Sebagian besar buku sejarah matematika minim rujukan terhadap matematika Timur,
terutama matematika Islam. Buku tertentu, seperti yang dikarang oleh Bell dan
Hooper, melanjutkan narasi tentang matematika orang Yunani seperti Pythagoras,
Archimedes, dan Evelid, kemudian melompat ke pembicaraan tentang matematika zaman
renaissance, termasuk tokoh seperti Copernicus, Newton, Leibnitz, dan Gauss.
Setelah hampir seribu tahun sejak zaman keemasan Yunani, kemajuan matematika
melambat. Namun, intelektual Muslim menghidupkan kembali kegairahan matematika
dengan memelihara dan menyebarkan karya-karya Yunani kuno. Abad kesembilan dan
kesepuluh menjadi abad keemasan bagi matematika Muslim, memelihara warisan
matematika Yunani yang hampir punah. Makalah ini akan membahas salah satu
matematikawan Muslim terkemuka dari masanya, yaitu Al Khawarizmi.
Rumusan Masalah:
Rumusan Tujuan:
4. Al-Khawarizmi
Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi, seorang matematikawan Muslim, secara
konsisten dihubungkan dengan tempat kelahirannya, Khawarizm, yang pada masanya
merupakan pusat penelitian Asia yang terkenal dan selalu diingat. George Sarton,
sejarawan matematika terkemuka, menegaskan bahwa Al-Khawarizmi adalah "salah satu
ilmuwan Muslim terbesar dan terbaik pada masanya," menggolongkan periode antara
abad keempat hingga kelima sebagai "zaman Al-Khawarizmi" karena kontribusinya
sebagai ahli matematika terkemuka.
Karyanya yang berjudul Kitab al-Jabr w’al-Muqabala ("The Book of Restoring and
Balancing") menjadi titik awal perkembangan aljabar dalam dunia Islam, dan istilah
"aljabar" sendiri diadopsi di dunia Barat untuk merujuk pada objek yang sama. Kasir
mengungkapkan bahwa kata "aljabar" berasal langsung dari tulisan Al-Khawarizmi yang
mencantumkan 'al-jabr' sebagai judulnya. Terjemahan abad ke-12 oleh Gerhard
Ceremona dan Robert Chester membuat karyanya menjadi buku dasar matematika di Eropa
hingga abad ke-16.
Pengaruh lainnya yang erat kaitannya dengan ilmu matematika adalah kata
"algoritma," yang diartikan sebagai prosedur baku dalam menghitung sesuatu, dan
kata ini, menurut Sarton, menandai kebangkitan aljabar di masyarakat Eropa.
Pengaruh lain yang berkaitan erat dengan ilmu matematika adalah suku kata
"algorithm" yang dinotasikan sebagai sebuah prosedur baku dalam menghitung sesuatu.
Kata ini berasal dari perubahan versi al-Khawarizmi ke versi Latin ''al gorismi'',
''al gorism'' dan akhirnya menjadi ''algorithm''. Tulisan aritmatika berbahasa Arab
yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin memainkan peran penting dalam
perkembangan bilangan Arab dan sistem bilangan yang diterapkan saat ini. Meskipun
bukan penemuannya secara murni, tahapan yang dilakukan oleh Al-Khawarizmi merupakan
format pengembangan sistem bilangan kita saat ini. Ini menjelaskan bahwa penggunaan
sistem bilangan Arab dan notasi penulisan basis sepuluh, diperkenalkan oleh Al-
Khawarizmi, dapat dianggap sebagai revolusi perhitungan di abad pertengahan bagi
bangsa Eropa.
B. Riwayat Hidup
Al-Khawarizmi juga menjadi tokoh pertama yang secara sistematik membahas ilmu
aljabar. Karyanya yang terkenal, "Al-Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah"
(The Mathematics of Integration and Equations), menggunakan aritmatika India dan
geometri Yunani untuk membentuk dasar ilmu aljabar dan aritmatika. Keahliannya
memungkinkan penyatuan pengetahuan yang berserakan dari India dan Yunani,
memberikan fondasi bagi pengembangan ilmu aljabar dan aritmatika.
Selain itu, Al-Khawarizmi diakui sebagai pencipta ilmu sinus. Karyanya, "Hisab al-
Jabr wa al-Muqabalah," merupakan buku tertua dalam bidang ilmu aljabar dan telah
diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerald of Cremona, memperluas penyebaran ilmu
aljabar ke Eropa.
Karya-karya Al-Khawarizmi tentang aritmatika dan matematika dijadikan rujukan di
perguruan-perguruan tinggi di Eropa sampai abad ke-16. Karya-karya ini sangat
mempengaruhi perkembangan aritmatika dan matematika di dunia Barat, sehingga Al-
Khawarizmi dianggap sebagai salah seorang matematikawan terbesar sepanjang masa,
jika dilihat dari kondisi pada masa ia tampil sebagai ilmuwan. Kesimpulannya, dalam
masalah siku-siku, teori algoritma Al-Khawarizmi masih dipakai dalam penyelesaian
pembagian rancang bangun. Ia juga memberi nama masalah busur setengah lingkaran
sebagai Sahm, mengukur posisi benda tegak, meletakkan titik, dan menciptakan rumus
aljabar yang mampu menggantikan bilangan angka, memudahkan metode perhitungan.
Prestasinya belum pernah dijangkau oleh Yunani pada masa jayanya.
Meskipun Al-Khawarizmi lebih terkenal sebagai matematikawan, ia juga ahli dalam
bidang astronomi dan geografi. Al-Khawarizmi dikenal sebagai tokoh pendiri bidang
"astrolabe" dan telah menyusun kurang lebih seratus tabel tentang bintang. Karyanya
yang berjudul "Zij al-sindhind" merupakan mahakarya terpenting hingga saat ini.
Meskipun masih ada banyak karya lainnya seperti "Ar-Rakhamah," "Az-zaijuats-Tsani"
yang dikenal sebagai "Sanad al-Hindi," dan penanggalan Yahudi, beberapa karyanya
tidak bertahan lama.
Diantara seluruh karyanya, tulisan tentang aritmatika dan aljabar disebut sebagai
puncak karya yang melambungkan namanya. Kedua buku itu menjadi sumber acuan ilmu
matematika untuk beberapa abad di Barat dan Timur. Hasil karyanya di bidang
aritmatika merupakan salah satu alat dalam sistem bilangan Arab, dan proyek aljabar
merupakan cabang matematika yang berpengaruh di Eropa.
Banyak penemuan dan karya yang ditinggalkan oleh Al-Khawarizmi dalam bidang sains,
khususnya matematika. Karyanya yang paling monumental berjudul "Al-Mukhtasar fi
Hisab Al-Jabr wal Muqabalah." Al-Khawarizmi adalah penemu teori algoritma dan
aljabar. Beberapa penemuan sains dan pemikirannya yang bisa dijadikan sebagai
aplikasi belajar adalah sebagai berikut:
Angka nol adalah suatu angka dan digit yang digunakan untuk merepresentasikan nilai
dalam matematika. Angka nol memiliki peran penting sebagai identitas tambahan bagi
bilangan bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya. Dalam kapasitasnya
sebagai angka, nol digunakan untuk menentukan tempat dalam sistem nilai tempat.
Meskipun hingga saat ini belum ada sumber yang menjelaskan inspirasi Al-Khawarizmi
dalam menggunakan angka nol, perannya dalam matematika tetap sentral.
6. Penemu Algoritma
Kata "algoritma" berasal dari latinisasi nama Al-Khawarizmi, yang dapat ditemukan
dalam terjemahan karyanya dalam bahasa Latin pada abad ke-12, yaitu "algorithmi de
numero Indorum." Istilah "algorisma" awalnya merujuk pada aturan-aturan aritmetika
untuk menyelesaikan persoalan menggunakan bilangan numerik Arab (sebenarnya dari
India). Pada abad ke-18, istilah ini berkembang menjadi "algoritma" yang mencakup
semua prosedur atau urutan langkah yang jelas dan diperlukan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Dalam pengembangan algoritma, perhatian utama adalah pada alur
pikiran, yang dapat bervariasi antar individu, dan penekanan kedua adalah
representasi tertulis, yang bisa berupa kalimat, gambar, atau tabel.
Lebih singkatnya untuk menggambarkan wanita terbaik dengan menggunakan "1" dan
serangkaian "0" yang ditambahkan untuk mewakili kriteria seperti keberagamaan,
kecantikan, kekayaan, dan latar belakang keluarga.
Ingatlah, menemukan wanita terbaik untuk dijadikan istri bukanlah hanya soal kisah
malam pertama. Namun ini adalah kisah untuk melahirkan yang baik dan istri yang
solehah. Apa arti cinta jika bahagia tidak ada? Apa arti sayang jika hidup
melayang-layang? Apa arti berkasih jika dirinya sering disisih?
BAB III
PENUTUP
8. Kesimpulan
Al-Khawarizmi, yang hidup sekitar tahun 780-850 M, aktif berkarya pada masa dinasti
Abbasiyah, khususnya selama pemerintahan Khalifah al-Ma’mun. Nama Al-Khawarizmi
sendiri merujuk pada suatu daerah yang terletak di sebelah selatan Danau Aral atau
sebelah utara daerah Khurasan. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa, tokoh dan ilmuwan
Muslim terkemuka, lebih dikenal dengan nama Al-Khawarizmi.
9. Saran