Anda di halaman 1dari 33

UJI KOMPETENSI – LSP ASTEKINDO KONSTRUKSI MANDIRI

FR.IA.04. PENJELASAN SINGKAT PROYEK TERKAIT /


KEGIATAN TERSTRUKTUR LAINNYA

Skema Sertifikasi : Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung


Jenjang :8
Nama Asesi : Ir. Ivan Rasid, ST., MT., IPM
NIK Asesi : 1171020204700001
FOTO ASESI
Tgl. Asesmen : Senin/ 31 Juli 2023
TUK : P3SM Pusat
Nama Asesor : Ir. Ir. Muhammad Dien, ST, IPU, ASEAN. Eng
Ir. Darma Hendra, ST. MT. IPM. CST
PETUNJUK/INSTRUKSI
• Buatlah presentasi berdasarkan instruksi yang terdapat di dalam FR.IA.04.
• Format presentasi ini hanya sebagai contoh, Asesi dapat menambah jumlah
halaman atau mengubah format sesuai dengan kebutuhan
• Substansi yang harus disampaikan terkait:
• Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
• Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung (Pondasi Dalam)
• Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung:
• Struktur Baja
• Struktur Beton Bertulang
• Struktur Beton Pracetak
• Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
• Lampiran untuk mendukung presentasi dapat berupa Salinan dokumen,
Gambar/grafik dan Foto Kegiatan
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
Perencanaan Konstruksi Bangunan Gedung harus Memenuhi Persyaratan Struktur yang telah
ditentukan, yakni Kuat, Kokoh dan Stabil dalam memikul beban sehingga dapat digunakan sesuai
fungsinya.
Saat membuat perencanaan suatu konstruksi bangunan gedung, diperlukan landasan dan analisa struktur
yang Berpedoman pada Peraturan yang Berlaku di Indonesia.
Peraturan/Regulasi terkait Perencanaan Struktur Bangunan Gedung:
 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
 PP No. 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung;
 Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) untuk Gedung 1987;
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

 SNI 1729:2020 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural


(Revisi SNI 1729:2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural);
 SNI 1727:2020 Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain
 (Revisi SNI 1727:2013);
 SNI 2847:2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan;
 SNI 1726:2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung;
 SNI 1729:2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural;
 SNI 1727:2013 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain.
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

Syarat Struktur Bangunan Gedung, menurut Permen PU No. 29/PRT/M/2006


tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, adalah:
 Strukturnya Haruslah Memenuhi Persyaratan Keselamatan (safety) dan Persyaratan
Kelayanan (serviceability) Selama Umur Layanan yang Direncanakan;
 Struktur Haruslah Memiliki Kemampuan Memikul Beban yang Telah Diperhitungkan
Terhadap Pengaruh-Pengaruh Aksi Sebagai Akibat dari Beban-Beban yang Mungkin
Bekerja Selama Umur Layanan Struktur, Baik Beban Muatan Tetap Maupun Beban
Muatan Sementara yang Timbul Akibat Gempa, Pengaruh Korosi, Jamur, Maupun
Serangga Perusak Struktur Bangunan Gedung;
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

 Dalam perencanaan Struktur Bangunan Gedung terhadap pengaruh gempa, semua


unsur struktur bangunan gedung (sub struktur/struktur) haruslah diperhitungkan dalam
memikul Gempa Rencana sesuai dengan zona gempanya;
 Struktur Bangunan Gedung harus direncanakan secara detail sehingga pada kondisi
pembebanan maksimum yang direncanakan tidak terjadi keruntuhan dan masih dapat
memungkinkan pengguna maupun pengunjung bangunan gedung untuk
menyelamatkan diri;
 Apabila Bangunan Gedung terletak pada lokasi tanah yang dapat terjadi fluktuasi, maka
struktur bawah bangunan gedung harus direncanakan mampu menahan gaya likuifaksi
tanah tersebut;
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
Pembebanan Struktur
Struktur Gedung yang aman harus kuat menahan beban yang bekerja pada struktur itu sendiri, yakni :
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen
arsitektural dan struktural lainnya .
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu
yang diberikan (Schodek, 1998). Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati.
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

3. Beban Gempa
Beban gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa
pada struktur ditentukan berdasarkan 8 suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan
beban gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut, yang terjadi oleh gerakan
tanah akibat gempa itu.

4. Beban Angin
Beban angin ialah besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angin pada suatu titik
bergantung pada kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada struktur, perilaku
permukaan struktur, bentuk geometris, dimensi dan orientasi struktur, dan kekakuan keseluruhan
struktur.
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
CONTOH ANALISIS STRUKTUR (Pemodelan Struktur Secara 3D (dengan bantuan SAP)
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
CONTOH ANALISIS STRUKTUR (Pemodelan Struktur Secara 3D (dengan bantuan SAP)
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
CONTOH ANALISIS STRUKTUR (Pemodelan Struktur Secara 3D (dengan bantuan SAP)
A. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

Bagan Alir Kegiatan Perencanaan


Bangunan Gedung

PP/PM/SNI/
B. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI DALAM)

 Struktur Bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau bangunan yang berada di bawah permukaan
tanah yang berfungsi untuk menahan beban dari struktur atas dan memindahkannya kedalam tanah
keras. Struktur bawa meliputi Dudukan Beton (pile cap) dan Pondasi.
 Struktur bawah memikul beban-beban dari struktur atas sehingga struktur bawah tidak boleh gagal lebih
dahulu dari struktur atas. Beban-beban tersebut dapat berupa beban mati (DL), beban hidup (LL), beban
gempa (E), dll.
 Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung harus direncanakan dan dilaksanakan dengan teliti, baik dan
benar. Kesalahan dalam perhitungan struktur bawah akan menyebabkan bangunan yang kokoh pada
struktur atas menjadi runtuh dan berakibat fatal bagi penghuninya.
 Kenali Jenis Tanah dan Beban Bangunan untuk Menentukan Tipe Pondasi yang Sesuai, untuk itu
diperlukan soil investigasi untuk mengetahui jenis tanah dan kedalaman muka air tanah serta kedalaman
lapisan tanah keras.
B. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI DALAM)
 Penentuan Jenis Pondasi yg dipakai didasari dari hasil survey
dan investigasi geoteknik dan analisis laboratorium;
 Servey dan investigasi tanah dapat dilakukan dengan metode
Sondir dan atau Booring di lokasi proyek;
 Hasil soil investigasi di analisa dilaboratorium dan selanjutkan
dilakukan Analisa/Perhitungan Daya Dukung pondasi terhadap
beban struktur bangunan atas.
B. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI DALAM)

Contoh Hasil Analisa Geoteknik:


Kedalaman Pondasi dipilih
berdasarkan nilai SPT yang
besar dan data hasil hitungan
daya dukung pondasi.
B. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI DALAM)

1. Pondasi Dalam
 Pondasi dalam adalah struktur bawah yang berfungsi meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah keras
yang berada jauh di bawah permukaan tanah.

 Pondasi dalam digunakan jika dasar tanah sebaga tempat perletakan pondasi tidak memiliki daya dukung
yang memadai terhadap beban di atasnya, misalnya pada kasus beban bangunan yang besar, atau kondisi
dasar tanah keras yang letaknya sangat dalam.

 Secara umum, beberapa kondisi mengapa pondasi dalam perlu dipilih dan digunakan untuk membentuk
struktur bangunan:
 Tanah di permukaan memiliki daya dukung lemah.
 Tanah dekat permukaan mengandung lempung ekspansif (mudah menyusut/mengembang).
 Tanah dekat permukaan rentan terkikis erosi air atau mudah tergerus.
B. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI DALAM)
2. Tipe dan Fungsi Pondasi Dalam
a) Pondasi Tiang Pancang (Spun Pile)
Umumnya digunakan pada infrastruktur dan bangunan
gedung yang tanahnya tidak memiliki daya dukung yang
cukup untuk memikul berat dan beban bangunan atas;
Fungsi pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan
beban konstruksi di atasnya ke lapisan tanah keras yang
letaknya sangat dalam, yaitu lebih dari 8 meter di bawah
permukaan tanah;
Pondasi tiang pancang menggunakan material beton pra-
cetak mutu tinggi (K500).
B. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI DALAM)
b) Pondasi Bored Pile
 Adalah jenis pondasi dalam yang memiliki bentuk seperti
tabung panjang yang ditancapkan ke dalam tanah.
 Cara pembuatan pondasi ini adalah dengan cara pondasi
ditempatkan di kedalaman tertentu sesuai yang disyaratkan,
kemudian dilakukan pemasangan bekisting dari plat baja, lalu
dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit
sebelumnya, dan terakhir dilakukan pengecoran di area lubang
yang sudah dibuat.
 Pondasi bored pile berfungsi untuk menjaga kestabilan
bangunan bertingkat maupun bangunan yang terletak di lahan
yang tidak rata atau berkontur, misalnya pada lereng, lembah,
dan lain sebagainya.
B. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
BANGUNAN GEDUNG (PONDASI DALAM)
c) Pondasi Sumuran
• Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara
pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan apabila tanah
dasar terletak pada kedalaman yang relatif dalam.
• Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di
tempat dengan menggunakan komponen beton dan batu
belah sebagai pengisinya.
• Pondasi ini merupakan pondasi dalam yang cukup sering
diaplikasikan pada pekerjaan konstruksi di Indonesia, karena
cocok digunakan pada tempat yang lokasi struktur tanah
kerasnya berada di kedalaman lebih dari 3-5 meter di bawah
permukaan tanah.
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG
Struktur atas adalah semua bagian struktur yang berada di atas permukaan tanah, yang seluruh beban
bangunan atasnya masing-masing dipikul oleh kolom, balok, dan pelat.
Kolom, balok, dan pelat dapat mencapai kualitas struktur yang baik dan sesuai dengan standar teknis
pelaksanaan, apabila metode yang dilakukan benar.
Namun, permasalahan yang sering terjadi adalah ketidaksesuaian antara pekerjaan dan perencanaan
yang menyebabkan penurunan kualitas struktur beton, sehingga perlu dilaksanakan pengendalian mutu
secara berkala.
Standar pelaksanaan yang digunakan berpedoman pada Gambar Kerja (Shop Drawing), Peraturan (SNI
2847: 2019, SNI 2057: 2017, SNI 6886: 2016 serta Rencana Kerja dan Syarat (RKS).
Pengendalian mutu yang dilakukan secara rutin berkala tersebut, dapat menghasilkan struktur beton
bertulang yang berkualitas baik.
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG

Tahapan kegiatan Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung adalah:


 Melakukan koordinasi dengan pihak terkait
 Mengendalikan pembuatan gambar kerja struktur atas bangunan Gedung
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan tie beam
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan kolom beton bertulang
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dinding geser
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan balok beton bertulang
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pelat lantai
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan atap beton bertulang
 Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan struktur atas beton
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG

1. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Tie Beam


a. Siaplam Gambar Kerja
b. Tenaga Kerja dan Pelatan disiapkan
c. Material yang digunakan dikendalikan persiapannya sesuai
dengan spesifikasi teknis
d. Pekerjaan bekisting tie beam dikendalikan pelaksanaannya
sesuai dengan gambar kerja.
e. Pekerjaan penulangan tie beam dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
f. Pekerjaan pengecoran tie beam dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
g. Hasil pelaksanaan pekerjaan tie beam dievaluasi
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG
2. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan Kolom
Beton Bertulang
a. Siaplam Gambar Kerja
b. Tenaga Kerja dan Pelatan disiapkan
c. Material yang digunakan dikendalikan persiapannya
sesuai dengan spesifikasi teknis
d. Pekerjaan bekisting Kolom dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
e. Pekerjaan penulangan Kolom dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
f. Pekerjaan pengecoran Kolom dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
g. Hasil pelaksanaan pekerjaan Kolom dievaluasi
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG
3. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan Dinding
Geser
a. Siaplam Gambar Kerja
b. Tenaga Kerja dan Pelatan disiapkan
c. Material yang digunakan dikendalikan persiapannya sesuai
dengan spesifikasi teknis
d. Pekerjaan bekisting dinding geser dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
e. Pekerjaan penulangan dinding geser dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
f. Pekerjaan pengecoran dinding geser dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
g. Hasil pelaksanaan pekerjaan dinding geser dievaluasi
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG
4. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan
Balok Beton Bertulang
a. Siaplam Gambar Kerja
b. Tenaga Kerja dan Pelatan disiapkan
c. Material yang digunakan dikendalikan persiapannya
sesuai dengan spesifikasi teknis
d. Pekerjaan bekisting Balok dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
e. Pekerjaan penulangan Balok dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
f. Pekerjaan pengecoran Balok dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
g. Hasil pelaksanaan pekerjaan Balok dievaluasi
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG
5. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan Pelat
Lantai
a. Siaplam Gambar Kerja
b. Tenaga Kerja dan Pelatan disiapkan
c. Material yang digunakan dikendalikan persiapannya
sesuai dengan spesifikasi teknis
d. Pekerjaan bekisting Plat Lantai dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
e. Pekerjaan penulangan Plat Lantai dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
f. Pekerjaan pengecoran Plat Lantai dikendalikan
pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
g. Hasil pelaksanaan pekerjaan Plat Lantai dievaluasi
C. PENGENDALIAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG

6. Membuat Laporan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas Bangunan


Gedung:
a. Siapkan Data untuk pembuatan Laporan
b. Kualitas Material dilaporkan sesuai dengan pelaksanaan lapangan
c. Proses pelaksanaan pekerjaan didokumentasikan sesuai dengan kondisi pada saat
Konstruksi
d. Dokumen rekaman pelaksaan dibuat sesuai dengan pelaksanaan lapangan
e. Laporan pelaksanaan pekerjaan dibuat dibuat sesuai dengan pelaksanaan lapangan
D. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
Tahapan Kegiatan Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
adalah:
 Melakukan Pekerjaan Persiapan Pengawasan Lapangan
 Mengawasi Pekerjaan Bowplank
 Mengawasi Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
 Mengawasi Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung
 Mengawasi Pekerjaan Struktur Rangka Atap Bangunan Gedung
 Pelaporan Hasil Pengawasan (hasil pengujian material & Hasil kerja)
D. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
1. Mengawasi Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung
a. Memeriksa kesiapan pekerjaan struktur bawah
b. Memeriksa mutu bahan, peralatan, dan perlengkapan
kerja yang diajukan pelaksana
c. Mengawasi proses pelaksanaan pondasi dalam
d. Mengevaluasi hasil pekerjaan

Tolak Ukur : Kecermatan dalam membandingkan kesesuaian


hasil pekerjaan struktur bawah bangunan gedung baik secara
kualitas maupun kuantitas terhadap gambar pelaksanaan dan
spesifikasi teknis
D. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
2. Mengawasi Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung
a. Memeriksa kesiapan pekerjaan struktur atas;
b. Memeriksa mutu bahan, peralatan, dan perlengkapan kerja yang
diajukan pelaksana;
c. Mengawasi proses pekerjaan Kolom, Balok, dan Rangka Atap yang
menggunakan material Baja Struktur;
d. Mengawasi proses pekerjaan Kolom, Balok, Plat Lantai, dan tangga
yang menggunakan material Beton Bertulang;
e. Mengawasi proses perawatan dan perbaikan pekerjaan kolom, balok,
plat, tangga dan atap;
f. Mengevaluasi hasil pekerjaan Struktur Atas Banguna Gedung

Tolak Ukur : Kecermatan dalam membandingkan hasil pekerjaan struktur atas


bangunan gedung baik secara kualitas maupun kuantitas terhadap gambar
kerja dan spesifikasi teknis
D. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG

3. Mengawasi Pekerjaan Struktur Rangka Atap


Bangunan Gedung
a. Memeriksa kesiapan pekerjaan struktur rangka atap
b. Memeriksa material, peralatan dan perlengkapan kerja
yang diajukan pelaksana
c. Mengawasi proses pelaksanaan pekerjaan Rangka Kuda-
Kuda, balok gording, rangka atap dan bresing
d. Mengevaluasi hasil pekerjaan struktur rangka atap
e. Mengawasi proses perawatan dan perbaikan pekerjaan
Rangka Atap.
Tolak Ukur : Kecermatan dalam membandin kan kesesuaian hasil
pekerjaan struktur rangka atap bangunan gedung baik secara kualitas
maupun kuantitas terhadap gambar pelaksanaan dan spesifikasi teknis
D. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
4. Membuat Laporan Hasil Pengawasan
a. Menginvetarisasi data Hasil Kegiatan Pengawasan
b. Mengklasifikasi Data LaporanTeknis
c. Menyusun Laporan Teknis (Laporan Kerja dan Lapaoran Hasil Uji Laboratorium)

Tolak Ukur :
Kecermatan dalam memverifikasi data hasil kegiatan pengawasan dan data pendukung (berita acara uji coba,
berita acara serah terima pekerjaan, foto dokumentasi, prosedur operasional standar (POS) peralatan, gambar
purna bangun (as-built drawing)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai