Anda di halaman 1dari 4

MATIUS 18:12-14

PERUMPAMAAN TENTANG DOMBA YANG HILANG

18:12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba,


dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan
puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 18:13 Dan
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar
kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh
sembilan ekor yang tidak sesat. 18:14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak
menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Waktu di Kyrgyzstan, saya perhatikan seorang gembala domba, saya perhatikan


ciri-ciri domba ini, berbulu tebal, lambat jalan, mereka tidak boleh jalan sendiri-
sendiri, gampang tersesat. Domba tidak boleh jauh dari kawanan yang lain.

Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang domba yang hilang.


Dengan mengajak para murid untuk berpikir, Tuhan Yesus mengajukan sebuah
pertanyaan penting, kepada murid-murid-Nya. Bagaimana pendapatmu? Jika
seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat,
tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan
dan pergi mencari yang sesat itu? Belum sempat para murid menjawab, langsung
dijawab oleh Tuhan Yesus. 18:13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika
ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari
pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 18:14 Demikian
juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak
ini hilang."

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “SESAT” diartikan sebagai tidak melalui
jalan yang benar, salah jalan, keliru, berbuat yang tidak senonoh, atau menyimpang
dari kebenaran.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia “HILANG/HI·LANG/” v 1 tidak ada lagi; lenyap;


tidak kelihatan: tiba-tiba benda itu hilang -- dari pemandangannya.
Dua kata ini, umumnya orang akan berusaha menghindarinya. Karena tidak ada
yang mau sesat, dan tidak ada yang terhilang. Kenapa orang berusaha
menghindarinya? Karena akan membuat hati gelisah, takut, kecewa. Contoh:
Dibawa papa mamanya jalan-jaln ke mall, tiba-tiba liora hilang/tersesat entah
kemana, tidak lagi bersama papa mamanya, apa perasaan hati papa mamanya,
pasti gelisah, takut, kalau liora benar-benar tersesat/hilang di bawah orang. Ada
perasaan tidak sejahtera. Dua kata ini juga yang berusaha di hindari oleh Allah,
dalam perumpamaan tentang domba yang hilang ini. Demikian juga Bapamu
yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Siapa diantara kita, kalau kita kehilangan barang berharga, lalu kita datang
keteman-teman kita: saya senang HP ku hilang, saya senang dompetku
hilang. umumnya kita akan sedih, kalau kehilangan sesuatu.

Dari perumpamaan ini, domba yang hilang kita akan belajar beberapa hal penting:

1. Gembala yang memiliki kasih dan kepedulian. Di dalam alkitab kita


menemukan dua jenis gembala. Gembala yang benar-benar gembala dan
gembala yang diupah. Yohanes 10:12 Sedangkan seorang upahan yang
bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika
melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga
serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Sama-sama
disebut gembala, tapi yang membedakannya ada pada kualitas kasih dan
kepedulian.
Contoh dalam Alkitab, seorang gembala yang memilki kasih dan kepedulian
terhadap domba-dombanya, adalah Daud. 1 Samuel 17:34 Tetapi daud
berkata kepada Saul:” Hambamu ini biasa menggembalakan kambing
domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam
seekor domba dari kawananannya, maka aku mengejarnya,
menghanjarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Sangat
berbeda dengan gembala yang karena di upah/digaji, pasti mereka tidak
memiliki kasih dan kepedulian terhadap domba-domba yang dipercayakan,
walaupun domba-domba itu tersesat ataupun hilang, tidak peduli untuk dicari
dan digembalakan, yang penting dapat gaji/dapat tunjangan. Sudah cukup.

Tuhan melihat dan memperlakukan manusia yang tersesat dan terhilang,


sebagai aset yang paling berharga, dari semua ciptaan yang lain. Karena
manusia sangat berharga dan tidak ada duanya/tandingannya, mau dibanding
dengan apa pun, tidak ada yang bisa menandinginya. Yesus yang adalah
gembala yang baik, yang memiliki kasih dan kepedulian, rela bertarung
dengan dosa dan maut, merebut manusia dari cengkraman Setan. Puncaknya
adalah kematian-Nya di atas kayu salib. Apa yang dilakukan Yesus, diatas
kayu salib, memang tidak bisa kita gantikan, tetapi teladan-Nya dalam kasih
dan kepedulian kepada jiwa-jiwa yang tersesat dan terhilang, Ia mau kita
memilkinya. Kita bukan gembala upahan, yang mau melayani jiwa-jiwa karena
diberi gaji, giliran tidak di gaji, tidak melayani lagi. Ketika kita ada di ladang
misi, para misionaris adalah gembala-gemba yang menggembalakan jiwa-jiwa
agar mereka tidak tersesat, tetapi ketika kita ada di kantor WP, kita perlu
penggembalaan dari pimpinan, dan misionaris senior menggembalakan yang
junior, supaya tidak hilang dari panggilan menjadi misionaris. Kita harus
memiliki kasih dan kepedulian seperti yang Yesus miliki.

2. Gembala yang rela meninggalkan kenyamanan demi mencari domba


yang hilang. Kalau untuk gembala upahan, mana rela meninggalkan domba
99 ekor, yang sudah membuat dia gemuk, dapat pemasukan tiap-tiap bulan
dari menjaga domba-domba itu, hidup senang karena mendapat manfaat dari
99 ekor domba, ketimbang mencari yang tersesat/hilang itu. Dalam pikiran
gembala upahan, mencari satu yang tersesat, membuang-buang waktu,
tenaga, dana, bekal, itu pun belum tentu dapat. Tetapi berbeda dengan pikiran
gembala yang benar-benar gembala, ia akan habis-habisan mencari domba
yang tersesat itu, meskipun harus berhadapan dengan binatang buas di jalan,
capek mencari, habis bekal dijalan, kedinginan, kepanasan. Tetapi karena
kecintaannya kepada domba yang hilang, rela meninggalkan kenyamanan
demi mencari yang satu domba tersesat itu. Bagaimana dengan domba
yang 99 ekor itu, apakah gembala itu tidak mengasihinya, tentu saja
mengasihinya, ia mengasihi mereka, sama seperti yang satu yang
tersesat itu, hanya yang membedakan yang 99 ekor itu tetap dalam
kandang, mereka dirawat dengan baik, sedangkan yang satu domba
yang tersesat ini, sedang terancam bahaya binatang buas, kedinginan,
haus, kurang gizi dls, sehingga perhatian penuh sang gembala ini,
kepada yang hilang tanpa mengabaikan yang 99 ekor yang di kandang
itu. Ini adalah gambaran Kasih Bapa kepada manusia. Apa kata Yesus
dalam ayat 14 “ Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki
supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang. Fokus Allah itu kepada yang
hilang, bukan yang 99 ekor itu yang sudah aman dalam kandang. Ketika
Yesus berada di dunia, yang Yesus lakukan adalah mencari orang yang
berdosa, yang ditolak dalam masyarakat, yang miskin secara rohani dan
jasmani, dan Yesus melayani mereka semua. Tetapi ada juga domba-domba
yang ada dalam kandang yang tidak percaya Yesus, mereka adalah ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, mereka yang termasuk dalam 99 ekor domba
itu, mereka yang sudah melihat tanda dan mujizat dari Yesus, tetapi
mengeraskan hati, bahkan meolak Yesus. menyalibkan Yesus. Apakah
Yesus tidak mengasihi mereka? Yesus sangat mengasihi mereka, namun
merekalah yang tidak mengasihi Yesus. Jadi bukan Allah tidak
mengasihi mereka, tetapi merekalah yang tidak mengasihi Allah.

Kita mau belajar dari gembala yang rela meninggalkan kenyamanan demi
mencari domba yang hilang. Gembala itu adalah Yesus, yang turun dari
sorga, meninggalkan kenyamanan-Nya, demi mencari manusia yang tersesat
dan terhilang karena pengaruh dosa dan setan, dan Dia telah berhasil
menemukan domba-domba yang hilang itu. itulah kita yang tersesat dan
terhilang. Tentu, masih banyak manusia yang tersesat dan hilang yang perlu
dicari oleh kita, untuk di bawa kepada gembala Agung yaitu Yesus Kristus.
Mereka ada di suku-suku terabaikan. Mereka yang sedang terancam binasa.
Mereka perlu gembala-gembala seperti kita, yang rela meninggalkan
kenyamana demi mencari dan memuridkan mereka bagi Tuhan Yesus.

Anda mungkin juga menyukai