OLEH:
2022/2023
STROKE HEMORAGIK
1) Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer and Bare, 2002 ). Menurut Doenges (2000)
stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara
fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah
serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak.
Menurut Batticaca (2008) stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. menurut Corwin
(2009) ada dua klasifikasi umum cedera vascular serebral (stroke) yaitu iskemik dan
hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama
kebagian otak. Stroke Hemoragik terjadi akibat perdarahan dalam otak.
Jadi stroke hemoragik adalah suatu keadaan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh perdarahan dalam otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian.
2) Etilogi
pergesaran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin
herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi:
a. Aneurisma (dilatasi pembuluh darah) berry, biasanya defek congenital
b. Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis
c. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.
d. Malformasi arteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arteri langsung masuk Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang
3) Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada klien SH seperti:
1. Pengaruh terhadap status mental:
a. Tidak sadar : 30% - 40%
b. Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar
2. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
a. Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
b. Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50)
c. Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)
3. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
a. hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
b. inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena.
e. Afasia
f. Mudah frustasi
4) Patofisiologi
tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus
(hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di
talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik (Silbernagl, 2007).
Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua eksteremitas dan otot-otot
mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada
serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung
dari lokasi kerusakan (Silbernagl, 2007):
5) Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan.
a) Stroke iskemik.
Terapi umum : letakkan kepala pasien pada posisi 30°, ubah posisi tidur
setiap 2 jam, beri oksigen 1-2 L/menit sampai didapatkan hasil analisa gas
darah. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, jika kandung kemih
penuh kosongkan dengan kateter intermiten. Jika kejang, diberi diazepam 5-
20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit maksimal 100 mg per hari.
Terapi khusus : ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet
seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik
rtPA (recombinant tissue Plasminogen Activator).
b) Stroke hemoragik.
Terapi umum : harus dirawat di ICU jika volume hematoma > 30 mL.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-
20% bila tekanan sistolik > 180 mmHg, diastolic > 120 mmHg, MAP > 130
mmHg. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan
dengan labetalol iv 10 mg dalam 2 menit, enalapril iv 0,625-1,25 mg per 6
jam, kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
Terapi khusus : neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat
vasodilator. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,
progresi cepat berupa defisit neurologis fokal atau global yangberlangsung 24 Jam
atau lebih atau langsung menimbul kematian yangdisebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000).Stroke non hemoragik
merupakan proses ter!adinya iskemia akibat embolidan trombosis serebral biasanya
ter!adi setelah lama beristirahat, barubangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi
perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. (Arif Mutaqqin,2008)
KLASIFIKASI
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam
waktu 24 jam.
b) Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24
jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c) Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low
Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik
terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait
dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
b) Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak
yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan
darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak
B. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga
dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses
yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik
yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
a) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari
“plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada
intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
1) Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dan
bagian kiri atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi
mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif)
dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark
miokard dan 85 persen di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya
infark miokard.
2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan
sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik
percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis
interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah
(sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak),
dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi
protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang
berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi
C. Manifestasi Klinik
D. Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis
dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih
tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke
otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya
embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan
paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak.
Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan
hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler.
Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
E. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang
Indikasi pembedahan pada completed stroke sangat dibatasi. Jika kondisi pasien
semakin buruk akibat penekanan batang otak yang diikuti infark serebral maka
pemindahan dari jaringan yang mengalami infark harus dilakukan.
a. Karotis Endarterektomi
Prosedur ini mencakup pemindahan trombus dari arteri karotis interna yang
mengalami stenosis. Pada pasien yang mengalami stroke di daerah sirkulasi anterior
atau yang mengalami stenosis arteri karotis interna yang sedang hingga berat.
Karotis Endarterektomi adalah prosedur bedah untuk membersihkan plak dan
membuka arteri karotis yang menyempit di leher. Endarterektomi dan aspirin lebih
pemasangan sten metal tubuler untuk menjaga patensi lumen pada stenosis arteri
serebri masih dalam penelitian. Suatu penelitian menyebutkan bahwa angioplasti
lebih aman dilaksanakan dibandingkan endarterektomi namun juga memiliki resiko
untuk terjadi restenosis lebih besar. Carotid angioplasty dan stenting (CAS)
digunakan sebagai alternative dari carotid endarterectoomi untuk beberapa pasien.
CAS berdasarkan pada prinsip yang sama seperti angioplasty untuk penyakit
jantung.
a. Sebuah kateter tube yang sangat kecil di insersikan ke dalam arteri di lipatan
paha
b. Melalui system sirkulasi sampai mencapai area yang tersumbat di arteri karotis
c. Dapat juga mengahancurkan bekuan dengan mengembangkan balon kecil
didalam dindng pembuluh darah (angioplasty)
1. Keluhan utama.
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,
Perkusi: Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada.
g) Ekstremitas.
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa
atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan
pengukuran kekuatan otot, normal : 5.
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
d) MRI.
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
e) USG Doppler.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan
otak.
7) Pathways
8) Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan
Mengkaji
skalaadanya
koma glascow.
kecenderungan pada tingkat kesadaran.
Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.Autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
Pertahankan keadaan tirah baring. Aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan Tekanan
Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan
Meningkatkan/ memperbaiki aliran darah
Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi anatomis (netral).
Berikan obat sesuai indikasi: contohnya
antikoagulan (heparin). serebral dan selanjutnya dapat mencegah
pembekuan.
2. Kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien dalam melakukan Mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan
aktifitas. dapat memberikan informasi bagi
pemulihan
Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, Menurunkan resiko terjadinya
miring). trauma/ iskemia jaringan.
Mulailah melakukan latihan rentang gerak Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
aktif dan pasif pada semua ekstremitas. sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
Anjurkan pasien untuk membantu Dapat berespons dengan baik jika daerah
pergerakan dan latihan dengan yang sakit tidak menjadi lebih terganggu.
menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara Program khusus dapat dikembangkan
aktif, latihan resistif, dan ambulasi pasien. untuk menemukan kebutuhan yang
berarti/ menjaga kekurangan tersebut
dalam keseimbangan, koordinasi, dan
3. Kerusakan komunikasi verbal. kekuatan.
Penurunan, kelambatan atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,
memproses, mengirim dan/atau menggunakan sistem simbol.
Batasan karakteristik :
a. Tidak ada kontak mata.
b. Kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal (afasia, disfasia,
apraksia, disleksia).
c. Kesulitan menyusun kalimat.
Tumor otak.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat kemampuan klien dalam Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
berkomunikasi. merupakan indikator dari derajat
gangguan serebral.
Minta klien untuk mengikuti Melakukan penilaian terhadap
perintah sederhana. adanya kerusakan sensorik.
Tunjukkan objek dan minta pasien Melakukan penilaian terhadap
menyebutkan nama benda adanya kerusakan motorik.
tersebut. Bahasa isyarat dapat membantu untuk
menyampaikan isi pesan yang
Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non dimaksud.
verbal (bahasa isyarat).
Konsultasikan dengan/ rujuk kepada Untuk mengidentifikasi
ahli terapi wicara. kekurangan/ kebutuhan terapi.
4. Kurang perawatan diri.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam Jika klien tidak mampu perawatan diri
perawatan diri. perawat dan keluarga membantu dalam
perawatan diri.
Bantu klien dalam personal hygiene. Klien terlihat bersih dan rapi dan memberi
rasa nyaman pada klien. ah dan klien tetap
Rapikan klien jika klien terlihat berantakan Memberi kesan yang ind
dan ganti pakaian klien setiap hari. Libatkan keluarga dalam
terlihat rapi. melakukan
personal hygiene. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ ahli terapidalam program peningkatan aktivitas klien. Memberikan bantua
okupasi.
5. Resiko kerusakan NOC: NIC: Berikan
intagritas kulit mempertahankan manajemen 1. Meningkatkan
b.d faktor integritas kulit tekanan kenyamanan dan
mekanik Setelah dilakukan 1. Lakukan mengurangi resiko
perawatan 5 x 24 penggantian alat gatal-gatal
jam integritas kulit tenun setiap hari 2. Menandakan
pada sirkulasi
punggung/daerah 5. Status nutrisi baik
yang tertekan
serta berikan
pelembab pad
area yang pecah2
5. monitor status
nutrisi
6 Kurang NOC : Pengetahuan NIC : Proses belajar
pengetahuan b.d klien meningkat Pendidikan tergantung pada
kurang mengakses KH: kesehatan situasi tertentu,
informasi -Klien dan keluarga 1. Mengkaji interaksi social, nilai
kesehatan memahami tentang kesiapan budaya dan
penyakit Stroke, dan lingkungan
perawatan dan kemampuan Informasi baru
pengobatan klien untuk diserap meallui
belajar asumsi dan fakta
2. Mengkaji sebelumnya dan bias
pengetahuan dan mempengaruhi
ketrampilan proses transformasi
klien Informasi akan lebih
sebelumnya mengena apabila
tentang penyakit dijelaskan dari
dan konsep yang
pengaruhnya sederhana ke yang
terhadap komplek
keinginan Dukungan keluarga
belajar diperlukan untuk
3. Berikan mendukung
materi yang perubahan perilaku
paling penting
pada klien
4.
Mengidentifikas
i sumber
dukungan utama
dan perhatikan
kemampuan
klien untuk
belajar dan
mendukung
perubahan
perilaku yang
diperlukan
5. Mengkaji
keinginan
keluarga untuk
mendukung
perubahan
perilaku klien
6. Evaluasi hasi
pembelajarn klie
lewat
demonstrasi dan
menyebutkan
kembali materi
yang diajarkan
7. Resiko infeksi b.d NOC : Risk Control NIC : Cegah
penurunan pertahan Setelah dilakukan infeksi 1.Onset infeksi
primer tindakan keperawatan 1. dengan system
selama 3 x 24 jam Mengobservasi imun diaktivasi &
klien tidak & melaporkan tanda infeksi
mengalami infeksi tanda & gejala muncul 2.Klien
KH: infeksi, seperti dengan netropeni
o Klien bebas dari kemerahan, tidak memproduksi
tanda-tanda infeksi hangat, rabas dan cukup
o Klien mampu peningkatan suhu respon inflamasi
menjelaskan badan karena itu panas
tanda&gejala infeksi 2. mengkaji suhu biasanya tanda &
klien netropeni sering merupakan
setiap 4 jam, satu-satunya tanda
melaporkan jika 3.Nilai suhu memiliki
temperature lebih konsekuensi yang
dari 380C penting terhadap
3. Menggunakan pengobatan yang
thermometer tepat
elektronik atau 4.Nilai lab
merkuri untuk berkorelasi dgn
mengkaji suhu riwayat klien &
4. Catat dan pemeriksaan fisik utk
laporkan nilai memberikan
laboratorium
5. Kaji warna
kulit,
kelembaban
kulit, tekstur
dan turgor
lakukan
dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J & Moyet.(2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10.Jakarta: EGC.
Price, S.A & Wilson.L.M. (2006).Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3 edisi keempat. Jakarta
: Internal Publishing.
Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2000). Kapita Selekta Kedokteran
edisi ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 3.Jogjakarta : MediAction Publishing.
FORMAT PENILAIAN LAPORAN
NEUROBEHAVIOUR
TAHUN 2017
Nama :
NIM :
Judul LP :
100
Ket :
1 : kurang
2 : kurang baik
4 : baik
( Pembimbing)