Anda di halaman 1dari 7

Proses Katalisis dalam Pengolahan Minyak Bumi

Proses pengolahan minyak bumi merupakan proses yang cukup kompleks. Selain proses fisik
seperti destilasi dan konversi, ada sejumlah besar proses konversi kimia yang digunakan.
Katalisis memainkan peran penting dalam proses ini. Proses yang paling penting meliputi :
- Catalytic reforming
- Hydrotreatment
- Fluid catalytic cracking
- Alkylation

Gambar 1. Proses Pengolahan Minyak Bumi

Proses pengolahan minyak dapat dilihat pada Gambar 1. Minyak mentah pertama – tama
dipisahkan dengan destilasi menjadi sejumlah fraksi. Fraksi nafta memiliki titik didih yang
tepat untuk bensin, tetapi tidak dengan performanya karena angka oktannya terlalu rendah
dan harus ditingkatkan. Untuk memperoleh nilai oktan yang tinggi, maka dilakukan proses
catalytic reforming. Pada proses ini, katalis mengandung situs asam dan logam mulia yang
dapat diganggu oleh basa yang mengandung nitrogen dan senyawa yang mengandung
belerang. Oleh karena itu diperlukan proses hydrotreatment terlebih dahulu. Hidrogenasi
katalitik dilakukan untuk menghilangkan nitrogen dan sulfur sebagai NH 3 dan H2S. Senyawa
gas ini dapat dengan mudah direcovery dengan cara absorpsi.
Catalytic reforming
Catalytic reforming adalah proses dimana komponen minyak ringan atau naphta yang
diperoleh dari proses distilasi dilewatkan pada katalis yang mengandung platina pada
temperatur tinggi. Tujuan dari catalytic reforming adalah untuk meningkatkan angka oktan
dengan cara mengkonversi molekul dengan angka oktan yang rendah menjadi angka oktan
yang lebih tinggi.
Reaksi yang terjadi pada catalytic reforming adalah :

Kondisi reaksi yang ideal adalah pada suhu tinggi dan tekanan rendah. Namun, pada tekanan
rendah akan terbentuk deposit karbon besar. Endapan karbon diturunkan dengan
meningkatkan tekanan parsial hidrogen. Kondisi operasi yang digunakan adalah 800 K dan
30 bar. Di bawah kondisi ini, aktivitas katalis biasanya dipertahankan selama 3 hingga 6
bulan. Regenerasi dilakukan dengan menghilangkan simpanan karbon dengan membakar
pada udara encer.
Catalytic reforming biasanya dilakukan dalam reaktor fixed bed (Gambar 2). Karena reaksi
berjalan secara endotermis, perlu memberikan reaksi sedenikian rupa agar reaksi berjalan
adiabatis, tidak ada perubahan suhu, suhu terjaga konstan. Pada Gambar 2 terlihat bahwa
umpan masuk ke preheater sebelum diumpankan ke reaktor pertama. Karena endotermis
maka keluar reaktor suhunya menurun kemudian dipanaskan kembali sebelum diumpankan
ke reaktor kedua. Keluar reaktor kedua suhunya turun kembali kemudian dipanaskan kembali
sebelum diumpankan ke reaktor ketiga. Sehingga dengan susunan reaktor seri yang diselingi
dengan pemanas, secara keseluruhan reaksinya mendekati adiabatis dan konversi yang
dihasilkan optimal.

Gambar 2. Proses Catalytic Reforming

1. Catalytic Cracking
Catalytic cracking merupakan reaksi pemecahan senyawa hidrokarbon molekul besar
menjadi molekul yang lebih keci pada temperature tinggi dengan bantuan katalis.
Hidrokarbon yang paling mudah untuk dipecah adalah paraffin, selanjutnya senyawa
– senyawa naftena. Sedangkan senyawa yang paling susah untuk dipecah adalah
senyawa aromatik.
Mekanisme :
Dalam catalytic cracking ada beberapa reaksi yang terjadi secara simultan. Proses
cracking terjadi dengan peristiwa seperti pembelahan ikatan C-C pada paraffin, proses
dealkilasi, dll. Reaksi isomerisasi dan kondensasi juga terjadi dalam proses ini.
Reaksi – reaksi tersebut terjadi akibat adanya carbocation. Pada proses cracking
paraffin biasa kita asumsikan bahwa carbocation sebagai bahan intermediate, dimana
ikatan karbon yang terdekomposisi menjadi olefin dan ion carbocation. Secara umum,
proses catalytic cracking berlangsung dalam kondisi yang tidak terlalu tinggi.
Katalis menyebabkan ion karbenium terbentuk dari reaksi aktivasi katalis.
Aspek Lingkungan
Unit catalytic cracking menghasilkan debu, nitrogen oksida, dan sulfur oksida. Debu
dihasilkan dari gesekan partikel katalis dalam regenerator yang berupa fluidized bed.
Nitrogen oksida terbentuk dalam regenerasi dan sulfur oksida terbentuk dari senyawa
sulfur yang terdapat dalam umpan. Sebagian sulfur dilepaskan di riser dan
sebagiannya di regenerator. Dalam riser, sulfur dilepaskan dalam bentuk H 2S. Dalam
regenerator, fase gas dioksidasi dan sulfur dilepaskan sebagai sulfur oksida dalam
aliran gas.

Fluid Catalytic Cracking


Fluid catalytic cracking (FCC), diperkenalkan pada Mei 1942 oleh Standard Oil (NJ)
Company, menggunakan partikel kecil katalis silika / alumina untuk mengubah
umpan minyak gas yang diuapkan menjadi produk yang lebih ringan. Desain proses
memerlukan katalis terfluidisasi untuk mengalir dari reaktor ke regenerator dan
kembali lagi dalam aliran kontinu. Ini dimungkinkan karena katalis di reaktor dan
regulator membentuk fase terfluidisasi yang tercampur dengan baik, seperti cairan
buih. Cairan ini diperoleh dengan melewatkan aliran uap, hidrokarbon selama reaksi
dan udara selama regenerasi, ke atas melalui partikel-partikel katalis halus sehingga
partikel-partikel tersuspensi pada bantalan uap.

Alkylation
Tujuan alkilasi adalah untuk menggabungkan propilena, butena, dan pentena dengan
isobutana, dengan adanya katalis asam, untuk menghasilkan parafin bercabang untuk
pencampuran dalam bensin premium. Proses komersial pertama, menggunakan asam
sulfat, diperkenalkan oleh Shell pada tahun 1938. Satu – satunya proses komersial
lainnya, yang menggunakan asam fluorida (HF), dikembangkan oleh Phillips
Petrolum dan diperkenalkan pada tahun 1942. Penggunaan kedua proses telah
meningkat secara bertahap sejak 1938 dengan penggunaan hidrogen fluorida secara
bertahap menyalip asam sulfat, terutama karena tidak ada masalah pembuangan asam
bekas. Pengenalan bensin yang diformulasi ulang pada tahun 1994 menyebabkan
peningkatan minat terhadap alkilat, karena mereka memiliki peringkat oktan yang
tinggi dan bebas dari benzena dan aromatik. Namun, asam sulfat sekali lagi
menemukan bantuan sebagai katalis yang disukai, karena potensi masalah lingkungan
dan keamanan yang terkait dengan penggunaan hidrogen fluorida.

2. Hydrotreating
Dalam proses pengolahan minyak bumi, proses hydrotreating merupakan proses
hidrogenasi katalitik untuk menjenuhkan hidrokarbon dan menghilangkan sulfur,
nitrogen, oksigen, dan logam dari aliran proses. Proses hydrotreating juga berfungsi
untuk membersihkan kontaminan yang terlarut di dalam suatu fraksi minyak, umunya
yang dibersihkan adalah fraksi naphta sehingga sering disebut dengan Naptha
Hydrotreating. Sehingga fungsi dari Naphta Hydrotreating adalah untuk menaikkan
kualitas produk heavy naphta dengan menghilangkan fraksi ringan dan impuritis agar
tidak mengganggu kinerja katalis.

3. Isomerisasi
Proses katalitik pembentukan gasoline dari naphta itu dibatasi oleh suhu titik didih
komponen C5 – C6, karena pada suhu tersebut adalah titik didih komponen C 5 – C6.
Sedangkan dinawah suhu tersebut nilai aktivasi katalisnya kecil, oleh karena itu
diperlukan katalis yang punya nilai aktivasi yang besar agar diperoleh gasoline
dengan oktan tinggi tanpa harus kehilangan komponen C5 – C6.

4. Metode Deaktivasi Katalis

Anda mungkin juga menyukai