Anda di halaman 1dari 15

BUKU PANDUAN SKILL’S LAB

(DARING)

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

BLOK 3
SEMESTER 2
TAHUN AKADEMIK 2020-2021

NAMA KLP

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1


BUKU PANDUAN SKILL’S LAB
BLOK 3

RADIOLOGI DASAR

SEMESTER 2
TAHUN AKADEMIK 2020-2021

PENYUSUN :
1. Drg. Farihah Septina, Sp. Rad O.M

CETAKAN : JANUARI 2021


FKG UB

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2


BAB 1
TATA TERTIB

1.1 TATA TERTIB SKILL’S LAB


a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan skill’s lab blok 3.
b. Setiap mahasiswa diharapkan mengikuti skill’s lab dengan gadget yang dilengkapi audio visual
dengan kualitas jaringan internet yang baik. Apabila terdapat gangguan harap melapor pada
instruktur SL dan petugas IT.
c. Setiap mahasiswa diharapkan mengikuti skill’s lab di ruangan yang tenang agar tidak mengganggu
kegiatan daring
d. Mahasiswa harus log in di ruang daring skill’s lab maksimal 30 menit sebelum waktu yang
ditentukan dan mengenakan jas skill’s lab dan “name tag” sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mahasiswa yang log in terlambat lebih dari 30 menit tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan atau diterima oleh penyelenggara skill’s lab, maka mahasiswa yang
bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan skill’s lab. Mahasiswa yang berhalangan
melakukan kegiatan skill’s lab harus melapor pada Penanggungjawab skill’s lab yang
bersangkutan.
e. Selama kegiatan skill’s lab berlangsung, mahasiswa dilarang merokok, makan atau kegiatan serupa
lainnya, mengganggu jalannya kegiatan atau bersenda gurau, atau meninggalkan ruangan daring
tanpa ijin instruktur/pembimbing skill’s lab.

1.2 TATA TERTIB UJIAN SKILL’S LAB


a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua ujian skill’s lab pada waktu yang telah ditentukan.

b. Mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian harus melapor paling lambat 2 (dua) hari sesudah
hari ujian kepada Penanggungjawab Mata Ajar yang bersangkutan dengan mengajukan alasan
tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan, dan akan mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian
susulan pada waktu dan menurut cara yang ditetapkan oleh Penanggungjawab SL RKG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 3


BAB 2
MODUL KEGIATAN SKILL’S LAB RKG 1 BLOK 3

2.1. MODUL 1. SKILL LAB RKG 1 BLOK 3


2.1.1. KOMPETENSI YANG HARUS DICAPAI
Mahasiswa mampu melakukan dengan benar tahap demi tahap teknik foto periapikal,
baik itu tekni pararel maupun bisektris. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi mutu radiograf
periapikal, sehingga mahasiswa mengetahui bagaimana membuat foto periapikal yang baik dan
benar.
2.1.2. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG
Pada akhir kegiatan skill lab mahasiswa mampu :
1. Melakukan dengan benar foto radiograf periapikal teknik Pararel
2. Melakukan dengan benar foto radiograf periapikal teknik Biseksi
3. Melakukan dengan benar Processing di kamar gelap
4. Memverbalkan dengan benar evaluasi mutu radiograf periapikal

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 4


BAB 3
POKOK BAHASAN

3.1 MODUL 1 : TEKNIK RADIOGRAFI INTRA ORAL


3.2 TOPIK : RADIOGRAFI PERIAPIKAL TEKNIK PARAREL
3.3 SASARAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat melakukan tahap demi tahap foto
radiograf periapikal teknik pararel dengan baik dan benar

Instruksi SL : Mahasiswa memverbalkan teknik biseksi pada instruktur sesuai elemen gigi yang
diinstruksikan olehh instruktur.

3.4 TEORI
A Radiograf Periapikal
Radiografi periapikal memerupakan teknik foto intraoral yang dirancang untuk menunjukkan gambaran gigi
individu dan jaringan di sekitar apeks (Whaites,2002).

Indikasi foto periapikal:


- Deteksi infeksi / peradangan apikal
- Penilaian status periodontal
- Mengetahui kondisi gigi dan tulang alveolar pasca trauma
- Mengetahui posisi gigi yang tidak erupsi
- Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi
- Keperluan selama endodontik
- Penilaian pra dan post operasi apikal
- Detail evaluasi kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar
Pada radiografi periapikal terdapat dua teknik yang biasa digunakan yaitu bisektris dan pararel. Pada
prinsipnya teknik pararel adalah teknik dimana arah datangnya sinar tegak lurus dengan film. Teknik
bisektris memiliki prinsip arah sinar yang datang tegak lurus dengan bidang bagi antara sumbu panjang
gigi dan film.

Prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan teknik radiografi adalah :


a. Persiapan alat
Operator perlu menyiapkan handscoon, masker, film, apron, dan larutan
b. Instruksi pasien
- Operator perlu mengucapkan salam dan sapa
- Menerangkan pada pasien tentang cara kerja pada waktu pengambilan
- Menginformasikan kepada pasien mengenai tujuan penggunaan apron

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 5


- Menginstruksikan kepada pasien untuk melepaskan perhiasan atau barang-barang berbahan metal
disekitar rongga mulut
- Posisikan pasien duduk dengan nyaman dan perhatikan kepala pasien pada tempat yang benar di
sandaran kepala dari kursi dental
- Menginstruksikan agar tidak bergerak selama exposure agar didapatkan hasil radiografi yang baik dan
tidak perlu pengulangan
c. Posisi kepala pasien
 Pertama, posisi kepala yang ditunjang oleh sandaran kepala disandarkan sedemikian sehingga bidang
sagital tegak lurus lantai atai bidang horizontal.
 Kedua, bidang horizontal atau bidang oklusal diposisikan sejajar lantai. Sebagai patokan untuk rahang
atas ditarik garis khayal dari ala nasi ke tragus diposisikan sejajar bidang horizontal. Pada rahag bawah
ditarik garis khayal dari sudut mulut ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang horizontal.

Gambar 4.5 Garis khayal a. Rahang atas b. Rahang bawah (Margono, 1998)
.
d. Posisi film
Posisi Film Teknik Biseksi :
 Perhatikan palatum atau vestibulum pasien, hipo/hipersalivasi dan refleks muntah pasien.
 Letakan film dalam mulut pada regio yang akan dibuat radiograf. Cara meletakan film untuk gigi
anterior, sumbu panjang film diletakan secara vertikal sedangkan untuk gigi posterior sumbu panjang
film diletakan secara horizontal.

Gambar 4.6 Penempatan film (White, 2009)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 6


 Sisi sensitif film menghadap ke gigi yang akan difoto
 Gigi yang akan dibuat foto rontgen berada ditengah-tengah film dan jarak oklusal gigi dan pinggir film
adalah 3mm.
e. Penentuan titik penetrasi
 Pertama, tentukan garis khayal rahang atas atau rahang bawah. Garis khayal rahang atas ditarik dari
ala nasi ke tragus, sedangkan rahang bawah terletak 1cm dari titik terbawah dagu dan ditarik sejajar
dengan margo inferior mandibula.
 Titik penetrasi ditentukan berdasarkan patokan :
Gigi I1: ala nasi
Gigi I2: 0,5cm dari ala nasi
Gigi C: cuping hidung
Gigi P1: proyeksi dari pupil mata tegak lurus ke garis khayal Ra/Rb
Gigi P2: 1cm dari titik penetrasi gigi P1
Gigi M1: proyeksi dari canthus mata tegak lurus ke garis khayal Ra/Rb
Gigi M2: 1 cm dari titik penetrasi gigi M1
Gigi M3: 1 cm dari titik penetrasi gigi M2 (McCall & Wald, 1957)

f. Penentuan sudut tabung


 Tempatkan tabung sinar X mengarah pada gigi yang akan dibuat radiograf dengan sudut yang sudah
ditentukan. Pada teknik pararel arah konus disesuaikan dengan indikator konus. Pada teknik bisektris
arah tabung diletakkan sesuai dengan sudut yang ditentukan.
 Untuk teknik Bisektris, Sudut yang diperlukan untuk menentukan posisi tabung terdiri dari sudut
horizontal dan vertikal.
Sudut horizontal Sudut Vertikal
Gigi I C P M
Sudut 0⁰ 45⁰ 75⁰ 90⁰

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7


Gigi RA RB
I + 45⁰ - 25⁰
(Whaites, 2002) C + 50⁰ - 20⁰
P + 40⁰ - 15⁰
Sudut vertikal ini hanya sebagai M + 45⁰ - 5⁰ panduan umum dalam menentukan
posisi tabung pada pasien. Posisi vertikal tabung dipengaruhi oleh
posisi kepala pasien, dan posisi gigi dan inklinasi gigi individu.

Teknik bisektris pada pasien (Whaites, 2002)

Posisi Film Teknik Pararel :


 Perhatikan palatum atau vestibulum pasien, hipo/hipersalivasi dan refleks muntah pasien.
 Letakan film dalam mulut pada regio yang akan dibuat radiograf. Cara meletakan film untuk gigi
anterior, sumbu panjang film diletakan secara vertikal sedangkan untuk gigi posterior sumbu panjang
film diletakan secara horizontal.
 Sisi sensitif film menghadap ke gigi yang akan difoto
 Gigi yang akan dibuat foto rontgen berada ditengah-tengah film dan jarak oklusal gigi dan pinggir film
adalah 3mm.
Penentuan titik penetrasi :
Untuk teknik Pararel, arah datangnya sinar tegak lurus dengan film

Teknik pararel pada pasien

g. Pengaturan timer
Timer atau dosis diatur dan diatur sesuai dengan kebutuhan. Panduan timer dan dosis dapat
dilihat pada alat radiografi ataupun film.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 8


4.1 MODUL 2 : RADIOGRAFI INTRA ORAL
4.2 TOPIK : PROCESSING RADIOGRAFI INTRA ORAL
4.3 SASARAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat melakukan processing foto
periapikal dengan teknik kamar gelap.

Instruksi SL : Mahasiswa memverbalkan cara melakukan processing dan reaksi yang teradi pada
instruktur.

4.4 TEORI

Metode processing secara manual dilakukan di ruang gelap. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
 Cahaya atau penerangan yang absolut
 Tempat kerja yang adekuat
Luas kamar gelap kira-kira 1,2 x 1,5 m2 . Ruangan tersebut harus selalu gelap sehingga diperlukan
pintu yang dilengkapi dengan kunci agar tidak ada yang membuka pintu secara mendadak dan dapat
membakar film yang sudah dibuka.
 Ventilasi yang adekuat
Ruangan harusmemiliki ventilasi yang baik agar memberikan kenyamanan pada tempat kerja dan
mengurangi panas saat proses pencucian film. Suhu ruangan yang optimal dapat memberikan kondisi
yang optimal untuk developer, fixer, dan air untuk mencuci.
 Tempat mencuci yang adekuat
 Fasilitas tempat penyimpanan film yang adekuat
 Safelight, diposisikan 1,2 meter dari permukaan tempat kerja dengan lampu 25 Watt dan penyaring
sesuai dengan tipe film yang digunakan
Safelight memiliki gelombang cahaya yang panjang (merah) yang aman untuk film dan operator tetap
dapat melihat dengan jelas dibawah lampu tersebut. Safelight sebaiknya diletakkan pada dinding
diatas area kerja dibelakang larutan processing, sebelah kanan tangki larutan fixer. Untuk mengurangi
efek kabut pada film, maka safelight harus 15 Watt dengan ketinggian 4 feet diatas tempat kerja.[2]

Gambar 1. Safelight harus diletakkan setinggi 4 feet dari tempat kerja dengan daya 15 Watt.

Perlengkapan yang dibutuhkan saat processing film yaitu[1] :


 Pengukur suhu
 Pengecek panas

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 9


 Pengatur waktu
 Film hanger
 Tangki berisi berbagai macam larutan

Film terdiri dari lembaran plastik transparan "cellulose acetat" sebagai bahan dasar. Salah satu atau
kedua permukaannya dilapisi emulsi kimia yang peka x- ray yaitu : kristal perak bromida (AgBr).
Sinar-X akan mengenai objek maka sinar-X tersebut mengenai :
Jaringan keras : tulang,email, dentin, dsb.
Jaringan lunak : kulit, otot, mukosa gusi, dsb.
-rongga tubuh /gigi, seperti: sinus- sinus, foramen-fommen, ruang pulpa dan sebagainya.

Bila sinar –X mengenai jaringan keras maka sebagian besar akan diserap jaringan tersebut, sehingga tidak
seluruhnya mencapai film. Akibatnya: Emulsi Kimia pelapis film (AgBR) tidak kena Sinar-
Radiopak.
Bila sinar-X mengenai jaringan lunak maka sebagian diserap, tetapi sebagian besar akan diteruskan ke film.
lebih Radiolusen
Bila sinar-X mengenai rongga maka, seluruhnya akan langsung mengenai film. Gambaran yang terlihat :
Radiolusen seluruhnya.
Bagian film yang terkena Sinar-X, maka emulsi kimianya akan terurai dan terionisasi. Kumpulan AgBr yang
terionisasi akan membentuk gambaran latent.
Gambaran Latent
Adalah gambaran pada film radiografik sebelum di cuci (diproses), sehingga tidak tampak oleh mata.
Bentuk dan ukurannya sama dengan obyek yang difoto. Gambaran ini baru dapat dilihat setelah film di
proses.
Proses Pencucian film Radioprafik
Di dalam kamar gelap terdapat empat buah bak pencuci film yaitu
BAK 1 :
LARUTAN DEVELOPER,
Terdiri dari :
- HYDROQUINONE.
- METOL (ELON).
- SODIUM KARBONAT (NACO3 )
- SODIUM SULFIT (NaS03).
- POTASIUM BROMIDA (KBr).
- AIR
Dalam developer terjadi reaksi perubahan kimia emulsi AgBr yang telah terionisasi (yang terkena sinar–X
pada waktu permotretan radiografis sehingga terurai menjadi Ag+ + Br¯ ), sehingga menghasilkan endapan
Ag yang bewarna hitam. Pencucian didalam developer harus di awasi secara cermat, sebab di dalam
developerlah yang paling menentukan hasil dari suatu radiograf.
Film yang telah mengalami ionisasi dalam developer akan pelepaskan ion Br dan (mengendapkan ion Ag;
yang melekat pada -film, dan memberi warna hitam atau radiolusen.
Lamanya waktu pencucian di dalam developer ini, ditentukan secara:
1. Metode visual atau inspection.
2. Metode timer
Larutan developer harus dilindungi dari oksidasi dengan udara dan di jaga pada temperatur sekitar 18-220 C.
Pada waktu film di masukkan kedalam developer film
harus di gerakkan perlahan-lahan untuk membebaskan gelembung udara dan harus di jaga supaya film
terpisahkan satu dengan, yang lainnya, sehingga kerja zat kimia dapat merata keseluruh permukaan film.
Untuk kedua metode diatas perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Temperatur dari larutan developer tidak boleh lebih dari 24 ° C, karena pada keadaan ini larutan terlalu
hangat sehingga menyebabkan pelunakan gelatin sehingga emulsi AgBr akan lumer yang menyebabkan
gambaran menjad kabur

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 10


2. Sulu larutan developer tidak boleh dibawah 18 C , karena larutan yang
terlalu dingin menyebabkan reaksinya terlalu lambat, sehingga waktu
pencuciannya, bertambah lama.
Keuntungan metode visual
1. Dapat menentukan kontras dan detail hasil radiograf sebaik mungkin, karena dapat langsung dilihat
tingkat kekontrasan dan detail pada saat film radiograf berada dalam latutrari developer.
2. Bila, diketahui terjadi over exposed, maka waktu pencucian dapat dikurangi (underdeveloping), untuk
dapat memperoleh gambaram radiografik dengan mutu kekontrasan dan detail terbaik.
3. Begitu pula sebaliknya, bila diketahui terjadi under exposed, maka waktu pencucian dapat memperlambat,
sampai didapatkan kekontrasan dan detail gambamn radiografik yang terbaik

Keuntungan metode timer


1. Tidak perlu mengangkat film radiografik berkali-kali, tapi cukup dengan mengatur waktunya saja dan
film radiografik boleh diangkat dari developer bila waktu telah menandakan selesai.
2. Dapat melakukan prosesing film radiografik sekaligus dalam jumlah banyak.

BAK II : AIR.
Film dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa developer selama 10-30 detik.pada air mengalir dengan
digoyang-goyangkan untuk menghilangkan sisa developer

BAK III : LARUTAN FIXER


terdiri dari :
1. Natrium tiosulfat.
2. Natrium sulfat.
3. Asam asetat.
4. Potasiim alumunium.
5. Air, sebagai bahan pelarut.

Dalamn larutan ini terjadi proses fiksasi dan pelarutan AgBr yang undeveloped atau unexposed, serta
pengerasan gelatin dalam emulsi film.
Film Dicelupkan ke dalam fixer selama 3-10 menit.
Proses fixing yang tidak sempurna menyebabkan film berwarna hijau kekuningan atau seperti susu karena
residu emulsi film. Seiring berjalannya waktu film akan terdiskolorisasi dan berubah warna menjadi coklat

BAK IV : AIR BILAS (washing)


Setelah proses fiksasi di dalam larutan fixer selesai, maka film di masukkan kedalam bak air. Setelah
beberapa, menit, film harus dibersihkan secara perlahan lahan, pada air mengalir, sedikit-sedikitrya 20 – 30
detik, untuk menghilangkan ion thiosulfate dan senyawa perak thiosulfate. Bila bahan-bahan tersebut masih
tertinggal pada film, maka dapat merusak bayangan silver dan juga menimbulkan noda kuning pada
radiograf yang dihasilkan.
Film yang telah di cuci bersih dengan air mengalir, maka film tersebut tidak boleh lagi terkena percikan air
selama mengeringkan, karena akan meninggalkan bercak yang tidak dapat di hilangkan.
Mengeringkan Film Radiograf.
Cara mengeringkan :
1. Menggunakan mesin pengering / dryer.
2. Di gantung di udara yang bebas debu.
- Mengeringkan film dengan mesin pengering / dryer, harus diatur panasnya, agar tidak tertalu panas, karena
akan dapat melumerkan bahan dasar "cellulose acetat" atau dapat menimbulkan noda-noda butiran air kecil
pada permukaan film radiografik yang mengering. Mesin pengering harus dibersihkan secara teratur agar
bersih dari kotoran-kotoran dan debu di dalamnya yang dapat mengkontaminasi film radiografik.
- Mengeringkan film di udara bebas debu, hasilnya sangat memuaskan hanya memerlukan waktu yang lama

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 11


5.1 MODUL 2: RADIOGRAF INTRA ORAL
5.2 TOPIK : EVALUASI MUTU RADIOGRAFI INTRA ORAL
5.3 SASARAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat melakukan evaluasi mutu
radiograf periapikal sehingga mengetahui kualitas radiograf yang baik.

Instruksi SL : Mahasiswa memverbalkan evaluasi mutu sesuai radiograf yang dipilih oleh instruktur.

5.4 TEORI
Sebelum dilakukan interpretasi, harus dilakukan evaluasi mutu radiograf terlebih dahulu.
Mutu radiograf harus memenuhi syarat dilakukan interpretasi, yakni Radiograf harus mencakup seluruh gigi
geligi sampai dengan daerah periapikal mencakup gambaran seluruh kelainan periapikal beserta
perluasannya, daisertai daerah yang masih normal sebagai reference site.
EVALUASI MUTU RADIOGRAF PERIAPIKAL
1. Elemen :
Menuliskan elemen gigi yang akan di evaluasi mutu
2. Menyatakan apakah obyek tercakup & terletak di tengah radiograf :
Objek tercakup artinya dalam foto mencakup batas yang jelas antara daerah yang normal dan daerah
patologis. Objek terletak di tengah radiograf artinya objek menjadi fokus dari sinar x-ray sehingga
gambaran objek terlihat paling jelas, dan elemen gigi yang dituju tidak terpotong.
3. Menentukan apakah kontras, detil dan ketajaman radiograf baik :
Kontras : Terdapat perbedaan antar daerah radioopak dan radiolusen. Daerah yang tidak terdapat obyek
harus tampak sangat hitam/radiolusen, dan daerah dengan kepadatan tinggi (contoh : email) harus
tampak sangat putih/radioopak.
Detail : Struktur anatomis objek terlihat jelas
Ketajaman : Outline/ batas tepi dari setiap struktur anatomis terlihat jelas.
4. Menentukan apakah daerah interdental terlihat jelas:
Tujuan dari melihat daerah interdental ialah melihat ada tidaknya distorsi horizontal. Jika distorsi
horizontal minimal maka daerah interdental terlihat jelas.
5. Menentukan apakah cusp bukal dan palatal/ lingual terletak sebidang : Tujuannya untuk melihat ada/
tidaknya distorsi vertikal. Untuk gigi anterior yang menjadi indikator ialah singulum.
Jika sudut vertikal terlalu besar maka gigi tampak memendek sehingga singulum berhimpit dengan
1/3 servikal mahkota dan tampak gambaran radiopak tegas.
Sedangkan jika sudut vertikal terlalu kecil maka gigi tampak elongasi sehingga jarak singulum
menjauhi servikal line dan tampak gambaran radiopak difus.
6. Menentukan apakah distorsi yang terjadi minimal :
Amati distorsi vertikal dan distorsi horizontal yang terjadi kemudian tentukan besarnya. Jika distorsi
tidak minimal/ besar, maka radiograf tidak dapat diinterpretasi.
7. Menyebutkan kekurangan atau kesalahan yang ada dalam radiograf, contoh : underdeveloper,
overdeveloper, film terbalik, anatomi terpotong, distorsi horizontal maksimal,dll
8. Menyimpulkan kualitas radiograf ( baik/dapat diterima/ tidak dapat diterima)
9. Menyimpulkan apakah radiograf dapat diinterpretasi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 12


5.1 MODUL 2 : RADIOGRAF INTRA ORAL
5.2 TOPIK : INTERPRETASI INTRA ORAL
5.3 SASARAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan pembelajaran SL diharapkan mahasiswa dapat melakukan interpretasi radiograf
periapikal dan memahami poin poin yang harus dipahami dalam interpretasi radiograf periapikal

INTERPRETASI RADIOGRAF

1. Elemen
 Elemen gigi yang akan di interpretasi

2. Mahkota
 Normal atau terjadi perubahan. Jika terdapat perubahan, jika terdapat perubahan uraikan
lokasi, dan perluasan lesi di mahkota. Misal : terdapat radiolusensi yang meluas dari
distooklusal sampai ruang pulpa.
3. Ruang Pulpa
 Normal atau terjadi perubahan pada ruang pulpa, jika terjadi perubahan uraikan secara
detail keterlibatan kamar pulpa akibat lesi.
4. Akar
 Jumlah akar, apakah ada pembengkokan akar dan ke arah mana (contoh: Delacerasi akar
ke distal)
 Normal atau terjadi perubahan. Jika terjadi perubahan, uraikan secara mendetail lokasi,
perluasan lesi di akar.
5. Membran Periodontal
 Normal atau terjadi pelebaran/ hilang/ terputus/ menyempit/ tidak terlihat pada membrane
periodontal (jika lamina dura tidak terlihat maka membrane periodontal tidak dapat
ditentukan)
 Untuk gigi dengan akar tunggal ditulis hanya pada bagian akar mesiolateral dan distolateral
 Untuk gigi akar ganda, dijaelaskan pada aspek akar mesio medial, mesio lateral, disto
lateral, disto medial.
6. Lamina dura
 Normal atau terputus/hilang/menebal/menyempit/tidak terlihat
7. Alveolar Crest
 Normal atau terjadi penurunan, bila terjadi penurunan secara vertical/horizontal ( contoh:
penurunan tulang alveolar secara vertical)
 Bila terjadi penurunan seberapa besar ( tulis … mm dari CEJ )
8. Furkasi
 Normal ataukah ada keterlibatan furkasi pada lesi
9. Periapikal
 Normal atau terdapat lesi periapikal
10. Kesan
 Terdapat kelainan pada beberapa aspek di atas ( contoh : terdapat kelainan pada mahkota
dan akar)
11. Suspect Radiodiagnosis : Diagnosa penyakit dilihat dari pemeriksaan radiograf

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 13


MATERI SL RKG Blok 3

TOPIK 1 : RADIOGRAF PERIAPIKAL TEKNIK BISEKSI

Keterangan : Mahasiswa memverbalkan simulasi pemeriksaan radiograf Periapikal Teknik biseksi

TOPIK 2 : EVALUASI MUTU

Keterangan : Mahasiswa memverbalkan evaluasi mutu pada radiograf periapical

TOPIK 3 : EVALUASI MUTU II

Keterangan : Mahasiswa melakukan evaluasi mutu pada radiograf periapical dengan radiograf yang
dipilihkan oleh instruktur dan diverbalkan di hadapan instruktur, dan instruktur memberikan penilaian di
buku nilai

TOPIK 4 : PROCESSING RADIOGRAF INTRA ORAL

Keterangan : mahasiswa menghafalkan, memahami tata cara processing radiograf intra oral , dan
memverbalkan di hadapan instruktur, dan instruktur memberikan penilaian di buku nilai

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 14


DAFTAR PUSTAKA

1. Whaites, Eric. 2003. Essential of Dental Radiography and Radiology Third Edition. Philadelphia, USA:
Elsevier
2. White, Stuart dan Pharoah, Michael. 2004. Oral Radiology :Principles and Interpretation Fifth Edition.
Philadelphia, USA; Mosby

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 15

Anda mungkin juga menyukai