id
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
Pendahuluan
Energi merupakan sumber daya yang dibutuhkan oleh kehidupan dan bagi
kebutuhan energi dalam negeri, peluang ekspor dan keselamatan serta kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Untuk menjaga kelestarian sumber daya tersebut perlu
hemat energi dalam rangka kebijakan energi nasional yang menyeluruh dan terpadu.
Listrik sebagai komoditi tidak dapat disimpan dalam jumlah besar. Listrik
pemakai akhir dalam kuantitas dan kualitas yang tepat saat dibutuhkan. Hal ini
berbeda dengan BBM yang dapat disimpan dalam tanki untuk beberapa waktu sambil
listrik perlu dilakukan secara cermat, terutama proyeksi kebutuhan masa depan.
Penyediaan tenaga listrik harus seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan. Energi
lisrik yang berlebih mengakibatkan kapasitas yang terpasang yang ada tidak
termanfaatkan, sehingga biaya persatuan kwh menjadi mahal. Begitu pula sebaliknya,
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kerawanan sosial dan politik. Dengan demikian keseimbangan pasar tenaga listrik
negara. Namun dalam skala besar saat ini belum ada teknologi yang cukup efisien
digunakan untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh sebuah pembangkit
atau lebih sering disebut dengan generator, yang kemudian langsung didistribusikan
kepada konsumen akhir dengan mutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan saat
Tabel 1. Produksi dan Pembelian Tenaga Listrik di Jateng, Jawa, dan Indonesia
Tahun 2000-2006 dalam (GWh).
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data pada tabel 1 diatas terlihat bahwa produksi dan pembelian
tenaga listrik baik secara nasional maupun di pulau jawa dari tahun ke tahun terus
mengalami kenaikan sedangkan untuk propinsi jawa tengah untuk produksi tenaga
listrik mengalami pasang surut ini terlihat dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2001
mengalami kenaikan sebesar 0,19 GWh sedangkan untuk tahun 2001 sampai dengan
tahun 2002 mengalami penurunan produksi sebesar 0,29 GWh dan pada tahun 2002
sampai dengan tahun 2003 mengalami kenaikan lagi sebesar 0,24 GWh akan tetapi
pada tahun 2004 mengalami penurunan produksi lagi sebesar 0,24 GWh. Untuk tahun
berikutnya mengalami penurunan produksi yaitu sebesar 0,07 GWh pada tahun 2005
akan tetapi pada tahun 2006 terjadi kenaikan produksi sebesar 0,09 GWh dan untuk
pembeliannya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dari tahun 2004 sampai
modern ini, karena hampir semua sektor industri bergantung pada energi listrik yang
dihasilkan oleh PT. PLN (Persero). Saat ini energi listrik sudah digolongkan sebagai
kebutuhan pokok suatu daerah yang digunakan oleh empat kelompok pemakai listrik.
Kelompok pemakai tersebut adalah kelompok rumah tangga, industri, bisnis, dan
pemakai energi listrik paling besar dalam setiap tahunnya. Didalam kelompok rumah
tangga, listrik digunakan sebagai penerangan dan alat untuk mempermudah pekerjaan
sehari-hari. Pada kelompok industri, seperti industri tekstil, alat berat, makanan, dan
produksi. Dalam kelompok bisnis yang meliputi berbagai bidang usaha seperti
iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keperluan pesta, pameran, dan acara-acara khusus lain. Listrik juga menjadi
kebutuhan wajib dalam menjalankan aktivitas usaha. Dengan listrik semua pekerjaan
dapat dikerjakan dengan lebih praktis, apalagi dijaman serba cepat seperti sekarang
ini, peralatan-peralatan kerja, perabot rumah tangga, bahkan sampai mainan anak-
anak menggunakan tenaga listrik. Tidak hanya di kota saja yang menganggap listrik
sudah merupakan barang kebutuhan pokok, tetapi di desa juga begitu. Dengan
demikian jaringan listrik semakin luas karena masyarakat desa sudah bisa menikmati
adanya listrik, sehingga permintaan dan konsumsi akan listrik semakin meningkat.
masyarakat. Hal ini di tunjukan oleh besarnya jumlah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) perkapita menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku, dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan dan terbesar dari sektor: Pertanian (Bahan makanan,
Perdagangan.
Tenaga listik merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang cukup
didalamnya. Listrik termasuk kebutuhan dasar masyarakat modern baik yang tinggal
v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk setiap tahunnya. Hal ini disebabkan semakin tingginya konsumsi listrik oleh
dan masyarakat. Dalam penggolongan untuk aktivitas sektor ekonomi dapat dibagi
menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu Rumah Tangga, Usaha, Industri, dan Umum.
salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Kelompok usaha
terdiri dari usaha penginapan, rumah makan, perdagangan, jasa keuangan, jasa
hiburan, dan jasa sosial. Kelompok industri berupa industri makan, tekstil, logam,
permesinan dan industri lainnya. Semua kelompok ini sebagai konsumen listrik,
tahun 2002-2008.”
a. Rumusan Masalah
pada kelompok pelanggan rumah tangga. Maka akan dilakukan analisa tentang
vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Bagaimana pengaruh tarif dasar listrik terhadap konsumsi listrik PLN pada
4. Bagaimana pengaruh harga minyak tanah terhadap konsumsi listrik PLN pada
E. Tujuan Penelitian
listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di
Kabupaten Purworejo.
konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA)
di Kabupaten Purworejo.
konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA)
di Kabupaten Purworejo.
vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
i. Kegunaan Penelitian
listrik pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten
Purworejo yang dipengaruhi oleh PDRB, tarif, dan harga minyak tanah maka penulis
bermaksud untuk:
baik.
c. Bagi peneliti dapat digunakan sebagai latihan dalam penulisan yang bersifat
viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
Landasan Teori
a. Pengertian Konsumsi
makanan dan minuman yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam
ilmu ekonomi, konsumsi tidak hanya terbatas pada persoalan makan dan minum,
perilaku makan dan minum (Yuliadi, 2001:282). Jadi, dapat diartikan bahwa
berarti pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan
jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan
kebutuhan tersebut maka diperlukan barang dan jasa. Menurut Yuliadi (2001:283),
1. Barang yang dikonsumsi adalah barang yang dihasilkan oleh manusia. Barang
ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penggunaan cangkul, gergaji, mesin, bangunan kantor, dan barang modal lainnya
pada hakikatnya ditujukan untuk menghasilkan barang atau jasa sehingga tidak
a. Barang yang dapat dipakai sekali saja, seperti makanan, minuman, dan obat-
obatan.
b. Barang yang dapat dipakai beberapa kali, seperti pakaian, perabot rumah tangga,
Menurut definisi dari Biro Pusat Statistik (BPS), secara umum konsumsi
dibagi dua macam yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Konsumsi
makanan yaitu segala pengeluaran dalam bentuk makanan dan minuman. Sedangkan
perumahan, kesehatan, dan lain-lain. Kemudian dalam ilmu ekonomi makro, pelaku
konsumsi dibagi ke dalam dua macam yaitu konsumsi masyarakat dan konsumsi
dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula
x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
langsung. Hal ini berarti, bahwa penggunaan barang di luar tujuan tersebut tidak
disewakan kepada orang lain. Apabila digunakan sendiri oleh pemiliknya kendaraan
itu merupakan barang konsumsi. Akan tetapi jika disewakan maka kendaraan itu
1. Teori-Teori Konsumsi
konsumsi yang didasarkan pada teori hipotesis pendapatan mutlak (absolute income
hypothesis). Oleh karena itu, hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan
C C + cY
2003:425):
antara nol dan satu, keynes menulis tentang hukum psikologis bahwa manusia
xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mereka.
9. Konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang dan tingkat bunga tidak memiliki
peranan penting.
konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan saat ini relatif dalam perbandingannya
Akibatnya jika tingkat pendapatan individu itu bertambah tinggi maka konsumsi akan
konsumsi jangka pendek. Jadi fungsi dasar hipotesis pendapatan relatif adalah fungsi
c. Hipotesis Daur-Hidup
(Mankiw, 2003:439).
xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Karena orang cenderung menerima pendapatan rendah saat usia muda, tinggi
saat usia menengah, dan pendapatan berkurang saat usia tua. Rasio tabungan akan
negatif, usia menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda,
(Mankiw, 2003:440).
pendapatan jangka panjang rata-rata yang diharapkan akan diterima dari human and
oleh dua faktor, yaitu pendapatan permanen pada tahun sebelumnya dan persentase
xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dari perbedaan diantara pendapatan masa kini dengan pendapatan permanen pada
Friedman adalah
C Y P
Dimana adalah konstanta yang mengukur bagian dari pendapatan permanen yang
a. Kekayaan
Orang yang tidak memiliki kekayaan atau miskin tidak akan membeli barang-barang
makanan. Sebaliknya, seseorang yang digolongkan dalam kelompok orang kaya akan
mampu untuk membeli barang-barang superior. Contoh ini jelas menunjukan bahwa
b. Ekspektasi
rumah tangga pada masa sekarang. Keyakinan bahwa dimasa mendatang akan
xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Jumlah Penduduk
konsumsi penduduk diseluruh negara. Oleh sebab itu, tingkat konsumsi bukan hanya
tergantung tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima
pendapatan lebih tinggi daripada Indonesia apabila dihitung dari segi keseluruhan
jumlah konsumsi Indonesia lebih besar dari Singapore. Keadaan ini menunjukan
d. Suku Bunga
Menurut pandangan Klasik, semakin tinggi suku bunga maka tabungan yang
ditentukan oleh pendapatan masyarakat tersebut dan suku bunga tidak akan
mempengaruhi tabungan namun tidak sebesar yang diyakini oleh ekonom Klasik.
e. Tingkat Harga
xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Konsumsi secara nominal tidak berpengaruh namun konsumsi secara riil akan
menurun.
1. Selera
orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal ini
sikap maka fungsi konsumsi agregat akan berubah. Sebagai contoh, bila selera
Beberapa yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi antara lain: umur,
memiliki pendapatan yang tinggi dan mencapai puncaknya pada usia pertengahan.
Pada kelompok usia tua pendapatan akan turun. Demikian juga dengan pendapatan
yang di tabung, kelompok usia muda dan pertengahan adalah tinggi sedangkan
kelompok usia tua adalah rendah. Yang berarti konsumsi relatif tinggi pada usia muda
dan tua tetapi rendah pada usia pertengahan. Dengan adanya perbedaan konsumsi
dalam kelompok umur maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi
konsumsi agregat.
xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Arena mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dengan
jangka pendek. Menurut Kul B. Bhatia dan Barry Boswort ada hubungan yang positif
a. Pengertian Permintaan
6. Definisi Permintaan
jumlah barang yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari titik tolak bahwa
permintaan akan barang, semakin banyak penduduk suatu negara makin besar
keseluruhan dan hubungan diantara harga dan jumlah permintaan, sedangkan jumlah
barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat
xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dibeli oleh sejumlah konsumen dengan harga tertentu pada waktu dan tempat tertentu
(Samuelson, 2003). Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut
permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja
komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang
Dua hal yang mendasari daya beli konsumen yaitu dapat dijelaskan sebagai
berikut:
income),
xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan dua hal tersebut, maka apabila pendapatan dan harga berubah
pendapatan dan harga terhadap jumlah barang yang diminta ini dapat dianalisis
dengan pendekatan garis dan analisis. Dalam hal ini ahli ekonomi bernama Alfred
Marshall menggunakan asumsi analisis bahwa ”hal-hal lain” selain harga barang yang
diamati bersifat konstan atau cateris paribus. Maka pengertian permintaan menurut
Alfred Marshall adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga yang
Qd = f ( Px )
P = harga
kerangka pemikirannya bersifat parsial. Setelah masa itu timbul pemikiran baru yang
lebih umum yang dikemukakan oleh Leon Walas, yang konsep pemikirannya dapat
Dimana:
xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari kedua pendapat tersebut, yaitu pendapat Marshall dan Waralas dapat
disimpulkan bahwa teori permintaan adalah suatu teori yang bertujuan mempelajari
Ditinjau dari daya beli konsumen, permintaan dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu permintaan absolut, permintaan potensial dan permintaan efektif. Berikut ini
masing-masing penjelasannya:
o Permintaan absolut adalah permintaan yang tidak diikuti dengan daya beli.
o Permintaan potensial yaitu permintaan yang memiliki daya beli tetapi belum
dilaksanakan.
o Permintaan efektif artinya permintaan yang disertai daya beli dan dilaksanakan.
Permintaan terhadap suatu barang dapat dilihat dari dua sudut yaitu
permintaan yang dilakukan oleh seseorang dan permintaan yang dilakukan semua
orang di pasar. Oleh karena itu, dalam analisis perlu dibedakan antara permintaan
A. Permintaan individu
tertentu.
B. Permintaan pasar
suatu barang dapat dilihat dari permintaan yang dilakukan seseorang tertentu dan
permintaan yang dilakukan oleh semua orang di dalam pasar. Permintaan pasar
xx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Hukum Permintaan
dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa bila harga suatu barang naik
cateris paribus, maka jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun dan
sebaliknya jika harga barang tersebut turun maka jumlah barang yang diminta oleh
konsumen akan naik dengan syarat faktor-faktor lain dianggap cateris paribus.
Cateris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah
barang yang diminta dianggap tidak berubah. Kenaikan harga dan permintaan seperti
1. Kenaikan harga menyebabkan pembeli mencari barang yang lain yang dapat
demikian sebaliknya.
Setiap penurunan harga suatu barang tanpa ada perubahan atas harga barang
lain atau pendapatan uang yang diterimanya selalu berarti kenaikan pendapatan riil,
yaitu jumlah barang yang dibeli. Gejala ini dinamakan efek dari penurunan harga.
xxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan barang-barang yang serupa lainnya (misalnya: ketika harga tahu naik
terhadap barang yang menjadi subsitusinya. Barang subsitusi adalah barang yang
mengalami kenaikan harga, konsumen akan beralih pada barang yang menjadi
substitusinya yang tidak mengalami kenaikan harga. Hal ini berakibat permintaan
Demikian pula sebaliknya, jika harga suatu barang turun, substitusi barang
tersebut tidak lagi menarik karena barang yang digantikannya turun sehingga
Apabila harga naik maka konsumen menganggap bahwa dirinya sekarang lebih
miskin daripada sebelumnya (misalnya: apabila bahan kebutuhan pokok naik tiga
kali lipat maka sebetulnya konsumen mempunyai pendapatan riil yang lebih
sedikit sehingga akan menekan konsumsi akan bahan kebutuhan pokok dan
Artinya, dengan naik turunya harga barang, pendapatan riil konsumen bisa
berubah.
xxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
khusus. Permintaan adalah suatu skedul atau kurva yang menggambarkan hubungan
antara berbagai kuantitas suatu barang yang diminta konsumen pada berbagai tingkat
harga barang tersebut, cateris paribus. Sepanjang suatu kurva permintaan atau skedul
diminta oleh seluruh induvidu pada tiap tingkat harga. Maka dari itu banyak faktor
yang menentukan permintaan salah satunya yang terpenting adalah harga barang itu
sendiri. Bila faktor-faktor lain, bukan harga mengalami perubahan maka lokasi kurva
permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan. Skedul dan kurva permintaan dapat
a. Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga barang dengan jumlah
dengan harganya.
Asumsi dasar yang digunakan dalam pendekatan tradisional ini adalah daya
guna (utilitas). Daya guna atau utilitas adalah kemampuan suatu barang untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakkan barang tersebut, hal ini
xxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Teori Kardinal adalah teori yang menganggap besarnya daya guna yang
diterima konsumen sebagai akibat dari tindakan mengkonsumsi barang itu dapat
diukur. Teori ini beranggapan bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung
dari subyek yang memberikan penilaian. Suatu barang akan mempunyai daya guna
baginya. Suatu barang akan mempunyai daya guna baginya. Besarnya daya guna
tergantung pada konsumsi orang yang bersangkutan sehingga pengukuran daya guna
bersifat subyektif. Persoalan pokok yang terdapat dalam teori daya guna kardinal
memaksimalkan daya guna yang dapat diperoleh. Kemudian masalah yang timbul
adalah dalam pengukuran daya guna yang bersifat subyektif. Oleh karena itu
dipandang perlu mengajukan asumsi bahwa konsumen mampu mengukur daya guna
3. Asumsi ketiga menyangkut laju pertambahan daya guna, sehingga asumsi ini
Dengan makin banyaknya barang yang dikonsumsi makin besar pula daya guna
total yang diperoleh, namun laju pertumbuhan daya guna total ini semakin lama
xxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
semakin rendah, dimana jumlah pertambahannya dapat menjadi nol. Secara grafis
hubungan antara barang yang dikonsumsikan dengan daya guna total dan laju
Kurva U (x) diatas menunjukkan hubungan antara besarnya daya guna dengan
makin besar pula jumlah daya guna yang diperoleh konsumen sampai dengan Xm
lereng kurva U positif yang berarti terjadi penambahan daya guna bila konsumsi
mencerminkan jumlah barang X yang memberikan tingkat daya guna maksimal atau
curam. Pada titik B dimana Xb dikonsumsikan lereng U (x) lebih landai yang berarti
daya guna marjinalnya lebih rendah. Pada titik C dimana Xm dikonsumsikan barang
xxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
X pada titik ini tidak menambah daya guna bagi konsumen, bahkan pada titik D daya
baru dapat disusun apabila konsumen mampu mengukur besarnya daya guna dari
barang-barang yang dikonsumsi. Teori daya guna ordinal ini tidak menuntut
konsumen untuk mengukur daya guna barang, namun konsumen perlu mempunyai
memaksimalkan daya guna, maka kombinasi yang mempunyai daya guna lebih tinggi
Seperti halnya teori daya guna kardinal, teori daya guna ordinal juga
menggunakkan asumsi rasionalitas, dimana dengan dana tertentu dan harga pasar
sempurna atas uang yang tersedia baginya maupun harga barang dipasar. Asumsi
lainnya adalah konsumsi perlu mempunyai skala preferensi yang disusun atas dasar
urutan besar kecilnya daya guna antara berbagai kombinasi konsumsi sekelompok
barang. Secara rasional konsumen selalu berusaha mencapai kurva indiferen adalah
xxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ditunjukan oleh dua titik manapun pada satu kurva indeferen. Semakin jauh kurva
indiferen dari titik nol, maka semakin tinggi juga tingkat kepuasan yang disajikan
oleh kombinasi barang manapun yang ditunjukkan oleh titik-titik pada kurva tersebut.
memperoleh tambahan satu unit barang X dapat disebut dengan pengukuran tingkat
adalah jumlah komoditi tertentu yang akan dikorbankan oleh konsumen untuk
Asumsi dasar dari teori indiferen adalah sebagai berikut : (Lipsey et al,
1995:202)
xxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Nilai MRS selalu negatif. Hal tersebut berarti bahwa untuk meningkatkan
E. MRS antara dua komoditi maupun tergantung pada jumlah komoditi yang
a. Kurva indiferen berbentuk turun dari kiri atas kekanan bawah. Artinya kurva
b. Kurva indiferen harus cembung terhadap titik origin (0). Artinya kurva indiferen
harus menunjukan derajat penggantian antara satu barang dengan barang lain
yang semakin kecil, yang berarti semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi.
dikonsumsinya, dimana utilitas atau kepuasan sama. Angka utilitas yang diberikan
terhadap suatu kurva indiferen merupakan angka numerik yang menunjukan kepuasan
yang diperoleh konsumen dari kombinasi yang ia pilih. Hal inilah yang dimaksud
dengan pendekatan ordinal, yaitu pemeringkatan kombinasi yang dipih dengan angka
numerik.
xxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Peta Indiferen
Sebuah peta indiferen terdiri dari beberapa kurva indiferen. Semua titik pada
suatu kurva tertentu merupakan konsumsi alternatif dari barang x dan barang y yang
memberikan kepuasan yang sama bagi rumah tangga. Kurva yang makin jauh dari
titik nol memberikan tingkat kepuasan yang makin tinggi (Lipsey et al, 1995:204).
Sebagai contoh, I3 merupakan kurva yang lebih tinggi dari I2. Ini berarti bahwa semua
titik pada I3 memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari pada yang diberikan
sebagai berikut:
kepuasan.
xxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Selera konsumen tercermin dalam peta indiferen yang terdiri dari banyak kurva
3. Kurva indiferen yang letaknya lebih jauh dari titik origin menggambarkan
4. Dalam peta indiferen, kurva indiferen tidak boleh saling berpotongan. Jika kurva
indiferen I1 dan I2 saling memotong, salah satu asumsi teori kurva indiferen
dilanggar. Titik C lebih disukai dari pada titik B karena pada titik C kedua barang
lebih banyak.
Menurut Sukirno (2006: 81) permintaan terhadap suatu barang atau jasa
Jika harga barang turun, maka permintaan terhadap barang tersebut semakin
bertambah begitu pula sebaliknya. Dengan asumsi faktor lain dianggap cateris
paribus. Jadi hubungan jumlah barang yang diminta dengan harga barang adalah
negatif.
jagung, daging sapi disubstitusi dengan daging ayam, dan lain sebagainya. Jika terjadi
kenaikan terhadap harga beras, maka permintaan akan beras turun dan permintaan
terhadap jagung akan naik, karena jagung merupakan barang substitusi yang baik
xxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gula, printer dengan tinta, dan motor dengan bensin. Jika harga gula turun, maka
permintaan terhadap gula akan turun serta permintaan terhadap kopi juga berkurang.
Karena gula merupakan barang komplementer kopi. Oleh karena itu, hubungan
jumlah barang yang diminta dan harga barang lain ada dua: (1) jika barang substitusi
hubungannya adalah positif (searah), dan (2) jika barang komplementer hubungannya
terhadap suatu barang sebab daya belinya meningkat. Karena jenis barang dalam
kaitannya dengan pendapatan ada dua, yaitu barang normal dan barang inferior, maka
bentuk hubungan jumlah barang yang diminta juga ada dua: (1) hubungan positif
(searah) untuk barang normal, dan (2) hubungan negatif (berlawanan) untuk barang
inferior (Adiningsih, 1991: 88). Barang inferior adalah barang yang permintaannya
Seperti selera dan kebiasaan mengkonsumsi beras, jagung, sagu dan sebagainya.
Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah searah (positif).
Dimana jika selera seseorang semakin tinggi maka permintaan terhadap barang
xxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
H. Jumlah penduduk
barang dan jasa. Penduduk yang dimaksud adalah konsumen yang potensial dalam
hadiah-hadiah juga dapat menjadi pendorong konsumen untuk meminta barang dan
jasa tersebut. Dengan adanya iklan akan berpengaruh positif terhadap jumlah barang
dan jasa yang diminta, sehingga hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan
J. Distribusi pendapatan
kebanyakan kelompok masyarakat umum, sehingga daya beli mereka lemah dan
K. Perkiraan (estimate)
Perkiraan atau ramalan konsumen terhadap harga dimasa datang pada suatu
harga barang tersebut dimasa datang naik, maka ada kecenderungan permintaan
terhadap barang tersebut dimasa sekarang akan naik. Jadi, dalam hal ini mempunyai
xxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
L. Harapan (expectation)
dengan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Artinya jika ketersediaan barang
dimasa datang cukup banyak, maka permintaan akan barang tersebut cenderung
tersebut akan naik. Kenyataan ini terjadi karena pada diri konsumen ada faktor
b. Pengertian Konsumen
1. Definisi Konsumen
menjadi peminta barang atau jasa dipasar. Kita semua adalah seorang konsumen pada
pasar komoditas, terutama pasar barang atau jasa kebutuhan pokok baik kita sadari
atau tidak. Biasanya masalah yang dihadapi oleh konsumen adalah bagaimana
kebutuhan barang dan jasa secara maksimal, supaya tingkat kesejahteraan yang
permasalahan, yaitu: (1) barang- barang dan jasa-jasa ekonomi yang dikonsumsinya
asumsi yang menonjol yang berkaitan dengan perilaku konsumen. Asumsi tersebut
xxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dipasar, harga masing-masing barang dan jasa, besarnya pendapatan yang mereka
uang yang dimiliki oleh konsumen. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu
Untuk pengertian ini guna mudah dipahami kita batasi dengan model.
Misalkan barang dan jasa yang dikonsumsi hanya ada dua, yaitu X1 dan X2 dimana
harganya masing-masing P1 dan P2, maka kombinasi barang yang dipilih (consumtion
bundle) dapat ditulis (X1, X2), dimana banyaknya konsumsi barang pertama adalah
sebesar X1 dan banyaknya konsumsi barang kedua adalah X2. Dari data yang ada
tersebut kita dapat mencari berapa uang atau budget yang diperlukan untuk
membiayai pembelian kedua barang tersebut. Misalkan jumlah uang yang diperlukan
tadi adalah m, dengan demikian kita dapat menentukan budget constraintnya, yaitu
P1X1+P2X2 ≤ m
xxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memerlukan uang lebih kecil atau sama dengan jumlah dana yang dimiliki. Jadi
kemampuan konsumen ditunjukan oleh kombinasi barang dan jasa yang dapat dibeli
yang memerlukan dana lebih kecil atau sama dengan m. Himpunan yang
menunjukkan kombinasi barang atau jasa yang dapat dibeli oleh konsumen pada
Pada gambar diatas Budget Set ditunjukkan oleh segitiga OAB termasuk
line) ditunjukan oleh garis yang menghubungkan A dan B. Untuk menggambar garis
m P1
budget kita mengubah persamaan garis budget diatas menjadi: X2 = - X1
P2 P2
xxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Persamaan diatas menunjukan persamaan garis lurus pada gambar 2.1 yang
merupakan garis budget. Intercept (perpotongan garis ini dengan sumbu vertikal)
adalah m/P2 sedangkan slopenya ditunjukkan oleh –P1/P2. Perpotongan antara garis
vertikal dengan garis budget diperoleh dengan membagi seluruh dana yang ada yaitu
dengan harga barang 2 karena titik perpotongan tersebut menunjukan berapa barang 2
yang dapat dibeli bila seluruh dana digunakan semua. Demikian titik potong antara
garis horizontal dengan garis budget diperoleh dengan cara yang sama, yaitu dengan
membagi m dengan harga barang 1. Garis budget dapat kita gambar dengan
menghubungkan kedua titik potong tersebut. Jadi garis budget adalah tempat
kedudukan titik-titik yang menunjukan kombinasi dua barang X dan Y yang dapat
1986:35-36).
Dengan pembatas
i = 1,2,3,......, m dan
j i
Pjqj-y = 0 (3)
xxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Xi = (i = 1,2,3,......,m)
y = pendapatan konsumen
n
L = U [f1(q1,.....,qn),....fm(q1,...qn)]- λ
j i
Pjqj-y
Berdasarkan pada konsep tersebut, ada dua hal penting yang relevan untuk
dapat dijadikan dasar pembuatan model analisis konsumsi. Pertama adalah kurva
komoditi dalam anggaran belanja unit ekonomi ditentukan secara simultan. Artinya
bahwa keputusan untuk membeli satu jenis barang ditentukan oleh sikap dari
konsumen tersebut.
c. Keseimbangan Konsumen
saat marginal utility (nilai guna marginal) barang Y dibagi dengan harga barang Y
xxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sama dengan marginal utility (nilai guna marginal) barang X dibagi dengan harga
MUx MUy
=
Px Py
kurva indiferen dan garis anggaran. Dengan cara ini akan terlihat salah satu kurva
merupakan titik singgung garis anggaran dengan kurva indiferen yang tertinggi. Saat
xxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Pasar Monopoli
terdapat satu penjual atau produsen yang melayani sedemikian banyak pembeli atau
konsumen. Monopoli merupakan bentuk ekstrim dari struktur pasar selain pasar
monopoli lebih mudah dan cukup banyak pelakunya di Indonesia. Misalnya PT. PLN
(Persero) yang melayani masalah kelistrikan, PT. KAI yang menyediakan angkutan
kereta api, PT. PDAM yang melayani penyediaan air bersih, dan sebagainya.
Monopoli sumber daya adalah cara termudah untuk menjadi pelaku monopoli.
Monopoli sumber daya ditandai oleh sebuah perusahaan yang menguasai sumber
daya penting secara tunggal. Contohnya PT. Freeport di Papua yang menguasai
sumber tembaga dan menjadi perusahaan monopolis dalam memproduksi emas dan
tembaga.
atas suatu produk kepada sebuah perusahaan tunggal tersebut. Biasanya hal ini
menemukan teknologi atau produk baru yang inovatif. Tetapi ada kalanya monopoli
xxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
barang dan jasa dipasar tertentu. Misalnya hak monopoli yang diperoleh PT. PLN
4. Monopoli Alamiah
keseluruhan pasar dengan biaya atau harga lebih murah dibandingkan jika sektor
tersebut terdapat dua atau lebih perusahaan. Monopoli alamiah sering kita temukan
pada pelayanan air minum di daerah atau perusahaan daerah air minum. Biasanya
harga terdapat satu PDAM disetiap daerah. Karena dengan hanya ada satu
perusahaan, kebutuhan masyarakat dapat dilayani dengan harga yang lebih murah.
Seandainya ada dua atau lebih perusahaan yang mengelola air minum, bukan hanya
output per perusahaan yang berkurang, tetapi juga biaya yang ditanggung lebih tinggi
sehingga harga outputnya juga tinggi dan tentu akan merugikan konsumen.
a. Efisiensi Produksi
Dalam kasus monopoli alamiah akan lebih efisien jika hanya satu perusahaan
memproduksi barang dan jasa tertentu. Seperti diuraikan diatas, dengan adanya
dibandingkan jika dua atau lebih perusahaan. Hal ini tentu saja menguntungkan
xl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pemberian paten dan hak cipta bisa mendorong terjadinya inovasi. Banyak
teknik dan cara baru dalam berproduksi. Dengan adanya paten dan hak cipta,
perusahaan makin terinovasi untuk melakukan hal tersebut karena usaha mereka
dihargai oleh pemerintah dan tidak khawatir produk mereka ditiru oleh pesaing
bisa mencapai laba maksimal dengan cara menetapkan harga yang tinggi padahal
seharusnya. Hal ini tentu saja membuat konsumen sangat tergantung pada
monopolis, dan monopolis dapat menetapkan harga yang tinggi bagi produknya
xli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Ketidakadilan
Hal yang paling mendasar dari sisi negatif monopoli adalah ketidakadilan. Hal ini
terwujud dalam bentuk harga yang tinggi dan jumlah penduduk yang tidak
a. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Bagio Mudakir (2007) dengan judul ”Analisis
bahwa besarnya permintaan listrik dipengaruhi oleh PDRB perkapita, PDRB sektor
Penelitian dengan tema yang sama pernah dilakukan oleh Nia Nurmiyati
(2005) dengan judul ”Analisis Permintaan Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) di
xlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengaruh negatif terhadap permintaan listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di
Kabupaten Sukoharjo.
(2005) dengan judul ”Analisis Konsumsi Listrik di Kalimantan Timur Tahun 1995-
konsumsi listrik di Kalimantan Timur, baik secara parsial maupun secara bersama-
sama.
b. Kerangka Pemikiran
penduduk dan tingkat pendapatan suatu daerah, sehingga penawarannya perlu juga
ditingkatkan sesuai dengan kebijakan ketenagalistrikan, baik dari pusat maupun dari
banyaknya aktivitas manusia yang harus memakai listrik akibat kemajuan yang
dicapai dari hasil pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah bersama
masyarakat. Semakin maju suatu daerah atau wilayah juga semakin tinggi pula energi
Peningkatan konsumsi listrik secara langsung dapat dilihat dan diukur dengan
sejalan dengan perkembangan penduduk dan juga permintaan untuk konsumsi listrik.
xliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat diringkas dalam bentuk skema sebagai
berikut:
Keterangan:
Keterangan:
oleh pakar ekonomi terdahulu, permintaan atau konsumsi suatu barang dipengaruhi
oleh beberapa hal. Diantaranya pendapatan, harga barang tersebut, harga barang lain
yang menjadi substitusi, dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan dianalisis tentang
tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo dengan variabel jumlah konsumsi
xliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang mempengaruhi adalah PDRB Harga Berlaku, tarif listrik, dan harga minyak
kelistrikan dan sektor-sektor yang lain seperti pertanian (bahan makanan, perkebunan
Beberapa lapangan usaha tersebut tidak terlepas dari peran pentingnya listrik yang
dinikmati oleh penduduk suatu kabupaten dan kemampuan sumber daya ekonomi
dalam menghasilkan barang dan jasa di suatu kabupaten. Apabila nilai PDRB tersebut
tersebut besar begitu juga sebaliknya apabila nilai PDRB di kabupaten tersebut kecil
kecil.
Dari skema tersebut, beberapa faktor antara lain: PDRB harga berlaku, tarif
listrik, dan harga minyak tanah dapat diketahui pengaruhnya terhadap jumlah
konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA). Beberapa faktor yang menyebabkan
jumlah kapasitas listrik yang terpakai dalam mengkonsumsi listrik sebagai kebutuhan
sehari-hari, terlihat bahwa konsumsi listrik dipengaruhi oleh tarif listrik PLN,
perubahan tarif listrik yang berlaku akan mempengaruhi jumlah konsumsi listrik
pelanggan. Tarif ini merupakan harga dari listrik yang mencerminkan tentang harga
suatu barang. Perubahan tarif tidak terjadi setiap tahun. Dan faktor lain yang juga
xlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mempengaruhi adalah besarnya harga minyak tanah yang harganya di tentukan oleh
pemerintah.
a. Hipotesis Penelitian
masalah penelitian yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Dari uraian dan
kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis awal tentang jawaban dari
konsumsi listrik pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di
Kabupaten Purworejo.
listrik pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten
Purworejo.
konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di
Kabupaten Purworejo.
xlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
Metodologi Penelitian
mempengaruhi konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) yang mengambil lokasi
kumulatif dengan mengambil data tahunan pada tahun 2002 sampai dengan tahun
2008. Konsumen PLN Kabupaten Purworejo terdiri dari 16 kecamatan dan 470 desa.
konsumen PLN yang telah mengkonsumsi listrik dan tercatat dalam daftar pelanggan
di PLN UPJ Purworejo dan di PLN UPJ Kutoarjo. Perlu diketahui bahwa data juga
diambil dari PLN UPJ Kutoarjo, hal ini dilakukan karena wilayah operasional PLN
UPJ Kutoarjo adalah wilayah kutoarjo dan sekitarnya yang tidak satu wilayah dengan
daerah operasional PLN UPJ Purworejo tetapi masih satu wilayah Kabupaten
mempengaruhi konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data lain
yang dipakai untuk melengkapi analisis dalam penelitian ini berbasis dari data yang
dengan penelitian ini melalui data kurun waktu (time series) tahun 2002-2008.
xlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PLN, Badan Pusat Statistik, website, dan home page dari instansi terkait. Data
mengenai tarif listrik dan jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA)
diperoleh dari PLN UPJ Purworejo dan PLN APJ Magelang, data mengenai harga
minyak tanah diperoleh dari website Pertamina, sedangkan data mengenai PDRB
harga berlaku diperoleh dari kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten Purworejo.
untuk memperoleh hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain
meliputi bahan-bahan bacaan yang relevan untuk mengumpulkan berbagai data yang
berikut:
permintaan listrik yang merupakan besarnya daya atau tenaga listrik yang
dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga tiap tahun dalam satuan KWh(Kilowatt
listrik dalam kurun waktu satu tahun oleh kelompok pemakai rumah tangga (R-1
xlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. PDRB (X1)
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
diproduksi sebagai unit produksi di dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu
Besarnya biaya beban daya listrik dibedakan menurut daya listrik yang
terpasang disetiap rumah tangga. Biaya beban daya listrik ini ditentukan oleh
pemerintah dan diatur dengan keputusan presiden. Besarnya ini tergantung dari
Harga minyak tanah adalah harga minyak tanah per liter di tingkat
pengecer yang ditentukan oleh pemerintah. Satuannya adalah Rupiah per liter.
A. Metode Analisis
analisis Uji ekonometrika yaitu uji untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan
asumsi klasik yang meliputi uji Autokorelasi, uji Heteroskedastisitas, dan uji
didasarkan pada konsep yang terdapat dalam teori-teori ekonomi, dimana pengujian
ini akan berhubungan dengan tanda koefisien yang menunjukan hubungan variabel
xlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Uji Stasioneritas
sekunder. Uji stasioneritas data dapat dilakukan dengan uji akar unit (unit root test)
dan atau uji derajat integrasi. Apabila ditemukan bahwa data yang digunakan
mempunyai derajat integrasi sama I (1), maka dilanjutkan dengan uji kointegrasi. Uji
kointegrasi untuk mengetahui hubungan jangka panjang model yang sedang diamati.
stasioner adalah suatu keadaan dimana karakteristik proses stokastik atau random
tidak berubah selama kurun waktu yang berjalan. Keadaan ini diperlukan untuk
masa lalu dan di masa yang akan datang. Pengujian uji akar-akar unit atau unit
Test.
Apabila data yang diamati pada akar unit ternyata tidak stasioner, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji derajat integrasi dilakukan
untuk mengetahui pada derajat atau orde diferensi keberapa data yang diamati
c. Uji kointegrasi
Apabila kita mempunyai data variabel ekonomi yang non stasioner, kita tetap
l
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dependen, dalam penelitian ini digunakkan data-data bulanan. Data PDRB harga
mengenai jumlah konsumsi listrik, tarif listrik, dan harga minyak tanah merupakan
data per bulan. Berikut adalah rumus metode interpolasi yang dikemukakan oleh
1 i 6,5
Yit = (Yt + (Yt-Yt-1)),i = 1,2,3,....,12
12 12
Dimana,
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah konsumsi listrik rumah
adalah PDRB harga berlaku, tarif listrik, dan harga minyak tanah. Untuk menguji
hubungan antar variabel tersebut, maka digunakan regresi linier berganda dan juga
dilakukan beberapa uji, seperti uji stasioneritas, uji ekonometrika (uji asumsi klasik),
li
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Secara umum fungsi konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di
= O + 1 1 + 2 2 + 3 3 + ui.... (1)
Ui = Variabel pengganggu
O = Konstanta
1, 2 , 3 = Koefisien regresi
berikut:
Dalam regresi linier klasik terdapat faktor pengganggu, model yang baik
mengetahui ada tidaknya faktor pengganggu dalam suatu model, maka digunakan
a. Uji Multikolinearitas
variabel terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain suatu
variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya (Damodar
Gujarati, 1997:157).
lii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antar variabel dan standar error menjadi
adalah dengan melihat nilai R dan nilai t yang signifikan maka tidak terjadi masalah
b. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi linear klasik memiliki satu asumsi yang paling penting, yaitu
varian residual bersifat homoskedastik atau bersifat konstan. Asumsi ini tidak selalu
realistis, karena sering terjadi pelonggaran asumsi klasik yang disebabkan oleh varian
residual tidak lagi bersifat konstan atau disebut terjadi masalah heteroskedastisitas.
mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dapat dilambangkan sebagai
dalam model dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tetapi dalam penelitian ini diuji
liii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan menggunakkan uji park. Uji park dilakukan dengan menggunakan dua tahap,
yaitu:
heteroskedastisitas dan sebaliknya apabila nilai yang diperoleh tidak signifikan, maka
B. Uji Autokorelasi
observasi yang diurut-urutkan menurut waktu (dalam data deretan waktu) atau ruang
(dalam data cross sectional). Korelasi yang dimaksud adalah diantara kesalahan
1 eiei 1
d=2
ei
2
tabel menunjukkan nilai distribusi antara bawah (dl) dengan batas atas (du)
liv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masalah pengujian autokorelasi dengan DW d test, perlu dilakukan uji B.G test, yaitu
jika nilai probabilitas variabel independen lebih besar dari = 5 % maka hipotesa
yang menyatakan pada model tidak terdapat autokorelasi tidak ditolak. Berarti model
lv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c) Hitung (n-p)R2~ 2 Jika lebih besar dari nilai tabel Chi-square dengan df p,
menolak hipotesa bahwa setidaknya ada satu koefisien autokorelasi yang berbeda
dengan 0.
b. Uji Statistik
a. Uji t
individu terhadap variabel dependen. Dalam uji t dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis
variabel dependen).
b. Menentukan nilai
t tabel = ; df = N-K
2
1
t hitung =
Se( 1 )
lvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Se = Standar error
d. Kriteria Pengujian
Ho diterima apabila -t /2 ≤ t ≤ t /2
e. Kesimpulan
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak. Artinya koefisien regresi
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima. Artinya koefisien regresi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada
apakah persamaan model cukup layak untuk digunakan. Dalam uji F ini terdapat
C. Menentukan Hipotesis:
lvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Menentukan nilai
F tabel = F ; (N-K);(K-1)
N = jumlah data
R 2 / K 1
F hitung =
1 R 2 / N K
N = Banyaknya observasi
F. Kriteria Pengujian
G. Kesimpulan
Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya koefisien
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya koefisien
secara signifikan.
lviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Koefisien Determinasi R2
Uji ini digunakkan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari variabel,
bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikat. Jika R 2 mendekati
nol, maka variabel bebas tidak menerangkan dengan baik variasi dari variabel
terikatnya.
Rumus = R =
ESS
2
1
RSS
1
ei 2
independen
dengan variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model tersebut baik.
lix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
a. Kondisi Geografis
i.Letak Geografis
Jawa Tengah yang terletak pada posisi antara 109 47’ 28” – 110 8’ 20” Bujur
Timur dan 7 32’ – 7 54” Lintang Selatan. Luas daerah Kabupaten Purworejo
1.034,83 Km yang terdiri kurang lebih 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah
Purworejo, kecamatan dengan letak paling jauh adalah Kecamatan Bruno dengan
jarak sejauh 35 km dari pusat kota, sedangkan kecamatan dengan letak paling
dekat dari Purworejo (kota) adalah Kecamatan Banyuurip dengan jarak dari pusat
lx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kota 4 km. Seluruh kecamatan yang ada di Purworejo sudah terjangkau angkutan
umum.
dengan luas wilayah sebesar 108,43 km2, sedangkan untuk kecamatan yang
memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kutoarjo dengan luas wilayah
Jumlah desa yang ada di Kabupaten Purworejo adalah sebanyak 494 desa
lxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. Potensi Daerah
a. Potensi Pertanian
urutan kedua yaitu komoditi mangga dengan jumlah produksi sebesar 26.238
kwintal, dan pada urutan ketiga yaitu komoditi siem/keprok dengan jumlah
komoditi padi sawah dengan jumlah produksi sebanyak 256.969 ton, pada urutan
kedua yaitu komoditi ubi kayu dengan jumlah produksi sebesar 122.242 ton, dan
pada urutan ketiga yaitu komoditi jagung dengan jumlah produksi sebanyak 6.912
ton.
komoditi temulawak dengan jumlah produksi sebanyak 2.040.732 kg, pada urutan
kedua yaitu komoditi kapulaga dengan jumlah produksi sebesar 164.243 kg, dan
pada urutan ketiga yaitu komoditi mengkudu dengan jumlah produksi sebanyak
1250 kg.
komoditi buncis dengan jumlah produksi sebanyak 36.513 Kg, pada urutan kedua
lxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yaitu komoditi semangka dengan jumlah produksi sebesar 25.900 Kg dan pada
urutan ketiga yaitu produksi tomat dengan jumlah produksi 16.313 kg.
2. Potensi Pariwisata
utama yang banyak dinikmati pengunjung adalah keindahan Kota Purworejo dan
Dua puluh dua kilometer dari Kota Purworejo atau sebelas kilometer dari
Kecamatan Grabag, kita dapat menikmati wisata bahari Pantai Pasir Puncu dan
Ketawang. Kawasan ini memiliki pesona tersendiri dengan panorama Pantai Laut
Bedug Kyai Bagelen dengan panjang rata-rata 292 cm, garis tengah bagian
depan sepanjang 194 cm, garis tengah bagian belakang sepanjang 180 cm,
keliling bagian depan sepanjang 601 cm, dan keliling bagian belakang sepanjang
diresmikan pada tanggal 12 April 1987 oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah H.
lxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ismail. Museum ini merupakan salah satu sarana untuk melestarikan warisan
budaya nenek moyang yang terdiri dari keris, pedang, kudi cundrik.
a. Potensi Peternakan
3. Kuda
sebagai alat transportasi seperti andong maupun dokar, meskipun tidak sedikit
juga yang beternak kuda untuk keperluan kuda pacu/balap. Di samping itu
peternakan kuda ini banyak juga yang dipasarkan hingga Kabupaten Kebumen,
peningkatan dari tahun 2003 sebanyak 207 ekor hingga tahun 2008 sebanyak 259
sudah menjadi pesanan baik dari lokal (Kabupaten Purworejo) maupun berasal
4. Sapi Potong
dibandingkan dengan peternakan lain. Pada tahun 2003 peternakan sapi potong
mencapai 12.121 ekor dan pada tahun 2008 telah mencapai 16.980 ekor atau
potong ini menjadi salah satu pemasok utama kebutuhan daging sapi Kabupaten
5. Sapi Perah
82 ekor dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 97 ekor atau mengalami
lxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengingat banyak para peternak sapi potong yang juga beternak sapi perah.
Produksi susu dari peternakan sapi perah ini dipasarkan tidak hanya di Kabupaten
Yogyakarta.
6. Kerbau
Populasi peternakan kerbau di tahun 2003 mencapai 3.139 ekor dan pada
tahun 2008 sebanyak 1.764 ekor atau mengalami penurunan sebesar 0,44 %..
Meskipun peran kerbau sebagai pembajak sawah mulai tergantikan oleh traktor
dan alat-alat pertanian yang lebih modern. Namun eksistensi kerbau ini cukup
7. Kambing
kambing di Kabupaten Purworejo hingga tahun 2003 mencapai 104.800 ekor dan
pada tahun 2008 sebanyak 102.159 ekor atau mengalami penurunan sebesar 0,02
%. Peternakan kambing dirasa sudah menjadi salah satu tradisi yaitu para petani
8. Domba
Begitu pula dengan domba, meskipun banyak pula para peternak yang
mengkhususkan beternak domba namun banyak pula para petani yang memiliki
lxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tahun 2003 mencapai 62.220 ekor dan pada tahun 2008 sebanyak 45.603 ekor
9. Puyuh
salah satu masakan khas Jawa. Populasi burung puyuh ini mencapai 72.820 ekor
pada tahun 2003 dan pada tahun 2008 sebesar 39.000 ekor atau mengalami
tidak hanya di Kabupaten Purworejo sendiri. Populasi ayam pedaging pada tahun
2003 mencapai 121.400 ekor dan pada tahun 2008 telah mencapai 587.481 ekor
b. Potensi Industri
menawarkan berbagai jenis bahan kayu serta motif desain meubel, industri di
menentukan sendiri jenis kayu yang akan digunakan, desain yang diberikan, serta
lxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Industri Tekstil
bahan-bahan tekstilnya di industri tekstil ini. Industri konveksi tersebut antara lain
industri konveksi yang ada di Kabupaten Cilacap, Pekalongan, Cirebon dan lain-
lain.
b. Potensi Kerajinan
Dewasa ini tikar mendong tidak hanya digunakan sebagai tikar ataupun
alas tempat duduk saja tetapi telah berkembang penggunaannya sebagai salah satu
bahan dasar pembuatan dompet, tas, peci dan lain-lain. Pemasaran tikar mendong
dari Kabupaten Purworejo ini masih bersifat lokal yaitu sekitar Kabupaten
Purworejo saja namun untuk produk-produk dompet dan tas mendong telah
seluruh kecamatan.
lxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini juga berkembang seperti tikar dari mendong, yaitu pemanfaatannya tidak
hanya sebatas untuk tikar saja tetapi juga telah dimanfaatkan untuk pembuatan
dompet, tas, bahkan banyak pula sandal dan sepatu yang bermotif daun pandan.
Kerajinan perkakas dari kayu ini umumnya berupa sendok, irus, tampah
dan lain-lain. Selain untuk kebutuhan perkakas rumah tangga, para pengrajin juga
3) Keranjang Bambu
keunikan dan karakter yang cukup khas. Biasanya keranjang bambu yang
"wengku" yang lebar sehingga lebih kuat dibandingkan keranjang bambu yang
diproduksi oleh daerah lain. Selain itu, keranjang bambu dari Kabupaten
Purworejo juga memiliki ciri anyaman yang khas pula yaitu adanya kulit bambu
1. Keadaan Alam
Wilayah Kabupaten Purworejo terdiri dari dataran rendah kurang lebih 2/5
daerah rendah dan kurang lebih 3/5 daerah pegunungan. Jenis tanahnya dibedakan
menjadi tanah sawah dan tanah kering yang luasnya cukup besar mencapai
lxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72.854,78 Ha pada tahun 2003 dimana sampai dengan tahun 2008 tidak
dan tanah lainnya seluas 3.254,71 Ha. Jadi secara keseluruhan pemanfaatan dan
Kabupaten Purworejo paling kecil digunakan untuk areal tanah lainnya yaitu
seluas 3.254,71 Ha. Areal tanah lainnya yang dimaksudkan disini adalah besarnya
luas tanah kering selain yang digunakan untuk areal tanah bangunan dan halaman
i. Kependudukan
lxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Banyaknya Desa dan Jumlah Penduduk menurut kecamatan dan
Daerah di Kabupaten Purworejo Tahun 2007
Kota Pedesaan Kota dan Pedesaan
No. Kecamatan
Desa Penduduk Desa Penduduk Desa Penduduk
1 Grabag 2 5546 30 46107 32 51653
2 Ngombol 1 470 56 36833 57 37303
3 Purwodadi 3 5268 37 36082 40 41350
4 Bagelen 0 0 17 35966 17 35966
5 Kaligesing 0 0 21 35895 21 35895
6 Purworejo 11 63206 14 26692 25 89898
7 Banyuurip 6 14974 21 26453 27 41427
8 Bayan 11 25581 15 22172 26 47753
9 Kutoarjo 17 45041 10 19159 27 64200
10 Butuh 3 5102 38 40664 41 45766
11 Pituruh 2 2603 47 50594 49 53197
12 Kemiri 6 9837 34 45929 40 55766
13 Bruno 0 0 18 44131 18 44131
14 Gebang 2 7376 23 34639 25 42015
15 Loano 3 9390 18 27051 21 36441
16 Bener 1 2776 27 52975 28 55751
Jumlah 68 197170 426 581342 494 778512
Tahun 2006 68 183456 426 592997 494 776452
Tahun 2005 68 183456 426 590829 494 774285
Tahun 2004 68 200350 426 572485 494 772835
Tahun 2003 68 193457 426 577536 494 770993
Sumber Data: BPS Kabupaten Purworejo 2007
lxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii.Tenaga Kerja
tani). Jumlah penduduk yang bekerja di berbagai sektor pada tahun 2004
(meningkat 300 %, dimana sebelumnya 720 orang); industri 45.301 orang; listrik,
gas, dan air sebesar 956 orang; konstruksi 13.502 orang; perdagangan, hotel,
restoran 52.756 orang; angkutan dan komunikasi 16.773 orang; keuangan 1.701
sekitar 3,75 %.
Purworejo pada tahun 2004 ternyata masih di dominasi dari sektor pertanian yang
188.125 orang. Di urutan kedua diduduki oleh sektor perdagangan, hotel, restoran
dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 52.756 orang. Untuk sektor industri
menduduki urutan ketiga dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 45.301 orang.
tenaga kerja adalah sektor listrik, gas, dan air yaitu sebesar 956 orang.
lxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Sosial
i.Pendidikan
sebanyak 9.864 siswa. Rasio guru terhadap murid rata-rata pertahun untuk
pendidikan TK sebesar 1:27 murid, SD sebesar 1:19 murid, untuk SMP sebesar
1:38 murid dan untuk SMA sebesar 1:34 murid. Sedangkan rasio kelas terhadap
murid untuk TK sebesar 1:21 murid, SD sebesar 1:20 murid, untuk SMP sebesar
sebesar 9.864 siswa. Untuk rasio guru terhadap murid rata-rata pertahun terbaik
diduduki oleh rasio guru SD sebesar 1:19 murid dan yang terburuk diduduki oleh
rasio guru SMP sebesar 1:38 murid. Sedangkan untuk rasio kelas terhadap murid
paling sedikit diduduki oleh rasio kelas TK sebesar 1:21 murid dan untuk yang
paling banyak diduduki oleh rasio kelas SMA sebesar 1:35 murid.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dilihat dari angka kelulusan, rasio guru
terhadap murid, dan rasio kelas terhadap murid di Kabupaten Purworejo ternyata
cukup baik.
lxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii.Kesehatan
unit dan 2 unit. Puskesmas induk sebanyak 25 unit, Pustu 66 unit, Pusling 25 unit,
Posyandu 2.076 unit, klinik praktek dokter 14 unit, produksi obat tradisional 1
orang kurang gizi sebanyak 500 orang. Jumlah apotik 14 unit, toko obat 19 unit.
dokter gigi, 117 perawat, 234 bidan, 17 ahli kesehatan masyarakat, 2 apoteker, 14
ahli gizi, 11 analisis laboratorium, 1 ahli roentgen, 115 mantri kesehatan, 31 ahli
penyakit lingkungan. Sementara jumlah kasus kejadian luar biasa 3 kasus, jumlah
Purworejo sudah memiliki atau mempunyai unit pelayanan kesehatan yang cukup
baik dengan banyaknya unit-unit tempat pelayanan kesehatan, tenaga medis, serta
tersedianya obat-obatan.
d. Keuangan Daerah
Jika dilihat dari sisi harga berlaku pada tahun 2006 sumbangan sektor
primer terhadap PDRB secara keseluruhan adalah sebesar Rp. 1.047.237,19 juta
atau sebesar 36,29 % dan tumbuh sebesar 4,61 % dari tahun sebelumnya.
Kelompok sekunder menyumbang Rp. 455.842,47 juta atau sebesar 15,80 % dan
lxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menyumbang paling banyak terhadap PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun
2006 yaitu sebesar Rp. 1.382.435,56 juta atau sebesar 47,91 %. Sedangkan
kelompok sekunder menyumbang paling sedikit terhadap PDRB atas dasar harga
berlaku pada tahun 2006 dengan hanya menyumbang sebesar Rp. 455.842,47 juta
Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Purworejo Tahun 2007-2008
(Dalam Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan
Lapangan Usaha 2007 2008 2007-2008
(%)
1. Pertanian 1.604.031,09 1.780.388,35 10,99
2. Pertambangan dan Pertanian 101.108,88 113.403,10 12,16
3. Industri Pengolahan 469.153,11 544.458,01 16,05
4. Listrik, Gas, dan Air bersih 39.264,49 41.475,96 5,63
5. Bangunan Konstruksi 264.410,11 306.227,65 15,81
6. Perdagangan, Hotel, dan
761.038,23 883.313,80 16,07
Restoran
7. Pengangkutan dan Komunitas 320.437,27 366.364,54 14,33
8. Bank dan Lembaga Keu.
281.483,66 327.164,75 16,29
Lainnya
9. Jasa-jasa 819.858,21 962.579,02 17,41
PDRB 4.660.785,05 5.325.375,18 14,26
Sumber Data: BPS Kabupaten Purworejo, 2008
lxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007-2008
sektor jasa-jasa memberikan kontribusi paling besar pada PDRB atas dasar harga
yang memberikan kontribusi paling kecil adalah dari sektor listrik, gas, dan air
Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Purworejo Tahun 2007-2008
(Dalam Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan
Lapangan Usaha 2007 2008 2007-2008
(%)
1. Pertanian 912.375,36 956.794,72 4,87
2. Pertambangan dan Penggalian 56.250,45 58.186,55 3,44
3. Industri Pengolahan 263.428,20 275.014,37 4,4
4. Listrik, Gas, dan Air bersih 13.289,07 13.944,98 4,93
5. Bangunan Konstruksi 141.643,37 148.869,75 5,1
6. Perdagangan, Hotel, dan
435.920,67 458.185,67 5,11
Restoran
7. Pengangkutan dan Komunitas 154.701,61 163.916,19 5,96
8. Bank dan Lembaga Keu.
145.530,05 157.465,98 8,20
Lainnya
9. Jasa-jasa 468.396,60 503.208,91 7,43
PDRB 2.591.535,38 2.735.587,12 5,56
Sumber Data: BPS Kabupaten Purworejo, 2008
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007-2008
sektor bank dan lembaga keuangan lainnya memberikan kontribusi paling besar
pada PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Purworejo dengan pertumbuhan
sebesar 8,20 %. Sedangkan yang memberikan kontribusi paling kecil adalah dari
lxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
beberapa perusahaan Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik teh mendirikan
umum mulai ada pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu NV NIGN yang
kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 Pemerintah Belanda membentuk s' Lands
PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak
di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea
Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja
pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah
membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik
Dunia II maka Indonesia dikuasai Jepang, oleh karena itu perusahaan listrik dan
gas yang ada diambil alih oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan
lxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke
Agustus 1945, maka kesempatan yang baik ini dimanfaatkan oleh pemuda serta
buruh listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan
Jepang, kemudian pada bulan September 1945, Delegasi dari Buruh / Pegawai
Listrik dan Gas yang diketuai oleh Kobarsjih menghadap Pimpinan KNI Pusat
yang waktu diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo untuk melaporkan hasil
dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga.
perjuangan. Para pemuda kemudian mengajukan mosi yang dikenal dengan Mosi
lxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pemerintah. Selanjutnya kristalisasi dari semangat dan jiwa mosi tersebut tertuang
konsesinya habis.
Tahun 1958 tentang nasionalisasi listrik dan gas milik Belanda. Dengan Undang-
undang tersebut, maka seluruh perusahaan listrik Belanda berada ditangan bangsa
Indonesia.
Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan
Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari
Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara
(PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN
Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai
kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga
lxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
listrik. Sejalan dengan kebijakan diatas, pada bulan Juni 1994 status PLN
Pada tanggal 27 Oktober 1945 ditetapkan sebagai Hari Listrik dan Gas,
hari tersebut telah diperingati untuk pertama kali pada tanggal 27 Oktober 1946
Yogyakarta. Penetapan secara resmi tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik
dan Gas berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Nomor 20
peringatan Hari Listrik dan Gas yang digabung dengan Hari Kebaktian Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat
Visi:
Misi:
kehidupan masyarakat.
lxxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ekonomi.
Motto PLN :
Penerapan Nilai-Nilai :
c. Saling Percaya
d. Integritas
e. Peduli
f. Pembelajar
(Persero)
(Persero)
tugas
Pendayagunaan BUMN.
lxxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tahun 2003 ditandai dengan dua tantangan besar yang harus dihadapi
Tahun 2002 yang merubah lingkungan bisnis kelistrikan menjadi sarat dengan
perusahaan monopoli untuk menjadi hanya sebagai salah satu pemain dalam
bisnis kelistrikan. Kedua tantangan tersebut harus dapat dijawab PLN agar visi
perusahaan untuk menjadi perusahaan kelas dunia dapat terwujud. Untuk itu,
merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk menuju PLN baru, yaitu PLN
acuan bagi Komisaris, Direksi, dan seluruh manajemen PLN dalam mengelola
lxxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
akan memastikan PLN sebagai perusahaan terkemuka untuk mencapai posisi siap
a. Pembangkitan
Pada akhir tahun 2003 daya terpasang pembangkit PLN mencapai 21.425
(PLTA), 3.184 MW
ii. Pembangkit
lxxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan tegangan 150 kV dan 70 kV. Pada akhir tahun 2003, total panjang
jaringan Transmisi 500 kV, 150 kV, dan 70 kV mencapai 25.989 kms, jaringan
c. Sistem Kontrol
Pengaturan operasi sistem 150 kV dilaksanakan oleh Area Control Centre yang
Area Control Center masing-masing di region Jakarta dan Banten, Region Jawa
Barat, Region Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dan Region Jawa Timur dan Bali.
d. Pengembangan organisasi
yang terdiri lebih dari 13.000 pulau. Dalam perkembangannya, PT PLN (Persero)
lxxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERTAMINA yang
lxxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
luas.
a. Deskripsi Data
variabel yang diduga mempengaruhi jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R1-
PDRB Harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada setiap tahun dan digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi. Dalam penelitian ini digunakkan data PDRB
2002 sebesar Rp. 2.393.059,99 hingga tahun 2008 sebesar Rp. 5.325.375,18 atau
lxxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
meningkat sebesar 1,22 %. Kenaikan PDRB ini akan membawa dampak positif
terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten
Purworejo.
a. Tarif Listrik
meskipun juga terjadi penurunan. Pada tahun 2002 tarif dasar listrik mengalami
kenaikan dan penurunan dari kuartal I sampai dengan kuartal IV. Pada kuartal II
tahun 2002 tarif dasar listrik mengalami penurunan dari kuartal I di tahun yang
sama yaitu pada kuartal I sebesar Rp. 13.364,00 dan pada kuartal II sebesar Rp.
12.551,00 atau mengalami penurunan sebesar 0,06 %. Sedangkan pada kuartal III
tahun 2002 tarif dasar listrik mengalami kenaikan dari kuartal II sebesar Rp.
lxxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12.551,00 dan pada kuartal III sebesar Rp. 13.739,00 atau mengalami kenaikan
sebesar 0,09 %. Setelah itu, mulai dari kuartal III tahun 2002 tarif dasar listrik
terus mengalami kenaikan sampai dengan kuartal III tahun 2003 dan pada saat itu
pula tarif dasar listrik tidak pernah mengalami pasang surut harga atau berada
dalam kondisi konstan di kisaran harga Rp. 20.000,00 sampai dengan akhir tahun
2008.
Secara rinci tarif dasar listrik untuk golongan R-1 900 VA dapat dilihat
Harga minyak tanah adalah harga minyak tanah per liter ditingkat
pengecer yang di tentukan oleh pemerintah. Satuannya adalah Rupiah per liter.
lxxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perkembangan harga minyak tanah mengikuti harga minyak mentah dunia yang
berubah-ubah.
Secara rinci harga minyak tanah dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai
berikut:
Sumber : www.pertamina.com
lxxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
energi listrik dalam kurun waktu satu tahun oleh kelompok pemakai rumah
rupiah/KVa.
Tabel 4.9 Tabel Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA)
Kabupaten Purworejo Tahun 2002-2008
Tahun Jumlah Konsumsi Listrik (KWh)
2002 25.499.423
2003 26.950.361
2004 26.889.326
2005 27.613.197
2006 29.570.176
2007 32.152.206
2008 33.591.992
1. Uji Stasioneritas
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data time series. Untuk data
time series harus memenuhi uji stasioneritas dulu sebelum data tersebut dianalisis
menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Suatu data dikatakan stasioner jika
data tersebut mempunyai mean dan variance yang konstan sepanjang waktu dan
xc
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nilai covariance antar dua periode waktu hanya tergantung pada jarak atau lag dua
menterjemahkan data dan model ekonomi. Uji akar-akar unit dapat dipandang
sebagai uji stasioner data. Prinsip uji tersebut dimaksudkan untuk mengamati
mempunyai nilai satu atau tidak. Pada uji stasioneritas, analisis ini menggunakan
perhitungan dengan metode DF dan ADF berupa persamaan regresi tiap variabel
itu sendiri dimundurkan, bedanya hanya pada uji DF tidak memasukkan trend
Dalam uji akar-akar unit dan derajat integrasi, apabila nilai hitung mutlak
DF dan ADF lebih kecil dari nilai kritis mutlak (pada =5 %), maka variabel
tidak stasioner, sebaliknya jika nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih besar dari
nilai kritis mutlak (pada =5 %), maka variabel tersebut stasioner. Secara umum
adalah tidak stasioner dan akan menjadi stasioner setelah didiferensi pertama.
xci
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tabel diatas, terlihat bahwa nilai DF dan ADF pada ordo nol menunjukan bahwa
belum semua variabel bersifat stasioner, hanya variabel tarif dasar listrik yang
sudah stasioner
Oleh karena pada ordo nol dengan nilai kritis mutlak 5 % belum semua
variabel bersifat stasioner, maka perlu distasionerkan dahulu agar tidak terdapat
korelasi yang lancung. Keadaan ini menyebabkan perlu dilanjutkan pada tahap uji
Pada dasarnya uji derajat integrasi hampir sama atau merupakan perluasan
dari uji unit-unit akar. Integration Test digunakan untuk mengetahui pada derajat
keberapa data akan bersifat stasioner. Apabila data belum stasioner pada derajat
stasioner.
xcii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil perhitungan integration test pada ordo satu diatas menunjukkan
bahwa semua variabel sudah stasioner. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
hitung DF dan ADF lebih besar dari nilai kritis DF dan ADF pada 5 %.
c. Uji kointegrasi
menguji apakah residual regresi yang dilakukan untuk menguji apakah residual
regresi yang dihasilkan stasioner atau tidak. Jika variabel terkointegrasi, maka
terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya bila tidak
terdapat kointegrasi antar variabel, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada
keterkaitan hubungan dalam jangka panjang. Uji yang digunakan adalah uji
Cointegrating Regresi Durbin-Watson (CRDW), uji Dickey Fuller (DF) dan uji
Augmented Dickey Fuller (ADF). Namun dalam penelitian ini untuk menguji
variabel yang ada digunakan metode Engel dan Granger dengan memakai uji
statistik DF dan ADF dari residual regresi kointegrasi stasioner atau tidak.
xciii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel diatas nilai residu yang didapat ternyata stasioner pada
ordo nol. Hal ini terlihat dari nilai hitung mutlak DF dan ADF yang lebih besar
model persamaan regresi. Akan tetapi, sebelum melakukan analisis regresi akan
dilakukan pemilihan bentuk fungsi model empirik terlebih dahulu. Hal ini sangat
dinyatakan dalam bentuk linear ataukah log-linear atau bentuk fungsi lainnya.
Oleh karena itu, dalam melakukan suatu studi empiris, sebaiknya model yang
linear ataukah log-linear. Dalam hal ini akan digunakan metode MacKinnon,
Hasil uji MWD baik dalam bentuk linier ataupun log-linier akan disajikan
xciv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
signifikansi dari variabel Z1 dan Z2 yang sama-sama tidak signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua bentuk fungsi model baik linier maupun log-linier bisa
jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo
xcv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
maka dalam penelitian ini digunakan model regresi linear biasa dengan
persamaan:
i = O + 1 1i + 2 2 i + 3 3 i + U i .... (1)
Ui = Variabel pengganggu
O = Konstanta
1 , 2 , 3 = Koefisien regresi
i = Observasi
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda dengan Metode OLS
xcvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel diatas dapat diperoleh
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa koefisien PDRB bernilai positif
dengan koefisien sebesar 3,049602 sedangkan untuk TDL dan HMT bernilai
a. Uji Multikolinearitas
multikolinearitas adalah koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai-
nilai regresinya menjadi tidak terhingga. Pengujian yang dilakukan adalah dengan
xcvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil tabel diatas, diketahui bahwa semua regresi antar variabel
independen memiliki nilai r2 yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai R2.
pengaruh bebas masalah multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terjadi
a. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi linear klasik memiliki satu asumsi yang paling penting,
yaitu varian residual bersifat homoskedastik atau bersifat konstan. Asumsi ini
tidak selalu realistis, karena sering terjadi pelonggaran asumsi klasik yang
disebabkan oleh varian residual tidak lagi bersifat konstan atau disebut terjadi
dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga
penaksiran OLS (Ordinary Least Square) tidak efisien, varian estimator tidak lagi
dilakukan dengan berbagai cara. Tetapi dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakkan uji park. Uji park dilakukan dengan menggunakan dua tahap,
yaitu:
xcviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas dari semua
variabel melebihi nilai taraf signifikansi 5 %, sehingga pada model tersebut tidak
b. Uji Autokorelasi
diantara anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series
dalam waktu (untuk data time series) atau korelasi antara tempat yang berdekatan
(untuk data cross sectional). Untuk menguji adanya pengaruh autokorelasi dalam
xcix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nilai dL = 1,56; dU = 1,72; 4-dU = 2,28; 4-dL = 2,44 . Dapat digambarkan sebagai
berikut:
atau di sebelah kiri 4-dL, hal ini berarti bahwa hasil pengujian menunjukkan tidak
dapat disimpulkan atau ragu-ragu. Sehingga belum bisa disimpulkan apakah ada
masalah autokorelasi atau tidak. Maka dari itu untuk mengetahui ada tidaknya
menggunakan B-G Test, yaitu jika nilai probabilitas variabel independen lebih
besar dari = 5 % maka hipotesa yang menyatakan pada model tidak terdapat
autokorelasi.
c
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 10/09/09 Time: 11:22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13978.32 231100.0 0.060486 0.9519
PDRB 0.018829 0.327404 0.057511 0.9543
TDL -0.031279 9.109279 -0.003434 0.9973
HMT -9.646989 115.3635 -0.083623 0.9336
RESID(-1) -0.154419 0.111394 -1.386242 0.1696
R-squared 0.023747 Mean dependent var -4.72E-10
Adjusted R-squared -0.025683 S.D. dependent var 152530.1
S.E. of regression 154476.4 Akaike info criterion 26.79115
Sum squared resid 1.89E+12 Schwarz criterion 26.93584
Log likelihood -1120.228 F-statistic 0.480417
Durbin-Watson stat 2.012387 Prob(F-statistic) 0.750010
Dari hasil uji autokorelasi diketahui bahwa nilai signifikan level dari F-
statistik untuk semua variabel independen lebih besar dari probabilitas 5 % maka
hipotesa yang menyatakan pada model tersebut tidak terdapat autokorelasi tidak
a. Uji Statistik
Uji Statistik dalam penelitian ini meliputi uji hipotesis secara individual
ci
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Uji t
nilai t tabel ± 2,000. Maka nilai dari t hitung variabel PDRB > t tabel (9,27 >
2,000). Hal ini berarti bahwa variabel PDRB berpengaruh secara nyata
terhadap variabel jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di
Kabupaten Purworejo.
cii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Variabel Tarif Dasar Listrik (TDL) dari golongan (R-1 900 VA) mempunyai t
nilai dari t hitung variabel TDL < t tabel (-1,01 < 2,000). Hal ini berarti
menerima Ho atau menolak Ha, berarti bahwa variabel Tarif Dasar Listrik
(TDL) golongan tarif (R-1 900 VA) tidak berpengaruh secara nyata terhadap
variabel jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten
Purworejo.
hitung variabel HMT < t tabel (-0,75 < 2,000). Hal ini berarti menerima Ho
atau menolak Ha, berarti bahwa variabel Harga Minyak Tanah (HMT) tidak
b. Uji F
(PDRB, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah) terhadap variabel dependen
ciii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada taraf signifikansi 5 % adalah sebesar 2,76. Dikarenakan Fhitung > Ftabel =
63,586 > 2,76 maka artinya H0 ditolak, Ha diterima, berarti variabel – variabel
Kesimpulan 1 dan 2 tidak berbeda dengan nol. Sehingga PDRB, tarif dasar
jumlah konsumsi listrik rumah tangga atau dengan kata lain semua koefisien
dependen (y) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (x).
dijelaskan oleh variasi variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tarif
Dasar Listrik (TDL), dan Harga Minyak Tanah (HMT). Sedangkan sisanya
civ
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jika tingkat PDRB naik sebesar 1 satuan, maka jumlah konsumsi listrik
rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo akan naik sebesar 3,049602
satuan.
Tanda positif pada koefisien PDRB sejalan dengan teori bahwa PDRB
meningkatkan PDRB.
Kabupaten Purworejo.
Dari hasil regresi variabel TDL yaitu sebesar 0,3174 menunjukan bahwa
variabel dependen jumlah konsumsi listrik. Hal ini mengakibatkan variabel tarif
cv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dasar listrik tidak dapat diinterpretasikan secara statistik karena tidak mempunyai
pengaruh secara nyata terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900
listrik terhadap konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten
jadi berapapun besarnya tarif dasar listrik, masyarakat akan tetap menggunakan
energi listrik.
Kabupaten Purworejo
terhadap variabel dependen jumlah konsumsi listrik. Keadaan seperti ini hanya
statistik.
konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo disebabkan
cvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
substitusi dari listrik. Jadi, walaupun terjadi kenaikan tarif dasar listrik,
masyarakat akan tetap memakai listrik dan tidak akan menggunakan minyak
BAB V
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka
Konsumsi Listrik (JKL) rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo
yaitu Tarif Dasar Listrik (TDL) dan Harga Minyak Tanah (HMT) tidak
Konsumsi Listrik (JKL) rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo.
cvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Hasil uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama (uji F) adalah
Tarif Dasar Listrik (TDL), dan Harga Minyak Tanah (HMT) secara bersama-
Listrik (JKL) rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo dengan nilai
probabilitas nol.
terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten
Purworejo terbukti dalam analisis. Hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi
PDRB sebesar 3,049602 serta hasil t-test yang signifikan. Jadi dapat dikatakan
bahwa apabila PDRB naik 1 satuan maka jumlah konsumsi listrik (R-1 900 VA)
d. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa tarif dasar listrik yang dibebankan
adalah terbukti. Dari hasil analisis pengaruh tarif dasar listrik yang dibebankan
terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten
9,217393 serta hasil t-test yang tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa apabila
tarif dasar listrik naik 1 satuan maka jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1
900 VA) di Kabupaten Purworejo akan turun sebesar 9,217393 satuan, cateris
paribus dan sebaliknya. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah konsumsi listrik
cviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
oleh perubahan tarif dasar listrik karena apabila terdapat perubahan prosentase
akan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi listrik dalam proporsi yang
lebih kecil.
pengaruh negatif terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA)
di Kabupaten Purworejo adalah terbukti. Hal ini terlihat dari nilai koefisien
regresi parsial harga minyak tanah sebesar 86,96444 serta hasil t-test yang tidak
signifikan. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila harga minyak tanah naik 1
satuan, maka jumlah konsumsi konsumsi listrik (R-1 900 VA) akan turun
sebesar 86,96444 satuan. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah konsumsi listrik
akan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi listrik dalam proporsi yang
lebih kecil.
rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo adalah variabel Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) karena terlihat dari koefisien betanya yang
variabel independen lainnya seperti tarif dasar listrik dan harga minyak tanah.
b. Saran-saran
Bruto (PDRB) berpengaruh terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-
cix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1 900 VA) Di Kabupaten Purworejo. Untuk itu, pihak PT. PLN (Persero)
meningkatkan PDRB.
ii. Listrik bagi masyarakat pelanggan golongan tarif R-1 pada umumnya dan R-1
iii. Diharapkan PT. PLN (Persero) lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan
sumber energi baru untuk pembangkit listrik yang selama ini masih banyak
bergantung pada minyak bumi dan batubara yang semakin lama harganya
semakin tinggi. Misalnya menggunakan energi nuklir dan gas alam sebagai
iv. Melihat kenyataan akhir-akhir ini, bahwa sering terjadi pemadaman listrik
cx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Gujarati, Damodar. 1999. Basic Economics. Thierd Edition. New York: Mc Graw-
Hill.
Lipsey, Ricard G et al. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara.
cxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mudakir, Bagio. 2007. Permintaan Energi Listrik Di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Juni:1-4.
Nurmiati, Nia. 2005. Analisis Permintaan Listrik Rumah Tangga (R-1 900VA) Di
Kabupaten Sukoharjo. Skripsi Fakultas Ekonomi UNS. Tidak di
publikasikan.
Samuelson dan Nordahaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global
Edukasi.
Samuelson, Paul A., dan William D. Nordahaus. 1996. Mikro Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Sukirno, Sadono. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ke-3. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
cxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
www.esdm.go.id
www.pln.co.id
www.wikipedia.com
cxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN
cxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 1.a
cxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.a
ORDO NOL
DF
Null Hypothesis: JKL has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.090554 0.7162
Test critical values: 1% level -3.512290
5% level -2.897223
10% level -2.585861
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.b
ADF
Null Hypothesis: JKL has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.032709 0.0000
Test critical values: 1% level -4.072415
5% level -3.464865
10% level -3.158974
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.c
DF
Null Hypothesis: PDRB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 6.344758 1.0000
Test critical values: 1% level -3.511262
5% level -2.896779
10% level -2.585626
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.d
ADF
Null Hypothesis: PDRB has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.409781 0.8511
Test critical values: 1% level -4.072415
5% level -3.464865
10% level -3.158974
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.e
DF
Null Hypothesis: TDL has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.590279 0.0003
Test critical values: 1% level -3.514426
5% level -2.898145
10% level -2.586351
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.f
ADF
Null Hypothesis: TDL has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.663049 0.0308
Test critical values: 1% level -4.076860
5% level -3.466966
10% level -3.160198
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.g
DF
Null Hypothesis: HMT has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.493384 0.5321
Test critical values: 1% level -3.511262
5% level -2.896779
10% level -2.585626
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.h
ADF
Null Hypothesis: HMT has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.439938 0.3568
Test critical values: 1% level -4.072415
5% level -3.464865
10% level -3.158974
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.i
ORDO SATU
DF
Null Hypothesis: D(JKL,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.18703 0.0000
Test critical values: 1% level -3.516676
5% level -2.899115
10% level -2.586866
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.j
ADF
Null Hypothesis: D(JKL,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.14855 0.0000
Test critical values: 1% level -4.080021
5% level -3.468459
10% level -3.161067
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.k
DF
Null Hypothesis: D(PDRB,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.478034 0.0000
Test critical values: 1% level -3.515536
5% level -2.898623
10% level -2.586605
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.l
ADF
Null Hypothesis: D(PDRB,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.422481 0.0000
Test critical values: 1% level -4.078420
5% level -3.467703
10% level -3.160627
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.m
DF
Null Hypothesis: D(TDL,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -21.61996 0.0001
Test critical values: 1% level -3.514426
5% level -2.898145
10% level -2.586351
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.n
ADF
Null Hypothesis: D(TDL,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -21.57872 0.0001
Test critical values: 1% level -4.076860
5% level -3.466966
10% level -3.160198
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.o
DF
Null Hypothesis: D(HMT,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.289431 0.0000
Test critical values: 1% level -3.516676
5% level -2.899115
10% level -2.586866
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.p
ADF
Null Hypothesis: D(HMT,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.237312 0.0000
Test critical values: 1% level -4.080021
5% level -3.468459
10% level -3.161067
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 3.a
COINTEGRATION TEST
LAG NOL(0)
DF
Null Hypothesis: E has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.51007 0.0001
Test critical values: 1% level -3.511262
5% level -2.896779
10% level -2.585626
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 3.b
ADF
Null Hypothesis: E has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.44511 0.0000
Test critical values: 1% level -4.072415
5% level -3.464865
10% level -3.158974
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
cxxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 4.a
cxxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 4.b
cxxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 5
cxxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 6.a
Uji Multikolinearitas
cxxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 6.b
cxl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 7
Uji Heteroskedastisitas
cxli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 8
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 10/09/09 Time: 11:22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13978.32 231100.0 0.060486 0.9519
PDRB 0.018829 0.327404 0.057511 0.9543
TDL -0.031279 9.109279 -0.003434 0.9973
HMT -9.646989 115.3635 -0.083623 0.9336
RESID(-1) -0.154419 0.111394 -1.386242 0.1696
R-squared 0.023747 Mean dependent var -4.72E-10
Adjusted R-squared -0.025683 S.D. dependent var 152530.1
S.E. of regression 154476.4 Akaike info criterion 26.79115
Sum squared resid 1.89E+12 Schwarz criterion 26.93584
Log likelihood -1120.228 F-statistic 0.480417
Durbin-Watson stat 2.012387 Prob(F-statistic) 0.750010
cxlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cxliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pembimbing
NIP.196002211986011001
cxlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Halaman Pengesahan
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi
NIP. 195909111987021001
NIP. 196002211986011001
NIP. 132310785
cxlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Persembahan
Kakak-kakakku
Adik-adikku
Keluarga Besarku
Saudara-saudaraku
Sahabat-sahabat baikku
Almamater
cxlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Motto
“Manakala nilai hidup ini hanya untuk diri kita, maka akan tampak bagi kita bahwa kehidupan-
kehidupan kecil dan singkat yang dimulai sejak kita memahami arti hidup dan berakhir hingga batas
umur kita, tetapi apabila kita hidup juga untuk orang lain maka jadilah hidup ini bermakna panjang dan
dalam. Bermula dari adanya kemanusiaan itu sendiri dan berlanjut sampai kita meninggalkan dunia ini
“Siapa saja yang belajar ilmu pengetahuan dari jenis ilmu yang sepatutnya dipelajari hanya untuk
mencapai keridhoan Allah SWT, tetapi ia mempelajari ilmu tersebut tidak lain tujuannya kecuali untuk
mencapai keduniaan, maka orang yang demikian tidak akan mencium wanginya bau surga.”(HR. Abu
hurairah-ra).
“Taburkanlah pemikiran maka anda akan menuai tindakan. Taburkanlah tindakan dan anda akan
menuai kebiasaan. Taburkanlah kebiasaan dan anda akan menuai karakter. Taburkanlah karakter dan
cxlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan bimbingan, pertolongan, dan kasih saying-
Nya lah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik guna untuk melengkapi
tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan
bantuan, dorongan, dan bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Persiapan,
merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih atas segala
2. Bapak Drs. Supriyono, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
cxlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku ketua jurusan Ekonomi
6. Seluruh bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu serta bimbingan selama penulis
menempuh penelitian
8. Kepada staf dan karyawan PT. PLN (Persero) APJ Magelang dan PT. PLN
9. Segenap staf dan karyawan BPS Kabupaten Purworejo yang telah membantu
serta memberikan data dan informasi kepada penulis dalam penelitian ini
10. Bapak dan ibu yang selama ini telah membesarkan, atas dorongan, bimbingan,
dukungan, doa, dan kasih sayang serta pengorbanan yang membuat penulis
tidak akan pernah melupakan semua jasa baiknya dan selalu bangkit dalam
cl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11. Kakak-kakakku tercinta atas segala nasihat dan doanya selalu kepada penulis
12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2005 antara lain Riski, Restu,
Handoko, dan Hasan yang lebih dahulu menyelesaikan studi semoga kalian
sukses selalu dan buat teman-teman yang lain seperti Agus, Adit, Lindung,
Rudy, Wawan, Rovina, Wahyu, Supriyanto, Ogan, dan Supriyadi ayo tetap
semangat untuk tetap menyelesaikan studi dan mengejar impian dan cita-cita
13. Seluruh teman-temanku satu kost di wisma matrika dan kost wijaya serta
skripsi ini seperti Agung, Sapto, Wakid, Nanang, Ahmad yang sudah dahulu
Gunawan, Dimas, Wawan, Gilang, Bima, Lukman, dan Hafis serta sahabat-
sahabatku yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu saya
skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan
yang dihadapi sehingga penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.
cli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh karena itu penulis mengharapkan segala tanggapan, perbaikan, kritik, dan saran
dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
Penulis
clii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………i
ABSTRAK…………………………………………………………………………...ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….............v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….........vi
HALAMAN MOTTO………………………………………………........................vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….....xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...xvii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...xix
BAB
II. PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................6
D. Kegunaan Penelitian...........................................................................................7
cliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Pengertian Konsumsi.........................................................................................8
2. Teori-Teori Konsumsi...............................................................................10
D. Pengertian Permintaan.....................................................................................16
3. Definisi Permintaan...................................................................................16
4. Hukum Permintaan....................................................................................20
7. Peta Indiferen.............................................................................................28
C. Pengertian Konsumen......................................................................................32
2. Definisi Konsumen....................................................................................32
4. Keseimbangan Konsumen.........................................................................36
D. Pasar Monopoli................................................................................................38
E. Penelitian Terdahulu........................................................................................41
F. Kerangka Pemikiran........................................................................................42
G. Hipotesis Penelitian.........................................................................................45
cliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Metode Analisis...............................................................................................48
2. Uji Stasioneritas.........................................................................................49
c. Uji Kointegrasi....................................................................................49
a. Uji Multikolinearitas...........................................................................51
b. Uji Heteroskedastisitas........................................................................52
c. Uji Autokorelasi..................................................................................53
5. Uji Statistik...............................................................................................55
a. Uji t.....................................................................................................55
b. Uji F....................................................................................................56
1. Kondisi Geografis……………………………………………………….59
c. Letak Geografis……………………………………………………..59
clv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Potensi Daerah………………………………………………………61
f. Keadaan Alam……………………………………………………….67
a. Kependudukan…………………………………………………….....68
b. Tenaga Kerja………………………………………………………...71
3. Sosial…………………………………………………………………….72
a. Pendidikan…………………………………………………………...72
b. Kesehatan…………………………………………………………....73
4. Keuangan Daerah………………………………………………………..73
3. Deskripsi Data...........................................................................................85
b. Tarif Listrik.........................................................................................86
1. Uji Stasioneritas........................................................................................89
clvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Uji Kointegrasi....................................................................................92
d. Uji Multikolinearitas...........................................................................96
e. Uji Heteroskedastisitas........................................................................97
f. Uji Autokorelasi..................................................................................98
6. Uji Statistik..............................................................................................100
a. Uji t....................................................................................................101
b. Uji F..................................................................................................102
B. Kesimpulan....................................................................................................106
C. Saran-Saran....................................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................110
LAMPIRAN
clvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 4.9 Tabel Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA)
Kabupaten Purworejo Tahun 2002-2008....................................................89
clviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda dengan Metode OLS………….95
clix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
clx