tata cara keberatan. UU PPh dan UU PPN/PPn BM antara lain
mengatur penghitungan, pemotongan dan pemungutan pajak dan besarnya taif pajak.

H. Objek dan Cara Pengenaan Pajak


Objek pajak adalah segala sesuatu yang menurut Undang – Undang dijadikan dasar
atau sasaran pemungutan pajak. Pada prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat
dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik itu keadaan, perbuatan maupun peristiwa.
Misalnya objek PPh adalah penghasilan itu sendiri, dan objek pajak bumi dan bangunan
adalah bumi dan bangunan
Atas objek pajak ada berbagai tata cara pemungutan pajak. Tata cara itu dapat
dilakukan berdasarkan stelsel berikut ini :
1. Stelsel nyata, stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat
dilaksanakan pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan sesungguhnya yang
diperoleh pada masa pajak yang bersangkutan
2. Stelsel anggapan, dalam stelsel ini anggapan pemungutan pajak dapat dilakukan
pada awal tahun pajak. Berdasarkan peraturan dan perundang – undangan yang
berlaku hal ini dimungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan suatu anggapan
penerimaan atau pendapatan oleh wajib pajak. Anggapan ini dapat menggunakan
perbandingan data antara penerimaan/pendapatan wajib pajak tahun sebelumnya
yang dianggap sama dengan pendapatan yang akan diperoleh tahun sekarang.
3. Stelsel campuran, dalam stelsel ini berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang
didasarkan pada suatu anggapan dan akhir tahun yang didasarkan pada suatu
kenyataan, sehingga menurut stelsel ini akan terjadi perhitungan kembali untuk
menentukan masalah kelebihan atau kekurangan pajak.

I. Tantangan Pemungutan Pajak


Seperti diketahui dalam penjelasan sebelumnya bahwa pajak sangat bermanfaat dalam
membiayai pengeluaran untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. Namun, pada kenyataannya
proses pemungutan pajak tidaklah mudah karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Berikut ini
beberapa tantangan pemungutan pajak di Indonesia.

1. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak


2. Rendahnya pengetahuan mengenai system perpajakan
3. Goyahnya kepercayaan public terhadap pejabat Negara
4. Lemahnya penegakan hokum (law enforcement) terhadap kepatuhan membayar pajak bagi
penyelenggara Negara.

MENUMBUHKAN KESADARAN AKAN PENTINGNYA PAJAK BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT


DAFTAR PUSTAKA

1. Rudiyanto, A.2016.Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta:Erlangga

2. Geminastiti, K, Nella Nurlita.2016.Ekonomi Untuk Siswa SMA/MA Kelas XI.Bandung:


Yrama Widya

3. Mardismo.2018.Perpajakan.Jakarta:Andi offset

3. www.online-pajak.com
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (1)

Nama Siswa :

Kelas / Semester : XI / 2

Mata Pelajaran : EKONOMI

Materi : Perpajakan

Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit

A. Petunjuk Belajar

1. Cermati rangkuman materi

2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok

B. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi

4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi

C. Indikator

3.7.1 Menjelaskan Pengertian Pajak

3.7.2 Menjelaskan Fungsi, Manfaat dan Tarif Pajak

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.

E. Informasi Pendukung

1. Pajak merupakan iuran rakyat yang bersifat memaksa dengan tidak


mendapat timbal balik secara langsung yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum demi mencapai kemakmuran rakyat.

2. Pajak memiliki fungsi : budgeter/anggaran, alokasi, regulasi, penjaga


stabilitasi dan distribusi. Sedangkan manfaat pajak antara lain untuk
membiayai pengeluaran – pengeluaran negara seperti pengeluaran yang
bersifat self liquiditing. Contoh : pengeluaran untuk proyek produktif
barang ekspor, membiayai pengeluaran reproduktif, membiayai pengeluaran
umum, membiayai pengeluaran yang tidak produktif.

3. Pajak yang dikumpulkan dari masyarakat tentunya sangat bermanfaat bagi


kesejahteraan masyarakat itu sendiri apabila dikelola dengan baik. Berikut ini
beberapa manfaat pajak:

a. Membiayai pengeluaran – pengeluaran Negara seperti pengeluaran


yang bersifat self liquiditing. Contoh : pengeluaran untuk proyek
produktif barang ekspor

b. Membiayai pengeluaran reproduktif, yaitu pengeluaran yang


memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat. Contoh
pengeluaran untuk pengairan dan pertanian

c. Membiayai pengeluaran umum, yaitu pengeluaran untuk membangun


fasilitas umum yang dapat dinikmati oleh masyarakat lain. Contoh :
pengeluaran untuk pendirian monument dan objek rekreasi

d. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif. Contoh pengeluaran


untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran
untuk anak yatim piatu.
4. Tarif Pajak berdasarkan sifatnya digolongkan menjadi empat kelompok
sebagai berikut :

a. Tarif Pajak Proporsional (Sebanding) /a proportional tax rate


Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak dengan menggunakan
persentase yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak.Tarif
proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi
perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun
jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap. Contohnya adalah
Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek
pajaknya.

b. Tarif Pajak Degresif (Menurun) / a degressive tax rate


Tarif pajak degresif yaitu tarif pajak dengan menggunakan persentase
yang menurun untuk setiap pengenaan pajak yang menurun untuk
setiap dasar pengenaan pajak.

c. Tarif Pajak Konstan/Regresif (Tetap) / a fixed tax rate


Tarif pajak konstan yaitu tarif pajak yang tetap untuk setiap dasar
pengenaan pajak atau besarnya pajak yang dibayarkan jumlahnya
tetap
d. Tarif Pajak Progresif (Naik) / a progressive tax rate
Tarif pajak progresif yaitu tarif pajak dengan persentase yang semakin
meningkat untuk setiap dasar pengenaan pajak.

F. SOAL

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Pajak adalah kontribusi wajib pada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat. Definisi ini sesuai dengan ……………..

a. Pendapat Adam Smith

b. Pendapat David Richardo

c. Undang - Undang Pajak

d. Pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro

e. Pendapat Prof. Dr. S.Djayadiningrat

2. Berikut ini yang bukan ciri – ciri pemungutan pajak adalah ………………

a. Iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak pada Negara


b. Pembayaran yang didasarkan atas norma – norma hokum

c. Tidak dibayarkan jika telah lewat waktu

d. Sumber pembiayaan pengeluaran kolektif

e. Sarana untuk meningkatkan kesejahteraan umum

3. Berikut ini yang bukan fungsi pajak adalah ……………….

a. Fungsi budgeter

b. Sebagai alat pengatur

c. Sebagai alat penjaga stabilitas

d. Sarana distribusi pendapatan

e. Pengendali kehidupan dan kemajuan BUMN

4. Berikut ini yang merupakan manfaat pajak adalah ……………………

a. Sebagai alat pengatur

b. Sarana redistribusi pendapatan

c. Membiayai pengeluaran – pengeluaran Negara

d. Membantu orang kaya

e. Pengendali kehidupan dan kemajuan BUMN

5. Tarif pajak dengan prosentase yang semakin meningkat adalah tarif pajak ………………

a. Tarif pajak regresif

b. Tarif pajak degresi

c. Tarif pajak konstan

d. Tarif Pajak Progresif

e. Tarif Pajak Proporsional

Tugas Diskusi Kelompok :

Diskusikan tentang manfaat pajak bagi kehidupan masyarakat di sekitarmu!


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (2)
Nama Siswa :

Kelas / Semester : XI / 2

Mata Pelajaran : EKONOMI

Materi : Perpajakan

Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit

A. Petunjuk Belajar

1. Cermati rangkuman materi

2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok

B. Kompetensi Dasar

3.7 Menganalisis Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi

4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi
C. Indikator

3.7.3 Menjelaskan Perbedaan Pajak dan Pungutan Resmi Lainnya

3.7.4 Menjelaskan Asas Pemungutan Pajak

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.

E. Informasi Pendukung.

Selain pajak, penerimaan pemerintah lainnya (bea ekspor dan impor, retribusi, bea
meterai, sumbangan wajib, cukai, dan lain-lain) merupakan sumber pendapatan
negara atau daerah
Perbedaan antara pajak dan pungutan resmi lainnya, sebagai berikut:
Dilihat Dari Pajak Pungutan Resmi Lainnya
Imbalan jasa (kompensasi) Tidak diterima secara langsung Diterima secara langsung
Dasar pemungutan Undang-Undang Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri, dsb.
Cara perhitungan Sendiri oleh wajib pajak Oleh aparatur negara
Jatuh tempo Sesuai dengan tahun pajak Sesuai dengan pemakaian
Sanksi Sesuai yang tercantum dalam Sesuai dengan kebijaksanaan
UU pemerintah
Surat ketetapan pajak (kohir) Ada Tidak ada
Sifat pungutan Memaksa Sesuai kebijakan pemerintah
Asas Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The
Four Maxims", asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut.
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan
penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib
pajak.
2. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan UU,
sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas
kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang
paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat
wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar

F. SOAL

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Perbedaan pungutan resmi lain dengan pajak adalah, kecuali …………………….


a. Diterima secara langsung

b. Peraturan pemerintah, keputusan menteri

c. Oleh aparatur Negara

d. Sesuai dengan pemakaian

e. Bersifat memaksa

2. Objek pemungutan retribusi dilakukan terhadap ……………………..

a. Semua orang

b. Orang – orang yang menggunakan jasa pemerintah

c. Pemilik usaha

d. Pemerintah

e. Masyarakat

3. Penerimaan pemerintah yang diperoleh dari biaya atas dokumen yang bersifat perdata atau
yang berkaitan dengan dokumen pengadilan adalah …………………..

a. Pajak

b. Bea Materai

c. Iuran

d. Sumbangan

e. Retribusi

4. Berikut ini yang bukan asas pemungutan pajak adalah ……………….

a. Asas Equality

b. Asas Certainty

c. Asas Convenience

d. Asas Continuity

e. Asas Economic

5. Pemungutan pajak harus dilakukan tepat waktu, termasuk dalam asa ………………….

a. Asas Equality

b. Asas Certainty

c. Asas Convenience
d. Asas Continuity

e. Asas Effisiensi

Tugas Diskusi kelompok :

Diskusikan tentang penerimaan daerah dari sektor non pajak di sekitarmu!

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (3)

Nama Siswa :

Kelas / Semester : XI / 2

Mata Pelajaran : EKONOMI

Materi : Perpajakan

Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit

A. Petunjuk Belajar

1. Cermati rangkuman materi

2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok

B. Kompetensi Dasar

3.7 Menganalisis Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi


4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi

C. Indikator

3.7.5 Menjelaskan Jenis – Jenis Pajak

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.

E. Informasi Pendukung

Jenis-Jenis Pajak atau Penggolongan Pajak

a. Menurut Lembaga Pemungutnya atau Cara Pemungutannya


Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), dan Pajak Pen-jualan atas Barang Mewah, (PPn.BM) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dan Bea Materai.
Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
c. Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok
d. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir, Pajak Air tanah, Pajak Sarang Burung Walet, PBB Pedesaan dan Perkotaan,
dan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB)

b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.

c. Menurut Golongannya atau Siapa yang Memungut Pajak


1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibeban-kan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak penghasilan disingkat PPh adalah pajak yang dikenakan kepada perseorangan atau
individu atas penghasilan yang diterimanya. Pihak yang dikenakan pajak penghasilan bisa
berupa perseorangan, perusahaan dan badan hukum yang berpenghasilan.
F. SOAL

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Yang termasuk ke dalam golongan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat adalah
……………………

a. PPH dan Retribusi

b. PPN dan Pajak Kendaraan Bermotor

c. PPnBM dan Pajak Rokok

d. PPH dan PPN

e. PPN dan pajak penerangan jalan

2. Pajak yang diberlakukan terhadap barang – barang impor seperti mobil BMW, motor Harley
Davidson, mobil Mercedes Benz adalah ………………..

a. PPH

b. PPN

c. PPnBM

d. PBB

e. Retribusi

3. Berikut ini adalah pajak langsung dan pajak tidak langsung :

1. Pajak penghasilan

2. Pajak penjualan

3. Pajak penjualan

4. Pajak bumi dan bangunan

5. Cukai

Yang dikategorikan pajak langsung ditunjukkan nomor …………………..

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 1 dan 4

d. 2 dan 3

e. 3 dan 4
4. Berikut ini adalah pajak langsung dan pajak tidak langsung :

1. Pajak penghasilan

2. Pajak penjualan

3. Pajak penjualan

4. Pajak bumi dan bangunan

5. Cukai

Yang dikategorikan pajak tidak langsung ditunjukkan nomor …………………..

a. 1, 2 dan 3

b. 1, 2 dan 4

c. 1, 2 dan 5

d. 2, 3 dan 4

e. 3, 4 dan 5

5. Atas dasar pajak penghasilan sesuai dengan UU Pajak Nomor 36 Tahun 2008 pajak
penghasilan terutang dari Sujatmiko yang mempunyai Pendapatan Kena Pajak Rp.
520.000.000,-. Sujatmiko telah menikah dan memiliki 3 orang anak. Pajak penghasilan
terutang Sujatmiko adalah ………………….

a. Rp. 101.000.000,-

b. Rp. 94.720.000,-

c. Rp. 82.600.000,-

d. Rp. 84.700.000,-

e. Rp. 80.700.000,-
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (4)

Nama Siswa :

Kelas / Semester : XI / 2

Mata Pelajaran : EKONOMI

Materi : Perpajakan

Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit

A. Petunjuk Belajar

1. Cermati rangkuman materi

2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok

B. Kompetensi Dasar

3.7 Menganalisis Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi


4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi

C. Indikator

3.7.5 Menjelaskan Jenis – Jenis Pajak

3.7.6 Menjelaskan system pemungutan pajak di Indonesia

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.

E. Informasi Pendukung

Jenis-Jenis Pajak Negara

Berdasarkan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, jenis-jenis pajak secara umum
ada 5, yakni pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,
bea materai serta pajak bumi dan bangunan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPNBM)

Pajak pertambahan nilai disingkat PPN adalah pajak atas transaksi jual beli yang di lakukan
oleh individu atau badan. Biasanya saat kita berbelanja membeli suatu barang, dalam tagihan
pembayaran sudah dikenakan pajak PPN sebesar 10%.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan atau disingkat PBB merupakan jenis pajak yang dikenakan atas
kepemilikan dan pemanfaatan tanah atau bangunan. PBB dikenakan pada rumah, tempat
tinggal dan bangunan lain.

Bea Materai (BM)

Bea Materai disingkat BM merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen. Yang dimaksud
dokumen pada bea materai adalah dokumen yang bersifat perdata dan dokumen untuk
pengadilan.

Nilai bea cukai tergantung pada dokumen dan penggunaan dokumen, ada dua jenis nilainya
yaitu 3 ribu dan 6 ribu rupiah. Bea materai tidak memerlukan nomor identitas objek dan wajib
pajak.

Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Bea Perolehan Hak Tanah dan Banguna disingkat BPHTB merupakan pajak yang dikenakan
atas kepemilikan hak tanah dan bangunan.

F. SOAL
1. Pajak atas transaksi jual beli yang dilakukan oleh individu atau badan usaha ketika melakukan
pembelian suatu barang adalah ……………

a. PPH

b. PPN

c. PPNBM

d. PBB

e. PBHTB

2. Pajak yang dikenakan atas kepemilikan dan pemanfaatan tanah dan bangunan disebut dengan
pajak ……………

a. PPH

b. PPN

c. PPNBM

d. PBB

e. PBHTB

3. Suparman seorang pedagang yang memiliki kekayaan berupa :

1. Tanah Luas 400m2 dengan nilai jual Rp. 500.000,- per m2

2. Bangunan rumah 200m2 dengan nilai jual Rp. 600.000,- per m2

3. Pagar mewah sepanjang 100m yang tingginya 1,5m dengan nilai jual objek pajak

Rp. 300.000,- per m2

Nilai jual objek tidak kena pajak Rp. 8.000.000,- Besar pajak bumi dan bangunan terutang

Adalah ………………….

a. Rp. 357.000,-

b. Rp. 350.000,-

c. Rp. 3.200.000,-

d. Rp. 3.400.000,-

e. Rp. 3.520.000,-
4. Bea yang dikenakan atas dokumen perdata maupun dokumen pengadilan merupakan bea
dari ………………….

a. Retribusi

b. Pajak

c. Materai

d. Sumbangan

e. Iuran

5. Pajak yang diberlakukan terhadap barang – barang impor seperti mobil BMW, motor Harley
Davidson, mobil Mercedes Benz adalah ………………..

a. PPH

b. PPN

c. PPnBM

d. PBB

e. Retribusi

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (5)

Nama Siswa :

Kelas / Semester : XI / 2

Mata Pelajaran : EKONOMI

Materi : Perpajakan

Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit

A. Petunjuk Belajar

1. Cermati rangkuman materi

2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok

B. Kompetensi Dasar

3.7 Menganalisis Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi


4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi

C. Indikator

3.7.6 Menjelaskan system pemungutan pajak di Indonesia

3.7.7 Menjelaskan Objek dan Cara Pengenaan Pajak

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.

E. Informasi Pendukung

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


2. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
3. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
4. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang ber-sangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Sedangkan tarif pajak terdiri atas :


1. Tarif pajak proporsional (sebanding) Yaitu tarif pajak dengan menggunakan
persentase yang tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak.
2. Tarif pajak degresif (menurun) Yaitu tarif pajak dengan menggunakan presentase
yang menurun untuk setiap dasar pengenaan pajak.
3. Tarif pajak konstan (tetap) Yaitu tarif pajak yang tetap untuk setiap dasar pengenaan
pajak.
4. Tarif pajak progesif (menaik) Yaitu tarif pajak dengan persentase yang semakin
menaik/meningkat untuk dasar setiap pengenaan pajak

Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia


Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Perpajakan sangat
berkaitan dengan hak dan kewajiban wajib pajak. Untuk memudahkan dalam
memahami kewajiban maupun hak wajib pajak, maka diperlukan pemahaman ketentuan
formal maupun material perpajakan. Ketentuan normal diatur dalam UU Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), sementara ketentuan material diatur dalam UU
PPh maupun UU PPN/PPn BM. Sehingga secara administratif kewajiban mupun hak
wajib pajak antara lain :
n. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dengan memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)
o. Menghitung besarnya pajak terutang
p. Memotong atau memungut pajak pihak lain
q. Melakukan pembayaran atas pajak yang terutang atau atas pajak yang telah
dipotong/dipungut
r. Melaporkan pajak yang terutang
s. Menyelenggarakan pembukuan
t. Kewajiban sebagai wajib pajak apabila yang bersangkutang dilakukan
pemeriksaan pajak
u. Meminta kembali lebih bayar pembayaran pajak
v. Pengajuan pembetulan ketetapan pajak
w. Mengajukan keberatan atau banding atas ketetapan pajak
x. Mengajukan pengurangan/penghapusan sanksi administratif
y. Pengajuan pembatalan ketetapan pajak
z. Mengajukan penghapusan NPWP
Undang-undang KUP antara lain mengatur tata cara pendaftaran, tata cara
penghapusan, tata cara pembayaran , dan tata cara keberatan. UU PPh dan UU
PPN/PPn BM antara lain mengatur penghitungan, pemotongan dan pemungutan
pajak dan besarnya taif pajak.

Objek dan Cara Pengenaan Pajak

Objek pajak adalah segala sesuatu yang menurut Undang – Undang dijadikan dasar
atau sasaran pemungutan pajak. Pada prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat
dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik itu keadaan, perbuatan maupun peristiwa.
Misalnya objek PPh adalah penghasilan itu sendiri, dan objek pajak bumi dan bangunan
adalah bumi dan bangunan

F. SOAL

1. Official Assessment System adalah system pemungutan pajak yang memberi


wewenang kepada ………………….
a. Wajib pajak

b. Pemerintah
c. Pihak ke-3

d. Swasta

e. Pihak lain

2. Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang menggunakan prosentase …………..

a. Tetap

b. Naik

c. Turun

d. Berubah – ubah
e. Tidak tetap

3. Tarif pajak degresif adalah tarif pajak yang menggunakan prosentase ……………

a. Tetap

b. Naik

c. Turun

d. Berubah – ubah

e. Tidak tetap

4. Segala sesuatu yang menurut Undang – Undang dijadikan dasar atau sasaran

pemungutan pajak adalah ………

a. Wajib pajak

b. Objek pajak

c. Sasaran Pajak

d. Pemungut pajak

e. Petugas pajak

5.. Contoh objek pajak dilihat dari perbuatan …………….

a. PPh

b. Retribusi

c. Sumbangan

d. PBB

e. Bea Materai

Tugas Diskusi Kelompok :

Diskusikan Objek – objek pajak yang kamu ketahui dan cara pengenaan pajaknya!
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (6)

Nama Siswa :

Kelas / Semester : XI / 2

Mata Pelajaran : EKONOMI

Materi : Perpajakan

Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit

A. Petunjuk Belajar

1. Cermati rangkuman materi

2. Kerjakan soal – soal yang tersedia baik secara individu maupun kelompok

B. Kompetensi Dasar

3.7 Menganalisis Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi


4.7 Menyajikan Hasil Analisis Fungsi dan Peran Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi

C. Indikator

3.7.7 Menjelaskan Objek dan Cara Pengenaan Pajak

3.7.8 Menganalisis data dan informasi yang diperoleh serta membuat kesimpulan tentang perpajakan

dalam ekonomi

D. Tujuan Pembelajaran

Dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning dan
problem based learning diharapkan peserta didik dapat menganalisis perpajakan dan
menyajikan hasil analisis fungsi dan peran perpajakan dalam pembangunan ekonomi.

E. Informasi Pendukung

Atas objek pajak ada berbagai tata cara pemungutan pajak. Tata cara itu dapat dilakukan
berdasarkan stelsel berikut ini :
1. Stelsel nyata, stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat
dilaksanakan pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan sesungguhnya yang
diperoleh pada masa pajak yang bersangkutan
2. Stelsel anggapan, dalam stelsel ini anggapan pemungutan pajak dapat dilakukan
pada awal tahun pajak. Berdasarkan peraturan dan perundang – undangan yang
berlaku hal ini dimungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan suatu anggapan
penerimaan atau pendapatan oleh wajib pajak. Anggapan ini dapat menggunakan
perbandingan data antara penerimaan/pendapatan wajib pajak tahun sebelumnya
yang dianggap sama dengan pendapatan yang akan diperoleh tahun sekarang.
3. Stelsel campuran, dalam stelsel ini berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang
didasarkan pada suatu anggapan dan akhir tahun yang didasarkan pada suatu
kenyataan, sehingga menurut stelsel ini akan terjadi perhitungan kembali untuk
menentukan masalah kelebihan atau kekurangan pajak.

F. Soal

1. Anggapan pemungutan pajak yang dilaksanakan pada akhir tahun adalah …………..

a. Stelsel anggapan

b. Stelsel nyata

c. Stelsel campuran

d. Stelsel harapan

e. Stelsel ideal

2. Anggapan pemungutan pajak yang dilaksanakan pada awal tahun adalah ……………

a. Stelsel anggapan
b. Stelsel nyata

c. Stelsel campuran

d. Stelsel harapan

e. Stelsel ideal

3. Anggapan pemungutan pajak berlaku pada awal tahun dan akhir tahun dengan penyesuai
kembali, adalah ……………

a. Stelsel anggapan

b. Stelsel nyata

c. Stelsel campuran

d. Stelsel harapan

e. Stelsel ideal

4. Suparman seorang pedagang yang memiliki kekayaan berupa :

1. Tanah Luas 400m2 dengan nilai jual Rp. 500.000,- per m2

2. Bangunan rumah 200m2 dengan nilai jual Rp. 600.000,- per m2

3. Pagar mewah sepanjang 100m yang tingginya 1,5m dengan nilai jual objek pajak

Rp. 300.000,- per m2

Nilai jual objek tidak kena pajak Rp. 8.000.000,- Besar pajak bumi dan bangunan terutang

Adalah ………………….

a. Rp. 357.000,-

b. Rp. 350.000,-

c. Rp. 3.200.000,-

d. Rp. 3.400.000,-

e. Rp. 3.520.000,-

5. Atas dasar pajak penghasilan sesuai dengan UU Pajak Nomor 36 Tahun 2008 pajak
penghasilan terutang dari Sujatmiko yang mempunyai Pendapatan Kena Pajak Rp.
520.000.000,-. Sujatmiko telah menikah dan memiliki 3 orang anak. Pajak penghasilan
terutang Sujatmiko adalah ………………….

a. Rp. 101.000.000,-

b. Rp. 94.720.000,-
c. Rp. 82.600.000,-

d. Rp. 84.700.000,-

e. Rp. 80.700.000,-

Anda mungkin juga menyukai