Anda di halaman 1dari 11

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober 2014

IMPLEMENTASI ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING


UNTUK SISTEM INFORMASI DI DISPENDA
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
A. Suryadinata1, E. Nugroho2 dan S. Fauziati3
1,2,3
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik,UGM Yogyakarta
E-mail : dinatateklek@gmail.com1, nugroho@ugm.ac.id2, silmi.fauziati@gmail.com3

ABSTRAK
Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Kuantan Singingi sebagai pengelola pendapatan
daerah belum mempunyai sistem informasi yang optimal dalam mendukung proses bisnis. Untuk
mengembangkan sistem informasi diperlukan sebuah acuan untuk arah pengembangannya. Enterprise
Architecture Planning (EAP) sebagai suatu Arsitektur Enterprise sistem informasi dianggap mampu
memberikan panduan pengembangan Sistem Informasi Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi. Tujuan
penelitian ini adalah menjelaskan Arsitektur Enterprise Sistem Informasi menggunakan EAP dan
langkah-langkah penyusunannya, dilanjutkan dengan aspek-aspek utama yang harus diperhatikan pada
saat penerapan. Hasilnya memberikan tahapan pendefinisian model bisnis, sistem dan teknologi saat
ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi dan rencana implementasi yang dianalisis
menggunakan analisis rantai nilai (value chain), dekomposisi fungsi bisnis dengan four stage life cycle
dan portofolio sistem informasi Mc. Farlan Stratec Grid. Pada tulisan ini dapat disusun rencana
strategis sistem informasi di Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi sampai dengan tahap portofolionya.
Kata Kunci: Sistem Informasi, EAP, Value Chain, Four Stage Life Cycle, Mc. Farlan Stratec Grid

I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah membutuhkan
pengelolaan profesional, sumber daya handal serta biaya cukup besar dengan resiko kegagalan tidak
kecil, yaitu bila terjadi gangguan (error) pada teknologi informasi dimiliki. Meskipun demikian
penerapan teknologi informasi dapat digunakan secara maksimal, untuk itu dibutuhkan pemahaman tepat
mengenai konsep dasar dari sistem yang berlaku, teknologi yang dimanfaatkan, aplikasi yang digunakan
dan juga pengelolaan serta pengembangan teknologi [1].
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, pendapatan daerah
adalah semua hak daerah diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan. Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 4
tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Daerah, maka kewenangan Dinas Pendapatan
Kabupaten Kuantan Singingi diantaranya menyusun rencana dan kebijakan pendapatan daerah,
menetapkan dan melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah sesuai peraturan perundang-
undangan.
Dan dengan berlakunya Undang-Undang No. 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, maka administrasi pengelolaan pendapatan daerah harus ditingkatkan. Tujuannya adalah
peningkatan pelayanan kepada masyarakat pembayar pajak/retribusi daerah, sekaligus meningkatkan
pengawasan internal. Salah satu upaya meningkatkan kapasitas administrasi pengelolaan pendapatan
adalah dengan menerapkan Sistem Informasi Pengelolaan Pendapatan Daaerah. Dengan sistem informasi
tersebut diharapkan tugas dan fungsi Dinas Pendapatan Kabupaten Kuantan Singingi dapat terlaksana
secara efektif, efisien dan akuntabel.
Untuk memberi kemudahan pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Pendapatan Daerah
Kabupaten Kuantan Singingi penulis menggunakan Enterprise Architecture Planning (EAP) untuk
mendefinisikan arsitektur-arsitektur penggunaan informasi dalam mendukung bisnis dan juga mencakup
rencana implementasi arsitekturnya.

II. METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus eksploratif, yang berusaha
menggali lebih dalam tentang kebutuhan perencanaan pengembangan sistem informasi di Dispenda
Kabupaten Kuantan Singingi. Bahan penelitian berupa data Survey Enterprise dengan melakukan
observasi, wawancara dan pengkajian dokumen-dokumen terkait proses bisnis Dispenda Kabupaten
Kuantan Singingi. Bagian pertama dari makalah ini akan menjelaskan Arsitektur Enterprise sistem
informasi menggunakan EAP dan langkah-langkah penyusunannya, dilanjutkan dengan tentang aspek-
aspek utama yang harus diperhatikan pada saat menerapkan EAP. Aspek-aspek ini meliputi model
bisnis, sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi dan rencana

ISBN : 978−602−71550−0−8 21
implementasi. Tahapan alur penelitian mengikuti wedding cake EAP [2].

ISBN : 978−602−71550−0−8 22
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

III. LANDASAN TEORI


1. Enterprise Architecture Planning (EAP)
Perencanaan Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture Planning, EAP) merupakan proses
mendefenisikan arsitektur-arsitektur untuk penggunaan informasi yang mendukung bisnis dan juga
mencakup rencana untuk mengimplementasikan arsitektur tersebut [2]. EAP adalah suatu metode
pendekatan perencanaan kualitas data yang berorientasi pada kebutuhan bisnis serta bagaimana cara
implementasi dari arsitektur tersebut dilakukan sedemikian rupa dalam usaha untuk mendukung
perputaran roda bisnis dan pencapaian misi organisasi [3].
Spewak [2] menuliskan, Perencanaan Arsitektur Enterprise dibangun melalui 4 tahap yaitu: a) tahap
memulai, tahap untuk memahami kondisi saat ini, tahap pendefinisian masa depan, dan tahap untuk
menyusun rencana dalam mencapai visi masa depan. Tahap pengembangan perencanaan Arsitektur
Enterprise dapat dinyatakaan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Komponen dan lapisan EAP Spewak [2]

Analisis dimana kita saat ini akan menghasilkan model bisnis dan analisis sistem dan teknologi yang
digunakan saat ini. Arsitektur data yang pertama di definisikan dalam visi masa depan untuk melandasi
pendefinisian arsitektur aplikasi, kemudian dilanjutkan dengan arsitektur teknologi.

2. Langkah-langkah penyusunan
EAP Lapisan 1- Permulaan
Inisiasi Perencanaan (Planning Initiation)
Tahapan awal yang harus dilakukan adalah melakukan inisiasi perencanaan, dengan harapan proses
pembangunan model arsitektur ini dapat dilakukan dengan terarah. Tahapan isi sebagai landasan untuk
pengerjaan tahapan selanjutnya, karena pada tahapan inilah ruang lingkup dan perencanaan kegiatan atau
rencana kerja didefinisikan, menentukan metodologi yang akan digunakan, sumber daya yang terlibat
dan menetapkan perangkat (tools) yang akan digunakan. Faktor lain adalah dukungan dan komitmen dari
manajemen, tidak hanya bentuk verbal, tetapi berpengaruh pada sumber daya (personil, angaran, dan
waktu) untuk menjalankan seluruh proses [4].
Tahap ini sukses jika dihasilkan rencana kerja mendetail sesuai tahapan-tahapan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan perencanaan Arsitektur Enterprise, yaitu untuk mengembangkan arsitektur dan
rencana-rencana implementasi

Lapisan 2- Pemahaman Kondisi Saaat Ini


a. Pemodelan Bisnis (Business Modeling)
Menyusun suatu dasar pengetahuan tentang bisnis dan informasi yang digunakan dalam melakukan
aktivitas bisnis. Tujuannya adalah untuk menyediakan dasar pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh
dan dapat digunakan untuk mendefinisikan arsitektur dan rencana implementasinya. Ada 3 (tiga) tahapan
untuk memodelkan bisnis, yaitu sebagai berikut [4]:
1. Dokumentasi struktur organisasi
2. Identifikasi dan definisikan fungsi bisnis
3. Dokumentasi model bisnis utama, distribusi, dan presentasi kepada semua komunitas bisnis untuk
mendengarkan komentarnya.
Tahap ini berhasil jika dihasilkan suatu model bisnis awal yang mampu mengidentifikasi fungsi-
fungsi, deskripsi tiap fungsi, dan unit organisasi yang melakukan tiap fungsi bisnis dalam organisasi.

ISBN : 2
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

Survey Enterprise
Survei bertujuan untuk memperoleh keterangan lengkap tentang bisnis model yang meliputi hal-hal
sebagai berikut [4]:
1. Informasi apa saja yang digunakan untuk membentuk suatu fungsi.
2. Kapan fungsi itu dibentuk.
3. Dimana fungsi tersebut dibentuk dan seberapa sering fungsi tersebut dibentuk
4. Frekuensi fungsi dilakukan.
5. Peluang apa saja yang ada untuk memperbaiki fungsi.
Tahap ini sukses jika dihasilkan model bisnis detail yang akan menjadi basis pengetahuan bersifat
konsisten, komprehensif, dan lengkap mengenai bisnis.
b. Sistem Teknologi Saat Ini (Current System & Technology)
Bertujuan untuk mendokumentasikan dan mendefinisikan seluruh platform teknologi dan sistem yang
digunakan oleh enterprise saat ini serta menyediakan suatu acuan untuk migrasi dalam jangka panjang.
Sedangkan yang harus dihasilkan pada fase ini disebut dengan Information Resource Catalog (IRC) juga
disebut ensiklopedia sistem atau inventory sistem [4].

Lapisan 3- Rencana Masa Depan


a. Arsitektur Data (Data Architektur)
Tahapan ini bertujuan mendefinisikan jenis data utama yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas
bisnis. Arsitektur data terdiri dari entitas data, dimana setiap data memiliki atribut dan relasi terhadap
data yang lain. Entitas didefinisikan sebagai setiap orang, tempat, konsep, benda, atau kejadian yang
memiliki arti (informasi) dalam konteks bisnis, dan terkait untuk penyimpanan data. Pedoman dalam
mendefinisikan arsitektur data yaitu [4]:
1. Membuat daftar semua kandidat entitas data dengan meninjau model bisnis dan mendeskripsikan
sistem dan teknologi yang dipakai.
2. Membuat defini entitas, atribut, dan relasi.
3. Menghubungkan entitas data dan fungsi bisnis.
Tahapan ini sukses bila dihasilkan model data konseptual yang menguraikan detail data sehingga
cukup untuk tujuan perencanaan.
b. Arsitektur Aplikasi (Application Architektur)
Mendefiniskan jenis aplikasi utama yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi
binis. Aplikasi dimaksud adalah proses pendefinisian aplikasi apa saja yang mengelola data dan
menyediakan informasi untuk pihak manajemen terhadap fungsi bisnisnya. 4 (empat) tahap untuk
membuat arsitektur aplikasi adalah sebagai berikut [4]:
1. Daftar kandidat aplikasi.
2. Definisikan aplikasi.
3. Relasikan aplikasi terhadap fungsi.
4. Analisis dampak dari aplikasi terhadap sistem yang ada saat ini.
Tahap ini dikatakan berhasil bila dihasilkan model aplikasi konseptual yang mengacu pada model data
konseptual sehingga konsisten, komprehensif, dan lengkap
c. Arsitektur Teknologi (Technology Architektur)
Mendefinisikan platform teknologi yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan untuk aplikasi
yang akan mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Arsitektur teknologi bukan merupakan analisis
kebutuhan detail atau rencana jaringan dan perangkat lunak komputasi enterprise, tapi merupakan
definisi dari jenis-jenis teknologi yang akan diacu sebagai platform yang akan mendukung bisnis dengan
menyediakan lingkungan sharing data. 4 (empat) tahap untuk membuat arsitektur teknologi, antara
lain[4]:
1. Identifikasi prinsip-prinsip teknologi dan platform.
2. Definisikan platform-platform dan distribusikan.
3. Relasikan platform teknologi terhadap aplikasi dan fungsi bisnis.
4. Distribusikan arsitektur teknologi.
Tahapan ini berhasil bila dihasilkan model konseptual yang mendefinisikan teknologi yang konsisten
dengan arsitektur aplikasi, data dan model bisnis.

ISBN : 2
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

Lapisan 4- Strategi Pencapaian


Rencana Implementasi (Implementation/ Migration Plans)
Mendefinisikan tahapan untuk penerapan aplikasi, penjadwalan implementasi, analisis biaya atau
manfaat dan menentukan jalur yang jelas untuk berpindah dari posisi saat ini ke posisi yang diinginkan
dimasa depan, organisasi sistem informasi baru, adopsi metodologi pengembangan sistem baru, dan
penetapan standar atau prosedur. Adapun tahapan-tahapan perencanaan implementasi, antara lain [4]:
1. Mendefinisikan prioritas urutan-urutan aplikasi yang akan dibangun.
2. Mengukur usaha, kemampuan sumber daya yang tersedia dan merancang jadwal tahapan
implementasi.
3. Menentukan faktor-faktor kesuksesan dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang tepat.
Tahapan ini dikatakan berhasil bila dihasilkan suatu strategi migrasi yang menekankan perubahan
strategis dari posisi saat ini hingga posisi tujuan masa depan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Perencanaan Arsitekrur Enterprise Dinas Pendapatan Kabupaten Kuantan Singingi
a. Pemodelan bisnis dengan analisis rantai nilai
Rantai nilai (value Chain) Porter dapat dijadikan langkah awal dalam memodelkan bisnis dengan
mendefinisikan area fungsional utama organisasi dan aliran informasi yang terdiri dari aktivitas utama
(primary activitie) dan aktivitas pendukung (support activities) [5].

Gambar 2. Model Rantai Nilai (Value Chain) Dispenda Kabupaten Kuantan

Pendefinisian fungsi bisnis Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi (lihat Gambar 2.) dengan
menggunakan analisis value chain mengidentifikasi 7 (tujuh) kegiatan utama (primary activities) dan 4
(empat) kegiatan pendukung (support activities).
Kegiatan utama:
1) Pengkoordinasian dan Perumusan Pendapatan; kegiatan pengkoordinasian sumber-sumber
pendapatan dan perumusan peraturan mengenai Pengelolaan Pendapatan Daerah.
2) Pendaftaran dan Pendataan; kegiatan menjaring Wajib Pajak (WP)/Wajib Retribusi (WR) dan
melakukan pendataan terhadap WP/WR
3) Penetapan dan Penyetoran; kegiatan ini yaitu menghitung jumlah ketetapan pajak/retribusi atas
dasar laporan WP/WR dan merekam data-data penerimaan pembayaran dari WP/WR.
4) Penagihan; yaitu kegiatan penagihan pajak/retribusi terhadap pembayaran pajak/retribusi yang
belum dilunasi oleh WP/WR.
5) Keberatan; melakukan pembetulan, pengurangan, penghapusan atau pengurangan sanksi
adminitrasi dan pembatalan serta tata cara penyelesaian keberatan yang diajukan oleh WP/WR.
6) Pembukuan dan Pelaporan; kegiatan pembukuan pajak/retribusi daerah dan membuat realisasi
penerimaan.
7) Monitoring; aktivitas atau kegiatan monitoring terhadap fungsi pendaftaran, pendataan,
penetapan, penyetoran dan pembukuan.
Kegiatan pendukung:
1) Manajemen Kepegawaian; merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan sumber daya
manusia/ kepegawaian

ISBN : 3
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

2) Manajemen Keuangan; kegiatan dari manajemen keuangan menyangkut penyedian alokasi


anggaran kegiatan.
3) Manajemen Teknologi Informasi & Komunikasi; kegiatan menyediakan fasilitas Teknologi
Informasi dan Komunikasi guna menunjang kegiatan utama
4) Perlengkapan; kegiatan menyediakan sarana dan prasarana berdasarkan standard pelayanan, dan
menyusun daftar kebutuhan barang.
b. Dekomposisi Fungsi Bisnis
Untuk mengetahui siklus dan dekomposisi dari setiap fungsi, maka berikut adalah dekomposisi dari
setiap fungsi tersebut dengan mengunakan tools four stage life cycle [6]. Analisis tersebut terdiri dari:
• Kebutuhan (requirement): aktivitas yang menentukan banyaknya produk atau sumber daya
yang diperlukan, rencana mendapatkannya, serta pengukuran dan pengendalian terhadap
rencana tersebut.
• Akuisisi (aquisition): aktivitas untuk mengembangkan produk atau jasa aktivitas untuk
mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam pengembangan.
• Pengelolaan (stewardship): aktivitas untuk membentuk, memperbaiki, atau memelihara
sumber daya pendukung dan untuk menyimpan atau melacak produk atau jasa.
• Disposisi (disposition): aktivitas dan keputusan yang mengakhiri tanggung jawab dari (unit)
organisasi terhadap suatu produk, atau jasa atau suatu penanda untuk mengakhiri penggunaan
suatu sumber
Adapun hasil dari dekomposisi setiap fungsi pengelolaan pendapatan daeran mengunakan four stage
life cycle seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Four Stage Life Cycle Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi
Fungsi Kebutuhan Akuisisi Pengelolaan Disposisi
Pengkoordin Perencanan Penetapan peraturan Pelaksanaan Dokumetasi
asian dan Peraturan pendapatan daerah, Peraturan Daerah Perda/Perbup,
Perumusan Pengelolaan penentuan target, dan peraturan Target
Pendapatan Pendapatan pembuatan program & Bupati tentang pendapatan,
Daerah Kegiatan, penentuan tim pendapatan daerah Program &
pendapan daerah kegiatan
Pendaftaran Perencanan Pendaftaran Nomor Pokok Penetapan Kepemilikan
dan Wajib Pajak Wajib Pajak Daerah NPWPD/NPWRD) NPWPD/
Pendataan (WP) & Wajib (NPWPD)/ Nomor Pokok NPWWRD
Retribusi (WR) Wajib Retribusi Daerah
(NPWRD)
Penetapan Perencanan Menghitung ketetapan Menetapkan Ketetapan
dan Ketetapan Pajak/ Retribusi Daerah Pajak/Retribusi Pajak/Retribusi
Penyetoran Pajak/Retribusi Daerah Daerah WP/WR
Daerah
Penagihan Perencanaan Penerbitan Surat Teguran, Penagihan, Laporan
Penagihan Surat penyitaan, Surat penyitaan, penagihan Pajak/
Pajak/Retribusi Paksa, surat penagihan peneguran Retribusi Daerah.
Daerah pajak
Keberatan Perencanaan Menetapkan standar Pembetulan, Laporan Hasil
tata cara keberatan pengurangan keberatan
penyelesaian penghapusan,
keberatan pengurangan sanksi
Pembukuan Perencana Merekap realisasi Rekap Peneriman Dokumentasi
dan pembukuan dan pendapatan, membuat pajak/retribusi dan raalisasi
Pelaporan pelaporan laporan realisasi laporan realisasi penerimaan
peneriman pajak/retribusi pajak/retribusi
daerah daerah
Monitoring Perencanaan, Penjadwalan monitoring, Pelaksanaan Laporan
monitoring penetapan tim monitoring monitoring monitoring

2. Sistem dan Teknologi Saat Ini


Pada tahap ini yang dilakukan adalah mendokumentasikan dan mendefinisikan semua landasan
sistem dan teknologi yang sedang digunakan. Dokumentasi yang dihasilkan berupa katalog sumber
daya

ISBN : 3
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

informasi (Information Resource Catalog atau IRC) seperti pada Tabel 2. IRC tidak menjabarkan setiap
sistem secara terperinci, melainkan hanya ringkasannya saja [4].

Tabel 2. Katalog Sumber Daya Informasi Dispenda Kab. Kuantan Singingi


Nama Sistem Informasi dan Manajemen Objek Pajak
Deskripsi Sistem yang dipakai untuk proses penerimaan permohonan pelayanan PBB-P2,
perhitungan nilai pajak PBB-P2, pembuatan Surat Keputusan/SPPT PBB-P2,
penyedian laporan-laporan terkait proses layanan PBB-P2
Sistem operasi Windows 2008 Server
Enterprise Database Server Oracle 10g
Jenis Aplikasi Desktop
Tahun Implementasi 2013
Basis Teknologi User Interface menggunakan Oracle Developer Form & Report 6i, Database
Server Oracle 10g
Berdasarkan hasil wawancara, untuk kegiatan selain Pajak ,Bumi dan Bangunan, Pedesaan,
Perkotaan (PBB-P2) Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi masih menggunakan Microsoft excel dalam
kegiatannya.
Analisis kondisi dan kebutuhan
Analisis kondisi lingkungan dilakukan dengan memanfaatkan analisis SWOT. Proses analisis
SWOT dengan mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi dalam mengembangkan sistem informasi yang dibuat
dalam bentuk Matriks SWOT yaitu memetakan faktor kekuatan dan kelemahan dengan faktor peluang
dan ancaman [7].

3. Pembangunan Arsitektur Data


a. Daftar Entitas Data
Tahap ini diawali dengan mengidentifikasi entitas-entitas yang ada dalam lingkungan enterprise.
Identifikasi entitas dapat dilakukan dengan analisis siklus hidup sumber daya (four stage life cycle),
digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis data yang mengalir dari satu aktivitas ke yang lainnya,
yaitu data perencanaan, data transaksi, data rangkuman statistik, dan data inventori [3].

b. Diagram Hubungan Entitas (Entity realationship Diagram)


Suatu entitas data bisa menunjang dari beberapa area fungsi, bisa juga memiiki ketergantungan dan
hubungan dengan entitas data lainnya. Untuk itu, entitas-entitas perlu dirangkai sesuai dengan
ketergantungan dan hubungaan dalam konteks area fungsi yang didukungnnya. Pemodelannya dapat
dilakukan dengan pembuatan Entity Relationship Diagram (ERD) [3].

c. Matrik Proses versus Entitas Data


Hubungan antara area fungsi dan entitas data adalah dalam pembuatan, pengolahan dan penggunaan
data untuk keperluan pemenuhan tujuan fungsi bisnis. Hubungan ini didefinisikan melalui matriks proses
terhadap entitas data. Masing-masing sel dari matriks diisi dengan huruf : “C” (creat), “U” (update), dan
/atau “R” (reference) [3].

4. Pembangunan Arsitektur Aplikasi


a. Daftar Kandidat Aplikasi
Setelah fungsi bisnis didefinisikan dan arsitektur data dibuat, maka dorongan bisnis dan dorongan
atau diarahkan untuk menentukan dan mendefinisikan aplikasi. Langkah awal dari tahap ini adalah
menginventarisasikan kandidat-kandidat aplikasi yang diperlukan untuk mendukung proses bisnis dan
mengelola masa depan. Kandidat aplikasi dapat diperoleh dengan meninjau katalog sumber daya dan
mengakomodasi berbagai masukan kebutuhan aktual dari unit bisnis organisasi maupun dengan
mengadaptasi perkembangan aplikasi sistem informasi. Langkah ini bertujuan untuk menentukan fungsi
bisnis yang langsung didukung atau diakomodasi oleh aplikasi [4]. Maka diperoleh kandidat aplikasi
sebagai berikut:
1) Aplikasi Peraturan Pendapatan Daerah, yaitu aplikasi yang menginformasikan Dasar Hukum,
Undang-Undangan, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, Peraturan Bupati
terkait Pendapatan Daerah.
2) Aplikasi Utility, yaitu aplikasi yang menyiapkan parameter berupa table-tabel master yang
diperlukan oleh user untuk bahan perhitungan dan penetapan pajak/retribusi daerah.
3) Aplikasi Pendaftaran, yaitu aplikasi yang digunakan untuk menetukan NPWPD/NPWRD.

ISBN : 3
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

4) Aplikasi Pendataan, yaitu aplikasi yang akan meng-update data WP/WR pada kartu data yang
dipakai sebagai dasar penetapan pajak/retribusi daerah.
5) Aplikasi penetapan, yaitu aplikasi yang menghitung secara otomatis jumlah ketetapan pajak atas
dasar laporan WP/WR yang tertuang dalam SPTPD/SPTRD.
6) Aplikasi penyetoran, yaitu aplikasi yang akan merekam data-data penerimaan pembayaran dari
WP/WR atas dasar ketetapan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)/ Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD).
7) Aplikasi Penagihan, yaitu aplikasi penagihan terhadap pajak/retribusi yang sudah jatuh tempo.
8) Aplikasi Keberatan, yaitu aplikasi yang meliputi tatacara pembetulan, pengurangan ketetapan,
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan serta tata cara penyelesaian
keberatan.
9) Aplikasi Pembukuan, yaitu aplikasi yang mencatat semua realisasi penetapan dan penyetoran
pajak/retribusi kedalam buku jenis pajak/retribusi dan merekap daftar tunggakan.
10) Aplikasi Pelaporan, Aplikasi yang membuat laporan realisasi penerimaan sesuai masa
pajak/retribusi daerah.
11) Aplikasi Monitoring, yaitu aplikasi yang memonitor terhadap fungsi pendaftaran, pendataan,
penetapan, penyetoran, pembukuan, pelaporan dan penagihan.
12) Website sebagai media informasi dinas Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi
13) Info Pajak Melalui SMS.

b. Portofolio Aplikasi
Untuk melengkapi proses penentuan aplikasi dalam hubungannya dengan fungsi bisnis, digunakan
kerangka kerja portofolio aplikasi yang dibuat oleh [8]. Penyusunan portofolio aplikasi sistem informasi
dimaksudkan untuk menentukan prioritas dan merumuskan urutan modul aplikasi yang harus dikerjakan.
Dalam menyusun prioritas pengembangan aplikasi di Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi digunakan
tools McFarlan Strategic Grid yang merupakan strategic positioning dalam suatu organisasi yang akan
membantu dalam menetukan posisi aplikasi berdasarkan kontribusinya terhadap organisasi [8]. Hasil
dari interpretasi portofolio aplikasi Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi adalah seperti terlihat pada
Gambar4.

STRATEGIS POTENSIAL TINGGI


- Aplikasi Monitoring - Aplikasi Penagihan
- Info Jatuh Tempo Pajak/Retribusi melalui SMS - Aplikasi Keberatan
- Website - Aplikasi Pelaporan

- Aplikasi Pendaftaran - Aplikasi Kepegawaian


- Aplikasi Pendataan - Aplikasi Kuangan
- Aplikasi Penetapan - Aplikasi Perlengkapan
- Aplikasi penyetoran
- Aplikasi Pembukuan
OPERASIONAL KUNCI PENDUKUNG

Gambar 4. Portofolio Aplikasi

Dalam matriks portofolio, aplikasi yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan adalah aplikasi
yang memiliki peran operational kunci dan strategis, karena aplikasi tersebut menjadi kunci operasinal
sehari-hari dan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan tugas dan fungsi Dispenda. Kemudian,
prioritas pengembangan diberikan kepada sistem informasi yang berperan berpotensi tinggi dan
pendukung karena aplikasi ini penting untuk menunjang sukses masa depan namun tidak bersifat kritis.
Portofolio Aplikasi dapat ditentukan untuk 3 (tiga) skala waktu yaitu jangka pendek (<1 Tahun),
pengembangan aplikasi sistem informasi berdasarkan portofolio aplikasi saat ini (current), jangka
menengah (1-3 Tahun), pengembangan aplikasi sistem informasi berdasarkan potofolio aplikasi yang
dibutuhkan (required), dan jangka panjang (3-5 Tahun) [4]. Masing-masing portofolio menunjukan
kondisi dan peran aplikasi saat ini, yang direncakan untuk jangka dekat, dan yang perlu untuk
direncanakan dalam jangka panjang.

ISBN : 3
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

5. Pembangunan Arsitektur Teknologi


Arsitektur teknologi menjelaskan tentang semua kebutuhan taknologi informasi yang digunakan
untuk mewujudkan arsitektur data dan arsitektur aplikasi. Sebelum mandaftar kebutuhan teknologi perlu
menentukan dulu prinsip-prinsip platform teknologinya. Platform teknologi yang dimaksud adalah
tempat atau lingkungan untuk data maupun aplikasi agar dapat berjalan. Setelah menetukan platform
teknologi, kemudian melakukan identifikasi lokasi distribusi aplikasi dan infrastrukturnya [7]. Prinsip-
prinsip platform teknologi yang diperlukan oleh Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi seperti yang
dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3. Prinsip Platform Teknologi

No. Area Prinsip Deskripsi


1 Sistem Operasi 1) Sistem operasi yang digunakan mendukung jaringan komunikasi
2) Sistem operasi mendukung sejumlah perangkat lunak dan aplikasi
serta alat (tools) pengembangan sistem
3) Memiliki sifat portable (dapat dijalankan pada beberapa platform),
scalable (dapat dijalankan di computer berskala kecil maupun
besar), interoperable (dapat dijalankan di lingkungan hetorogen),
compatible (mampu mendukung peralatan yang sudah ada(
2 Perangkat Keras 1) Sedapat mungkin mengoptimalkan penggunaan perangkat keras
yang sudah ada sebelum memutuskan untuk membeli
2) Perangkat keras harus andal dan memiliki tingkat ketersedian
(availabilitas) yang tinggi sserta mendukung teknologi yang akan
datang
3) Pemilihan teknologi perangkat keras tidak berbasis fitur teknologi
tertentu dan tidak berfokus pada suatu merek.
3 Jaringan Komunikasi 1) Jaringan dihubungkan dengan menggunakan teknologi kabel dan
nirkabel
2) Lingkungan jaringan disediakan dengan bandwidth yang memadai
dan sekumpulan protocol standar untuk mendukung layanan
jaringan dan akses real-time terhadap informasi
4 Aplikasi 1) Aplikasi yang digunakan harus memperhatikan ketentuan
perundangan dan legalitas
2) Aplikasi yang dibuat harus dibuat dokumentasinya
3) Pengadaan aplikasi diutamakan melalui pengembangan sendiri
sebelum mempertimbangkan untuk membeli
4) Pengembangan aplikasi baru harus memperhatikan integrasi
dengan sistem informasi yang sudah ada
5) Aplikasi yang dibuat oleh pihak ketiga harus dapat dirawat sendiri
dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
6) Pengembangan aplikasi menggunakan pendekatan modular
(berorientasi obyek) dengan metodologi rekayasa perangkat lunak
secara formal

5 Manajemen Data 1) Penyimpanan data dan aplikasi bersifat terpisah (client-server)


2) Menerapkan manajemen penyimpanan data secara terpusat
6 Keamanan 1) Setiap akses terhadap data, aplikasi dan jaringan dilakukan
perekaman (log)
2) Pembuatan kebijakan keamanan untuk akses fisik maupun
elektronik
3) Otorifikasi akses sistem diberikan sesuai dengan hak akses
masing-masing bidang.

6. Rencana Implementasi
Rencana implementasi dalam EAP menjelaskan tahapan pengembangan aplikasi dan platform
teknologi pendukungnya. Jadwal pengembangan aplikasi dibuat sesuai dengan aturan prioritasnya.
Pertimbangan yang digunakan untuk memberikan prioritas pengembangan antara lain peran aplikasi
dalam organisasi, peran aplikasi dalam penciptaan data, manfaat aplikasi, serta resiko dan dampak bagi
organisasi. Tahapan ini dalam metodologi Enterprise Arsitecture Planning bisa menjadi masukan bagi
Dispenda untuk menyiapkan sumber daya ketika menerapkan arsitektur enterprise yang telah
direncanakan [7].

ISBN : 3
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

V. SIMPULAN
Enterprise Arsitecture Planning merupakan framework yang bisa dijadikan Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Kuantan Singingi sebagai jembatan untuk pedoman menselaraskan pengembangan
sistem informasi dengan proses bisnis yang ada sehingga dapat meminimalisir kegagalan sistem
informasi.
Dalam pelaksanaannya proses bisnis harus dapat didefinisikan secara lengkap. Analisis kondisi saat
ini akan menghasilkan model bisnis dan analisis sistem atau teknologi saat ini. Arsitektur data menjadi
hal pertama didefinisikan dalam visi masa depan yang nantinya akan melandasi pendefinisian arsitektur
aplikasi dan dilanjutkan dengan pendefinisian teknologi. Pengembangan sistem informasi harus
berdasarkan portofolio aplikasi dengan menentukan prioritas utama yaitu operasional kunci dan strategis
dalam merumuskan urutan aplikasi yang harus dikerjakan.

VI REFERENSI
[1] Winardi, Sugeng. (n.d.). Penggunaan Kerangka Kerja COBIT untuk menilai Pengelolaan TI
dan Tingkat Pelayanan. Teknologi Informasi, VII. Teknologi Informasi, VII.
[2] Spewak, steven H., S. C. H. (1992). Enterprise Architecture Planning: Developing a Blueprint
for Data, Aplication, and Technology. John Wiley & SoN, Inc.
[3] Marwiyanto, Joko. (2014). Enterprise Architecture Planning Sistem Informasi Pelayanan Publik
Menggunakan Zachman Framework di Pemerintah Kota Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada.
[4] Surendro, Kridanto. (2009). Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi.
Bandung: Informatika.
[5] Porter, M. E. (1987). Competitev advantage :Creating and Sustaining Superior Performance.
Newyork: Free press.
[6] IBM. (1981). Bussines System Planning: Information System Planning Guide.
[7] Rahman, L. (2011). Perencanaan strategis sistem informasi dalam mendukung pengembangan
e- government di badan kepegawaian daerah kabupaten tulungagung.
[8] Ward, John.,Peppard, J. (2002). Strategic Planning for Information System. Jonh Wiley & Sons.

ISBN : 3
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2014) − Semarang, 11 Oktober

ISBN : 3

Anda mungkin juga menyukai