Anda di halaman 1dari 9

Peran Perubahan Perilaku dalam Mencapai Tujuan Penghematan Listrik

di Rumah Tangga Indonesia


Ayu Shafira Farha

Pemerintah menetapkan peraturan untuk konservasi energi. Konservasi energi adalah upaya
sistematis, terencana, dan terpadu untuk melestarikan dan meningkatkan pemanfaatan sumber
daya energi dalam negeri. Meskipun sumber daya primer yang digunakan saat ini sebagian
besar berasal dari sumber daya tak terbarukan, meningkatkan jumlah energi primer yang
dibutuhkan tidak akan menjadi masalah besar selama jumlah sumber daya primer yang
dibutuhkan masih mencukupi. Permintaan listrik sampai tahun 2050 di semua skenario masih
didominasi oleh sektor rumah tangga. Sebagai konsumen energi utama, perubahan perilaku di
tingkat rumah tangga sangat penting. Indonesia memiliki banyak penduduk, yang berdampak
pada konsumsi energinya. Penelitian ini menganalisis tentang potensi persentase penghematan
energi listrik sektor rumah tangga terhadap penghematan listrik secara nasional. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa piranti listrik yang biasa digunakan pada rumah tangga masih
memiliki potensi untuk dilakukan penghematan. Piranti listrik yang sering digunakan pada
rumah tangga dan memiliki potensi penghematan yang besar adalah alat pendingin ruangan
(AC). Bila setiap pelanggan rumah tangga melakukan penghematan konsumsi energi listriknya
sebesar 30%, maka pasokan listrik nasional yang dapat dihemat adalah sekitar 2.29 MW atau
setara dengan 2.60 Miliar rupiah.

Kata kunci: konservasi energi, penghematan, rumah tangga

1. Introduction
Tren konsumsi energi rumah tangga di Indonesia telah meningkat. Laporan yang
diterbitkan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan bahwa seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi, permintaan energi berbahan fosil terus
meningkat, yang menjadi faktor utama dalam peningkatan konsumsi energi rumah tangga. -
Selain itu, laporan tersebut menekankan betapa pentingnya menggunakan sumber energi
terbarukan dan melakukan upaya penghematan energi di tingkat rumah tangga untuk
mengurangi ketergantungan kita pada sumber energi fosil dan mengurangi dampak negatif
yang ditimbulkannya terhadap lingkungan [1].
Selama beberapa dekade, konservasi energi, termasuk konservasi energi rumah tangga,
telah menjadi subjek yang menarik bagi penelitian psikologis sosial dan lingkungan terapan.
Krisis energi pada tahun 1970an menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan ketersediaan
bahan bakar fosil. Saat ini, fokus utama studi konservasi energi adalah masalah lingkungan
seperti pemanasan global dan ancaman keanekaragaman hayati [3].
Pada tahun 2018, total produksi energi primer yang terdiri dari minyak bumi, gas bumi,
batubara, dan energi terbarukan mencapai 411,6 MTOE. Sebesar 64% atau 261,4 MTOE dari
total produksi tersebut diekspor terutama batubara dan LNG. Selain itu, Indonesia juga
melakukan impor energi terutama minyak mentah dan produk BBM sebesar 43,2 MTOE serta
sejumlah kecil batubara kalori tinggi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sektor
industri. Total konsumsi energi final (tanpa biomasa tradisional) tahun 2018 sekitar 114 MTOE
terdiri dari sektor transportasi 40%, kemudian industri 36%, rumah tangga 16%, komersial dan
sektor lainnya masing-masing 6% dan 2%. [4].
Permintaan energi di sektor rumah tangga pada tahun 2050 akan mencapai 120 MTOE
(BaU), 109 MTOE (PB) dan 94,7 MTOE (RK). Jenis energi yang dominan digunakan di sektor
rumah tangga pada tahun 2050 adalah listrik. Pangsa permintaan listrik naik dari 60% pada
tahun 2018 menjadi 90% pada tahun 2050. Naiknya permintaan listrik didorong oleh
meningkatnya penggunaan alatalat elektronik di rumah tangga seperti AC, refrigrator (kulkas),
mesin pompa air, termasuk kompor listrik induksi. Permintaan listrik sampai tahun 2050 di
semua skenario masih didominasi oleh sektor rumah tangga, kemudian sektor industri dan
komersial [4].-
Oleh karena itu, pemerintah menetapkan peraturan untuk konservasi energi. Konservasi
energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu untuk melestarikan dan meningkatkan
pemanfaatan sumber daya energi dalam negeri [5].- Sumber daya primer diperlukan untuk
proses konversi energi. Meskipun sumber daya primer yang digunakan saat ini sebagian besar
berasal dari sumber daya tak terbarukan, meningkatkan jumlah energi primer yang dibutuhkan
tidak akan menjadi masalah besar selama jumlah sumber daya primer yang dibutuhkan masih
mencukupi. Namun, cadangan sumber daya primer semakin menipis, dan menghasilkannya
membutuhkan waktu yang lama [5].
Sebagai konsumen energi utama, perubahan perilaku di tingkat rumah tangga sangat
penting. Indonesia memiliki banyak penduduk, yang berdampak pada konsumsi energinya-.
Menurut Data Statistik Ketenagalistrikan 2022 menyatakan bahwa persentase energi listrik
dikonsumsi oleh sektor rumah tangga sekitar 42% dari total penjualan listrik [6]. Perubahan
perilaku di tingkat rumah tangga sangat penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dan sumber daya energi. Upaya seperti meningkatkan efisiensi energi,
menggunakan sumber daya terbarukan, dan mengurangi limbah dapat sangat membantu
mengurangi konsumsi energi rumah tangga.
Konsumsi energi yang efisien hanya dapat dicapai melalui perubahan perilaku. Setelah
orang mengetahui tentang konservasi dan konsumsi energi yang efisien, mereka akan
menganalisis dan mensintesis informasi tersebut, menghitung konsumsi energi mereka secara
efisien, dan kemudian beralih ke konservasi energi [7].
Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya perubahan perilaku di tingkat rumah
tangga dalam mengelola konsumsi energi khususnya energi listrik menjadi kunci dalam upaya
menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya energi di Indonesia. -

2. Methods
2.1 Identifikasi Jumlah dan Kebutuhan Energi Listrik Pelanggan Rumah Tangga
Pada tahap ini didapatkan informasi mengenai karakteristik pelanggan, jumlah
pelanggan, dan jumlah energi listrik yang diprediksi untuk tahun berikutnya.
2.2 Studi Literatur Penggunaan Listrik Rumah Tangga
Mengenai penghematan penggunaan listrik rumah tangga dengan melakukan
identifikasi kebutuhan energi listrik rumah tangga sebagai gambaran kebutuhan listrik secara
umum.
2.3 Simulasi Pengaruh Penghematan Listrik Rumah Tangga
Dilakukan penetapan skenario batas penghematan energi listrik dengan
menggambarkan berbagai cara untuk menghemat energi, seperti mengurangi waktu pemakaian,
penurunan daya beban, dan penggantian peralatan listrik yang lebih hemat. Dalam penelitian
ini, batas penghematan energi dari kebutuhan normal ditetapkan sebesar 10%, 30%, 40%, dan
50%. Batas skenario yang luas ini dibuat untuk memberikan acuan program penghematan
kepada masyarakat untuk menentukan seberapa baik masing-masing program penghematan
listrik dapat menghemat energi. Perhitungan penghematan konsumsi energi listrik, dengan
mengikuti formula sebagai berikut:
(𝑇𝐾 𝑥 𝑅𝑃)
𝑇= (1)
𝑊
Dimana:
T = Waktu pemakaian yang harus dikurangi
TK = Total kebutuhan perangkat setiap hari
RP = Rencana skenario penghematan (%)
W = Besar watt perangkat per jam

3. Result and Discussion


3.1 Karaktersitik Pelanggan Listrik
Berdasarkan data dari statistik ketenagalistrikan tahun 2022, pada akhir Desember 2022
total kapasitas terpasang dari jumlah unit pembangkit PLN dan pembangkit non PLN mencapai
64.924,80 MW, dimana pembangkit PLN terpasang 40.814,92 MW dan non PLN terpasang
24.109,89 MW [6]. Dari kapasitas tersebut, energi listrik dijual ke pelanggan listrik dengan
distribusi seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Distribusi Penjualan Energi Listrik per Sektor
Sektor MWh %
Industri 88.483,30 32,32
Rumah Tangga 116.095,06 42,41%
Bisnis 50.532,19 18,46%
Lainnya (Sosial,Gedung, pemerintah, dan 18.650,93 6,81%
penerangan jalan umum)
Total 273.761,48 MWh
Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa persentase energi listrik dikonsumsi oleh
sektor rumah tangga yakni sebesar 116.095,06 MWh atau sekitar 42,41% dari total penjualan
listrik. Banyaknya penjualan energi listrik di sektor rumah tangga ini memberikan informasi
yang menunjukkan bahwa sektor ini mengkonsumsi hampir 50% dari kebutuhan listrik
nasional. Data ini menunjukkan bahwa ada peluang besar untuk menghemat energi listrik.
Penghematan yang dilakukan di sektor rumah tangga akan sangat memengaruhi persentase
energi yang dikonsumsi oleh bangsa.

3.2 Kebutuhan Energi Listrik


Berikut data total jumlah pelanggan energi listrik dari tiap sektor yang disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2 Jumlah Pelanggan per Sektor [2]

Sektor Pelanggan %
Industri 179.553 0,21
Rumah Tangga 78.327.897 91,47%
Bisnis 4.640.585 5,42%
Sosial 1.920.615 2,24%
Gedung Kantor Pemerintahan 236.629 0,28%
Penerangan Jalan Umum 330.919 0,39%

Pada tahun 2022, ada sekitar 78 juta rumah tangga yang menggunakan PLN, jumlah ini
akan terus meningkat karena populasi terus meningkat dan beberapa wilayah baru akan
memiliki jaringan listrik. Oleh karena itu, metode penghematan listrik harus dilakukan secara
menyeluruh, artinya program penghematan listrik pemerintah harus dapat mencapai semua
pelanggan ini.
Persentase penghematannya berbeda-beda, tetapi program penghematan listrik ini
dapat diterapkan pada setiap rumah tangga. Rumah tangga yang menggunakan peralatan listrik
boros seperti AC mungkin dapat melakukan program ini untuk menghemat hingga 30% dari
konsumsi listrik rumah tangganya. Rumah tangga yang lebih sederhana dapat
memperhitungkan persentase penghematannya sesuai dengan kemampuan mereka. Namun,
penghematan harus terus dilakukan karena kebutuhan listrik per kapita Indonesia akan
meningkat lebih cepat daripada di negara maju. Selain itu, penghematan juga dilakukan untuk
mempercepat upaya pemerintah untuk memberikan pasokan listrik yang merata ke daerah
terpencil Indonesia, yang merupakan daerah yang belum tersentuh listrik.
3.3 Skenario Penghematan Listrik
Program penghematan listrik bertujuan untuk mengurangi persentase penggunaan
listrik bulanan. Nilai penghematan ini mengacu pada beberapa studi sebelumnya yang
menghitung peluang penghematan rumah tangga hingga tiga puluh persen [8]. Penghematan
dapat dilakukan dengan berbagai hal dengan mengurangi kualitas, membatasi waktu
penggunaan, dan mengganti peralatan yang lebih hemat energi. Tabel di bawah menunjukkan
rincian rata-rata pemakaian energi listrik bulanan dari rumah tangga.
Tabel 3 Konsumsi Energi Listrik Sektor Rumah Tangga [9], [10].

Jumlah Jumlah Jumlah


Perangkat Watt
Unit Penggunaan (jam) Watt/Hari
AC 800 1 6 4800
Kulkas 150 1 24 3600
Lampu 12 6 12 864
Televisi 120 1 4 480
Komputer 200 1 4 800
Charge HP 10 2 2 40
Kipas Angin 100 1 4 400
Rice Cooker 300 1 3 900
Pompa Air 100 1 6 600
Total/Hari 12484

Tabel 3 adalah data rata-rata konsumsi energi listrik rumah tangga selama 24 jam. Data
survei menunjukkan bahwa 2 piranti listrik yang mengkonsumsi listrik terbesar dalam rumah
tangga adalah pemakaian kulkas, dan AC dengan konsumsi listrik sebesar 3600 - 4800
watt/hari. Piranti listrik yang lain dengan konsumsi listrik yang besar adalah penggunaan rice
cooker, lampu dan komputer.
Selanjutnya data konsumsi listrik harian rumah tangga disimulasikan dengan
menurunkan waktu pemakaian. Nilai penurunan ini ditetapkan dengan mempertimbangkan
fungsi piranti tetap optimal dan kenyamanan pelanggan tidak terganggu. Hasil simulasi
penghematan listrik sebesar 30% disajikan dalam Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Konsumsi Energi Listrik melalui Pengurangan Waktu Pemakaian 30%

Jumlah Pengurangan Pengurangan


Perangkat Watt
Unit Waktu (jam) Watt
AC 800 1 1.8 1440
Kulkas 150 1 24 3600
Lampu 12 6 3.6 259.2
Televisi 120 1 1.2 144
Komputer 200 1 1.2 240
Charge HP 10 2 0.6 12
Kipas Angin 100 1 1.2 120
Rice Cooker 300 1 0.9 270
Pompa Air 100 1 1.8 180
Total/Hari 6265.2

Target penghematan energi listrik ditujukan pada piranti listrik dengan konsumsi besar
untuk menghasilkan nilai penghematan yang optimal. Total penghematan energi listrik yang
diperoleh sekitar 6265.2 Watt/hari atau sekitar 30% sesuai dengan skenario penghematan awal.
Simuasi perhitungan penghematan energi listrik di atas dapat dimodifikasi dengan mudah
mengunakan formula (1) sesuai kondisi rumah tangga dengan tetap menghasilkan
penghematan sesuai yang dikehendaki. Adapun proses penghematan waktu pemakaian
peralatan listrik adalah dengan memperhitungkan pengurangan waktu piranti listrik yang dapat
diterapkan.
Tabel 5 Skenario dan Potensi Penghematan Energi Listrik

Skenario 10 30 40 50
(saving %)
∑ Watt 7995.6 6218.8 5330.4 4442
∑ saving Watt/d (Watt) 4488.4 6265.2 7153.6 8042

∑ saving MW/y (MW) 1.64 2.29 2.61 2.94

∑ Rp/y (Milliar- Rp.) 1.86 2.60 2.97 3.33

Selanjutnya berdasarkan data perhitungan penghematan energi listrik 30% dapat dibuat
skenario penghematan dengan volume yang lain (10%, 40%, dan 50%) disajikan pada Tabel 5
dan Gambar 1. Data ini dapat memberi gambaran tentang potensi upaya penghematan sesuai
dengan kondisi rumah tangga yang akan melakukan penghematan energinya.
4.00

3.50

3.00

2.50
Miliar Rp

2.00
3.33
1.50 2.97
2.60
1.00 1.86
0.50

0.00 0.00
0 10 30 40 50
Skenario Penghematan Energi Listrik (%)

Gambar 1 Skenario dan Potensi Penghematan Energi Listrik pada 0%, 10%, 30%, 40%, dan 50%

Pada Gambar 1 menampilkan beberapa potensi dana dalam berbagai skenario. Pada
kasus penghematan dengan target 30%, Penghematan yang dilakukan akan menghasilkan
penghematan sekitar 2.29 MW atau setara dengan 2.60 Miliar rupiah.
Potensi penghematan listrik dari sektor rumah tangga sangat besar. Nilai energi yang
dihemat sebasar 2.29 MW merupakan energi besar, apalagi besarnya energi ini didapat dapat
harus membangun pembangkit listrik yang membutuhkan modal yang besar dan berpotensi
merusak lingkungan. Selain itu energi dari penghematan akan mempercepat upaya pemerintah
dalam pemerataan suplay energi listrik ke daerah-daerah yang belum tersentuh listrik.
Dapat dilakukan beberapa rekomendasi metode penghematan energi listrik dengan
melibatkan partisipasi masyarakat dengan system on demand yang memungkinkan konsumen
untuk mengatur sendiri konsumsi listriknya dengan syarat selalu konsisten dan dalam koridor
energi saving [11,12], diantaranya yaitu mengatur temperatur suhu AC (25-27°C) [7],
melakukan penghematan energi listrik dapat dilihat dari karakteristik bangunan dari rumah
tinggal dari sektor rumah tangga. Dari sisi indikator pencahayaan dapat diminimalisir
penggunaannya ketika siang hari jika rumah memiliki pencahayaan alami yang cukup sehingga
pencahayaan di siang hari cenderung tidak dibutuhkan [13]. Keberhasilah metode ini sangat
tergantung dari partisipasi masyarakat serta dukungan yang kuat dari stakeholder kelistrikan di
Indonesia. Oleh karena itu dukungan pemerintah baik intrumentasi hukum dan fasilitas
pendukung dari pemerintah mutlak diperlukan.
Upaya nyata yang harus dilakukan pemerintah dalam menyukseskan program
penghematan dapat berhasil adalah mensosialisasikan program ini dengan seluas- luasnya ke
seluruh pelanggan listrik rumah tangga yang berjumlah sekitar 78 juta keluarga. Diperlukan
adanya kebijakan yang mendukung upaya penghematan ini, juga ditunjang bantuan piranti
teknologi yang efisien yang dapat menjangkau ke seluruh pelanggan sehingga program dapat
dijalankan dengan optimal [7].
4. Conclusion and Recommendation
Hasil identifikasi piranti listrik yang mempunyai potensi penghematan yang besar
adalah AC dan kulkas. Perhitungan simulasi penghematan rumah tangga sebesar 30% dari total
konsumsi listrik rumah tangga, menyatakan bahwa pasokan listrik nasional yang dapat dihemat
adalah sekitar 2.29 MW atau setara dengan 2.60 Miliar rupiah.
Untuk mencapai penghematan energi, tidak hanya dari masyarakat yang melakukan
upaya tersebut. Tetapi peran pemerintah pun diperlukan khususnya Kementerian ESDM perlu
mendorong pemerintah dan jajarannya dengan mengadakan program untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk menghemat listrik. Salah satunya dengan menjadikannya sebagai
gerakan nasional. Dengan demikian, upaya penghematan energi menjadi imperatif dan
konsekuensial. Selain itu, dari pihak masyarakat dapat memperhatikan penggunaan piranti
listrik seperti memastikan kulkas tertutup rapat setelah digunakan agar lebih hemat listrik,
pemilihan dan pembelian piranti listrik hemat energi (sesuai peringkat) mempertimbangkan
tanda SNI.
References

1. YLKI. (2019). Hasil Survei Pemetaan Konsumsi Energi Rumah Tangga. 20 halaman.
2. PLN. (2022). Statistik PLN 2022. Sekretariat Perusahaan PT PLN (Persero). 98 halaman.
3. Gardner, G. T., & Stern, P. C. (2002). Environmental problems and human behavior (2nd
Ed.). Boston: Pearson Custom Publishing.
4. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2019). Indonesia Energy Outlook.
Secretariat General National Energy Council.
5. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012). Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 14.
6. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. (2022). Statistik Ketenagalistrikan 2022
Edisi No. 36. Direktorat Jendral Ketenagalistrikan ESDM. 114 halaman.
7. Iriani, Fransisca. (2015). Strategi dan Pendekatan Perubahan Perilaku, Pemantauan, dan
Evaluasi untuk Efisiensi dan Konservasi Energi. ESP3
8. Aripriharta. (2008). Analisis Besar Potensi Penghematan Energi pada Kasus Kelistrikan
Rumah Tangga yang Menerapkan Sistem Manajemen Energi Model On-Demand.
Researchget.
9. Badan Pusat Statistik
10. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
11. Laicane I., D. Blumberga, A. Blumberga, M. Rosa. (2015). Evaluation of household
electricity savings. Analysis of household electricity demand profile and user activities.
Energy Procedia 72. Hal 285 – 292.
12. Fisher C. (2008). Feedback on household electricity consumption: a tool for saving
energy? Energy Efficiency. 1:79–104.
13. Setyowati, Ratna Dhani. (2023). Pengaruh Karakteristik Konsumsi Energi terhadap
Pencapaian Efisiensi Energi. ACESA. 29-45.

Anda mungkin juga menyukai