Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA PRAKTIKUM

MEMBUAT DAN MENSTANDARDISASI LARUTAN DI SMK-SMTI


PONTIANAK

Pratiwi, Eny Enawaty, Rahmat Rasmawan


Program studi pendidikan kimia FKIP Untan Pontianak
Email: tiwiminardi2112@gmail.com

Abstract
The purpose of this research was to describe the competency of students’ skill in making
primary solution, diluting secondary solution and standardizing solution after the
researcher applied direct introduction. The sample of research was elevent grade
students of Industrial Chemistry Department of SMK-SMTI Pontianak. In this research,
the students consisted of 22 students. The data collection was the expertise competency
assessment sheet. The result of data analysis was the primary standard solution reached
the competent category (100%), the competency of the dilution of secondary standard
solution reached the competent category (95%) and standardization reached the
competent category (90%). Therefore, the researcher concluded that the students were
competent in making and standardizing solution after the researcher applied direct
introduction.
Keywords: direct introduction, making solution, standardization

PENDAHULUAN kompetensi peserta didik pada level tertentu


Sekolah menengah teknik industri sesuai kompetensi keahlian yang ditempuh di
merupakan salah satu sekolah menengah SMK (Direktorat Pembinaan Sekolah
kejuruan yang ada di Pontianak. Beberapa Menengah Kejuruan, 2018). Uji kompetensi
jurusan yang ada di SMK-SMTI Pontianak terbagi menjadi dua yaitu internal dan
adalah teknik mesin, teknik bengkel, analisis eksternal.
laboratorium kimia dan kimia industri. Tujuan Siswa jurusan kimia industri yang
utama dari SMK-SMTI Pontianak yaitu dinyatakan naik ke kelas XI akan mengikuti
mewujudkan sekolah unggul dalam uji kompetensi internal yang dilaksanakan
pengembangan sumber daya manusia industri pada bulan ketiga pembelajaran semester
yang siap kerja dan berdaya saing global. ganjil. Penilaian uji kompetensi dilakukan
Salah satu upaya yang dilakukan agar lulusan berdasarkan Lembaga Sertifikasi Profesi
SMK-SMTI Pontianak siap kerja yakni (LSP) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi
diadakannya uji kompetensi pada setiap (BNSP). Materi uji kompetensi untuk siswa
jurusan untuk mendapatkan sertifikat kelas XI kimia industri yaitu membuat dan
kompeten. menstandardisasi larutan (klaster volumetric)
Uji kompetensi adalah proses penilaian yang merupakan mata pelajaran analisis kimia
baik teknik maupun non teknis melalui dasar.
pengumpulan bukti yang relevan untuk Berdasarkan hasil observasi pada tanggal
menentukan apakah seseorang kompeten atau 25 April 2018 pada praktikum membuat dan
belum kompeten pada suatu unit kompetensi menstandardisasi larutan di kelas X Jurusan
atau kualifikasi tertentu. Uji kompetensi Kimia Industri SMK-SMTI Pontianak
bertujuan untuk mengukur pencapaian diperoleh data sebagai berikut:

1
Tabel 1. Hasil Observasi Pada Praktikum Membuat Larutan dan Menggunakan Buret
Kelas XF SMK-SMTI Pontianak Tahun Ajaran 2017/2018
Guru Siswa
 Guru membuka kegiatan praktikum dengan  Siswa menjawab salam
salam
 Guru meminta siswa duduk sesuai  Siswa duduk sesuai kelompok
kelompok yang telah ditentukan
 Guru menginstruksikan siswa pada tiap  Siswa mengambil alat dan bahan sesuai
kelompok untuk mengambil alat dan bahan yang tertera di lks
sesuai yang tertera pada lks
 Guru meminta siswa untuk melaksanakan  Beberapa siswa bertanya tentang cara
praktikum sesuai prosedur kerja yang menggunakan pipet volum saat membuat
terdapat pada lks larutan
 Kebanyakan siswa disetiap kelompok
bertanya tentang merangkai alat titrasi
dan membaca volum akhir buret
 Guru mencontohkan cara merangkai alat  Beberapa siswa memperhatikan guru
dan membantu siswa membaca volum akhir yang sedang memberikan contoh.
pada buret dan menggunakan pipet volum Sedangkan beberapa siswa lainnya tidak
memperhatikan dan sibuk dengan
aktivitasnya sendiri sehingga ada
beberapa pertanyaan yang sama
disampaikan kembali
 Guru meminta siswa menuliskan hasil  Siswa menulis hasil pengamatan dan
pengamatan dan membuat laporan membuat laporan

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pada Menurut penelitian Alhamdhani (2015)


proses awal pembelajaran guru hanya penerapan model pembelajaran langsung
menginstruksikan tanpa mendemontrasikan terhadap keterampilan psikomotorik siswa
kepada siswa bagaimana penggunaan alat pada praktikum evaporasi memberikan
dengan benar sehingga banyak siswa yang pengaruh sebesar 41,77%. Sedangkan
bertanya ketika praktikum berlangsung. Hal penelitian Yunus (2017), hasil keterampilan
ini membuat guru harus mendemontrasikan proses sains siswa setelah diajar melalui
hal-hal yang tidak dimengerti siswa pada tiap penerapan model pembelajaran langsung
kelompok sehingga waktu yang dibutuhkan memiliki keterampilan-keterampilan yang
saat praktikum sangat lama. baik. Berdasarkan penelitian Arsyad dan
Pada tanggal 25 April 2018 dilakukan Hamka (2015) model pembelajaran langsung
wawancara dengan beberapa siswa kelas X efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan
kimia industri, bahwa saat kegiatan praktikum siswa belajar dan meningkatkan sikap belajar
siswa merasa bingung dengan prosedur siswa.
percobaan yang diberikan, hal ini dikarenakan Model pembelajaran langsung memiliki
prosedur percobaan yang tidak mendetail. beberapa kelebihan, diantaranya adalah guru
Selain itu, sebagian besar siswa mengalami mengendalikan isi materi dan urutan
kesulitan akibat tidak adanya demonstrasi informasi yang diterima oleh siswa sehingga
yang mendetail saat melakukan pembuatan dapat mempertahankan fokus mengenai apa
larutan dan penggunaan buret, misalnya cara yang harus dicapai oleh siswa. Selain itu,
menggunakan pipet volum dengan bantuan kelebihan lain dari model ini adalah cara yang
bola hisap dan membaca volum akhir pada paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
buret. keterampilan-keterampilan yang eksplisit

2
kepada siswa yang berprestasi rendah serta volumetrik dilakukan penilaian sangat detail
dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang mencakup tiga komponen standar
yang besar maupun kecil (Lefudin, 2017). kompetensi kerja nasional Indonesia
Hasil wawancara dengan salah satu (SKKNI). Berikut ini tabel hasil persentase
asesor tahun 2017/2018 pada tanggal 25 April ketuntasan uji kompetensi tahun 2017/2018
2018 mengatakan bahwa untuk uji kompetensi Jurusan Kimia Industri.
internal kelas XI yaitu klaster analisa

Tabel 2. Hasil Persentase Ketuntasan Uji Kompetensi Siswa Kelas XI Jurusan Kimia
Industri Tahun 2017/2018
Jumlah siswa Persentase
Komponen
K TK K TK
1. Melakukan tes dasar 45 2 95,7% 4,3%
2. Persiapan kerja 37 8 82,2% 17,8%
3. Proses standardisasi 22 15 59,4% 40,6%
Keseluruhan Siswa 22 25 46,8% 53,2%
Jumlah siswa : 47 orang, K : Kompeten , TK : Tidak Kompeten
Berdasarkan Tabel 2 jumlah siswa yang siswa kelas XI jurusan kimia industri SMK-
dinyatakan tidak kompeten sebesar 53,2% SMTI Pontianak setelah diterapkan model
atau sebanyak 25 orang belum memiliki pembelajaran langsung.
sertifikat kompetensi klaster volumetrik. Hal
ini disebabkan oleh penilaian yang sangat METODE PENELITIAN
detail mengacu pada kompetensi keahlian, Bentuk penelitian yang digunakan yaitu
akan tetapi ketika pelaksanaan praktikun guru pre-eksperimen dengan rancangan one-shot
tidak menilai menggunakan standar case study. Penelitian pre-eksperimen one-
kompetensi keahlian. Padahal dengan shot case study adalah suatu penelitian pre-
penilaian tersebut dapat memberikan eksperimen yang dilakukan dengan cara
gambaran kepada guru tentang kompetensi memberi perlakuan pada kelompok studi dan
yang sudah dimiliki siswa. selanjutnya di observasi efeknya. Desain ini
Berdasarkan latar belakang yang telah digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak
diuraikan maka akan dilakukan penelitian dicapai yaitu menggambarkan kompetensi
tentang “Penerapan Model Pembelajaran keahlian siswa kelas XI Jurusan Kimia
Langsung Pada Siswa Kelas XI Jurusan Kimia Industri SMK-SMTI Pontianak dalam
Industri SMK-SMTI Pontianak dalam membuat dan menstandardisasi larutan
Membuat dan Menstandardisasi Larutan”. setelah diterapkan model pembelajaran
Penelitian ini diharapkan dapat memberi langsung. Berikut merupakan tabel pola pre-
gambaran mengenai kompetensi keahlian eksperimen one-shot case study design

Tabel 3. Pola pre-eksperimen one-shot case study design


Perlakuan Observasi
X O

Populasi adalah totalitas dari semua sampel dilakukan dengan teknik sampel
objek atau individu yang memiliki jenuh. Menurut Sugiyono (2017) teknik
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel
akan diteliti (Sugiyono, 2017). Populasi dalam dengan mengambil semua anggota populasi.
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
Jurusan Kimia Industri SMK-SMTI Pontianak siswa kelas XI dengan jumlah siswa sebanyak
yang terdiri dari 22 orang. Pengambilan 22 orang siswa. Alat pengumpul data dalam

3
penelitian ini adalah lembar penilaian dijadikan sampel dengan model pembelajaran
kompetensi keahlian siswa dan pedoman langsung. (2) melakukan penilaian
wawancara. Prosedur penelitian dalam kompetensi keahlian siswa pada saat
penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai praktikum membuat dan menstandardisasi
berikut: larutan. (3) Mengolah lembar hasil observasi
Tahap Persiapan untuk mengetahui kompetensi keahlian siswa
Langkah-langkah yang dilakukan pada pada saat praktikum membuat dan
tahap persiapan antara lain: (1) melakukan menstandardidasi larutan.
observasi di SMK-SMTI Pontianak yaitu Tahap Akhir
dengan melakukan pengamatan pada proses Langkah-langkah yang dilakukan pada
belajar mengajar, wawancara dengan guru tahap akhir antara lain: (1) menskor dan
analisis kimia industri, wawancara dengan menganalisis data hasil observasi. (2)
beberapa siswa, asesor LSP, menemukan menarik kesimpulan dari penelitian yang
masalah, dan menentukan metode dengan dilakukan. (3) menyusun laporan
melihat literatur. (2) menyusun perangkat penelitian.
pembelajaran, yaitu rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) praktikum membuat dan
HASIL PENELITIAN DAN
menstandardisasi larutan. (3) menyiapkan
PEMBAHASAN
instrument penelitian berupa lembar penilaian
Hasil Penelitian
kompetensi keahlian dengan memodifikasi
Penelitian ini merupakan penelitian pre-
lembar penilaian LSP (Lembaga Sertifikasi
eksperiment dengan desain penelitian one shot
Profesi) SMK-SMTI Pontianak yang
case study yang bertujuan untuk
diterbitkan oleh BNSP. (4) Melakukan
mendeskripsikan kompetensi keahlian siswa
validasi perangkat pembelajaran melalui
dalam membuat dan menstandardisasi larutan
konsultasi dan persetujuan dua orang dosen
setelah diterapkan model pembelajaran
pendidikan kimia dan satu orang guru analisis
langsung. Penelitian dilakukan di SMK-SMTI
kimia dasar SMK-SMTI Pontianak, serta
Pontianak pada tanggal 10 Oktober 2018.
melakukan validasi lembar penilaian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22
kompetensi keahlian melalui konsultasi dan
orang siswa kelas XI jurusan Kimia Industri.
persetujuan satu orang asesor LSP SMK-
Kelas penelitian tersebut diberi perlakuan
SMTI Pontianak. (5) Melakukan revisi
berupa model pembelajaran langsung. Secara
perangkat pembelajaran dan lembar penilaian
keseluruhan, persentase kompetensi keahlian
kompetensi keahlian apabila menunjukkan
siswa pada praktikum membuat dan
hasil yang tidak layak digunakan.
menstandardisasi larutan baku tahap latihan
Tahap Pelaksanaan terbimbing dan mandiri dapat dilihat pada
Langkah-langkah yang dilakukan pada
Diagram 1.
tahap pelaksanaan antara lain: (1)
memberikan perlakuan kepada kelas yang
100 81
Rata-rata jumlah

63
siswa (%)

50 37 Kompeten
19
Tidak Kompeten
0
Latihan Terbimbing Mandiri

Diagram 1. Kompetensi Keahlian Siswa pada Praktikum Membuat dan Menstandardisasi


Larutan Baku

4
Berdasarkan Diagram 1, diketahui bahwa Kompetensi keahlian dalam membuat
terjadi peningkatan persentase siswa yang dan menstandardisasi larutan dibagi menjadi 3
kompeten sebesar 18% dari tahap latihan kompetensi meliputi membuat larutan baku
terbimbing ke tahap mandiri atau terjadi primer, pengenceran larutan baku sekunder
penurunan persentase siswa yang tidak dan standardisasi. Siswa dikatakan kompeten
kompeten sebesar 18% dari tahap latihan pada tiap kompetensi keahlian jika
terbimbing ke tahap mandiri. Ini memperoleh nilai minimal 70. Rata-rata
menunjukkan bahwa dengan pemberian persentase tiap kompetensi keahlian berada
latihan terbimbing pada saat kegiatan pada nilai di atas 70%. Dapat dilihat pada
praktikum membuat siswa lebih menguasai Tabel 4 di bawah ini:
keahlian dalam membuat dan
menstandardisasi larutan pada tahap mandiri.

Tabel 4. Hasil Persentase Uji Kompetensi Siswa Tiap Kompetensi Keahlian

(%) Kompetensi Keterangan


Kompetensi Keahlian
Terbimbing Mandiri Terbimbing Mandiri
1. Membuat Larutan
77 100 Kompeten Kompeten
Baku Primer
2. Melakukan
Pengenceran Larutan 90 95 Kompeten Kompeten
Baku Sekunder
3. Standardisasi 86 90 Kompeten Kompeten

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa komponen tersebut terdapat 2 komponen yang


kompetensi keahlian siswa pada tahap latihan tidak kompeten yaitu komponen 1.4
terbimbing maupun praktikum mandiri sudah (menuliskan data percobaan yang dilakukan
mencapai kategori kompeten. Pada persentase pada buku log dan lembar kerja) dan 1.7
kompetensi terlihat semua kompetensi (memindahkan larutan Asam Oksalat).
keahlian mengalami peningkatan persentase. Komponen 1.7 dinyatakan tidak kompeten
Kompetensi keahlian yang mengalami karena dalam pelaksanaan praktikum siswa
peningkatan persentase terbesar yaitu tidak memberi label dengan lengkap pada
kompetensi membuat larutan baku primer botol. Hal ini terjadi karena siswa biasanya
(23%). Hal ini dikarenakan siswa telah hanya menuliskan nama larutan dan
mengingat dengan baik tiap langkah konsentrasi saja tanpa menuliskan tanggal
praktikum pada tahap latihan terbimbing pembuatan. Sedangkan pada komponen 1.4
sehingga memperkecil kemungkinan untuk siswa tidak menuliskan data penimbangan
melakukan kesalahan pada praktikum pada buku log. Selain itu terdapat komponen
mandiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang mengalami penurunan persentase yaitu
Maulidi (2015) yang mengatakan bahwa komponen 1.5 (menggunakan neraca). Hal ini
model pembelajaran langsung dapat disebabkan karena adanya salah salah satu
membantu siswa mengingat dengan baik tiap siswa yang mengalami kesalahan dalam
langlah pada praktikum. penimbangan saat praktikum mandiri Adapun
1. Kompetensi Keahlian Siswa dalam hasil dari kompetensi keahlian membuat
Membuat Larutan Baku Primer larutan baku primer adalah sebagai berikut:
Kompetensi membuat larutan baku
primer terdapat 7 komponen. Dari 7

5
Tabel 5. Persentase Jumlah Siswa Kompeten pada Tiap Komponen dalam Membuat
Larutan Baku Primer
Kompetensi (%) Kompetensi Keterangan
Komponen
Keahlian
Terbimbing Mandiri Terbimbing Mandiri
1.1 77 100 K K
1.2 100 100 K K
1.3 77 95 K K
Membuat larutan
1.4 50 73 TK K
baku primer
1.5 86 82 K K
1.6 86 100 K K
1.7 36 45 TK TK
Keterangan :
1.1 : Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) yang sesuai untuk bekerja membuat
larutan
1.2 : Menyiapkan bahan dan peralatan kimia yang tepat untuk membuat larutan
Asam Oksalat 0.1 N sebanyak 100 mL
1.3 : Memeriksa peralatan gelas
1.4 : Menuliskan data percobaan yang dilakukan pada buku log dan lembar kerja
1.5 : Menggunakan neraca
1.6 : Membuat larutan asam oksalat sesuai dengan SOP pembuatan larutan Asam
Oksalat
1.7 : Memindahkan larutan asam oksalat
2. Kompetensi Keahlian Siswa dalam Kompetensi ini terdapat 5
Mengencerkan Larutan Baku komponen. Adapun hasil dari kompetensi
Sekunder mengencerkan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Persentase Jumlah Siswa Kompeten pada Tiap Komponen dalam Melakukan
Pengenceran Larutan Baku Sekunder

Kompetensi (%) Kompetensi Keterangan


Komponen
Keahlian
Terbimbing Mandiri Terbimbing Mandiri
2.1 100 100 K K
Mengencerkan 2.2 85 95 K K
larutan baku 2.3 100 100 K K
sekunder 2.4 100 100 K K
2.5 36 73 TK K
Keterangan :
2.1 : Menyiapkan bahan kimia dan peralatan kimia yang tepat untuk membuat larutan
NaOH 0.1 N sebanyak 100ml
2.2 : Memeriksa peralatan gelas
2.3 : Mengukur volum sediaan NaOH 4 N yang akan digunakan untuk membuat
larutan NaOH 0,1 N
2.4 : Membuat larutan baku sekunder dengan proses pengenceran sesuai SOP
pembuatan larutan NaOH
2.5 : Memberi label bahan kimia untuk larutan NaOH yang telah diencerkan
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa semua komponen pada penilaian praktikum
semua komponen mengalami peningkatan dan mandiri dinyatakan kompeten.

6
3. Kompetensi Keahlian Siswa dalam Kompetensi ini terdapat 3 komponen.
Standardisasi Adapun hasil dari kompetensi mengencerkan
dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase Jumlah Siswa Kompeten pada Tiap Komponen dalam Melakukan
Standardisasi
Kompetensi (%) Kompetensi Keterangan
Komponen
Keahlian
Terbimbing Mandiri Terbimbing Mandiri
3.1 86 95 K K
Melakukan
3.2 100 95 K K
standardisasi
3.3 100 100 K K
Keterangan :
3.1 : Menyiapkan peralatan kimia untuk standardisasi larutan NaOH
3.2 : Melakukan proses standardisasi larutan NaOH menggunakan larutan Asam
Oksalat sesuai SOP standardisasi larutan
3.3 : Melaporkan hasil pengolahan data dan perhitungan
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa Pelaksanaan fase selanjutnya yakni
semua komponen sudah mencapai kategori mendemonstrasikan keterampilan. Pada
kompeten. Walaupun, komponen 3.2 kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan
mengalami penurunan persentase jumlah materi tentang membuat dan menstandardisasi
siswa yang kompeten. larutan baku yang disertai dengan
demonstrasi. Guru membagi demonstrasi
Pembahasan menjadi tiga yaitu demonstrasi pembuatan
Pelaksanaan Model Pembelajaran larutan baku primer, pengenceran larutan
Langsung baku sekunder dan melakukan standardisasi
Model pembelajaran ini memiliki lima larutan Natrium Hidroksida. Sebelum
fase yaitu menyampaikan tujuan dan melanjutkan ke fase berikutnya guru
mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan memberikan beberapa pertanyaan untuk
pengetahuan atau keterampilan, membimbing mengecek pemahaman siswa dengan
pelatihan, mengecek pemahaman dan mengajukan pertanyaan ”Apakah kalian
memberikan umpan balik, serta memberikan sudah bisa membaca volum akhir pada
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan buret?”, “Kapan kita harus menghentikan
penerapan (Lefudin,2017). proses standardisasi?”, “Bagaimana alur kerja
Pada fase menyampaikan tujuan dan proses standardisasi?”. Sebagian besar siswa
mempersiapkan siswa dalam penelitian ini mengacungkan tangan untuk menjawab
guru menyampaikan garis besar tujuan pertanyaan dari guru.
pembelajaran dengan menuliskan dipapan Sebelum memulai kegiatan latihan
tulis dan memberikan apersepsi untuk terbimbing guru membagi siswa menjadi
mempersiapkan siswa berupa pertanyaan beberapa kelompok kecil dengan tiap
“Masih ingatkah kalian tentang bagaimana kelompok terdiri atas dua orang. Pembagian
cara membuat larutan dengan cara kelompok dilakukan dengan metode undian,
pengenceran dan penimbangan?”. Tujuan dari siswa yang mendapatkan nomor yang sama
penyampaian apersepsi tersebut untuk menjadi satu kelompok. Pada proses
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang pembelajaran guru memberikan bimbingan
telah dimilikinya. Selain itu kegiatan ini kepada siswa dalam kelompok kecil untuk
bertujuan untuk menarik perhatian siswa pada melaksanakan percobaan dengan teliti sesuai
pokok pembicaraan agar semua siswa siap dengan apa yang sudah didemonstrasikan
untuk mengikuti pembelajaran. guru. Guru memberi kesempatan untuk setiap
anggota kelompok melakukan praktikum.

7
Siswa terlihat aktif dalam pelatihan sehingga Akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat
sebagian besar sudah bisa membuat dan beberapa siswa yang tidak kompeten.
menstandardisasi larutan. Keterlibatan aktif Pada kompetensi membuat larutan baku
siswa dalam fase ini dapat meningkatkan primer komponen memindahkan Asam
retensi serta membuat belajar berlangsung Oksalat (komponen 1.7) saat praktikum
dengan lancar. mandiri termasuk dalam kategori tidak
Pada fase selanjutnya guru mengecek kompeten. Hal ini dikarenakan siswa belum
untuk mencari tahu apakah siswa melakukan terbiasa memberi label pada botol stok dengan
tugas dengan benar dan memberikan umpan data yang lengkap. Berdasarkan hasil
balik (Lefudin,2017). Guru melakukan wawancara dengan beberapa siswa, mereka
penilaian awal dengan mengobservasi siswa mengatakan bahwa saat praktikum harian
untuk mengetahui apakah siswa melakukan mereka hanya menuliskan nama larutan dan
praktikum dengan benar sekaligus konsentrasi saja. Sehingga sebagian besar
mengetahui kompetensi keahlian yang sudah siswa saat dilakukan observasi tidak
dimiliki siswa. Kemudian, guru memberikan menuliskan tanggal pembuatan larutan.
umpan balik untuk melihat kesiapan siswa ke Pada kompetensi mengencerkan larutan
fase terakhir yaitu praktikum mandiri. baku sekunder dan melaksanakan
Fase terakhir ini guru memberikan standardisasi semua komponen pada fase
kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktikum mandiri sudah termasuk kategori
praktikum mandiri untuk melihat kompeten. Hal ini disebabkan adanya
keterampilan yang sudah dimiliki siswa pengulangan praktikum yang sama saat
selama proses pembelajaran. Guru meminta demonstrasi yang dilakukan oleh guru, serta
siswa untuk melakukan praktikum membuat adanya latihan terbimbing yang memberikan
dan menstandardisasi larutan secara individu kesempatan siswa melakukan praktikum
dan guru melakukan penilaian kompetensi dengan bimbingan guru. Sehingga pada tahap
keahlian siswa satu per satu menggunakan praktikum mandiri siswa sudah mengingat
lembar observasi. dengan baik tiap tahap pelaksanaan
Dalam penelitian ini, pengumpulan data praktikum. Menurut Nur (2014), semakin
melalui lembar observasi melibatkan lima siswa mengulang suatu pelajaran semakin
orang observer yang mengobservasi terhadap besar juga retensi (daya ingat) belajar yang
lima siswa. Setiap siswa diobservasi oleh satu didapatkannya. Hal tersebut sesuai dengan
observer yang sebelumnya telah mendapatkan hasil penelitian Maulidi (2015), bahwa
penjelasan dari peneliti. Penjelasan yang pemberian model pembelajaran langsung
diberikan berupa penjelasan penggunaan dapat mempermudah siswa untuk mengingat
lembar observasi pada saat mengamati tiap langkah pelaksanaan praktikum. Selain
kegiatan praktikum serta penjelasan saat itu, sejalan dengan teori Bandura bahwa
pemberian skor tiap sub komponen yang sebagian besar manusia belajar melalui
diamati pada lembar observasi. Dengan pengamatan secara selektif dan mengingat
langkah tersebut diharapkan persepsi setiap tingkah laku orang lain. Seseorang belajar
observer terhadap fenomena yang muncul menurut teori ini dilakukan dengan
pada saat praktikum menjadi sama. mengamati tingkah laku orang lain (model),
hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan
Deskripsi Kompetensi Keahlian Siswa dengan cara menghubungkan pengalaman
Kompetensi keahlian siswa yang baru dengan pengalaman sebelumnya atau
diobservasi dalam penelitian ini terdiri atas 3 mengulang-ngulang kembali (Trianto,2014).
kompetensi yaitu : (1) membuat larutan baku
primer, (2) mengencerkan larutan baku SIMPULAN DAN SARAN
sekunder, (3) melakukan standardisasi larutan Simpulan
baku sekunder. Semua kompetensi keahlian Berdasarkan penelitian dan analisis data
termasuk dalam kategori kompeten (≥70%). yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

8
sebagai berikut : (1) Kompetensi keahlian Arsyad, M & Hamka, L. 2015.Keevektivan
siswa pada praktikum membuat larutan baku Model Pembelajaran Langsung Pada
primer termasuk dalam kategori kompeten Materi Sistem Gerak di SMA Negeri
setelah diterapkan model pembelajaran 1 Donri-Donri.Jurnal Bionature,II
langsung; (2) Kompetensi keahlian siswa pada (16): 58-64
praktikum pengenceran larutan baku sekunder Lefudin.2017.belajar dan pembelajaran.
termasuk dalam kategori kompeten; (3) Yogyakarta: Budi Utama
Kompetensi keahlian siswa pada praktikum Maulidi,N,S.2015.deskripsi kompetensi
standardisasi termasuk dalam kategori keahlian dengan penerapan model
kompeten. direct instruction pada praktikum
pemisahan alcohol di SMK: Skripsi.
Saran Pontianak: Universitas Tanjungpura
Berdasarkan hasil penelitian yang Nur,P,M.2008. model pembelajaran
diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam langsung. Jawa Timur: Depdiknas.
penelitian ini, peneliti memberikan saran : saat Sugiyono.2017.motode penelitian kuantitatif,
membuat rancangan pelaksanaan kualitatif dan R & D. Bandung:
pembelajaran sebaiknya memperhitungkan Alfabet
waktu yang akan dibutuhkan sedetail Trianto. 2014. Model pembelajaran terpadu.
mungkin, karena model pembelajaran ini pada Jakarta: Bumi Aksara
tahap latihan terbimbing memakan waktu Yunus, M. 2017 pengaruh pembelajaran
yang cukup lama. direct instruction melalui
penggunaan alat peraga terhadap
DAFTAR RUJUKAN keterampilan proses sains siswa kelas
Alhamdhani,L.2015. Pengaruh Model Direct XI IPA 4 SMA Negeri 9 Makasa.
Introduction Terhadap Keterampilan Skripsi. Makasar: Universitas Islam
Psikomotorik Siswa Pada Praktikum Negeri Alaudin
Evaporasi.Skripsi. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.

Anda mungkin juga menyukai