Anda di halaman 1dari 6

Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang

paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha. Dalam waktu yang akan datang kebutuhan listrik akan meningkat seiring dengan adanya peningkatan dan perkembangan baik dari jumlah penduduk, jumlah investasi yang semakin meningkat akan memunculkan berbagai industri-industri baru. Penggunaan listrik merupakan factor yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan, komunikasi, industri dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, pembangunan teknologi industri berkaitan erat dengan tenaga listrik yang merupakan salah satu faktor yang penting yang sangat mendukung perkembangan pembangunan khususnya sektor industri, dalam kehidupan modern tenaga listrik merupakan unsur mutlak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat oleh karena itu energi listrik merupakan tolak ukur kemajuan masyarakat. Kapasitas pembangkit tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh laju ekonomi, sedangkan sektor industri merupakan sektor yang mempunyai andil sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Apabila industri berkembang dengan pesat akan berakibat kepada meningkatnya laju ekonomi 2 yang akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) Untuk masyarakat yang sering menggunakan listrik untuk produksi dan juga konsumsi baik itu penggunaan listrik untuk menjalankan mesin produksi dan untuk kebutuhan sehari-hari tanpa disadari telah terjadi pemborosan listrik yang seharusnya dapat dicegah atau dihemat mengingat perekonomian yang tidak stabil, maka dapat dimulai suatu penghematan atau penggunaan alternatif lain yang lebih efisien dengan suatu tindakan konservasi bagi sumber daya alam bersifat dapat pulin (renewable resource) dapat dilakukan dengan hati-hati, misalkan konservasi hutan dapat dilakukan dengan beberapa pilihan antara lain reboisasi dan penghijauan.(Suparmoko, 1997:23-25) Badan Usaha Milik Negara masih tetap memegang peranan penting dalam usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. Penyediaan tenaga listrik dapat diselenggarakan dengan jalan memberikan tugas kepada Badan Usaha Milik Negara untuk mengelola segmen usaha monopoli alamiah seperti transmisi dan distribusi. Selain itu Badan Usaha Milik Negara juga memberikan kesempatan untuk tetap mengelola segmen usaha yang bersifat strategis seperti pengelolah system tenaga listrik yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN).(Anonim, 2002:9) 3 UU No 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan menyatakan bahwa pelaku usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia terdiri dari Badan Usaha Milik Negara, swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Daerah. Dengan diberlakukannya Undang Undang Ketenagalistrikan tersebut, industri listrik nantinya akan membuka peluang bagi pihak swasta ikut bagian dalam penyediaan layanan.(dikutip dalam jurnal Analisis Peran Subsidi Bagi Industri dan Masyarakat Pengguna Listrik oleh Purwoko, 2003:5) Namun sebagai salah satu penyedia layanan listrik untuk masyarakat yang dominan Perusahaan Listrik Negara (PLN) mempunyai tugas dan wewenang dalam menyediakan tenaga listrik bagi masyarakat. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah mengembangkan Rencana Induk Ketenagalistrikan Daerah

guna mengindentifikasi kebutuhan, wilayah pengembangan, serta programprogram pembiayaan.(dikutip dalam jurnal Jasa Layanan Umum yang Di sediakan langsung oleh Pemerintah Daerah oleh IRDA, 2008:7) Peningkatan pemakaian listrik khususnya pada sektor inndustri, tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan jumlah pelanggan industri yang semakin banyak dan Produk Domestik Regional Bruto yang terus meningkat merupakan suatu indikator pertumbuhan dan keadaan perekonomian negara yang semakin baik menyebabkan permintaan tenaga listrik khususnya untuk sektor industri mengalami peningkatan, indikasi kebutuhan listrik terlihat dari peningkatan konsumsi tenaga listrik, seperti halnya pada Propinsi Jawa Timur jumlah konsumsi tenaga listrik pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 mencatat 4 sebesar 6.968.005.000, 7.945.774.000, 8.497.550.000, 8.737.332.000, dan 8.947.218.000 pada sektor industri yang terus meningkat. Dari hal diatas itulah yang menjadi penyebab permintaan sambungan listrik oleh sektor industri kepada PT. PLN (Persero) semakin meningkat dari tahun ke tahun. (Anonim,2007:203) Sesuai dengan judul penelitian ini, Analisa Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Sektor Industri di Jawa Timur maka penelitian dititikberatkan pada faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan sambungan listrik sektor industri di Jawa Timur.

1.1 Latar Belakang Listrik seperti diketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis digunakan oleh manusia, pada dasarnya listrik dihasilkan dari proses konversi dari bahan baku seperti batu bara, minyak bumi, gas, panas bumi, potensial air dan angin. Sistem pembangkitan listrik, umumnya digunakan adalah mesin generator tegangan AC, yang digerakanoleh mesin-mesin utama, seperti: mesin turbin, mesin diesel atau mesin baling-baling. Dalam pengoperasian generator, sering terjadi fluktuasi akibat jumlah beban yang berbeda,sehingga umumnya disediakan dua atau lebih generator untuk dioperasikan secara terus-menerus. Penyediaan generator tunggal untuk pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang beresiko, kecuali dengan cara bergilir dengan sumber PLN . Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generatorgenerator tersebut dioperasikan secara paralel antar generator dengan sumber pasokan lain yang lebih besar, misalnya dari PLN. Sehingga diperlukan pula alat pembagi beban listrik untuk mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami beban lebih mendahului yang lainnya. Kebutuhan akan listrik semakin lama semakin meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi elektronika dan informasi. Oleh karena itu, kualitas dari variabel energi listrik tersebut juga harus diperhatikan, terutama frekuensi. Terjadinya fluktuasi frekuensi akan berdampak buruk pada peralatan listrik konsumen. Frekuensi akan mengalami fluktuasi seiring dengan naik turunnya beban yang terpasang, efek penambahan beban pada sebuah generator yaitu terjadinya penurunan putaran Universitas Sumatera Utara

generator dari keadaan sebelumnya, dan juga sebaliknya. Turunnya putaran ini akan mengakibatkan turunnya frekuensi, begitu juga halnya dengan penurunan beban akan terjadi kenaikan frekuensi. Kenaikan frekuensi akan berpengaruh pada penambahan tegangan listrik yang dihasilkan. Sasaran pertama untuk mengendalikan kestabilan kualitas energi adalah frekuensi. Setelah frekuensi berada pada titik stabil, dilanjutkan pada tegangan, secara teoritis dan perancangan, generator yang bekerja pada frekuensi 50 Hz sudah dapat menghasilkan tegangan sebesar 220 Volt, namun akibat adanya penambahan beban akan mengakibatkan penurunan tegangan yang cukup besar. Sasaran kedua adalah bagaimana mengatur arus penguat medan pada generator, karena arus penguat medan langsung berpengaruh pada pengurangan dan penambahan tegangan tanpa mengganggu besarnya frekuensi yang ada, karena frekuensi hanya dipengaruhi oleh putaran sedangkan arus penguat medan dipengaruhi oleh aliran arus listrik searah.

1.1 Latar Belakang Listrik seperti diketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis digunakan oleh manusia, pada dasarnya listrik dihasilkan dari proses konversi dari bahan baku seperti batu bara, minyak bumi, gas, panas bumi, potensial air dan angin. Sistem pembangkitan listrik, umumnya digunakan adalah mesin generator tegangan AC, yang digerakanoleh mesin-mesin utama, seperti: mesin turbin, mesin diesel atau mesin baling-baling. Dalam pengoperasian generator, sering terjadi fluktuasi akibat jumlah beban yang berbeda,sehingga umumnya disediakan dua atau lebih generator untuk dioperasikan secara terus-menerus. Penyediaan generator tunggal untuk pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang beresiko, kecuali dengan cara bergilir dengan sumber PLN . Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generatorgenerator tersebut dioperasikan secara paralel antar generator dengan sumber pasokan lain yang lebih besar, misalnya dari PLN. Sehingga diperlukan pula alat pembagi beban listrik untuk mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami beban lebih mendahului yang lainnya. Kebutuhan akan listrik semakin lama semakin meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi elektronika dan informasi. Oleh karena itu, kualitas dari variabel energi listrik tersebut juga harus diperhatikan, terutama frekuensi. Terjadinya fluktuasi frekuensi akan berdampak buruk pada peralatan listrik konsumen. Frekuensi akan mengalami fluktuasi seiring dengan naik turunnya beban yang terpasang, efek penambahan beban pada sebuah generator yaitu terjadinya penurunan putaran Universitas Sumatera Utara

generator dari keadaan sebelumnya, dan juga sebaliknya. Turunnya putaran ini akan mengakibatkan turunnya frekuensi, begitu juga halnya dengan penurunan beban akan terjadi kenaikan frekuensi. Kenaikan frekuensi akan berpengaruh pada penambahan tegangan listrik yang dihasilkan. Sasaran pertama untuk mengendalikan kestabilan kualitas energi adalah frekuensi. Setelah frekuensi berada pada titik stabil, dilanjutkan pada tegangan, secara teoritis dan perancangan, generator yang bekerja pada frekuensi 50 Hz sudah dapat menghasilkan tegangan sebesar 220 Volt, namun akibat adanya penambahan beban akan mengakibatkan penurunan tegangan yang cukup besar. Sasaran kedua adalah bagaimana mengatur arus penguat medan pada generator, karena arus penguat medan langsung berpengaruh pada pengurangan dan penambahan tegangan tanpa mengganggu besarnya frekuensi yang ada, karena frekuensi hanya dipengaruhi oleh putaran sedangkan arus penguat medan dipengaruhi oleh aliran arus listrik searah. Daya listrik memberikan peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi modren sangat tergantung pada listrik sebagai input dasar. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah pembangkit listrik dan kapasitas akibatnya di saluran transmisi yang menghubungkan stasiun pembangkit ke pusat-pusat beban akan meningkat. Sistem tenaga listrik secara luas yang saling berhubungan, perlu sistem interkoneksi karena selain pengiriman melalui saluran transmisi ada pembangkit listrik di mana komposisi energi per jenis pembangkit listrik (PLTGU, PLTU, PLTG, PLTD, PLTA dan PLTP) dan pusat-pusat beban untuk meminimalkan total kapasitas daya dan biaya. Transmisi interkoneksi memungkinkan mengambil keuntungan dari keragaman beban, ketersediaan sumber dan harga untuk pasokan listrik ke beban dengan biaya minimum dengan keandalan yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKABuku Berbahasa Indonesia Marsudi, D. 2005. Pembangkit Energi Listrik . Jakarta: Erlangga.Muslim, S. Dkk. 2008. Pembangkit Tenaga Listrik jilid 3 . Jakarta: Direktorat PembinaanSekolah Menengah Kejuruan. Buku Berbahasa Inggris Naidu, M.S. & Kamaraju, V. 2004. High Voltage Engineering (3rd ed.). Singapore: TataMcGraw-Hill Publishing Company Limited.Wiliam, D. & Jr., Stevenson. 1982. Analisa Sistem Tenaga Listrik (4rd ed.). Terjemahan olehIr. Kamal Idris. 1990. Jakarta: Erlangga. Jurnal Ilmiah

Hadi, Ach. F. 2009. Metode Analitycal Hierarchy Process untuk Menentukan PrioritasPenanganan Jalan di Wilayah Balai Pemeliharaan Jalan Mojokerto. Media Informasi& Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini , Vol. 6, No. 1.Fathurahman, M. 2009. Pemilihan Model Regresi Terbaik Menggunakan Metode Akaikes Information Criterion dan Schwarz Information Criterion. Media Informasi &Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini , Vol. 4, No. 3. Artikel Dari Internet Waspo, A. 1997. Biomasa Sebagai Pembangkit Tenaga Listrik . Wacana, (Online), Vol. 4,No. 1, ( http://www.elsppat.or.id/download/file/w9_a5.pdf , diakses 20 maret 2011)Santrias, IGN.N. & IGB., Wijaya, K. 2005. Kajian Energi Surya Untuk Pembangkit TenagaListrik. Teknologi Elektro , (Online), No. 9, (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/nitya_6_.pdf , di akses 20 Maret 2011) Artikel ilmiah Wahyuningsih, R. & Kastiman, S. 2003. Program Pengembangan Pltp Skala Kecil LapanganPanas Bumi Todabelu Mataloko, Ngada, Ntt. Kolokium hasil kegiatan invetarisasisumber daya ineral-DIM .Hartanti, S.P.,Sukerayasa, I.W. & Setiawan, N. 2007. Penerapan Theorema Fuzzy Untuk Menentukan Lokasi Pemasangan dan Kapas itas Kapasitor Pada Saluran Distribusi Primer. Teknologi Elektro , Vol. 6, No. 2.

4. A.S. Pabla, Sistem Distribusi Daya Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994 5. Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2000 6. Abdul Kadir, Pengantar Teknik Tenaga Listrik, LP3ES, 1993 7. Aly S. Dadras, Electrical Systems for Architects, McGraw-Hill, USA, 1995 8. Badan Standarisasi Nasional SNI 04-0225-2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Yayasan PUIL, Jakarta, 2000 9. Bambang, Soepatah., Soeparno, Reparasi Listrik 1, DEPDIKBUD Dikmenjur, 1980. 10. Benyamin Stein cs, Mechanical and Electrical Equipment for Buildings, 7th Edition Volume II, John Wiley & Sons, Canada, 1986 11. Bernhard Boehle cs, Switchgear Manual 8th edition, 1988 12. Brian Scaddam, The IEE Wiring Regulations Explained and Illustrated, 2nd

Edition, Clags Ltd., England, 1994 13. Brian Scaddan, Instalasi Listrik Rumah Tangga, Penerbit Erlangga, 2003 14. By Terrell Croft cs, American Electricians Handbook, 9th Edition, McGraw-Hill, USA, 1970

Anda mungkin juga menyukai