Anda di halaman 1dari 12

UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 91

PENERAPAN PRINSIP UNCITRAL MODEL LAW DALAM PEMBUKTIAN KASUS


TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

Asep Ahmad Fauji


Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Email : aafauji@gmail.com

ABSTRACT

The use of information technology can no longer be done through a conventional legal
system, considering that its activities can no longer be limited by a country's territory.
Broader problems also occur for civil problems, because currently e-commerce transactions
have become part of national and international commerce. Legal violations with information
technology instruments are often difficult to solve. This paper will discuss the related
principles of the UNCITRAL Model Law in proving cases of electronic transactions in
Indonesia and legal requirements for electronic data as a form of proof of cases of electronic
transactions in Indonesia. The conclusion that was obtained was that Indonesia had applied
the principle of the UNCITRAL Model Law in Proving Cases of Electronic Transactions with
an approach that is similarly functional and approaches the neutrality of a technology. The
settlement of e-commerce cases in Indonesia must meet the legal requirements of electronic
data as a form of proof of cases of electronic transactions containing written elements,
conditions for signatures, and authenticity.
Keywords : Transactions; Electronics; Model Law Principles

ABSTRAK

Pemanfaatan teknologi informasi tidak lagi dapat dilakukan melalui sistem hukum
konvensional, mengingat kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi oleh teritorial suatu Negara.
Persoalan yang lebih luas juga terjadi untuk masalah-masalah keperdataan, karena saat ini
transaksi e-commerce telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional.
Pelanggaran hukum dengan instrumen teknologi informasi seringkali sulit dipecahkan. Tulisan
ini akan membahas terkait dengan perapan prinsip UNCITRAL Model Law dalam pembuktian
kasus transaksi elektronik di Indonesia dan persyaratan hukum terhadap data elektronik
sebagai bentuk pembuktian kasus transaksi elektronik di Indonesia. Kesimpulan yang
didapatkan yakni Indonesia telah menerapkan prinsip UNCITRAL Model Law dalam
Pembuktian Kasus Transaksi Elektronik dengan pendekatan yang secara fugsinya sama dan
pendekatan kenetralan suatu teknologi. Penyelesaian kasus e-commerce di Indonesia harus
memenuhi persyaratan hukum terhadap data elektronik sebagai bentuk pembuktian kasus
transaksi elektronik dengan mengandung unsur tertulis, syarat adanya tanda tangan, dan juga
keaslian.
Kata Kunci : Transaksi; Elektronik; Prinsip Model Law

Pendahuluan dibuktikan juga dengan banyaknya pengguna


Indonesia saat ini merupakan salah satu internet dalam pengertian positif disamping
negara yang telah terlibat dalam penggunaan banyaknya juga penyalahgunaan internet itu
dan pemanfaatan teknologi informasi, yang sendiri. Kenyataan ini sangat kontras dengan
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 92

ketiadaan regulasi yang mengatur data dimaksud sangat rentan untuk diubah,
pemanfaatan teknologi informasi khususnya disadap, dipalsukan dan dikirim ke berbagai
dalam lingkup informasi dan transaksi penjuru dunia dalam waktu hitungan detik.
elektronik. Dampak yang diakibatkannya pun bisa
Teknologi informasi dan komunikasi demikian cepat, bahkan sangat dahsyat.
telah mengubah perilaku dan pola hidup Teknologi infomasi telah menjadi instrumen
masyarakat secara global. Perkembangan efektif dalam perdagangan global.
teknologi informasi telah pula menyebabkan Persoalan yang lebih luas juga terjadi
dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan untuk masalah-masalah keperdataan, karena
menyebabkan perubahan sosial, budaya, saat ini transaksi e-commerce telah menjadi
ekonomi dan pola penegakan hukum yang bagian dari perniagaan nasional dan
secara signifikan berlangsung demikian cepat. internasional.1 Contoh kongkret adalah untuk
Perkembangan transaksi dalam suau membayar zakat atau berkurban pada saat
perkembangan dipengaruhi pula oleh Idul Adha. Seseorang yang ingin memberikan
perkembangan teknologi. zakat, cukup mengirimkan sejumlah dana
Pemanfaatan teknologi informasi tidak pada nomor rekening bank tertentu. Lalu
lagi dapat dilakukan pendekatan melalui terjailah sebuah transaksi zakat. Semakin
sistem hukum konvensional, mengingat mudahnya sebuah transaksi dapat dilakukan.
kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi oleh Transaksi apapun dapat dilakukan dalam
teritorial suatu Negara. Kemudahan dalam waktu yang sangat singkat.
akses dapat dilakukan dari belahan dunia Kenyataan ini menunjukkan bahwa
manapun. Sehingga dalam menjalankan konvergensi di bidang telematika
sistemnya dibutuhkan kehati-hatian ang berkembang terus tanpa dapat dibendung,
tinggi. Semakin banyaknya kasus yang yang seiring dengan ditemukannya Hak Cipta dan
melanda masyarakat internet dalam paten baru di bidang teknologi informasi.2
melakukan transaksi elektronik. Penipuan Semakin banyaknya kemajuan pada transaksi
termasuk salah satu kasus yang banyak erjadi.
Kerugian yang diterima oleh pengguna 1
Saat ini PBB melalui Komisi khususnya,
UNCITRAL, telah mengeluarkan 2 guidelines yang
internet dalam transaksi, baik sebagai penjual terkait dengan transaksi elektronik, yaitu UNCITRAL
Model Law on Electronic Commerce with Guide to
maupun pembeli. Enactment 1996, United Nations Publication, New
Pembuktian merupakan faktor yang York, 1999, dan UNCITRAL Model Law on Electronic
Signature with Guide to Enactment 2001, United
sangat penting, mengingat data elektronik Nations Publication, New York, 2002
2
Pembahasan lebih lanjut tentang hal ini dapat dilihat
bukan saja belum terakomodasi dalam sistem pada Rosenoer, Jonathan, CyberLaw: The Law of
The Internet, Springer-Verlag, New York, 1996, hlm.
hukum acara Indonesia. Pada kenyataannya 1-20.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 93

perdagangan dengan menggunakan iternet, enforcement) jika terjadi pelanggaran.


maka semakin banyak pula regulasi yang Pelanggaran hukum dalam transaksi
dipersiapkan untuk melindungi penggunanya. perdagangan elektronik dan perbuatan hukum
Kegiatan siber meskipun bersifat virtual di dunia maya lainnya merupakan fenomena
tetapi dikategorikan sebagai tindakan dan yang sangat mengkhawatirkan, mengingat
perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis tindakan carding, hacking, cracking, phising,
untuk ruang siber sudah tidak pada tempatnya booting, viruses, cybersquating, pornografi,
lagi untuk mengkategorikan sesuatu dengan perjudian, penipuan, terorisme, penyebaran
ukuran dan kualifikasi konvensional untuk informasi destruktif (cara pembuatan dan
dapat dijadikan obyek dan perbuatan, sebab penggunaan bom) telah menjadi bagian dari
jika cara ini yang ditempuh akan terlalu aktivitas perbuatan pelaku kejahatan internet
banyak kesulitan dan hal-hal yang lolos dari dan Information and Communication
jerat hukum. Kegiatan siber adalah kegiatan Techonology (ICT).
virtual tetapi berdampak sangat nyata Pelanggaran hukum dengan instrumen
meskipun alat buktinya bersifat elektronik, teknologi informasi seringkali sulit
dengan demikian subyek pelakunya harus dipecahkan, karena di samping perbuatan
dikualifikasikan pula sebagai telah melawan hukum itu dilakukan oleh subyek
melakukan perbuatan hukum secara nyata. yang menggunakan sarana teknologi canggih
Salah satu hal penting adalah masalah dan sulit dilacak keberadaannya. Kegiatan
keamanan. Terdapat tiga pendekatan untuk dimakud seringkali dilakukan dari luar
mempertahankan keamanan di cyberspace:3 teritorial Indonesia atau sebaliknya di mana
(1) pendekatan teknologi; (2) pendekatan subyeknya berada di Indonesia tetapi
sosial budaya-etika; (3) pendekatan hukum. modusnya dan lex loci delicti- nya terjadi di
Mengatasi gangguan keamanan pendekatan luar Indonesia, hal ini menyebabkan
teknologi memang mutlak dilakukan. Selain pembuktiannya menjadi lebih sulit
itu, pendekatan hukum dan sosial budaya- dibandingkan dengan perbuatan melawan
etika sebagai bentuk pendekatan berikutnya hukum biasa.
menjadi sangat penting. Pendekatan hukum Indonesia sudah selayaknya
dalam bentuk tersedianya hukum positif akan merefleksikan diri dengan negara-negara
memberikan jaminan kepastian dan sebagai lain seperti Malaysia, Singapura, India, atau
landasan penegakan hukum (law negara- negara maju seperti Amerika Serikat
dan negara-negara Uni Eropa. Negara-negara
3
Ahmad M. Ramli, Cyberlaw dan Haki Dalam Sistem maju tersebut secara serius mengintegrasikan
Hukum Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2004,
hlm. 2 regulasi yang terkait dengan pemanfaatan
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 94

teknologi informasi ke dalam instrumen Pembahasan


hukum positif (existing law) nasionalnya.4 Prinsip-Prinsip Hukum Pembentukan
Indonesia yang juga merupakan Regulasi Mengenai Transaksi
anggota PBB menerapkan prinsip-prinsip Elektronik
UNCITRAL Model Law sebagai payung Ruang siber (cyber space) merupakn
hukum dalam membuat regulasi terkait ruang yang di dalamnya pelaku pelanggaran
transaksi e-commerce. Tujuan utama dan seringkali menjadi sulit dijerat karena hukum
khusus dari Model Law ini adalah:5 “(1) dan pengadilan Indonesia tidak memiliki
memberikan aturan mengenai e-commerce yurisdiksi terhadap pelaku dan perbuatan
yang ditujukan kepada badan legislatif hukum yang terjadi, mengingat pelanggaran
nasional atau badan pembuat UU suatu hukum bersifat transnasional tetapi akibatnya
negara: (2) meberikan aturan yang bersifat justru memiliki implikasi hukum di
lebih pasti untuk transaksi perdagangan Indonesia. Dalam hukum internasional,
secara elektronik.” dikenal tiga jenis jurisdiksi, yakni jurisdiksi
Penerapan prinsip Model Law dalam untuk menetapkan undang-undang (the
pembuktian sangat dibutuhkan dalam jurisdiction to prescribe), jurisdiksi untuk
penanganan suatu kasus hukum transaksi penegakan hukum (the jurisdiction to
elektronik. Maka dari itu, Indonesia enforce), dan jurisdiksi untuk menuntut (the
mengambil prinsip tersebut untuk diterapkan jurisdiction to adjudicate).6
sebagai cara pembuktian dalam proses Kaitan dengan penentuan hukum
penyelesaian kasus. Hal tersebut akan dibahas yang berlaku dikenal beberapa asas yang
secara mendalam melalui tulisan ini yakni biasa digunakan, yaitu:7 pertama, subjective
terkait perapan prinsip UNCITRAL Model territoriality, yang menekankan bahwa
Law dalam pembuktian kasus transaksi keberlakuan hukum ditentukan berdasarkan
elektronik di Indonesia dan persyaratan tempat perbuatan dilakukan dan penyelesaian
hukum terhadap data elektronik sebagai
6
bentuk pembuktian kasus transaksi elektronik Darrel Menthe, “Jurisdiction in Cyberspace: A
Theory of International Sraces”, available at
di Indonesia. http://www.mttlr.org/volfour/menthe.html, hlm. 2.
Cf. Walker, Clive, Andrew Ashworth, The Criminal
Law Review, Special Edition, Sweet & Maxwell,
1998, hlm. 51 dst. Cf. Koop, Bert- Jaap, (ed.), ICT
Law and Internationalisation, A Survey of
4
Ahmad M. Ramli, Eamonn Leonard, Paul Government Views, Kluwer Law International, 2000,
Kimberley, et.al., Harmonisation and Enactment hlm. 40 dst.
7
Planning for E-Commerce Related Legislation, Lih. Ahmad M. Ramli, Perkembangan Cyber Law
Jakarta, June 2004. Global dan Implikasinya Bagi Indonesia, Makalah
5
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Seminar The Importance of Information System
Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cetakan ke-5. 2013, Security in E-Government, Tim Koordinasi
hlm. 168 Telematika Indonesia, Jakarta, 28 Juli 2004, hlm. 5-6
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 95

tindak pidananya dilakukan di negara lain. masa mendatang asas jurisdiksi universal ini
Kedua, objective territoriality, yang mungkin dikembangkan untuk internet
menyatakan bahwa hukum yang berlaku piracy, seperti computer, cracking, carding,
adalah hukum dimana akibat utama hacking, viruses dan lain-lain. Namun perlu
perbuatan itu terjadi dan memberikan dipertimbangkan bahwa penggunaan asas ini
dampak yang sangat merugikan bagi negara hanya diberlakukan untuk kejahatan sangat
yang bersangkutan. Ketiga, nationality yang serius berdasarkan perkembangan dalam
menentukan bahwa negara mempunyai hukum internasional.
jurisdiksi untuk menentukan hukum Oleh karena itu, untuk ruang siber
berdasarkan kewarganegaraan pelaku. dibutuhkan suatu hukum baru yang
Keempat, passive nationality yang menggunakan pendekatan yang berbeda
menekankan jurisdiksi berdasarkan dengan hukum yang dibuat berdasarkan
kewarganegaraan korban. Kelima, protective batas-batas wilayah. Ruang siber dapat
principle yang menyatakan berlakunya diibaratkan sebagai suatu tempat yang hanya
hukum didasarkan atas keinginan negara dibatasi oleh screens and passwords.9 Secara
untuk melindungi kepentingan negara dari radikal, ruang siber telah mengubah
kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya, hubungan antara legally significant (online)
yang umumnya digunakan apabila korban phenomena and physical location.10
adalah negara atau pemerintah, dan keenam, Berdasarkan karakteristik khusus
asas Universality.8 yang terdapat dalam ruang siber dimana
Asas Universality selayaknya pengaturan dan penegakan hukumnya tidak
memperoleh perhatian khusus terkait dengan dapat menggunakan cara-cara tradisional,
penanganan hukum kasus-kasus siber. Asas beberapa ahli berpandangan bahwa sebaiknya
ini disebut juga sebagai “universal interest kegiatan-kegiatan dalam cyberspace diatur
jurisdiction”. Pada mulanya asas ini oleh hukum tersendiri, dengan mengambil
menentukan bahwa setiap negara berhak contoh tentang tumbuhnya the law of
untuk menangkap dan menghukum para merchant (lex mercatoria) pada abad
11
pelaku pembajakan. Asas ini kemudian pertengahan Asas, kebiasaan dan norma
diperluas sehingga mencakup pula kejahatan yang mengatur ruang siber ini yang tumbuh
terhadap kemanusiaan (crimes against dalam praktek dan diakui secara umum
humanity), misalnya penyiksaan, genosida,
9
pembajakan udara, dan lain-lain. Meskipun di David R. Johnson and David Post, “Law and
Borders : The Rise of Law in Cyberspace”, 481
Stanford Law Review 1996, hlm. 1367
10
Ibid., hlm.1370
8 11
Ibid Ibid., hlm. 1389
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 96

13
disebut sebagai Lex Informatica. Download. Berdasarkan teori ini, suatu
Sengketa-sengketa di ruang siber (cyber negara dapat melarang dalam wilayahnya,
space) juga terkait dengan Hukum Perdata kegiatan uploading dan downloading yang
Internasional, antara lain menyangkut diperkirakan dapat bertentangan dengan
masalah kompetensi forum yang berperan kepentingannya. Misalnya, suatu negara
dalam menentukan kewenangan forum dapat melarang setiap orang untuk uploading
(pengadilan dan arbitrase) penyelesaian kegiatan perjudian atau kegiatan perusakan
kasus-kasus perdata internasional (HPI). lainnya dalam wilayah negara, dan melarang
Terdapat dua prinsip kompetensi dalam HPI: setiap orang dalam wilayahnya untuk
pertama, the principle of basis of presence, downloading kegiatan perjudian tersebut.
yang menyatakan bahwa kewenangan Minnesota adalah salah satu negara bagian
pengadilan untuk mengadili ditentukan oleh pertama yang menggunakan jurisdiksi ini.
14
tempat tinggal tergugat. Kedua, principle of Kedua, teori The Law of the Server.
effectiveness yang menyatakan bahwa Pendekatan ini memperlakukan server di
kewenangan pengadilan ditentukan oleh di mana webpages secara fisik berlokasi, yaitu
mana harta-benda tergugat berada. Prinsip yang dicatat sebagai data elektronik. Menurut
kedua ini penting untuk diperhatikan teori ini sebuah webpages yang berlokasi di
berkenaan dengan pelaksanaan putusan server pada Stanford University tunduk pada
pengadilan asing (enforcement of foreign hukum California. Namun teori ini akan sulit
judgement). digunakan apabila uploader berada dalam
Asas kompetensi ini harus dijadikan jurisdiksi asing. Ketiga, The Theory of
dasar pilihan forum oleh para pihak dalam International Spaces.15 Ruang siber dianggap
transaksi e-commerce. Kekecualian terhadap sebagai the fourth space, yang menjadi
asas ini dapat dilakukan jika ada jaminan analogi adalah tidak terletak pada kesamaan
pelaksanaan putusan asing, misalnya melalui fisik, melainkan pada sifat internasional,
konvensi internasional.12 yakni sovereignless quality.
Berdasarkan karakteristik khusus Kasus Transaksi Elektronik yang
yang terdapat dalam ruang siber maka dapat Terjadi Di Indonesia
dikemukakan beberapa teori sebagai berikut: Undang-undang Informasi dan
Pertama, The Theory of the Uploader and the Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang
berlaku untuk setiap orang yang melakukan
12
Sebagai contoh adalah Konvensi tentang
Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing
13
(The Convention on the Recognition and Darrel Menthe, op.cit., hlm. 3 - 4
Enforcement of Foreign Arbitral Award – New York 14
Ibid, hlm. 5
15
1958) Ibid, hlm. 7 - 8
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 97

perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam yang mendistribusikan dokumen atau


Undang-Undang ini, baik yang berada di informasi elektronik yang bermuatan
wilayah hukum Indonesia maupun di luar penghinaan dan atau pencemaran nama
wilayah hukum Indonesia, yang memiliki baik. Selain itu, kasus ini melanggar
akibat hukum di wilayah hukum Indonesia Pasal 28 ayat 2 UU ITE karena
dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia pelanggarannya memuat pelarangan
dan merugikan kepentingan Indonesia. penyebaran informasi yang menyebarkan
kebencian.
Secara umum, materi Undang-Undang
2. Kasus Perjudian Online. Perjudian
Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE)
online, pelaku menggunakan sarana
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu
internet untuk melakukan perjudian.
pengaturan mengenai informasi dan transaksi
Seperti yang terjadi di Semarang,
elektronik dan pengaturan mengenai
Desember 2006 silam. Para pelaku
perbuatan yang dilarang. Pengaturan
melakukan praktiknya dengan
mengenai informasi dan transaksi elektronik
menggunakan system member yang
mengacu pada beberapa instrumen
semua anggotanya mendaftar ke admin
internasional, seperti UNCITRAL Model
situs itu, atau menghubungi HP ke
Law on e-Commerce dan UNCITRAL Model
0811XXXXXX dan 024-356XXXX.
Law on e-Signature. Adapun beberapa
Mereka melakukan transaki online lewat
16
Contoh Pelanggaran UU ITE, yaitu :
internet dan HP untuk mempertaruhkan
pertarungan bola Liga Inggris, Liga
1. Kasus Penghinaan dan Pencemaran
Italia dan Liga Jerman yang ditayangkan
Nama Baik. Florence Sihombing adalah
di televisi. Untuk setiap petaruh yang
mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada
berhasil menebak skor dan memasang
Yogyakarta yang harus mendekam di sel
uang Rp 100 ribu bisa mendapatkan
Polda DIY usai dilaporkan menghina
uang Rp 100 ribu, atau bisa lebih.
masyarakat Yogyakarta di sebuah akun
Modus para pelaku bermain judi online
Path miliknya. Florence dijerat Pasal 27
adalah untuk mendapatkan uang dengan
ayat 3 UU ITE terkait informasi
cara instan. Dan sanksi menjerat para
elektronik yang dianggap menghina dan
pelaku yakni dikenakan pasal 303
mencemarkan nama baik. Jerat dalam
tentang perjudian dan UU 7/1974 pasal 8
pasal tersebut mengancam siapa pun
yang ancamannya lebih dari 5 tahun.
16
http://arufnur.web.ugm.ac.id/2015/03/08/rekmed- Kasus ini melanggar Pasal 27 ayat 2 UU
jarkom-tugas-03-uu-ite-dan-penjelasannya/ (Diakses
pada 6 Juni 2016, Pukul 09.00 WIB) ITE, yaitu “Setiap Orang dengan sengaja
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 98

dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menjebolan sistem keamanan pada situs
mentransmisikan dan/atau membuat KPU.
dapat diaksesnya Informasi Elektronik 4. Kasus Pembobolan Internet Banking
dan/atau Dokumen Elektronik yang Milik BCA. Pada tahun 2001, Internet
memiliki muatan perjudian”. Banking diributkan oleh kasus
3. Kasus Data Forgery. Kasus ini terjadi pembobolan internet banking milik bank
hari Rabu 17 April 2004, Dany BCA, Kasus tersebut dilakukan oleh
Firmansyah 25 tahun, seorang konsultan seorang mantan mahasiswa ITB
teknologi informasi (TI) PT. Dana reksa Bandung dan juga merupakan salah satu
di Jakarta, berhasil membobol situs milik karyawan media online (satunet.com)
KPU di http://tnp.kpu.go.id dan yang bernama Steven Haryanto.
mengubah nama-nama partai didalamnya Anehnya Steven ini bukan Insinyur
menjadi nama unik seperti partai kolor Elektro ataupun Informatika, melainkan
ijo, partai mbah jambon, partai jambu Insinyur Kimia. Ide ini timbul ketika
dan lain sebagainya. Dani menggunakan Steven juga pernah salah mengetikkan
teknik SQL injection (pada dasarnya alamat website. Kemudian dia membeli
teknik tersebut adalah dengan cara domain-domain internet dengan harga
mengetikkan string atau perintah tertentu sekitar US$20 yang menggunakan nama
di addres bar browser) untuk menjebol dengan kemungkinan orang-orang salah
situs KPU. Kemudian dani tertangkap mengetikkan dan tampilan yang sama
pada Kamis, 22/4/2004. Kasus ini persis dengan situs internet banking
melanggar UU ITE No 11 Pasal 30 Ayat BCA. Kasus ini melanggar Pasal 35 UU
3 Tahun 2008, yang berbunyi : “Setiap ITE tahun 2008 : “Setiap orang dengan
Orang dengan sengaja dan tanpa hak sengaja dan tanpa hak atau melawan
atau melawan hukum mengakses hukum melakukan manipulasi,
Komputer dan/atau Sistem Elektronik penciptaan, perubahan, penghilangan,
dengan cara apa pun dengan melanggar, pengrusakan informasi elektronik
menerobos, melampaui, atau menjebol dan/atau dokumen elektronik dengan
sistem pengamanan”, karena Dani tujuan agar informasi elektronik dan/atau
Firmansyah telah terbukti melakukan dokumen elektronik tersebut seolah-olah
penghinaan dan pencemaran nama baik data yang otentik (Phising = penipuan
partai-partai yang ada dalam situs KPU situs)”.
dengan cara mengganti-ganti nama
partai tersebut dan melakukan
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 99

Pembuktian pada Transaksi atau didokumentasikan; (2) integritas dari


Elektronik Berdasarkan Uncitral informasi; (3) dikenalnya si pembuat aslinya;
Model Law dan (4) faktor-faktor lainnya yang relevan
Pembuktian pada setiap kasus transaksi dengan informasi.”
elektronik yang diterapkan di Indonesia Setiap transaksi internasional didahului
diambil dari prinsip Model Law. Prinsip ini adanya suatu perjanjian. Perjanjian dapat
yang kemudian digunakan dalam dilakukan secara internasional atau
menyelesaikan kasus transaksi elektronik. multilateral. Perjnjian tersebut kesepakatan
Sehingga kasus tersebut dapat diselesaikan tertulis tersebut mengikat bagi para pihak
dengan suatu persamaan dalam pembuktian. yang melakukan perjanjian. Perjanjian tertulis
Pembuktian dengan menggunakan data ini yang kemudian dijadikan alat bukti. Pesan
elektronik pada mulanya belum dianggap sah data termasuk yang dapat dijadikan dokumen.
dalam pembuktian. Namun, sekarang data Dokumen inilah yang kemudian dijadikan
eletronik menjadi nilai bukti yang sama alat bukti yag sah dalam pembuktian.
setelah Model Law diterapkan. Hubungan perdagangan merupakan
Prinsip Model Law terdiri dari hubungan bersifat komersial. Hubungan ini
functional equivalence approach (pendekatan sebagian besar bersifat kontraktual. Anatara
yang secara fungsinya sama) dan technology penjual dan pembeli saling menyepakati suatu
neutrality approach (pendekatan kenetralan perjnjian demi tercapainya tujuan dari
suatu teknologi).17 Pendekatan ini yang transaksi tersebut, yaitu keuntungan.
kemudian mempersamakan data elektonik Sehingga dalam menjalankan atau memenuhi
dengan data konvensional lainnya. Seperti keinginan tersebut, hendaknya kedua belah
data-data berbentuk dokumen kertas yang pihak mematuhi aturan-aturan yang sesuai
dapat dijadikan alat bukti. Data-data eletronik dengan aturan yang berlaku. Baik secara
tersebut diperlakukan sama layaknya sebagai nasional maupun internasional.
data secara umum. Penyesuaian Model Law ini dapat
Pembuktian di dalam peradilan, data dilakukan sesuai dengan kebutuha dari negara
eletronik harus dipersamakan dengan data yang menerapkan. Hal ini dapat disesuaikan
dokumen lainnya. Sehingga pesan data dengan kondisi dan sistem hukum seperti apa
tersebut tetap dapat dipergunakan sebagai alat yang dianut oleh negara yang
bukti. Kriteria sebagai pesan data terdiri menandatanganinya. Indonesia menerapkan
dari:18 “(1) asal dari pesan data, disimpan prinsip Model Law pada aspek pembuktian
dalam kegiatan transaksi bisnis, khususnya
17
Huala Adolf, op cit, hlm. 170
18
Pasal 9 UNCITRAL Model Law transaksi bisnis secara elektronik
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 100

menggunakan Internet. tertentu. Hal tersebut menandakan bahwa


Oleh sebab itu, maka adanya persamaan perjanjian tersebut disepakati. Tanda tangan
yang disesuaikan dengan pembukian dengan inilah yang menjadikan acuan apakah pihak
negara lain apabila masyarakat Indonesia kedua menyepakati suatu perjanjian transaksi
melakukan suatu transaksi elektronik dengan elektronik atau tidak.
masyarakat negara lain yang menganut Model Syarat keaslian pada suatu transaksi
Law pada pembuktiannya pula. Kasus-kasus elektronik yang dimaksud adalah tidak
tersebut dapat diselesaikan pula di negara berubahnya data pesan elektronik yang
tertentu sesuai dengan prerjanjian kedua disepakati. Hal-hal yang harus dipenuhi
belah pihak. Hal ini berhubungan dengan dalam bentuk aslinya yaitu:19 (1) Terdapat
hukum perdata internasional. jaminan mengenai integritas informasi pada
Penerapan persyaratan hukum waktu pertama kali dituangkan dalam bentuk
dilakukan dalam transaksi elektronik. Pada akhir sebagai suatu pesan data; (2) Informasi
Pasal 5 Model Law yang menitik beratkan dapat ditampilkan kepada suatu pihak yang
akibat hukum terhadap keabsahan suatu data disyaratkan untuk ditampilkan terhadapnya.
elektronik. Selain itu Pada Pasal 6 hingga Pesan tersebut tidak boleh berubah sesuai
Pasal 8 menjelaskan mengenai pesan data dengan yang asli yang di buat pada awal
elektronik yang dianggap syarat tertulis, serta kesepakatan. Keaslian dari pesan data dilihat
tanda tangan sebagai syarat originalitas atau dari kestabilan muatan yang tidak bisa
keaslian. berubah dalam kondisi apapun.
Syarat tertulis, tanda tangan dan Syarat keaslian ini sangat sulit untuk
keaslian merupakan syarat mutlak yang harus diterapkan. Pesan data sudah jelas berbeda
dipenuhi dalam keabsahan sebagai alat bukti. dengan dokumen konvensional lainnya,
Syarat tertulis tersebut mengandung seperti akta tanah. Dokumen tersebut sulit
informasi yang dapat diakses. Pesan data untuk dipalsukan karena berbeda dengan data
kemudian dapat dijadikan rujukan sebagai pesan elektronik. Negara-negara yang
bahan acuan dalam pemeriksaan selanjutnya menganut penbuktian dokumen konvensional
dalam menyelesaikan kasus transaksi sungguh sulit menerapkan Model Law pasal
elektronik. ini.
Syarat tanda tangan merupakan syarat Pada Pasal 11 UNCITRAL Model Law
yang harus dipenuhi. Adanya metode tanda dijelaskan bahwa pembautan kontrak melalui
tangan yang harus dibubuhi dalam aplikasi e-commerce adalah sah dan mengikat (valid
format perjanjian. Dalam hal ini tanda tangan
dibubuhi dengan mencontreng bagian 19
Ibid, hlm 173
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 101

and envorceable contract). Kehendak kedua Tim Koordinasi Telematika


Indonesia, Jakarta.
belah pihak, baik pihak pembuat maupun
pihak menerima harus memiliki akibat Darrel Menthe, (2000), “Jurisdiction in
Cyberspace: A Theory of
hukum, juga keabsahannya. Hal inilah yang International Sraces”, available at
menuntut kedua belah pihak harus berhati- http://www.mttlr.org/volfour/menthe
.html, hlm. 2. Cf. Walker, Clive,
hati dalam melakukan perjanjian. Akibat dari Andrew Ashworth, The Criminal
ketidak hati-hatian tersebut dapat mengalami Law Review, Special Edition, Sweet
& Maxwell, 1998, hlm. 51 dst. Cf.
kerugian. Koop, Bert- Jaap, (ed.), ICT Law
Penutup and Internationalisation, A Survey of
Government Views, Kluwer Law
Indonesia telah menerapkan prinsip International.
UNCITRAL Model Law dalam Pembuktian
David R. Johnson and David Post, (1996),
Kasus Transaksi Elektronik dengan “Law and Borders : The Rise of Law
pendekatan yang secara fugsinya sama dan in Cyberspace”, 481 Stanford Law
Revie.
pendekatan kenetralan suatu teknologi.
Penyelesaian kasus e-commerce di Indonesia E. Brata Mandala, (2004), Ancaman Cyber
Terrorism dan Strategi
harus memenuhi persyaratan hukum terhadap Penanggulangannya di Indonesia,
data elektronik sebagai bentuk pembuktian Makalah Seminar The Importance of
Information System Security in E-
kasus transaksi elektronik dengan Government, Tim Koordinasi
mengandung unsur tertulis, syarat adanya Telematika Indonesia, Jakarta.

tanda tangan, dan juga keaslian. Huala Adolf, (2013), Hukum Perdagangan
Internasional, PT. Rajagrafindo
Daftar Pustaka Persada, Jakarta.

Buku- buku Peraturan Perundang-undangan

Ahmad M. Ramli, (2004), Cyberlaw dan UNCITRAL Model Law


Haki Dalam Sistem Hukum Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
Indonesia, Refika Aditama, tentang Informasi dan Transaksi
Bandung. Elektronik

Ahmad M. Ramli, Eamonn Leonard, Paul


Kimberley, et.al., (2004) Sumber Lainnya
Harmonisation and Enactment
UNCITRAL Secretariat, Explanatory Note
Planning for E-Commerce Related
on the UNCITRAL Model Law on
Legislation, Jakarta.
International Credit Transfer, 1991.
Ahmad M. Ramli, (2004), Perkembangan
www.un.org and www.uncitral.org (Diakses
Cyber Law Global dan Implikasinya
pada 5 Juni 2016, Pukul 22.16 WIB)
Bagi Indonesia, Makalah Seminar
The Importance of Information http://www.UNCITRAL.,org/English/Worki
System Security in E-Government, ngGroup/wg-ec/wp1e.pdf/12/04/2004
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 102

(Diakses pada 6 Juni 2016, Pukul 09.00


WIB)

www.cp.tech.org/ecom/UNCITRAL/12/4/04
(Diakses pada 5 Juni 2016, Pukul 22.21
WIB)

http://arufnur.web.ugm.ac.id/2015/03/08/rek
med-jarkom-tugas-03-uu-ite-dan-
penjelasannya/ (Diakses pada 6 Juni
2016, Pukul 09.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai