Abstract
The purpose of this research was to describe the competency of students’ skill in making
primary solution, diluting secondary solution and standardizing solution after the
researcher applied direct introduction. The sample of research was elevent grade
students of Industrial Chemistry Department of SMK-SMTI Pontianak. In this research,
the students consisted of 22 students. The data collection was the expertise competency
assessment sheet. The result of data analysis was the primary standard solution reached
the competent category (100%), the competency of the dilution of secondary standard
solution reached the competent category (95%) and standardization reached the
competent category (90%). Therefore, the researcher concluded that the students were
competent in making and standardizing solution after the researcher applied direct
introduction.
Keywords: direct introduction, making solution, standardization
1
Tabel 1. Hasil Observasi Pada Praktikum Membuat Larutan dan Menggunakan Buret
Kelas XF SMK-SMTI Pontianak Tahun Ajaran 2017/2018
Guru Siswa
Guru membuka kegiatan praktikum dengan Siswa menjawab salam
salam
Guru meminta siswa duduk sesuai Siswa duduk sesuai kelompok
kelompok yang telah ditentukan
Guru menginstruksikan siswa pada tiap Siswa mengambil alat dan bahan sesuai
kelompok untuk mengambil alat dan bahan yang tertera di lks
sesuai yang tertera pada lks
Guru meminta siswa untuk melaksanakan Beberapa siswa bertanya tentang cara
praktikum sesuai prosedur kerja yang menggunakan pipet volum saat membuat
terdapat pada lks larutan
Kebanyakan siswa disetiap kelompok
bertanya tentang merangkai alat titrasi
dan membaca volum akhir buret
Guru mencontohkan cara merangkai alat Beberapa siswa memperhatikan guru
dan membantu siswa membaca volum akhir yang sedang memberikan contoh.
pada buret dan menggunakan pipet volum Sedangkan beberapa siswa lainnya tidak
memperhatikan dan sibuk dengan
aktivitasnya sendiri sehingga ada
beberapa pertanyaan yang sama
disampaikan kembali
Guru meminta siswa menuliskan hasil Siswa menulis hasil pengamatan dan
pengamatan dan membuat laporan membuat laporan
2
kepada siswa yang berprestasi rendah serta volumetrik dilakukan penilaian sangat detail
dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang mencakup tiga komponen standar
yang besar maupun kecil (Lefudin, 2017). kompetensi kerja nasional Indonesia
Hasil wawancara dengan salah satu (SKKNI). Berikut ini tabel hasil persentase
asesor tahun 2017/2018 pada tanggal 25 April ketuntasan uji kompetensi tahun 2017/2018
2018 mengatakan bahwa untuk uji kompetensi Jurusan Kimia Industri.
internal kelas XI yaitu klaster analisa
Tabel 2. Hasil Persentase Ketuntasan Uji Kompetensi Siswa Kelas XI Jurusan Kimia
Industri Tahun 2017/2018
Jumlah siswa Persentase
Komponen
K TK K TK
1. Melakukan tes dasar 45 2 95,7% 4,3%
2. Persiapan kerja 37 8 82,2% 17,8%
3. Proses standardisasi 22 15 59,4% 40,6%
Keseluruhan Siswa 22 25 46,8% 53,2%
Jumlah siswa : 47 orang, K : Kompeten , TK : Tidak Kompeten
Berdasarkan Tabel 2 jumlah siswa yang siswa kelas XI jurusan kimia industri SMK-
dinyatakan tidak kompeten sebesar 53,2% SMTI Pontianak setelah diterapkan model
atau sebanyak 25 orang belum memiliki pembelajaran langsung.
sertifikat kompetensi klaster volumetrik. Hal
ini disebabkan oleh penilaian yang sangat METODE PENELITIAN
detail mengacu pada kompetensi keahlian, Bentuk penelitian yang digunakan yaitu
akan tetapi ketika pelaksanaan praktikun guru pre-eksperimen dengan rancangan one-shot
tidak menilai menggunakan standar case study. Penelitian pre-eksperimen one-
kompetensi keahlian. Padahal dengan shot case study adalah suatu penelitian pre-
penilaian tersebut dapat memberikan eksperimen yang dilakukan dengan cara
gambaran kepada guru tentang kompetensi memberi perlakuan pada kelompok studi dan
yang sudah dimiliki siswa. selanjutnya di observasi efeknya. Desain ini
Berdasarkan latar belakang yang telah digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak
diuraikan maka akan dilakukan penelitian dicapai yaitu menggambarkan kompetensi
tentang “Penerapan Model Pembelajaran keahlian siswa kelas XI Jurusan Kimia
Langsung Pada Siswa Kelas XI Jurusan Kimia Industri SMK-SMTI Pontianak dalam
Industri SMK-SMTI Pontianak dalam membuat dan menstandardisasi larutan
Membuat dan Menstandardisasi Larutan”. setelah diterapkan model pembelajaran
Penelitian ini diharapkan dapat memberi langsung. Berikut merupakan tabel pola pre-
gambaran mengenai kompetensi keahlian eksperimen one-shot case study design
Populasi adalah totalitas dari semua sampel dilakukan dengan teknik sampel
objek atau individu yang memiliki jenuh. Menurut Sugiyono (2017) teknik
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel
akan diteliti (Sugiyono, 2017). Populasi dalam dengan mengambil semua anggota populasi.
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
Jurusan Kimia Industri SMK-SMTI Pontianak siswa kelas XI dengan jumlah siswa sebanyak
yang terdiri dari 22 orang. Pengambilan 22 orang siswa. Alat pengumpul data dalam
3
penelitian ini adalah lembar penilaian dijadikan sampel dengan model pembelajaran
kompetensi keahlian siswa dan pedoman langsung. (2) melakukan penilaian
wawancara. Prosedur penelitian dalam kompetensi keahlian siswa pada saat
penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai praktikum membuat dan menstandardisasi
berikut: larutan. (3) Mengolah lembar hasil observasi
Tahap Persiapan untuk mengetahui kompetensi keahlian siswa
Langkah-langkah yang dilakukan pada pada saat praktikum membuat dan
tahap persiapan antara lain: (1) melakukan menstandardidasi larutan.
observasi di SMK-SMTI Pontianak yaitu Tahap Akhir
dengan melakukan pengamatan pada proses Langkah-langkah yang dilakukan pada
belajar mengajar, wawancara dengan guru tahap akhir antara lain: (1) menskor dan
analisis kimia industri, wawancara dengan menganalisis data hasil observasi. (2)
beberapa siswa, asesor LSP, menemukan menarik kesimpulan dari penelitian yang
masalah, dan menentukan metode dengan dilakukan. (3) menyusun laporan
melihat literatur. (2) menyusun perangkat penelitian.
pembelajaran, yaitu rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) praktikum membuat dan
HASIL PENELITIAN DAN
menstandardisasi larutan. (3) menyiapkan
PEMBAHASAN
instrument penelitian berupa lembar penilaian
Hasil Penelitian
kompetensi keahlian dengan memodifikasi
Penelitian ini merupakan penelitian pre-
lembar penilaian LSP (Lembaga Sertifikasi
eksperiment dengan desain penelitian one shot
Profesi) SMK-SMTI Pontianak yang
case study yang bertujuan untuk
diterbitkan oleh BNSP. (4) Melakukan
mendeskripsikan kompetensi keahlian siswa
validasi perangkat pembelajaran melalui
dalam membuat dan menstandardisasi larutan
konsultasi dan persetujuan dua orang dosen
setelah diterapkan model pembelajaran
pendidikan kimia dan satu orang guru analisis
langsung. Penelitian dilakukan di SMK-SMTI
kimia dasar SMK-SMTI Pontianak, serta
Pontianak pada tanggal 10 Oktober 2018.
melakukan validasi lembar penilaian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22
kompetensi keahlian melalui konsultasi dan
orang siswa kelas XI jurusan Kimia Industri.
persetujuan satu orang asesor LSP SMK-
Kelas penelitian tersebut diberi perlakuan
SMTI Pontianak. (5) Melakukan revisi
berupa model pembelajaran langsung. Secara
perangkat pembelajaran dan lembar penilaian
keseluruhan, persentase kompetensi keahlian
kompetensi keahlian apabila menunjukkan
siswa pada praktikum membuat dan
hasil yang tidak layak digunakan.
menstandardisasi larutan baku tahap latihan
Tahap Pelaksanaan terbimbing dan mandiri dapat dilihat pada
Langkah-langkah yang dilakukan pada
Diagram 1.
tahap pelaksanaan antara lain: (1)
memberikan perlakuan kepada kelas yang
100 81
Rata-rata jumlah
63
siswa (%)
50 37 Kompeten
19
Tidak Kompeten
0
Latihan Terbimbing Mandiri
4
Berdasarkan Diagram 1, diketahui bahwa Kompetensi keahlian dalam membuat
terjadi peningkatan persentase siswa yang dan menstandardisasi larutan dibagi menjadi 3
kompeten sebesar 18% dari tahap latihan kompetensi meliputi membuat larutan baku
terbimbing ke tahap mandiri atau terjadi primer, pengenceran larutan baku sekunder
penurunan persentase siswa yang tidak dan standardisasi. Siswa dikatakan kompeten
kompeten sebesar 18% dari tahap latihan pada tiap kompetensi keahlian jika
terbimbing ke tahap mandiri. Ini memperoleh nilai minimal 70. Rata-rata
menunjukkan bahwa dengan pemberian persentase tiap kompetensi keahlian berada
latihan terbimbing pada saat kegiatan pada nilai di atas 70%. Dapat dilihat pada
praktikum membuat siswa lebih menguasai Tabel 4 di bawah ini:
keahlian dalam membuat dan
menstandardisasi larutan pada tahap mandiri.
5
Tabel 5. Persentase Jumlah Siswa Kompeten pada Tiap Komponen dalam Membuat
Larutan Baku Primer
Kompetensi (%) Kompetensi Keterangan
Komponen
Keahlian
Terbimbing Mandiri Terbimbing Mandiri
1.1 77 100 K K
1.2 100 100 K K
1.3 77 95 K K
Membuat larutan
1.4 50 73 TK K
baku primer
1.5 86 82 K K
1.6 86 100 K K
1.7 36 45 TK TK
Keterangan :
1.1 : Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) yang sesuai untuk bekerja membuat
larutan
1.2 : Menyiapkan bahan dan peralatan kimia yang tepat untuk membuat larutan
Asam Oksalat 0.1 N sebanyak 100 mL
1.3 : Memeriksa peralatan gelas
1.4 : Menuliskan data percobaan yang dilakukan pada buku log dan lembar kerja
1.5 : Menggunakan neraca
1.6 : Membuat larutan asam oksalat sesuai dengan SOP pembuatan larutan Asam
Oksalat
1.7 : Memindahkan larutan asam oksalat
2. Kompetensi Keahlian Siswa dalam Kompetensi ini terdapat 5
Mengencerkan Larutan Baku komponen. Adapun hasil dari kompetensi
Sekunder mengencerkan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Jumlah Siswa Kompeten pada Tiap Komponen dalam Melakukan
Pengenceran Larutan Baku Sekunder
6
3. Kompetensi Keahlian Siswa dalam Kompetensi ini terdapat 3 komponen.
Standardisasi Adapun hasil dari kompetensi mengencerkan
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Jumlah Siswa Kompeten pada Tiap Komponen dalam Melakukan
Standardisasi
Kompetensi (%) Kompetensi Keterangan
Komponen
Keahlian
Terbimbing Mandiri Terbimbing Mandiri
3.1 86 95 K K
Melakukan
3.2 100 95 K K
standardisasi
3.3 100 100 K K
Keterangan :
3.1 : Menyiapkan peralatan kimia untuk standardisasi larutan NaOH
3.2 : Melakukan proses standardisasi larutan NaOH menggunakan larutan Asam
Oksalat sesuai SOP standardisasi larutan
3.3 : Melaporkan hasil pengolahan data dan perhitungan
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa Pelaksanaan fase selanjutnya yakni
semua komponen sudah mencapai kategori mendemonstrasikan keterampilan. Pada
kompeten. Walaupun, komponen 3.2 kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan
mengalami penurunan persentase jumlah materi tentang membuat dan menstandardisasi
siswa yang kompeten. larutan baku yang disertai dengan
demonstrasi. Guru membagi demonstrasi
Pembahasan menjadi tiga yaitu demonstrasi pembuatan
Pelaksanaan Model Pembelajaran larutan baku primer, pengenceran larutan
Langsung baku sekunder dan melakukan standardisasi
Model pembelajaran ini memiliki lima larutan Natrium Hidroksida. Sebelum
fase yaitu menyampaikan tujuan dan melanjutkan ke fase berikutnya guru
mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan memberikan beberapa pertanyaan untuk
pengetahuan atau keterampilan, membimbing mengecek pemahaman siswa dengan
pelatihan, mengecek pemahaman dan mengajukan pertanyaan ”Apakah kalian
memberikan umpan balik, serta memberikan sudah bisa membaca volum akhir pada
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan buret?”, “Kapan kita harus menghentikan
penerapan (Lefudin,2017). proses standardisasi?”, “Bagaimana alur kerja
Pada fase menyampaikan tujuan dan proses standardisasi?”. Sebagian besar siswa
mempersiapkan siswa dalam penelitian ini mengacungkan tangan untuk menjawab
guru menyampaikan garis besar tujuan pertanyaan dari guru.
pembelajaran dengan menuliskan dipapan Sebelum memulai kegiatan latihan
tulis dan memberikan apersepsi untuk terbimbing guru membagi siswa menjadi
mempersiapkan siswa berupa pertanyaan beberapa kelompok kecil dengan tiap
“Masih ingatkah kalian tentang bagaimana kelompok terdiri atas dua orang. Pembagian
cara membuat larutan dengan cara kelompok dilakukan dengan metode undian,
pengenceran dan penimbangan?”. Tujuan dari siswa yang mendapatkan nomor yang sama
penyampaian apersepsi tersebut untuk menjadi satu kelompok. Pada proses
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang pembelajaran guru memberikan bimbingan
telah dimilikinya. Selain itu kegiatan ini kepada siswa dalam kelompok kecil untuk
bertujuan untuk menarik perhatian siswa pada melaksanakan percobaan dengan teliti sesuai
pokok pembicaraan agar semua siswa siap dengan apa yang sudah didemonstrasikan
untuk mengikuti pembelajaran. guru. Guru memberi kesempatan untuk setiap
anggota kelompok melakukan praktikum.
7
Siswa terlihat aktif dalam pelatihan sehingga Akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat
sebagian besar sudah bisa membuat dan beberapa siswa yang tidak kompeten.
menstandardisasi larutan. Keterlibatan aktif Pada kompetensi membuat larutan baku
siswa dalam fase ini dapat meningkatkan primer komponen memindahkan Asam
retensi serta membuat belajar berlangsung Oksalat (komponen 1.7) saat praktikum
dengan lancar. mandiri termasuk dalam kategori tidak
Pada fase selanjutnya guru mengecek kompeten. Hal ini dikarenakan siswa belum
untuk mencari tahu apakah siswa melakukan terbiasa memberi label pada botol stok dengan
tugas dengan benar dan memberikan umpan data yang lengkap. Berdasarkan hasil
balik (Lefudin,2017). Guru melakukan wawancara dengan beberapa siswa, mereka
penilaian awal dengan mengobservasi siswa mengatakan bahwa saat praktikum harian
untuk mengetahui apakah siswa melakukan mereka hanya menuliskan nama larutan dan
praktikum dengan benar sekaligus konsentrasi saja. Sehingga sebagian besar
mengetahui kompetensi keahlian yang sudah siswa saat dilakukan observasi tidak
dimiliki siswa. Kemudian, guru memberikan menuliskan tanggal pembuatan larutan.
umpan balik untuk melihat kesiapan siswa ke Pada kompetensi mengencerkan larutan
fase terakhir yaitu praktikum mandiri. baku sekunder dan melaksanakan
Fase terakhir ini guru memberikan standardisasi semua komponen pada fase
kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktikum mandiri sudah termasuk kategori
praktikum mandiri untuk melihat kompeten. Hal ini disebabkan adanya
keterampilan yang sudah dimiliki siswa pengulangan praktikum yang sama saat
selama proses pembelajaran. Guru meminta demonstrasi yang dilakukan oleh guru, serta
siswa untuk melakukan praktikum membuat adanya latihan terbimbing yang memberikan
dan menstandardisasi larutan secara individu kesempatan siswa melakukan praktikum
dan guru melakukan penilaian kompetensi dengan bimbingan guru. Sehingga pada tahap
keahlian siswa satu per satu menggunakan praktikum mandiri siswa sudah mengingat
lembar observasi. dengan baik tiap tahap pelaksanaan
Dalam penelitian ini, pengumpulan data praktikum. Menurut Nur (2014), semakin
melalui lembar observasi melibatkan lima siswa mengulang suatu pelajaran semakin
orang observer yang mengobservasi terhadap besar juga retensi (daya ingat) belajar yang
lima siswa. Setiap siswa diobservasi oleh satu didapatkannya. Hal tersebut sesuai dengan
observer yang sebelumnya telah mendapatkan hasil penelitian Maulidi (2015), bahwa
penjelasan dari peneliti. Penjelasan yang pemberian model pembelajaran langsung
diberikan berupa penjelasan penggunaan dapat mempermudah siswa untuk mengingat
lembar observasi pada saat mengamati tiap langkah pelaksanaan praktikum. Selain
kegiatan praktikum serta penjelasan saat itu, sejalan dengan teori Bandura bahwa
pemberian skor tiap sub komponen yang sebagian besar manusia belajar melalui
diamati pada lembar observasi. Dengan pengamatan secara selektif dan mengingat
langkah tersebut diharapkan persepsi setiap tingkah laku orang lain. Seseorang belajar
observer terhadap fenomena yang muncul menurut teori ini dilakukan dengan
pada saat praktikum menjadi sama. mengamati tingkah laku orang lain (model),
hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan
Deskripsi Kompetensi Keahlian Siswa dengan cara menghubungkan pengalaman
Kompetensi keahlian siswa yang baru dengan pengalaman sebelumnya atau
diobservasi dalam penelitian ini terdiri atas 3 mengulang-ngulang kembali (Trianto,2014).
kompetensi yaitu : (1) membuat larutan baku
primer, (2) mengencerkan larutan baku SIMPULAN DAN SARAN
sekunder, (3) melakukan standardisasi larutan Simpulan
baku sekunder. Semua kompetensi keahlian Berdasarkan penelitian dan analisis data
termasuk dalam kategori kompeten (≥70%). yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
8
sebagai berikut : (1) Kompetensi keahlian Arsyad, M & Hamka, L. 2015.Keevektivan
siswa pada praktikum membuat larutan baku Model Pembelajaran Langsung Pada
primer termasuk dalam kategori kompeten Materi Sistem Gerak di SMA Negeri
setelah diterapkan model pembelajaran 1 Donri-Donri.Jurnal Bionature,II
langsung; (2) Kompetensi keahlian siswa pada (16): 58-64
praktikum pengenceran larutan baku sekunder Lefudin.2017.belajar dan pembelajaran.
termasuk dalam kategori kompeten; (3) Yogyakarta: Budi Utama
Kompetensi keahlian siswa pada praktikum Maulidi,N,S.2015.deskripsi kompetensi
standardisasi termasuk dalam kategori keahlian dengan penerapan model
kompeten. direct instruction pada praktikum
pemisahan alcohol di SMK: Skripsi.
Saran Pontianak: Universitas Tanjungpura
Berdasarkan hasil penelitian yang Nur,P,M.2008. model pembelajaran
diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam langsung. Jawa Timur: Depdiknas.
penelitian ini, peneliti memberikan saran : saat Sugiyono.2017.motode penelitian kuantitatif,
membuat rancangan pelaksanaan kualitatif dan R & D. Bandung:
pembelajaran sebaiknya memperhitungkan Alfabet
waktu yang akan dibutuhkan sedetail Trianto. 2014. Model pembelajaran terpadu.
mungkin, karena model pembelajaran ini pada Jakarta: Bumi Aksara
tahap latihan terbimbing memakan waktu Yunus, M. 2017 pengaruh pembelajaran
yang cukup lama. direct instruction melalui
penggunaan alat peraga terhadap
DAFTAR RUJUKAN keterampilan proses sains siswa kelas
Alhamdhani,L.2015. Pengaruh Model Direct XI IPA 4 SMA Negeri 9 Makasa.
Introduction Terhadap Keterampilan Skripsi. Makasar: Universitas Islam
Psikomotorik Siswa Pada Praktikum Negeri Alaudin
Evaporasi.Skripsi. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.