PEDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Proses perengkahan panas (thermal cracking process) adalah suatu proses
pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai panjang menjadi hydrocarbon
dengan rantai yang lebih pendek dengan bantuan panas. Proses perengkahan panas
bertujuan untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan boiling range yang
lebih rendah dari feed (umpannya). Dalam proses ini dihasilkan gas, LPG,
gasoline (cracked naphtha), gas oil (cracked diesel), residue atau coke. Feed
proses perengkahan panas dapat berupa gas oil atau residue.
Proses Coking merupakan proses yang menjadi semakin penting dengan
semakin menurunnya kualitas minyak mentah dunia (semakin berat dan semakin
banyak
mengandung
logam
dan
conradson
carbon).
Dengan
semakin
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Delayed Coking Unit?
2. Apa sumber Utama dari umpan dan Produk Delayed Coking Unit?
3. Bagaimana diagram alir Delayed Coking Unit?
4. Bagaimana pengklasifikasian aliran proses Delayed Coking Unit?
5. Variabel operasi apa saja yang mempengaruhi yield dan kualitas produk
Delayed Coking Unit?
6. Bagaimana contoh permasalahan, penyebab, dan troubleshooting yang terjadi
di Delayed Coking Unit?
7. Istilah apa saja yang terdapat dalam Delayed Coking Unit?
1.3
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Delayed Coking Unit
2. Untuk mengetahui sumber Utama dari umpan delayed coking unit dan Produk
yang dihasilkan dari Delayed Coking Unit
3. Untuk mengetahui diagram alir Delayed Coking Unit
4. Untuk mengetahui klasifikasi aliran proses Delayed Coking Unit
5. Untuk mengetahui variabel-variabel operasi yang mempengaruhi yield dan
kualitas produk Delayed Coking Unit
6. Untuk mengetahui contoh permasalahan, penyebab, dan troubleshooting yang
terjadi di Delayed Coking Unit
7. Untuk mengetahui istilah-istilah dalam Delayed Coking Unit
BAB II
PEMBAHASAN
produk total dengan rentang molekul yang lebar. Rentang produk ini mulai dari
hidrogen sampai bitumen dan coke. Secara teori, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut : panas dipergunakan untuk mendisosiasikan senyawa (compound)
membentuk radikal bebas.
C10H22 C8H17* + C2H5*
Radikal reaktif yang lebih tinggi tidak muncul dalam effluent produk yang
di direngkah secara thermal, tetapi tergantung pada ukuran dan lingkungan
dimana
mereka
bereaksi
dengan
radikal
yang
lain.
Senyawa-senyawa
x C 4H 8 + y C4H 6 + zC3 H
Coke dan bitumen adalah polimer terakhir (ultimate polymers). Molekul
menjadi sangat besar dengan ikatan silang yang banyak. Tidak adanya hidrogen
akan menurunkan kelarutannya didalam hidrokarbon. Coke mempunyai rasio
hidrogen terhadap carbon kira-kira 1 : 1.
2.3 Feed dan Produk Delayed Coking Unit
Sumber utama dari umpan Delayed Coking Unit adalah reduced crude
dari Vacuum Distillation Unit. Clarified oil yang merupakan produk dari Fluid
Catalytic Crackers (FCC) dan thermal cracking tars dianggap sebagai komponen
umpan yang juga penting yaitu untuk meningkatkan kualitas coke.
Coking yields dan sifat produk tergantung pada karakteristik umpan dan
kondisi operasi. Terkait dengan operasi coking, klasifikasi yang sangat umum
dipakai untuk menggambarkan unsur utama dari residu adalah asphaltenes,
resins, dan aromatics.
Fraksi asphaltene adalah non-volatile, zat amorf (amorphous substance)
dengan berat molekul tinggi yang mengandung banyak koloid yang terdispersi di
dalam minyak. Asphaltenes terutama tersusun dari carbon, hidrogen, nitrogen,
oksigen, sulfur, vanadium, dan molekul nickel yang tersusun dalam gugus
kompleks (complex clusters) atau lapisan (layers).
Fraksi resin dari residu mempunyai struktur yang sama dengan
asphaltenes. Resin merupakan material yang kental (viscous), yang menjelujur
(tacky materials) dengan volatilitas yang rendah. Berat molekul resin sedikit lebih
rendah daripada asphaltenes dan mengandung sejumlah material yang lebih
terkonsentrasi dari nitrogen dan sulfur.
Sedangkan aromatics adalah struktur yang sederhana yang tersusun dari
enam cincin carbon polisiklis (polycyclic six carbon rings).
Kandungan conradson carbon dari umpan merupakan sifat yang paling
menonjol yang mempengaruhi yield coke. Carbon residue adalah carboneous
material yang dibentuk dan di-pirolisa dari umpan residu dan diukur langsung dari
potensi pembentukan coke dari umpan.
Sifat-sifat yang ikut membantu terjadinya superior coke adalah low sulfur,
low volatile matter content, low metals and ash content, low porosity, low
coefficient of thermal expansion (CTE) dan konduktivitas yang baik. Sifat-sifat
yang terakhir ini diukur setelah kalsinasi (calcining).
Kandungan sulfur yang tinggi tidak disukai untuk pembuatan anoda.
Selama proses grafitisasi (graphitization), evolusi sulfur dari kompleks carbonsulfur akan mendorong untuk mematahkan (fracturing) anoda. Kandungan logam
yang tinggi dari coke merusak kedua sifat electrical dan mechanical dari coke.
Volatile carbon matter merupakan sifat coke yang sangat menentukan
yang mempengaruhi harga jual dari green coke yang digunakan untuk industri
setelah kalsinasi dan grafitisasi dapat menghasilkan anoda dengan kualitas yang
memuaskan. Pori-pori yang elipsoidal terdistribusi secara merata. Pori-porinya
unidirectional dan ketika dipotong melintang minor diameter, struktur
honeycomb terlihat jelas.
Needle coke dihasilkan dari highly aromatic thermal tar atau decanted oil
feedstocks. Pada penampakannya, pori-pori yang unidirectional adalah sangat
kecil (very slender), berbentuk elliptical, dan dihubungkan pada major diameter.
Coke dengan sekelilingnya hampa yg mudah pecah dan setelah pecah membentuk
serpihan (splintery) atau bagian berbentuk jarum (needle).
Disamping coke (typical yield 20% volume on feed) juga dihasilkan :
Gas
LPG (typical yield : 6-7% volume on feed)
Gasoline/cracked naphtha (typical yield : 15-16% volume on feed)
Light Coker Gas Oil/LCGO, typical yield : 35-36% volume on feed
Heavy Coker Gas Oil/HCGO, typical yield : 30-31%
10
1. Diskripsi Proses
1. Umpan vacuum residue yang berasal dari bottom vacuum column
pertama-tama dimasukkan kedalam fractionator pada tray ke 2 sampai ke 4
dari bawah. Tujuannya adalah :
2. Fresh feed yang telah bercampur dengan heavy oil yang condenser di
bottom factionator dipompakan kedalam coker heater.Untuk mengontrol
velocity dan mencegah terbentuknya deposit coke didalam tube
diinjeksikan steam kedalam tube heater.
3. Setelah masuk ke heater,selanjutnya feed tadi masuk ke dalam salah satu
coke chamber.Sejumlah tertentu dari material yang tidak menguap dalam
fluida yang keluar dari heater akan tinggal didalam coke drum dan oleh
karena adanya efek temperatur dan residence time akan menyebabkan
terbentuknya coke.
4. Operasi coke chamber umumnya menggunakan cycle 48 jam. Pada saat 1
unit coke chamber mengalami proses coking selama 24 jam, 1 unit coking
chamber lainnya melakukan tahapan proses decoking selama 24 jam juga.
5. Sepasang coke chamber beroperasi dengan kerangan tiga arah (three way
valve) pada inlet coke chamber untuk memungkinkan switching dari satu
coke chamber ke coke chamber lainnya. Untuk mengetahui level coke
pada coke chamber digunakan level detector radioaktif.
6. Material yang tidak membentuk coke (fraksi ringan) meninggalkan top
coke chamber melalui vapor line dan dialirkan ke main fractionator
dibawah bottom tray.Dalam uap yang keluar dari coke drum, mengandung
steam dan hasil cracking yang terdiri dari gas, naphtha, gas oil.
11
telah
penuh
dengan
coke
diisolate
untuk
operasi
Pembuatan graphite.
Typical analysis dari Petroleum sponge coke adalah sebagai berikut :
13
proses cracking dan reaksi coking sehingga akan menaikkan pula jumlah
gas dan coker naptha yang dihasilkan dan sebaliknya produksi coker gas oil
14
Seksi coking
Seksi fraksinasi
Seksi konsentrasi gas
Seksi pembangkit steam
Seksi penanganan air dan blowdown (dipakai secara intermittent).
15
1. Seksi Coking
Seksi coking terdiri dari coking heaters (2 unit jika 1 train atau 4 unit
jika 2 train), coke chambers (2 unit jika 1 train atau 4 unit jika 2 train), sebuah
fasilitas injeksi anti foam, dan sebuah coke chamber condensate receiver.
Bottom kolom fraksinasi (yang disebut sebagai combined feed karena
terdiri dari fresh feed dan recycle liquid) ditarik oleh pompa bottom fraksinasi
dan dialirkan ke coking heaters.
High Pressure Steam diinjeksikan ke heater radiant coil dengan
menggunakan flow controller untuk membantu linear velocity agar tidak
terbentuk coke pada bagian dalam tube heater. Sebagai tambahan, High
Pressure Steam juga tersedia pada inlet tiap tube heater dengan menggunakan
hand control, namun hanya digunakan dalam kondisi emergensi untuk
mencegah terjadinya coking/plugging pada tube heater pada saat emergency
stop.
Heater effluent kemudian mengalir ke coke chamber. Operasi coke
chamber umumnya menggunakan cycle 48 jam. Pada saat 1 unit coke chamber
mengalami proses coking selama 24 jam, 1 unit coking chamber lainnya
melakukan tahapan proses decoking selama 24 jam juga.
Sepasang coke chamber beroperasi dengan kerangan empat arah (four
way valve) pada inlet coke chamber untuk memungkinkan switching dari satu
coke chamber ke coke chamber lainnya. Untuk mengetahui level coke pada
coke chamber digunakan level detector radioaktif. Sebagai tambahan terhadap
line proses, disediakan line untuk quench water, steam, condensate removal,
dan blowdown.
16
17
18
mempertahankan panas didalam kolom. Cracked slop oil dari tangki cracked
slop juga dapat ditambahkan ke fresh feed upstream dari feed/HCGO heat
exchanger yang dikendalikan oleh flow controller.
HCGO ditarik dari HCGO accumulator dan didistribusikan sebagai berikut :
produk
melalui
HCGO
product
steam
generator, HCGO
19
Overhead
vapors
yang
meninggalkan
top
main
fractionator
reboiler dan sebagian lagi diambil sebagai produk LPG dikirim ke tangki
penyimpanan setelah sebelumnya melalui LPG splitter feed/bottom heat
exchanger, digunakan sebagai pemanas. LPG splitter overhead vapor
dikondensasi secara parsial di LPG splitter overhead condenser sebelum
masuk ke LPG splitter overhead receiver. Liquid dari receiver dipompa dengan
pompa LPG splitter reflux kembali ke LPG splitter digunakan sebagai reflux.
Sedangkan gas dari receiver dikirim ke fuel gas system.
4. Seksi Pembangkit Steam
Di Delayed Coking Unit, steam dibangkitkan di beberapa tempat, yaitu :
Di dalam common convection section dari masing-masing sepasang coking
heater
Di circulating HCGO steam generator.
Di HCGO product steam generators.
Seksi pembangkit steam terdiri dari sebuah steam disengaging drum, dua
21
blowdown condenser knockout drum cooler menuju tanki cracked slop pada
seksi fraksinasi. Vapour dari blowdown knock out drum mengalir ke blowdown
condenser separator. Air yang ada di blowodown condenser separator mengalir
ke blowdown separator secara gravitasi. Vapor dari blowdown condenser
separator mengalir ke flare header. Hidrokarbon dari blowdown separator dan
blowdown knock out drum dipompa dengan pompa slop blowdown condenser
separator dan dikirim ke tanki cracked slop pada seksi fraksionasi.
Coke yang terbentuk di coke chamber dibor dengan menggunakan
hydraulic cutting tools yang menggunakan air tekanan tinggi dari pompa jet
hidrolik. Coke chamber berada diatas coke pit sehingga coke yang telah dibor
langsung dapat jatuh ke coke pit. Coke dari coke pit kemudian dipindahkan ke
belt conveyor dengan menggunakan travelling gantry crane. Air yang
digunakan untuk membor coke yang ada di coke chamber mengalir dari sloped
coke pit melalui vertical bar screen ke dalam settling basin, untuk kemudian
menggunakan settling basin pump out sump pump dipompakan ke clarifier.
Fines and scum pumpout pumps memompa material dari clarifier kembali ke
coke pit, sedangkan air dari clarifier mengalir ke water transfer and quench
pump sump untuk kemudian dikirim ke tanki penampungan jet water. Air dari
tanki penampungan inilah yang digunakan untuk membor coke yang ada di
coke chamber dengan menggunakan pompa jet hidrolik ke peralatan decoking.
6.
22
coke chamber.
Optimasi penggunaan antifoam.
Mengetahui ketinggian coke saat selesai proses coking.
Perbedaan kedua level detector tersebut adalah sebagai berikut :
Tipe pengukuran level detector di coke chamber biasanya adalah point sourcepoint detector (level switch; tidak ada trending) untuk top coke chamber dan
point source-rod detector (continuous level measurement; ada trending) untuk
middle dan bottom coke chamber.
Keterangan gambar :
Keterangan gambar :
1 : Point source
1 : Point source
2 : Point detector
2 : Rod detector
3 : Kabel
3 : Kabel
4 : Evaluation unit
4 : Evaluation unit
23
Coking Unit
dapat
Basis perhitungan :
1. Coke drum pressure 35
5.
45 psig
a).
Gunakan
actual
Conradson
6.
residu
b).
feed coker
7.
8.
24
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
2.5 Variabel Proses Delayed Coking Unit
30.
Coking unit dapat dioperasikan untuk menghasilkan high quality
coke ataupun untuk memaksimumkan yield gas, gasoline, dan produk middle
distillate. Yield dan kualitas produk dipengaruhi oleh variabel-variabel operasi
sebagai berikut:
1. Sumber Crude dan Jenis Umpan
31. Sumber crude dan jenis umpan mempunyai pengaruh yang besar
pada yield dan kualitas coke. Conradson carbon content umpan merupakan
sifat yang paling menonjol yang menentukan yield dari coke. Kandungan
conradson carbon yang lebih tinggi dari feed menghasilkan coke yield yang
lebih tinggi. Sifat-sifat umpan, yang terdiri dari komponen-komponen
asphaltenes, resin, dan aromatic, serta tingkat impuritiesnya, sangat
mempengaruhi kualitas dari coke.
32.
temperatur
coke
chamber
akan
meningkatkan
penguapan
pembentukan coke pada tube coking heater dan juga mengakomodir kualitas
coke dapat dicapai berdasarkan pengalaman operasi.
3. Tekanan Coke Chamber
36.
fractionator bottoms (fresh feed + recycle; atau total flow pass coking heater)
dibagi dengan volume fresh feed. Jika CFR turun maka coke yang dihasilkan
akan lebih keras coke volatile carbon matter content akan berkurang akibat
jumlah umpan yang mengalir dalam tube coking heater berkurang (sehingga
linear velocity pun berkurang yang akan mengakibatkan residence time
meningkat) pada temperature coking heater yang sama. Selain itu, kandungan
impurities pun akan meningkat karena hidrokarbon yang menguap tidak
membawa serta logam dan sulfur.
39.
kecepatan penarikan gas oil (LCGO atau HCGO). Kenaikan penarikan gas oil
akan menurunkan ratio. Typical combined feed ratio Delayed Coking Unit
adalah 1,2 s/d 1,4
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
2.6 Troubleshooting
60.
permasalahan yang terkait dengan proses tetapi tidak jarang juga permasalahan
yang terkait dengan mechanical. Beberapa contoh permasalahan, penyebab, dan
troubleshooting yang terjadi di Delayed Coking Unit dapat dilihat dalam table VI
berikut ini :
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
2.7 Istilah-istilah
o BS&W
o Cascade
o Cold feed
o Color unstability
o Cracked naphtha
89.
o Cracked slop
Visbraker.
Slop (sisa minyak/minyak yang terbuang atau
90. tercampur dengan air) yang berasal dari unit
proses thermal cracking seperti Delayed Coking Unit
o
o
o
o
atau Visbraker.
Feed surge drum
Vessel penampung umpan yang berfungsi untuk
91.
menjaga kestabilan penyediaan umpan.
Gantry crane
Alat pengangkut coke untuk memindahkan coke dari
92.
coke pit ke belt conveyor.
HCGO
Heavy Coker Gas Oil, gas oil (yang lebih berat) yang
93.
dihasilkan oleh main fractionator DCU.
HCGO accumulator Penampung produk HCGO di dalam main fractionator
94.
DCU.
o Hot feed
thermal cracking yang dilakukan pada temperatur yang relatif sangat tinggi.
Sumber utama dari umpan Delayed Coking Unit adalah reduced crude dari
vacuum Distillation Unit. Clarified oil yang merupakan produk produk dari
Fluid Catalytic Crackers (FCC) dan thermal cracking tars dianggap sebagai
komponen umpan yang juga penting yaitu untuk meningkatkan kualitas coke.
Tiga klasifikasi yang umum dari produk coke adalah sponge (bunga karang),
honeycomb (sarang madu), dan needle (jarum). Aliran proses dapat
dikelompokkan menjadi lima seksi yang berbeda yaitu Seksi coking , Seksi
fraksinasi, Seksi konsentrasi gas, Seksi pembangkit steam dan Seksi
penanganan air dan blowdown (dipakai secara intermittent).
110.
3.2 Saran
111.
tentang Delayed Coking Unit, terutama diagram alirnya dan hasil dari proses
Delayed Coking Unit. Selain itu apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan
diharapkan kepada pembaca untuk mencari referensi lagi mengenai Delayed
Coking Unit ini, agar lebih mengetahui Proses Delayed Coking Unit dalam
Industri.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.