Anda di halaman 1dari 23

LAS LISRIK (ELECTRIC WELDING)

LAS LISTRIK ( Electric Welding)


Pada las listrik panas yang ditimbulkan oleh busur api arus listrik antara elektroda
dengan benda kerja mencapai 7500 ÷ 10000oF, sehingga mengakibatkan elektroda dan benda
kerja mencair bersama-sama. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa sehingga benda kerja
dan elektroda mencair, setelah dingin dapat menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.

Diwaktu mengelas Arus dan Tegangan listrik selalu berubah-ubah.

Mesin las listrik harus dapat menyetabilkan Arus dan Tegangan listrik

Hasil pengelasan sangat tergantung pada pemberian arus dari mesin las untuk berbagai
macam ukuran elektroda yang digunakan dengan tegangan yang sesuai
Besar tegangan las berkisar 15 – 20 V untuk elektroda berbalut tipis dan 20 – 40V untuk
elektroda berbalut tebal. Untuk keperluan mengelas diperlukan arus listrik 30 – 500 A.
Berdasarkan arus yang keluar dari mesin las dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yakni :

1. Mesin las arus Bolak-balik ( AC )


2. Mesin las arus Searah ( DC )
3. Mesin las arus Ganda ( AC / DC )
JENIS INTI BERGERAK

JENIS KUMPARAN BERGERAK


JENIS REAKTOR JENUH

JENIS SAKLAR

Fungsi mesin las adalah ; - menyetabilkan Arus dan Tegangan listrik


- mengatur Arus listrik yang keluar untuk pengelasan
Pengaruh Polaritas pada pengelasan terhadap penetrasi
Pengaruh gas pelindung terhadap penetrasi
Elektroda
Elektroda digunalan untuk membentuk busur listrik antara ujung elektroda dengan logam induk dan
sebagai bahan tambah dalam proses pengelasan (untuk elektroda terumpan).

Elektroda las terbuat dari bermacam-macam jenis logam, seperti : baja, besi tuang, stainles steel,
alumunium, dsb. Yang sesuai dengan komposisi kimia dari logam yang akan dilas (logam induk).

Diameter elektroda yang sering digunakan berukuran 1,5 ÷ 9,0 mm dan panjangnya 350 mm sampai
450 mm.

Elektroda yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Mampu untuk pengelasan semua posisi


2. Praktis membentuk kampuh las
3. Titik lebur yang tinggi
4. Terak mudah dibuang / dibersihkan
5. Mempunyai sifat mekanik yang tinggi pada kampuh las. Sifat mekanik pada kampus las
diantaranya kekuatan tarik, kekerasan, bending, korosi, dsb.

Macam-macam Elektroda :

1. Elektroda berbalut
2. Elektroda tak berbalut
3. Elektroda berisi fluks
Elektroda terbungkus (berbalut) fluks memegang peranan penting (berfungsi) sebagai :

1. Pemantap busur dan memperlancar pemindahan butir-butir cairan logam lebih stabil
2. Sumber gas yang dapat melindungi cairan logam dari udara luar / sekitarnya
3. Sumber terak yang dapat mengikat unsur-unsur kimia yang merugikan pada kampuh las
4. Menjaga karakteristik pengelasan dengan baik
5. Sumber unsur-unsur paduan
Standarisasi elektroda, baik Jepang (JIS) maupun Amerika (ASTM) atas dasar jenis bahan fluks, posisi
pengelasan, dan arus las (polaritas). Sebagai contoh huruf D dalam JIS dan E dalam ASTM keduanya
simbul elektroda terbungkus. Dua angka pertama dalam JIS maupun ASTM menunjukkan kekuatan
tarik terendah untuk JIS (kg/mm2) dan ASTM (psi).
CLASSIFICATION JIS : Z3211 E4313
AWS : AS.1 E6013
TYPE OF COVERING HIGH TITANIA
USE MILD STEEL

RB-26
RECOMMMENDED CURRENT
DIA x LENGTH CURRENT RANGE ( A ) POLARITY OF
FLAT VERTICAL AND ELECTRODE
OVERHEAD
2.6 x 350 45 - 95 45 - 95 AC or DC ±

UNDER LICENCE FROM KOBE STEEL, LTD. JAPAN


Manufactured by P.T. INTAN PERTIWI INDUSTRI

Elektroda tak berbalut, jarang digunakan dalam proses pengelasan

Teknik mengelas
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu mengelas dengan busur listrik :

1. Gerakan elektroda
2. Posisi mengelas
3. Pengaturan besar Arus
4. Menyalakan busur api
5. Menyambung rigi-rigi las.
Gerakan elektroda

Diameter elektrode ≤ tebal benda kerja

Posisi mengelas
Supaya mendapatkan kampuh las yang baik, kuat, dan bentuk rigi-rigi yang teratur. Panjang /
pendeknya busur api sangat tergantung pada Arus dan Diameter elektroda yang digunakan, lihat tabel
Diameter Electroda Tegangan Listrik Arus Listrik
Inchi mm Volt Amper
1/16 “ 1,5 16 ÷ 20 40 ÷ 60
3/32 “ 2,5 16 ÷ 20 70 ÷ 90
1/8 “ 3 17 ÷ 21 110 ÷ 135
5/32 “ 4 18 ÷ 22 150 ÷ 180
3/16 “ 4,5 18 ÷ 22 180 ÷ 220
¼“ 6 19 ÷ 23 250 ÷ 300
5/16 “ 8 20 ÷ 24 300 ÷ 425
3/8 “ 9 22 ÷ 26 450 ÷ 550

Besar Arus Pengelasan = diameter elektroda x (25 ÷ 35) (untuk diameter elektroda ˂ 3 mm)

Besar Arus Pengelasan = diameter elektroda x (35 ÷ 45) (untuk diameter elektroda ˃ 3 mm)

Tabel Tebal pelat dengan Diameter elektroda (mm)


Diameter
No Tebal pelat Keterangan
elektroda
1 ≤2 =t Sama dengan tebal pelat

2 2 ÷ 3,2 2,5
3 3,3 ÷ 4,8 3,2
4 4,9 ÷ 6,5 4,0
6 ≥ 6,7 ≥ 4,0

Tabel Tebal pelat dengan Diameter elektroda (mm)


Diameter
No Tebal pelat Keterangan
elektroda
1 1,62 1,6
2 2,03 2,4
3 2,64 ÷ 3,25 3,2
4 4,06 ÷ 4,88 4,8
6 5,89 ÷ 6,35 6,4
7 7,01 ÷ 8,23 7,9
8 ≥ 8,84 9,5

Menyalakan Busur Api


Menyalakan busur api adalah langkah pertama yang dilakukan sewaktu mulai
mengelas.
Cara menyalakan busur nyala ini ada 2 cara yaitu
1. Cara sentakan

Gambar. Pengelasan dengan sentakan

2. Cara goresan
Gambar. Pengelasan dengan goresan

Proses Mematikan Pengelasan


Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendapatkan ujung dari rigi-rigi las baik.
Perhatikan gerakan-gerakan pemutus pengelasan.

Gambar. Gerakan pemutus pengentasan


Proses Penyambungan Rigi-Rigi Las
Dalam proses pengelasan sering terjadi elektroda habis sebelum pengelasan selesai
untuk itu kita harus menyambungnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penyambungan
1. Bersihkan ujung rigi-rigi las
2. Penyalaan pertama dilakukan ±10mm dari ujung rigi-rigi.

Gambar. Gerakan penyambungan


Pematrian (Soldering)
Kegunaan Peralatan dan Bahan pematrian
1. Solder
2. Logam induk
3. Timah, untuk mengikat logam induk (Timah batangan dan Timah berisi
Fluks)
4. HCL (air raksa), untuk membersihkan permukaan logam induk dan
meninggikan cairan timah.
5. Arpus (pasta / gondo rukem), untuk meninggikan cairan timah.
6. Scepper (pengeruk)
7. Ampelas
8. Landasan (anvil)
9. Ragum
10.Palu
Daya listrik biasanya 20 W, 65 W, 100 W

Anda mungkin juga menyukai