Anda di halaman 1dari 10

PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING

UNTUK SISTEM INFORMASI DINAS


DI KOMISI INFORMASI PROVINSI
RIAU

Mahfuzoh1; Mahyuda Irwanda2 ; Miftahul Jannah3 ;


1,2,3
Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN SUSKA Riau
E-mail: 12150321274@students.uin-suska.ac.id1 ,1215015127@students.uin-suska.ac.id2,
12150321893@students.uin-suska.ac.id3

ABSTRAK
Tulisan ini membahas penerapan EAP pada Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) di
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Perencanaan, pemahaman situasi saat ini dan prospek bisnis di masa
depan, dan rencana implementasi adalah bagian dari EAP. Analisis value chain Porter digunakan
dalam pemodelan bisnis untuk menentukan entitas bisnis utama dan pendukungnya. Entitas bisnis
yang diusulkan diubah menjadi entitas data dan dihubungkan dengan arsitektur aplikasi yang
dibutuhkan organisasi. Terakhir, rencana pengembangan telah disusun untuk memungkinkan
implementasi EAP pada SIKDA.

Kata Kunci: Sistem Informasi, EAP, Value Chain

I. PENDAHULUAN
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) di Dinas Kesehatan Provinsi Riau
membutuhkan perencanaan arsitektur enterprise yang terstruktur dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Oleh karena itu, paper ini membahas penerapan Enterprise
Architecture Planning (EAP) pada SIKDA. EAP adalah metodologi yang menyelaraskan
kebutuhan teknologi informasi dengan visi misi enterprise sehingga akan diperoleh
tujuan akhir yang terarah dan juga tepat. Langkah-langkah EAP yang dilakukan meliputi
inisialisasi perencanaan, pemahaman kondisi saat ini, kondisi enterprise di masa depan,
dan rencana implementasi .

II. METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus eksploatif,
yang berusah menggali lebih dalam tentang kebutuhan perencanaan pengembangan
sistem informasi di Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Bahan penelitian berupa data Survey
Enterprise dengan melakukan observasi, wawancara, dan pengkajian dokumen-dokumen
terkait proses bisnis di Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Bagian pertama dari penulisan
ini akan menjelaskan arsitektur enterprise sistem informasi menggunakan EAP dan
langkah-langkah penyusunannya, dilanjutkan dengan tentang aspek-aspek utama yang
harus diperhatikan pada saat menerapkan EAP. Aspek-aspek ini meliputi model bisnis,
sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi dan
rencana implementasi.

III. LANDASAN TEORI


1. Enterprise Architecture Planning (EAP)
Perencanaan Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture Planning)
merupakan proses mendefenisikan arsitektur-arsitektur untuk penggunaan informasi
yang mendukung bisnis dan mencakup rencana untuk mengimplementasikan
arsitektur tersebut [4]. EAP adalah suatu metode pendekatan perencanaan kualitas
data yang berorientasi pada kebutuhan bisnis serta bagaimana cara juga implementasi
dari arsitektur tersebut dilakukan sedemikian rupa dalam usaha untuk mendukung
perputaran roda bisnis dan pencapaian misi organisasi [5].

2. Langkah-langkah Penyusunan EAP


Langkah-langkah dalam pemodelan arsitektur, terdiri dari arsitektur data yang
berisi daftar kandidat entitas, arsitektur aplikasi yang membantu fungsi bisnis utama,
dan arsitektur teknologi mengenai kebutuhan infrastruktur yang harus disediakan
untuk mendukung jalannya data dan aplikasi yang digunakan organisasi [6]. Berikut
adalah fase dari metodologi EAP [7].

Gambar 1. Fase EAP (Sumber: Kurniawan, 2011)[7]


1. Lapisan 1-Permulaan
Inisiasi perencanaan. Tahap ini terdiri dari penentuan ruang lingkup dan
perencanaan kegiatan atau rencana kerja, metodologi yang digunakan, siapa yang
terlibat, dan tools apa yang digunakan. Tahapan ini mengawali semua tahapan dan
sangat berpengaruh terhadap tahapan lain. Hasil dari tahapan ini adalah rencana
kerja untuk perencanaan Enterprise Architecture dan komitmen manajemen untuk
melanjutkan ke enam tahap berikutnya.

2. Lapisan 2-Pemahaman Kondisi Saat Ini


Memodelkan bisnis. Tahap ini mengompilasi dan membangun suatu basis
pengetahuan mengenai bisnis dan informasi yang digunakan bisnis saat ini. Tahapan
ini mendefinisikan sistem aplikasi dan platform teknologi yang ada untuk
mendukung bisnis saat ini. Hasilnya berupa inventaris sistem aplikasi, data, dan
platform teknologi yang dijadikan dasar untuk rencana migrasi jangka panjang.

3. Lapisan 3-Rencana Masa Depan


1) Arsitektur Data
Tahapan ini mendefinisikan jenis-jenis data utama yang diperlukan bagi bisnis.
2) Arsitektur Aplikasi
Mengidentifikasi jenis-jenis aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola data
dan mendukung fungsi bisnis.
3) Arstektur Teknologi.
Mendefinisikan platform teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilakan
suatu lingkungan bagi aplikasi pengelola data dan pendukung fungsi bisnis.

4. Lapisan 4-Strategi Pencapaian


Rencana Implementasi/Migrasi. Tahapan ini mengidentifikasi urutan untuk
implementasi aplikasi, penjadwalan implementasi, analisis biaya/manfaat dan
mengusulkan jalur untuk migrasi dari kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan di
masa depan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Lapisan 1 Permulaan: Inisialisasi Perencanaan
a. MenentukanRuang Lingkup Enterprise
Blueprint yang disusun merupakan Blueprint Sistem Informasi Kesehatan yang mana
akan memberikan gambaran tentang proses manajemen informasi kesehatan yang
dibutuhkan dan infrastruktur teknologi yang mendukungnya di Dinas Kesehatan.
b. Mendefinisikan Visi Misi
Dari visi dari Dinas Kesehatan maka dirumuskan sebagai berikut
"Penyelenggaraan organisasi yang sehat dengan didukung sistem informasi yang
didasarkan pada perkembangan teknologi informasi dan berfokus pada
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan".
Berikut misi yang ingin dicapai Dinas Kesehatan.
1. Mewujudkan sumber daya yang beriman, berkualitas dan berdaya saing
melalui pembangunan manusia seutuhnya.
2. Mewujudkan pembangunan insfrastruktur daerah yang merata dan
berwawasan lingkungan.
3. Mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya saing
4. Mewujudkan budaya melayu sebagai payung negeri dan mengembangkan
pariwisata yang berdaya saing
5. Mewujudkann tata kelola pemerintahan yang baik dan pelayan publik yang
prima berbasis teknologi informasi.
6. Mendorong Badan Publik terutama lembaga pemerintah untuk
mengembangkan sistem pengelolaan dan layanan informasi publik berbasis
Teknologi Informasi untuk menghasilkan layanan informasi yang
berkualitas
7. Membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan terrkait untuk
menstimulus masyarakat sadar informasi menuju Provinsi Riau
Berkemejuan dan Bedaya Saing.
c. Menentukan Metodologi
Blueprint Sistem Informasi Kesehatan disusun dengan menggunakan
metodologi Enterprise Architecture Planning karena dalam metodologi ini
menyelaraskan kebutuhan teknologi informasi dengan visi misi enterprise
sehingga akan diperoleh tujuan akhir yang terarah dan juga tepat.
d. Menentukan Tim Pengembangan
Tim penyusun dan pengembang dipilih berdasarkan kapasitas masing masing
sebagai tim yang ahli sesuai bidangnya. Tim ini dibagi menjadi tim peneliti, tim
IT, tim manajemen proyek dan tim konsultan.

2. Lapisan 2: Pemahaman Kondisi Saat Ini


a. Pemodelan Bisnis dengan Analisis Rantai
Memodelkan bisnis proses dapat dilakukan dalam tiga tahap: dokumentasi
struktur organisasi, identifikasi, dan pemodelan. Tujuan pemodelan bisnis
proses adalah untuk menyediakan dasar pengetahuan yang lengkap dan
menyeluruh tentang yang dapat digunakan untuk mendefinisikan arsitektur dan
rencana implementasi.

Rantai nilai (value Chain) Porter dapat dijadikan langkah awal dalam
memodelkan bisnis dengan mendefinisikan area fungsional utama organisasi
dan aliran informasi yang terdiri dari aktivitas utama (primary activitie) dan
aktivitas pendukung (support activities).
Gambar 2. Model Rantai Nilai (Value Chain) Dinas Kesehatan

Pendefinisian fungsi bisnis Dinas Kesehatan dengan menggunakan analisis value


chain mengidentifikasi 3 (Tiga) kegiatan utama (primary activities) dan 4 (Empat)
kegiatan pendukung (support activities).
Kegiatan utama:
1) Manajemen Administrasi: Ini melibatkan administrasi rumah sakit, manajemen
pasien, penjadwalan, dan manajemen data pasien.
2) Asuransi Kesehatan: Ini melibatkan penyediaan layanan asuransi kesehatan
kepada masyarakat.
3) Penelitian dan Pengembangan : Ini melibatkan penelitian medis dan
pengembangan teknologi kesehatan baru.
4) Pendidikan Kesehatan : Ini mencakup Pendidikan tenaga medis, serta
edukasi masyarakat tentang kesehatan.
Kegiatan Pendukung:
1) Penyediaan Layanan Medis: Ini adalah tahap utama dalam rantai nilai di
industri kesehatan, yang mencakup penyediaan layanan medis kepada pasien.
2) Penyediaan Sarana Kesehatan: Ini mencakup penyediaan fasilitas, peralatan
medis, dan bahan medis.
3) Produksi Obat dan Alat Kesehatan: Ini mencakup produksi obat-obatan,
perangkat medis, dan produk-produk kesehatan lainnya.
Dengan pemodelan bisnis ini, Enterprise Architecture Planning dapat diterapkan
dengan lebih terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan Provinsi
Riau. Itu akan membantu dalam menyusun roadmap teknologi, pengelolaan
sumber daya, dan perencanaan strategis untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam pengelolaan informasi kesehatan di provinsi tersebut

3. Lapisan 3: Rencana Masa Depan


Lapisan ini adalah untuk penentuan tujuan perusahaan dari rating perusaan
sekarang pada penelitian lapisan ke 2 untuk naik kerating yang lebih tinggi untuk
kemajuan perusahaan.
1. Daftar Kandidat Entitas
Kandidat entitas adalah suatu entitas yang akan menjadi bagian dalam dalam
perencanaan arsitektur enterprise, sehingga penentuannya dapat didasarkan pada
kondisi fungsi bisnis utama pada value chain yang telah terdefinisi sebelumnya,
dengan demikian maka entitas yang akan didefinisikan adalah entitas bisnis yang
nantinya didefinisikan menjadi entitas data. Sesuai dengan kondisi value chain
tersebut, maka daftar entitas bisnis yang dapat diidentifikasi adalah sebagai
berikut.
a. Entitas Manajemen Administrasi
b. Entitas Asuransi Kesehatan
c. Entitas Penilitian dan Pengenmbangan
d. Entitas Pendidikan Kesehatan
e. Entitas Penyedia Layanan Medis
f. Entitas Penyediaan Sarana Kesehatan
g. Entitas Produksi Obat dan Alat Kesehatan
Kondisi diatas didasarkan pada Zachman Framework, pendefinisian mengenai
entitas pada level dua adalah menurut owner view, dimana hubungan antar entitas
digambarkan dalam bentuk hubungan diantara entitas bisnisnya. Dengan
demikian maka kandidat entitas yang digambarkan merupakan entitas bisnis yang
didapat dari fungsi utamanya belum merupakan penggambaran entitas pada
masing-masing data.

Untuk lebih jelasnya maka perlu diturunkan kembali dari masing-masing


entitas bisnis menjadi entitas data sehingga rencana pendefinisian dari arsitektur
data dapat terbentuk. Berikut kandidat entitas data dari entitas bisnis

Tabel 1. Entitas data


ENTITAS BISNIS NO ENTITAS DATA
Entitas Manajemen Administrasi 1. 1. Data Administrasi Rumah
2. Sakit
3. 2. Data Pasien
4. 3. Data Penjadwalan
4. Data Manajemen Data Medis
Entitas Asuransi Kesehatan 5. 1. Data Polis Asuransi
6. 2. Data Klaim Asuransi
7. 3. Data Layanan Pelanggan
Entitas Penelitian dan Pengembangan 8. 1. Data Penelitian Obat
9. 2. Data Pengembangan Perangkat
Medis
Entitas Pendidikan Kesehatan 10. 1. Data Pendidikan Dokter
11. 2. Data Pelatihan Perawat
12. 3. Data Program Edukasi
Masyarakat
Entitas Penyediaan Layanan Medis 13. 1. Data Rekam Medis
14. 2. Data Diagnosis
15. 3. Data Perawatan
16. 4. Data Operasi
17. 5. Data Rehabilitasi
18. 6. Data Pemberian Obat
Entitas Penyediaan Sarana Kesehatan 19. 1. Data Fasilitas
20. 2. Data Peralatan Medis
21. 3. Data Bahan Medis
Entitas Produksi Obat dan Alat 22. 1. Data Penelitian Obat
Kesehatan 23. 2. Data Produksi Obat
24. 3. Data Produksi Perangkat Medis
5. Entitas Keterangan Dokumen
Entitas Penjadwalan Mediasi dan 1. 1. Entittas Jadwal Mediasi
Sidang 2. 2. Entitas Jadwal Sidang
3. 3. Entitas Pihak Terlibat
4. 4. Entitas Lokasi Mediasi
5. 5. Entitas Lokasi Sidang
6. 6. Entitas Status Jadwal
Entitas Monitoring Penyelesaian 1. 1. Entitas Pemohon Sengketa
Sengketa 2. 2. Entitas Mediator
3. 3. Entitas Petugas Penyelesaian
4. Sengketa
5. 4. Entitas Tanggal dan
6. Waktu Mediasi
7. 5. Entitas Hasil Mediasi
8. 6. Entitas Tanggal dan
Waktu Sidang
7. Entitas Hasil Sidang
8. Entitas Status Tindak
Lanjut Sengketa
Entitas Pelaporan 1. 1. Entitas Pihak Terlibat
2. Sengketa
3. 2. Entitas Status Sengketa
4. 3. Entitas Jumlah Sengketa
4. Entitas Dokumen Sengketa
Entitas Kepegawaian 1. 1. Data Pegawai
2. 2. Data Jabatan
3. 3. Data Departemen
4. 4. Data Gaji
5. 5. Data Absensi
6. 6. Data Pelatihan
7. 7. Data Penggajian
Entitas Keuangan 1. 1. Entitas Anggaran Keuangan
2. 2. Entitas Pendapatan
3. 3. Entitas Pengeluaran
4. 4. Entitas Audit Keuangan
5. 5. Entitas Perencanaan Keunagn
6. 6. Entitas Pajak
Entitas Hukum 1. 1. Entitas Pengacara
2. 2. Entitas Keputusan Hukum
3. 3. Entitas Kasus Hukum
2. Arsitektur Aplikasi
Untuk arsitektur aplikasi yang diidentifikasikan untuk membantu fungsi bisnis
utama dari organisasi dimaksudkan untuk mendefinisikan aplikasi yang
dibutuhkan oleh organisasi, yaitu menentukan kandidat aplikasi, menghubungkan
aplikasi tersebut dengan fungsi bisnis yang telah didefinisikan, dan
menghubungkan aplikasi dengan unit organisasi Perusahaan.
Dalam mendefinisikan kandidat aplikasi akan digunakan Four Stage Life
Cycle sebagai alat perkiraan kebutuhan terhadap aplikasi ini. Dari yang terlihat
aplikasi apa saja yang harus dibuat untuk membantu proses bisnis utama guna
memenuhi kebutuhan organisasi. Berdasarkan apa yang diperoleh dari four stage
life cycle dapat disimpulkan untuk fungsi bisnis utama dan fungsi bisnis
pendukung dapat di urutkan menjadi berikut ini.
Tabel 2. Kandidat Sistem Aplikasi

NO GRUP APLIKASI NO KANDIDAT SISTEM INFORMASI


1. Entitas Manajemen 1. Sistem Administrasi Rumah Sakit
Administrasi 2. Sistem Manajemen Pasien
3. Sistem Penjadwalan Kunjungan
4. Sistem Manajemen Data Medis

2. Entitas Asuransi Kesehatan 5. Sistem Polis Asuransi


6. Sistem Klaim Asuransi
7. Sistem Layanan Pelanggan

3. Entitas Penelitian dan 8. Sistem Penelitian Obat


Pengembangan 9. Sistem Pengembangan Perangkat
Medis
4. Entitas Pendidikan Kesehatan 10. Sistem Pendidikan Dokter
11. Sistem Pelatihan Perawat
12. Sistem Program Edukasi Masyarakat

5. Entitas Penyediaan Layanan 13. Sistem Rekam Medis


Medis 14. Sistem Diagnosis
15. Sistem Perawatan
16. Sistem Operasi
17. Sistem Rehabilitasi
18. Sistem Pemberian Obat

6. Entitas Penyediaan Sarana 19. Sistem Fasilitas


Kesehatan 20. Sistem Peralatan Medis
21. Sistem Bahan Medis

7. Entitas Produksi Obat dan Alat 22. Sistem Penelitian Obat


Kesehatan 23. Sistem Produksi Obat
24. Sistem Produksi Perangkat Medis
3. Arsitektur Teknologi
Setelah melakukan identifikasi arsitektur data dan arsitektur aplikasi, langkah
selanjutnya yakni mengusulkan pengembangan arsitektur teknologi yang dimiliki
guna meningkatkan kinerja sistem, seperti gambar di bawah:

4. Lapisan 4 : Implementasi
Untuk tahapan implementasi, akan dibuatkan roadmap rencana pengembangan,
seperti terlihat pada Tabel 3.

V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Enterprise Arcithecture Planning merupak framework yang bisa dijadikan Komisi
Infromasi Provinsi Riau sebagai jembatan untuk pedoman menselaraskan
pengembangan sistem infromasi dengan proses bisnis yang ada sehingga dapat
meminimalisir kegagalan sistem infromasi. Dalam pelaksanaannya proses bisnis
dan analisis sistem atau teknologi saat ini. Arsitektur data menjadi hal pertama
didefiniskan dalm visi masa depan nantinya akakn melandasi pendefinisian
arsitektur aplikasi dan dilanjutkan dengan pendefinisian teknologi. Pengembangan
sistem infromasi harus berdasarkan portfolio aplikasi dengan menentukan prioritas
utama yaitu operasional kunci dan strategis dalam merumuskan urutan aplikasi
yang harus dikerjakan.
2. Saran
Berikut ini adalah saran untuk penelitian selanjutnya.
1. Blueprint proses bisnis di Komisi Informasi Provinsi Riau dapat dikembangkan
lebih detail lagi terhadap perancangan kandidat aplikasi yang telah tercantum di
blueprint.
2. Scope integrasi sistem ditambahkan lebih luas lagi, sehingga dapat
dikembangkan sistem terintegrasi dengan database terpusat.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Y. Edriani, “JOM FISIP Vol. 3 No. 2 Oktober 2016,” vol. 3, no. 2, pp. 1–23, 2016.
[2] UU Pemerintah RI, “UU Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU Nomor 14
Tahun 2008),” J. Teknol. Inf. dan Komun. STMIK ProVisi Semarang, pp. 49–60, 2008.
[3] F. Suryadinata, E. Nugroho, and S. Fauziati, “Implementasi Enterprise Architecture
Planning Untuk Sistem Informasi Di Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi.”
2014, [Online]. Available:
https://ilkom.unnes.ac.id/snik/prosiding/2014/5.SNIK2014_VPN.pdf.
[4] A. W. Nugroho, S. Setiyowati, and A. Kusumaningrum, “Metode Enterprise
Architecture Planning Untuk Merencanakan Sistem Informasi Manajemen
Anggaran Perguruan Tinggi Swasta,” J. Ilm. SINUS, vol. 18, no. 2, p. 43, 2020, doi:
10.30646/sinus.v18i2.477.
[5] I. Y. Sari, L. P. Dewi, and A. Setiawan, “Perancangan Enterprise Architecture di PT
. BMP Menggunakan Metode Enterprise Architecture Planning ( EAP ),” Progr.
Stud. Tek. Inform. Fak. Teknol. Ind. Univ. Kristen Petra Jl., pp. 1–5, 2017.
[6] A. P. Utomo, “Pemodelan Arsitektur Enterprise Sistem Informasi Akademik Pada
Perguruan Tinggi Menggunakan Enterprise Architecture Planning,” Simetris J. Tek.
Mesin, Elektro dan Ilmu Komput., vol. 5, no. 1, pp. 33–40, 2014, doi:
10.24176/simet.v5i1.129.
[7] B. Kurniawan, “Enterprise architecture planning sistem informasi pada perguruan
tinggi swasta dengan zachman framework,” Maj. Ilm. UNIKOM, vol. 9, no. 1, pp. 21–
32, 2011, [Online]. Available: http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/enterprise-
architecture.x/volume-91-artikel-3.pdf.
[8] N. E. Helwig, S. Hong, and E. T. Hsiao-wecksler, “No 主観的健康感を中心とした在
宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.”

Anda mungkin juga menyukai