Reaksi epoksidasi pada palm oil berupa penambahan peroksida air dengan asam format dengan reaksi eksotermis yang cukup sulit untuk dikendalikan. Reaksi ini juga bersifat korosif untuk sistem reaktor yang digunakan dalam industri. Pemanfaatan logam transisi lainnya dalam reaksi epoksidasi menggunakan katalis yang lebih aman, yaitu peroksida organik dengan asam mineral. Logam transisi yang digunakan adalah vanadium dan molybdenum dengan konsep okso vanadium dan okso molibdenum yang dikendalikan dengan kerapatan elektronik di logam pusat dengan ligan jenis penoksi imina. Dalam prediksi reaksi yang dilalui membutuhkan kerapatan elektron relatif lebih rendah dengan hasil reaksi kisaran 70%. Kondisi optimal reaksi yang dilakukan, yaitu pada suhu 70º C selama tujuh jam dengan konsentrasi katalis sebagai oksidator berupa organik peroksida sebesar 0,14%, serta tanpa penambahan pelarut dan asam mineral. Heterogenisasi katalis dengan mengembankan vanadil dengan sistem ligan polimerik anorganik. Proses alkilasi dengan penambahan asam akrilat pada reaksi epoksida palm oil digunakan untuk homopolimerisasi.
Isomerisasi dari Essential Oils
Salah satu proses isomerisasi yang sering dipakai untuk proses konversi dari karbon rangkap terminal ke karbon rangkap internal adalah dengan bantuan basa pada katalis KOH. Pilihan proses isomerisasi lainnya menggunakan logam rutenium dengan suhu yang relatif lebih rendah dan hasil konversi yang lebih besar dengan selektivitas yang tinggi. Selain itu ada pula yang menggunakan logam nikel dengan proses isomerisasi yang lebih cepat selama satu jam dengan konversi dan selektivitas yang cukup baik namun dengan bantuan NaCN yang berpengaruh terhadap faktor keselamatan. Reaksi isomerisasi menggunakan Ni(II)/PPh3/Zn dimana phosphine digunakan sebagai logan pendamping. Dimana tahapannya terdapat reduksi Ni(II) oleh logam Zn menjadi Ni(0) agar dapat berdampingan dengan phosphine. Reaksi isomerisasi ini berlangsung dalam pelarut asetonitril untuk memisahkan eugenol, cis-eugenol, dan trans-eugenol. Pentingnya memilih pelarut yang sesuai untuk proses isomerisasi agar menghasilkan proses reaksi yang berjalan dengan baik termasuk proses konversi dan selektivitas yang dihasilkan. Penggunaan asetonitril sebagai pelarut telah mempertimbangkan efektifitas reaksi, dimana penggunaan asetonitril ternyata tidak hanya sebagai pelarut, namun juga sebagai ligan aktif dalam sistem reaksi.
Carbonylation of Olefin Alcohol
Pengolahan minyak kelapa sawit diperoleh produk berupa olefin alkohol. Konversi olefin alkohol menjadi produk polyester dengan penambahan CO yang direaksikan dengan Co2(CO)8 dengan bantuan pyridine. Dalam reaksi masih berjalan dengan lambat, membutuhkan waktu yang lama, dan menghasilkan tekanan yang tinggi. Hal ini karena dalam reaksi ini terjadi reaksi disproporsionasi dimana olefin berkoordinasi dengan Co yang menghasilkan reaksi kompleks baru berupa H[Co]. Pada olefin rangkai pendek atau Allyl Alcohol, proses karbonilasi dengan sistem reaksi yang sama pada tekanan tinggi menghasilkan produk utama siklik ester.
Pertamina’s Catalyst Research
Katalis dalam dunia perminyakan Primary processing Pada proses utama pengolahan minyak bumi untuk menghasilkan berbagai produk dalam reaksinya membutuhkan katalis yang digunakan untuk memisahkan impurities berupa sulfur, senyawa nitrogen yang merubah warna produk, poli aromatik yang akan membentuk jelaga, dan logam-logam yang akan mengurangi kualitas produk. Secondary processing Hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah kondisi operasi seperti tekanan, dan suhu, katalis yang disesuaikan target, reagen yang sesuai, dan efektifitas dan keselamatan bahan kimia yang digunakan. Pada secondary processing setelah dilakukan destilasi dan pemisahan fraksi-fraksi berupa nafta, kerosin, gas oil, diesel oil. Katalis digunakan dalam proses hidrogenasi untuk menurunkan kadar, sulfur, nitrogen, dan logam berat yang ada pada minyak bumi. Selanjutnya katalis digunakan dalam proses isomerisasi unit dan reformer berupa katalis dari logam mulia agar dapat menghasilkan reformat berupa produk yang memiliki bilangan oktan yang tinggi. Katalis juga digunakan untuk menghilangkan residu dalam produk minyak bumi untuk menghasilkan produk yang lebih ringan dan memiliki kualitas yang lebih baik dan di cracking untuk menghasilkan produk lainnya. Hydrotreating Penghilangan spesi yang tidak diinginkan yang terkandung di dalam bahan bakar diesel berupa sulfur, nitrogen, olefin, dll dengan gas hidrogen secara katalis. Katalis yang umum digunakan menggunakan logam nikel molibdenum, cobalt molibdenum, dan nikel wolfarm, dengan penyangga gamma alumina. Dalam proses hidrogenasi senyawa organosulfur dalam diesel, semakin tinggi titik didihnya maka semakin sulit untuk dihidrogenasi atau dihilangkan karena keaktifan dari katalis menurun. Sehingga katalis sangat penting dalam menentukan jalur reaksi yang akan terjadi untuk menghilangkan spesi pengganggu dalam produk minyak bumi. HDA dan HDN Hidrodearomatisasi ditunjukkan untuk menurunkan angka asap (smoke point) pada produk kerosin. Fraksi diesel atau kerosin mengandung kurang dari 0,1% benzena dan polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH). Denitrogenasi diesel ditujukan untuk menyingkirkan senyawa nitrogen untuk mengurangi warna. Katalis untuk HDA dan HDN harus memiliki kemampuan hidrohenasi yang sangat kuat biasanya digunakan katalis berbasis Sulfida Nikel Wolfram. Kandungan air pada reaksi katalis hydrotreating akan menurunkan keaktifan katalis akibat adanya reaksi dengan MoS2. Fluid Catalytic Cracking Residu dari beberapa produk minyak bumi akan akan di cracking dengan katalis untuk menghasilkan produk-produk yang lebih ringan. Hydrocracking ini merupakan tahapan pemecahan atau perubahan dari produk berantai panjang menjadi produk berantai pendek dengan menjenuhkan polisiklik aromatik dari hidrokarbon . Proses ini berlangsung secara kontinu dengan bantuan katalis zeolit dalam temperatur yang tinggi agar pelarutan hidrogennya lebih banyak untuk menghasilkan produk seperti gasoline, LPG, kerosin,dan diesel. Reforming alkana Alur reforming alkana naften yaitu, proses hidrogenasi parafin menjadi olefin hingga tahap isomerisasi dimana terjadi kesetimbangan asam dan logam hingga terbentuk produk naften. reaksi ini bersifat endotermis dengan katalis berupa logam platina atau gamma alumina dan melibatkan gugus asam berupa klorida dalam reaksi pada temperatur >400 º C. Isomerisasi Dalam proses isomerasi produk minyak bumi bertujuan untuk memperbaiki titik tuang. Reaksi isomerisasi menggunakan penyangga asam dengan katalis logam platina dalam keadaan kesetimbangan asam dan logam.
Pertanyaan: 1. Bagaimana hubungan interaksi pelarut dengan katalis dalam sistem reaksi isomerisasi? 2. Apakah katalis juga digunakan dalam pemrosesan limbah industri petrokimia dalam reaksinya?