Anda di halaman 1dari 13

Mekanisme Adaptasi Sel (atropi, hipertrofi, dan iskemik)

Dosen Pembimbing:

Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mata Kuliah : Patofisiologi

Kelompok 3:

1. Anadya Sabrina (20022005)


2. Anisa (20022006)
3. Ayu Dwi Afrilisa (20022007)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI...................................................................................................

PEMBAHASAN..............................................................................................

A. Definisi Sel.........................................................................................
B. Definisi Adaptasi Sel ..........................................................................
C. Karakteristik Sel.................................................................................
D. Fungsi Sel............................................................................................
E. Fungsi Sel pada Tubuh Manusaia .......................................................
F. Penyebab Cedera Sel ..........................................................................
G. Perubahan yang Dilakukan Oleh Sel...................................................
1. Atropi.......................................................................................
2. Hipertropi.................................................................................
3. Iskemik ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
A. Definisi Sel
Sel didefinisikan sebagai unit struktural dan fungsional yang paling kecil dari
tubuh manusia. Organ dan jaringan terdiri dari kumpulan sel, sehingga sel yang
rusak dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada organ dan jaringan dan
menyebabkan sistem tubuh berhenti berfungsi. Pada akhirnya akan terjadi
masalah pada fungsi tubuh manusia.(Lala, 2022)

B. Definisi Adaptasi Sel


Sel pada umumnya dapat berfungsi dengan baik kendati terdapat perubahan
keadaan atau stesor. Kendati demikian, perubahan atau stres yang berat atau
berkepanjangan dapat mencederai atau bahkan dapat menghancurkan sel. Ketika
integritas sel terancam, misalnya oleh keadaan hipoksia, anoksia, cedera kimia,
infeksi, atau suhu yang ekstrim sel akan bereaksi dengan cara berikut:
1. Dengan bergantung pada cadangan energinya untuk mempertahankan
fungsinya
2. Dengan melakukan perubahan adaptif atau disfungsi seluler.
Jika cadangan energi sel tersedia dalam jumlah cukup dan tubuh tidak
mendeteksi abnormalitas, maka sel beradaptasi dengan menjadi atrofi,
hipertrofi, hiperplasia, metaplasia, atau displasia.(Alak, 2013)

- Hipoksia: Merujuk pada kadar oksigen arteri yang kurang dari normal
- Anoksia: Istilah yang digunakan untuk menunjukkan akibat dari kekurangan
oksigen yang menyeluruh karena sejumlah sebab primer.
- Cedera kimia: Disebabkan oleh obat-obatan, trauma, zat kimia, atau iritasi
jaringan akibat benda mekanik.
- Atropi adalah penurunan ukuran sel yang terjadi diluar proses normal.
- Hipertropi diartikan sebagai peingkatan ukuran menjadi besar suatu jaringan
atau organ akibat penambahan ukuran selnya yang tidak diikuti dengan
penambahan fungsi organ atau jaringan tersebut.
- Hiperplasia: Peningkatan jumlah sel terjadi akibat peningkatan mutlak pada
suatu jaringan sel, sehingga mengakibatkan jaringan tersebut membesar dan
juga terjadi peningkatan fungsi dari organ atau jaringan tersebut
- Metaplasia: Bentuk perubahan bentuk perubahan yang terjadi adalah
konversi satu macam sel dewasa berubah menjadi jenis sel dewasa lainnya.
- Displasia: kondisi tubuh ditandai oleh sel abnormal yang dapat
menyebabkan jaringan membesar atau sel pra-kanker.

C. Karakteristik Sel
1. Sel dapat menjalankan fungsi spesifik.
2. Sel membutuhkan makanan untuk hidup dan menjalankan fungsinya.
Meskipun mereka tidak memiliki "mulut untuk makan, sel tetap dapat
mencerna makanan serta menggunakannya untuk proses pertumbuhan dan
reproduksi sel. Proses ini disebut endositosis, yakni proses transpor
makromolekul dan materi yang sangat kecil ke dalam sel dengan cara
membentuk vesikula baru dari membran plasma.
3. Sel tumbuh dan dapat memperbaiki diri
4. Sel dapat memproduksi diri. Hal ini dilakukan dengan proses fisi sederhana,
yakni membelah diri, kemudian setiap sel baru tumbuh sampai ukuran penuh
sebelum membagi diri dengan pembelahan sederhana dan seterusnya.
5. Nutrisi yang diserap oleh sel dapat digunakan untuk penyimpanan dan
pelepasan energi, serta memungkinkan sel untuk tumbuh dan memperbaiki
diri.
6. Seperti manusia yang tidak menyerap semua makanannya. Sel juga hanya
menyerap zat-zat yang diperlukan. Sementara, zat lainnya harus disekresikan
7. Sel juga mengalami kematian. Beberapa sel memiliki jangka hidup yang
pendek dan ada yang bertahan selama beberapa tahun, tapi bisa dipatikan
semua sel akan mati .(Budhayermawan, 2021)

D. Fungsi sel
1. Gerakan
Sel otot bisa menghasilkan tenaga yang menghasilkan gerakan(otot
rangka,kontraksi/relaksasi sel otot polos di dinding pembuluh darah,
kontraksi dinding kandung kemih).
2. Konduktivitas
Konduksi sebagai respons terhadap stimulis dimanifestasikan oleh
gelombang ekstitasi, pada potensial listrik yang melewati permukaan sel
untuk mencapai bagian lainya. Contohnya sel saraf dan sel jantung.
3. Penyerapan metabolik
Semua sel menyerap dan menggunakan nutrisi dan zat lain dari organ di
sekelilingnya, minsalnya sel-sel usus dan sel ginjal menyerap cairan dan
menyintesis protein.
4. Sekresi
Sel tertentu dapat menyintesiskan zat baru dari zat yang mereka serap
dan mengeluarkan zat baru sesuai kebuthan, munsalnya sel kelenjar mukosa,
kelenjar adrenal(steroid), testis, hormon(ovarium).
5. Eksresi
Semua sel dapat melepaskan diri dari produksi limbah yang di hasilkan
dari pemecahan nutrisi metabolisme. Enzim dari lisosum memecah atau
mencerna melekul besar mengubahnya menjadi produk limbah yang
dilepaskan dari sel.
6. Respirasi
Respirasi sel meyerap oksigen, yang digunakan untuk mengubah nutrisi
menjadi energi dalam bentuk ATP ( adenosine triphosphate). Pernapasan
seluler atau oksida terjadi pada organel yang disebut mitokondria.
7. Reproduksi
Pertumuhan jaraingan terjadi saat sel membesar dan berproduksi sendiri.
Hal ini sangat penting untuk perawatan jaringan. Tidak semua sel mampu
melakukan pembelahan terus menerus, dan beberapa sel, seperti sel saraf
tidak bisa berproduksi.
8. Komunikasi
Komunikasi sangat penting bagi sel untuk bertahan hidup. Sel prankreas,
minsalnya, mengeluarkan dan melepaskan insulin untuk memberi sinyal
pada sel otot agar menyerap gula dari dalam darah sebagai energi.
(Budhayermawan, 2021)
E. Fungsi Sel pada Tubuh Manusia
1. Reaksi Imunologi dan bereproduksi
2. Menggunakan petunjuk berupa bentuk kode dalam proses sintesis dari
sebagian besar unsur seluler.
3. Mengaktifkan metabolisme yang dikatalisis oleh reaksi kimia maka
terjadilah proses pembentukan dan proses penjabaran pada senyawa organik
4. Penyerapan dan mengasimilasi nutrisi merupakan cara memisahkan
senyawa kimia dari cairan interstitial yang ada disekitarnya, contohnya
senyawa asam amino yang diubah menjadi senyawa yang lebih komplit
berupa senyawa protein.
5. Pertumbuhan dan perbaikan (anabolisme), Nutrisi dapat dipergunakan
dalam pembentukan protoplasma yang baru sehingga sel dapat tumbuh dan
berkembang. Substansi ini bisa dipakai untuk memperbaiki bagian yang
rusak dari sel tersebut. Fungsi yang demikian ini biasa disebut sebagai
fungsi anabolik seluler.
6. System respirasi, O2 yang terdapat dalam darah yang berasal dari paru-paru
diserap oleh sel dalam membantu tubuh untuk bertahan hidup dan
karbondioksida (CO2) dilepaskan kemudian dibawa ke paru-paru bersama
darah.
7. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat yang tertinggal dari hasil
pemecahan sel yang dikeluarkan ke dalam cairan interstitial yang selanjutnya
berjalan bersama darah untuk dieliminasi dalam tubuh. Sedangkan karbon
dioksida (CO2) diekskresi melalui organ paru-paru, dan untuk produksi
limbah lainnya dikeluarkan melalui ginjal berupa urin dan usus dalam
bentuk feses. (Nur Syamsi Norma Lalla, 2022)

F. Penyebab Cedera Sel


1. Kekurangan oksigen
Hipoksia adalah kekurangan oksigen, yang menyebabkan cedera
sel dengan cara mengurangi respirasi oksidasi aerobik. Hipoksia adalah
penyebab kematian sel yang sangat penting dan umum. Penyebab
hipoksia meliputi prnurunan aliran darah(celled ischemia), oksigenasi
darah yang tidak adekuat akibat kegagalan kordiorespirasi, dan
penurunan kapasitas pembawa oksigen darah, seprti pada anemia atau
keracuran karbon monoksida(menghasilkan monoksihemoglobin karbon
stabil yang menghambat pengangkutan oksigen), atau setelah kehilangan
darah yang parah.
Keadaan hipoksia tergantung pada tingkat keparahan, sel bisa
beradaptasi, mengalami luka, atau mati.
2. Agen cedera fisik
Agen fisik yang mampu menyebabkan cedera sel termasuk
trauma mekanis, suhu ekstrem( luka bakar dan deep cold), perubahan
tekanan atmosfer, radiasi, dan sengatan listrik mendadak.
3. Agen kimia dan obat-obatan
Bahan kimia sederhana seperti glukosa atau garam dalam
konsentrasi hiportonik dapat menyebabkan cedera sel secara langsung
atau dengan menggangu keseimbangan elektrolik dalam sel. Bahkan,
oksigen pada konstrasi tinggi bersifat toksik. Adanya jumlah racun
dalam tubuh, sperti arsenik, sianida, atau garam merkuri, dapat
menghancurkan jumlah sel yang cukup dalam beberapa menit atau jam
hingga menyebabkan kematian.
4. Agen infeksi
Agen ini berkisar dari firus submikroskopis samapai cacing pita
besar. Diantaranya adalah riketsia, bakteri, jamur, dan bentuk parasit
yang lebih tinggi. Cara- cara yang menyebabkan agen biologis ini
mengalami cedera beragam.
5. Reaksi imonologi
Sistem kekebalan tubuh berfungsi sebagai fungsi penting dalam
pertahanan terhadap patogen infeksius, namun reaksi kekebalan tubuh
juga dapat menyebabkan cedera sel.
6. Cacat genetik
Cacat genetik dapat menyebabkan cedera sel karena kekurangan
proteian fugsional, seperti cacat enzim pada kesalahan metabolisme
bawaan, atau akumulasi protein yang rusak atau protein yang salah lipat,
yang keduanya memicu kematian sel saat tidak dpat di perbaki.
7. Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakseimbangan gizi menjadi penyebab utama cedera sel.
Kekurangan protein-protein menyebabkan jumlah kematian yang
mengerikan, terutama di antara masyarakat yang kurang mampu.
(Budhayermawan, 2021)

G. Perubahan yang Dilakukan oleh Sel


1. Atropi
Atrofi adalah proses terjadinya penyempitan ukuran organ atau jaringan
akibat penurunan ukuran dan jumlah sel. Atrofi bisa bersifat fisiologis atau
patologis. Atrofi fisiologis umum terjadi pada perkembangan normal.
Beberapa struktur embrio, seperti saluran notokord dan tiroglosal,
mengalami atrofi selama perkembangan janin. Berkurang ukuran rahim
dalam waktu yang cepat setelah parturisi adalah bentuk atrofi fisiologis.
Sementara itu, atrofi patologis in tergantung pada penyebab utamanya dan
bisa bersifat lokal atau umum. Penyebab umum atropi adalah sebagai
berikut:
a. Turunnya Beban Kerja (Atropi yang tidak digunakan)
Bila tulang retak dimobilisasi dalam gips plester atau ketika pasien
dibatasi untuk menyelesaikan bedtest, atrofi otot skelet akan terjadi
dengan cepat. Penurunan awal ukuran sel bersifat reversibel ketika
aktivitas dilanjutkan. Dengan penggunaan yang tidak terlalu lama,
serat otot skelet berkurang jumlahnya( karena apoptosis) dan ukuran.
Atrofi ini dapat disertai dengan resorpsi tulang yang menyebabkan
osteoporosis tidak digunakan.
b. Hilangnya Persarafan (Denervasi Atrofi)
Metabolisme dan fungsi normal otot rangka bergantung pada suplai
sarafnya. Kerusakan pada saraf menyebabkan atrofi serat otot
dipasok oleh saraf ini.
c. Pasokan Darah berkurang
Penurunan suplai darah (iskemia) kejaringan sebagai akibat dari
perkembangan penyakit oklusi arteri mengakibatkan atrofi jaringan.
Pada masa akhir dewasa, seseorang mungkin mengalami atrofi
progresif, terutama karena berkurangnya suplai darah akibat
aterosklerosis. Ini disebut atrofi pikun dan juga mempengaruhi hati.
d. Nutri yang Tidak Adekuat
Malnutrisi protein-kalori yang sangat buruk (marasmus) dikaitkan
dengan penggunaan otot rangka sebagai sumber energi setelah
cadangan lain habis.
e. Hilangnya Stimulus Endokrin
Banyak jaringan responsif hormon, sepeti payudara dan organ
reproduksi, bergantung pada stimulasi endokrin untuk metabolisme
dan fungsi normal. Hilangnya stimulus estrogen setelah menopause
mengakibatkan atrofi fisiologi endometrium, epitel vagina, dan
payudara.
f. Tekanan
Kompresi jaringan untuk waktu yang lama fapat menyebabkan atrofi.
Tumor jinak yang membesar dapat menyebabkan atrofi dijaringan
tak sadar sekitarnya. Hal tersebut adalah hasil dari perubahan iskemik
yang disebabkan oleh kompromi suplai darah oleh tekanan yang
diberikan oleh maasa yang meluas.(Budhayermawan, 2021)

2. Hipertrofi
Hipertrofi mengacu pada peningkatan ukuran sel, sehingga terjadi
peningkatan ukuran organ. Organ hipertrofi tidak memiliki sel baru, hanya
sel yang lebih besar. Ukuran sel yang meningkat disebabkan oleh sistesis
komponen struktural sel lebih banyak.Sel yang mampu melakukan
pembelahan dapat merespons stres dengan menjalani kedua hiperflasia dan
trofi,sedangkan pada sel yang tidak terlihat(mis.,serat mio kard)
meningkatkan massa jaringan karena hipertrofi. Pada banyak organ
hipertrofi dan hiperflasia dapat hidup berdampingan dan berkontribusi pada
peningkatan ukuran. (Budhayermawan, 2021)
Hipertrofi dapat bersifat fisiologis atau patologis dan disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan fungsional atau oleh stimulasi hormon dan faktor
pertumbuhan. Sel otot lurik dijantung dan otot rangka hanya memiliki
kapasitas terbatas untuk pembagian, merespons peningkatan kebutuhan
metabolik terutama dengan menjalani hipertrofi. (Budhayermawan, 2021)
Rangsangan paling umum untuk hipertrofi otot adalah beban kerja yang
meningkat. Misalnya, otot binaragawan yang menonjol yang terlibat
dalam”angkat besi” dihasilkan dari peningkatan ukuran serat otot individu
sebagai respon terhadap peningkatan permintaan. Di jantung, stimulus untuk
hipertropi biasanya merupakan kelebihan muatan hemodinamika kronis,
akibat hipertensi atau katup yang salah. Pada kedua jenis jaringan, sel otot
menyintesis lebih banyak protein dan jumlah myofilaments meningkat. Hal
ini meningkatkan jumlah kekuatan yang dapat dihasilkan masing-masing
miokardium, dan dengan demikian meningkatkan kekuatan dan kapasitas
kerja otot secara keseluruhan.(Budhayermawan, 2021)

3. Iskemik
Iskemik merupakan kekurangan suplai darah pada area
terlokalisasi. Keadaan ini bersifat resersible, yaitu jaringan kembali pada
fungsi normal setelah oksigen di alirkan kembali. Iskemik biasanya
terjadi pada adanya aterosklerosis, yaitu penyempitan pada pembuluh
darah akibat penimbunan lipid atau lemak. Contoh keadaan ini adalah
angina pektoris pada jantung yang memiliki gejala klinik berupa rasa
menyeri pada dada sebelah kiri dan menghilang ketika istirahat.(Yani,
2020)
Cedera iskemia-reperfusi (IRI) terjadi pada berbagai kondisi
klinis seperti stroke, trauma, transplantasi organ, dan sebagainya.
Kerusakan iskemia terutama timbul dari penipisan oksigen di jaringan.
Kekurangan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir dalam rantai
pernafasan menyebabkan penurunan produksi ATP dan akhirnya
menyebabkan gangguan transpor membran, asidosis, edema seluler dan
distorsi membran organel, dan sel. Reperfusi dapat mengintensifkan
cedera iskemik dengan infiltrasi sel inflamasi dan juga kelebihan oksigen
dan kalsium. Karena kandungan antioksidan jaringan menurun karena
peningkatan pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) selama IRI,
penerapan antioksidan dianggap sebagai strategi yang tepat untuk
memperbaiki IRI.(Vahid Akbari, 2019)
Kurangnya pengiriman nutrisi dan ketidak mampuan untuk
membuang sisa metabolisme yang menumpuk didalam sel selanjutnya
dapat memicu kematian sel dan nekrosis jaringan. Iskemia terjadi pada
jaringan yang dinamis secara metabolik, seperti jantung dan otak, dan
dapat menyebabkan kerusakan ireversibel yang parah dan bahkan
kematian. Organ lain, seperti hati dan ginjal, juga bisa terkena iskemia
akibat cedera. (Van Nguyen et al., 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Alak, jennifer p. ko. (2013). buku ajar patofisiologi (K. EGC (ed.)).

Budhayermawan. (2021). pengantar patofisiologi ( pustaka baru Press (ed.)).

Lala, nur syamsi norma. (2022). Patofisiologi ( pt globl eksekutif Teknologi (ed.); 1st
ed.).

Nur Syamsi Norma Lalla. (2022). Patofiologi (T. putri W. Mila Sari (ed.)). Global
Eksekutif teknologi.

Vahid Akbari. (2019). The protective effects of silymarin on ischemia-reperfusion


injuries: A mechanistic review. Iran J Basic Med Sci.

Van Nguyen, T. T., Vu, N. B., & Van Pham, P. (2021). Mesenchymal Stem Cell
Transplantation for Ischemic Diseases: Mechanisms and Challenges. Tissue
Engineering and Regenerative Medicine, 18(4), 587–611.
https://doi.org/10.1007/s13770-021-00334-3

Yani, annass budi setyawan. (2020). patofisiologi untuk mahasiswa keperawatan (C.
pen. Persada (ed.); 1st ed.).

Anda mungkin juga menyukai