8013-Article Text-13359-16751-10-20190717
8013-Article Text-13359-16751-10-20190717
ABSTRACT
The use of information technology can no longer be done through a conventional legal
system, considering that its activities can no longer be limited by a country's territory.
Broader problems also occur for civil problems, because currently e-commerce transactions
have become part of national and international commerce. Legal violations with information
technology instruments are often difficult to solve. This paper will discuss the related
principles of the UNCITRAL Model Law in proving cases of electronic transactions in
Indonesia and legal requirements for electronic data as a form of proof of cases of electronic
transactions in Indonesia. The conclusion that was obtained was that Indonesia had applied
the principle of the UNCITRAL Model Law in Proving Cases of Electronic Transactions with
an approach that is similarly functional and approaches the neutrality of a technology. The
settlement of e-commerce cases in Indonesia must meet the legal requirements of electronic
data as a form of proof of cases of electronic transactions containing written elements,
conditions for signatures, and authenticity.
Keywords : Transactions; Electronics; Model Law Principles
ABSTRAK
Pemanfaatan teknologi informasi tidak lagi dapat dilakukan melalui sistem hukum
konvensional, mengingat kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi oleh teritorial suatu Negara.
Persoalan yang lebih luas juga terjadi untuk masalah-masalah keperdataan, karena saat ini
transaksi e-commerce telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional.
Pelanggaran hukum dengan instrumen teknologi informasi seringkali sulit dipecahkan. Tulisan
ini akan membahas terkait dengan perapan prinsip UNCITRAL Model Law dalam pembuktian
kasus transaksi elektronik di Indonesia dan persyaratan hukum terhadap data elektronik
sebagai bentuk pembuktian kasus transaksi elektronik di Indonesia. Kesimpulan yang
didapatkan yakni Indonesia telah menerapkan prinsip UNCITRAL Model Law dalam
Pembuktian Kasus Transaksi Elektronik dengan pendekatan yang secara fugsinya sama dan
pendekatan kenetralan suatu teknologi. Penyelesaian kasus e-commerce di Indonesia harus
memenuhi persyaratan hukum terhadap data elektronik sebagai bentuk pembuktian kasus
transaksi elektronik dengan mengandung unsur tertulis, syarat adanya tanda tangan, dan juga
keaslian.
Kata Kunci : Transaksi; Elektronik; Prinsip Model Law
ketiadaan regulasi yang mengatur data dimaksud sangat rentan untuk diubah,
pemanfaatan teknologi informasi khususnya disadap, dipalsukan dan dikirim ke berbagai
dalam lingkup informasi dan transaksi penjuru dunia dalam waktu hitungan detik.
elektronik. Dampak yang diakibatkannya pun bisa
Teknologi informasi dan komunikasi demikian cepat, bahkan sangat dahsyat.
telah mengubah perilaku dan pola hidup Teknologi infomasi telah menjadi instrumen
masyarakat secara global. Perkembangan efektif dalam perdagangan global.
teknologi informasi telah pula menyebabkan Persoalan yang lebih luas juga terjadi
dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan untuk masalah-masalah keperdataan, karena
menyebabkan perubahan sosial, budaya, saat ini transaksi e-commerce telah menjadi
ekonomi dan pola penegakan hukum yang bagian dari perniagaan nasional dan
secara signifikan berlangsung demikian cepat. internasional.1 Contoh kongkret adalah untuk
Perkembangan transaksi dalam suau membayar zakat atau berkurban pada saat
perkembangan dipengaruhi pula oleh Idul Adha. Seseorang yang ingin memberikan
perkembangan teknologi. zakat, cukup mengirimkan sejumlah dana
Pemanfaatan teknologi informasi tidak pada nomor rekening bank tertentu. Lalu
lagi dapat dilakukan pendekatan melalui terjailah sebuah transaksi zakat. Semakin
sistem hukum konvensional, mengingat mudahnya sebuah transaksi dapat dilakukan.
kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi oleh Transaksi apapun dapat dilakukan dalam
teritorial suatu Negara. Kemudahan dalam waktu yang sangat singkat.
akses dapat dilakukan dari belahan dunia Kenyataan ini menunjukkan bahwa
manapun. Sehingga dalam menjalankan konvergensi di bidang telematika
sistemnya dibutuhkan kehati-hatian ang berkembang terus tanpa dapat dibendung,
tinggi. Semakin banyaknya kasus yang yang seiring dengan ditemukannya Hak Cipta dan
melanda masyarakat internet dalam paten baru di bidang teknologi informasi.2
melakukan transaksi elektronik. Penipuan Semakin banyaknya kemajuan pada transaksi
termasuk salah satu kasus yang banyak erjadi.
Kerugian yang diterima oleh pengguna 1
Saat ini PBB melalui Komisi khususnya,
UNCITRAL, telah mengeluarkan 2 guidelines yang
internet dalam transaksi, baik sebagai penjual terkait dengan transaksi elektronik, yaitu UNCITRAL
Model Law on Electronic Commerce with Guide to
maupun pembeli. Enactment 1996, United Nations Publication, New
Pembuktian merupakan faktor yang York, 1999, dan UNCITRAL Model Law on Electronic
Signature with Guide to Enactment 2001, United
sangat penting, mengingat data elektronik Nations Publication, New York, 2002
2
Pembahasan lebih lanjut tentang hal ini dapat dilihat
bukan saja belum terakomodasi dalam sistem pada Rosenoer, Jonathan, CyberLaw: The Law of
The Internet, Springer-Verlag, New York, 1996, hlm.
hukum acara Indonesia. Pada kenyataannya 1-20.
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 93
tindak pidananya dilakukan di negara lain. masa mendatang asas jurisdiksi universal ini
Kedua, objective territoriality, yang mungkin dikembangkan untuk internet
menyatakan bahwa hukum yang berlaku piracy, seperti computer, cracking, carding,
adalah hukum dimana akibat utama hacking, viruses dan lain-lain. Namun perlu
perbuatan itu terjadi dan memberikan dipertimbangkan bahwa penggunaan asas ini
dampak yang sangat merugikan bagi negara hanya diberlakukan untuk kejahatan sangat
yang bersangkutan. Ketiga, nationality yang serius berdasarkan perkembangan dalam
menentukan bahwa negara mempunyai hukum internasional.
jurisdiksi untuk menentukan hukum Oleh karena itu, untuk ruang siber
berdasarkan kewarganegaraan pelaku. dibutuhkan suatu hukum baru yang
Keempat, passive nationality yang menggunakan pendekatan yang berbeda
menekankan jurisdiksi berdasarkan dengan hukum yang dibuat berdasarkan
kewarganegaraan korban. Kelima, protective batas-batas wilayah. Ruang siber dapat
principle yang menyatakan berlakunya diibaratkan sebagai suatu tempat yang hanya
hukum didasarkan atas keinginan negara dibatasi oleh screens and passwords.9 Secara
untuk melindungi kepentingan negara dari radikal, ruang siber telah mengubah
kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya, hubungan antara legally significant (online)
yang umumnya digunakan apabila korban phenomena and physical location.10
adalah negara atau pemerintah, dan keenam, Berdasarkan karakteristik khusus
asas Universality.8 yang terdapat dalam ruang siber dimana
Asas Universality selayaknya pengaturan dan penegakan hukumnya tidak
memperoleh perhatian khusus terkait dengan dapat menggunakan cara-cara tradisional,
penanganan hukum kasus-kasus siber. Asas beberapa ahli berpandangan bahwa sebaiknya
ini disebut juga sebagai “universal interest kegiatan-kegiatan dalam cyberspace diatur
jurisdiction”. Pada mulanya asas ini oleh hukum tersendiri, dengan mengambil
menentukan bahwa setiap negara berhak contoh tentang tumbuhnya the law of
untuk menangkap dan menghukum para merchant (lex mercatoria) pada abad
11
pelaku pembajakan. Asas ini kemudian pertengahan Asas, kebiasaan dan norma
diperluas sehingga mencakup pula kejahatan yang mengatur ruang siber ini yang tumbuh
terhadap kemanusiaan (crimes against dalam praktek dan diakui secara umum
humanity), misalnya penyiksaan, genosida,
9
pembajakan udara, dan lain-lain. Meskipun di David R. Johnson and David Post, “Law and
Borders : The Rise of Law in Cyberspace”, 481
Stanford Law Review 1996, hlm. 1367
10
Ibid., hlm.1370
8 11
Ibid Ibid., hlm. 1389
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 96
13
disebut sebagai Lex Informatica. Download. Berdasarkan teori ini, suatu
Sengketa-sengketa di ruang siber (cyber negara dapat melarang dalam wilayahnya,
space) juga terkait dengan Hukum Perdata kegiatan uploading dan downloading yang
Internasional, antara lain menyangkut diperkirakan dapat bertentangan dengan
masalah kompetensi forum yang berperan kepentingannya. Misalnya, suatu negara
dalam menentukan kewenangan forum dapat melarang setiap orang untuk uploading
(pengadilan dan arbitrase) penyelesaian kegiatan perjudian atau kegiatan perusakan
kasus-kasus perdata internasional (HPI). lainnya dalam wilayah negara, dan melarang
Terdapat dua prinsip kompetensi dalam HPI: setiap orang dalam wilayahnya untuk
pertama, the principle of basis of presence, downloading kegiatan perjudian tersebut.
yang menyatakan bahwa kewenangan Minnesota adalah salah satu negara bagian
pengadilan untuk mengadili ditentukan oleh pertama yang menggunakan jurisdiksi ini.
14
tempat tinggal tergugat. Kedua, principle of Kedua, teori The Law of the Server.
effectiveness yang menyatakan bahwa Pendekatan ini memperlakukan server di
kewenangan pengadilan ditentukan oleh di mana webpages secara fisik berlokasi, yaitu
mana harta-benda tergugat berada. Prinsip yang dicatat sebagai data elektronik. Menurut
kedua ini penting untuk diperhatikan teori ini sebuah webpages yang berlokasi di
berkenaan dengan pelaksanaan putusan server pada Stanford University tunduk pada
pengadilan asing (enforcement of foreign hukum California. Namun teori ini akan sulit
judgement). digunakan apabila uploader berada dalam
Asas kompetensi ini harus dijadikan jurisdiksi asing. Ketiga, The Theory of
dasar pilihan forum oleh para pihak dalam International Spaces.15 Ruang siber dianggap
transaksi e-commerce. Kekecualian terhadap sebagai the fourth space, yang menjadi
asas ini dapat dilakukan jika ada jaminan analogi adalah tidak terletak pada kesamaan
pelaksanaan putusan asing, misalnya melalui fisik, melainkan pada sifat internasional,
konvensi internasional.12 yakni sovereignless quality.
Berdasarkan karakteristik khusus Kasus Transaksi Elektronik yang
yang terdapat dalam ruang siber maka dapat Terjadi Di Indonesia
dikemukakan beberapa teori sebagai berikut: Undang-undang Informasi dan
Pertama, The Theory of the Uploader and the Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang
berlaku untuk setiap orang yang melakukan
12
Sebagai contoh adalah Konvensi tentang
Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing
13
(The Convention on the Recognition and Darrel Menthe, op.cit., hlm. 3 - 4
Enforcement of Foreign Arbitral Award – New York 14
Ibid, hlm. 5
15
1958) Ibid, hlm. 7 - 8
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 97
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menjebolan sistem keamanan pada situs
mentransmisikan dan/atau membuat KPU.
dapat diaksesnya Informasi Elektronik 4. Kasus Pembobolan Internet Banking
dan/atau Dokumen Elektronik yang Milik BCA. Pada tahun 2001, Internet
memiliki muatan perjudian”. Banking diributkan oleh kasus
3. Kasus Data Forgery. Kasus ini terjadi pembobolan internet banking milik bank
hari Rabu 17 April 2004, Dany BCA, Kasus tersebut dilakukan oleh
Firmansyah 25 tahun, seorang konsultan seorang mantan mahasiswa ITB
teknologi informasi (TI) PT. Dana reksa Bandung dan juga merupakan salah satu
di Jakarta, berhasil membobol situs milik karyawan media online (satunet.com)
KPU di http://tnp.kpu.go.id dan yang bernama Steven Haryanto.
mengubah nama-nama partai didalamnya Anehnya Steven ini bukan Insinyur
menjadi nama unik seperti partai kolor Elektro ataupun Informatika, melainkan
ijo, partai mbah jambon, partai jambu Insinyur Kimia. Ide ini timbul ketika
dan lain sebagainya. Dani menggunakan Steven juga pernah salah mengetikkan
teknik SQL injection (pada dasarnya alamat website. Kemudian dia membeli
teknik tersebut adalah dengan cara domain-domain internet dengan harga
mengetikkan string atau perintah tertentu sekitar US$20 yang menggunakan nama
di addres bar browser) untuk menjebol dengan kemungkinan orang-orang salah
situs KPU. Kemudian dani tertangkap mengetikkan dan tampilan yang sama
pada Kamis, 22/4/2004. Kasus ini persis dengan situs internet banking
melanggar UU ITE No 11 Pasal 30 Ayat BCA. Kasus ini melanggar Pasal 35 UU
3 Tahun 2008, yang berbunyi : “Setiap ITE tahun 2008 : “Setiap orang dengan
Orang dengan sengaja dan tanpa hak sengaja dan tanpa hak atau melawan
atau melawan hukum mengakses hukum melakukan manipulasi,
Komputer dan/atau Sistem Elektronik penciptaan, perubahan, penghilangan,
dengan cara apa pun dengan melanggar, pengrusakan informasi elektronik
menerobos, melampaui, atau menjebol dan/atau dokumen elektronik dengan
sistem pengamanan”, karena Dani tujuan agar informasi elektronik dan/atau
Firmansyah telah terbukti melakukan dokumen elektronik tersebut seolah-olah
penghinaan dan pencemaran nama baik data yang otentik (Phising = penipuan
partai-partai yang ada dalam situs KPU situs)”.
dengan cara mengganti-ganti nama
partai tersebut dan melakukan
UBELAJ, Volume 1 Number 1, April 2017 | 99
tanda tangan, dan juga keaslian. Huala Adolf, (2013), Hukum Perdagangan
Internasional, PT. Rajagrafindo
Daftar Pustaka Persada, Jakarta.
www.cp.tech.org/ecom/UNCITRAL/12/4/04
(Diakses pada 5 Juni 2016, Pukul 22.21
WIB)
http://arufnur.web.ugm.ac.id/2015/03/08/rek
med-jarkom-tugas-03-uu-ite-dan-
penjelasannya/ (Diakses pada 6 Juni
2016, Pukul 09.00 WIB)