Jl. Batu Ringgit, Tj. Karang, Kec. Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. 83116
https://politeknikmfh.ac.id
Definisi Mutu
Sesuai dengan kebutuhannya di jaman modern ini, mutu didefinisikan sebagai berikut :
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap saat dan tepat waktu,
menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini penting dalam semua tahap proses
pemeriksaan laboratorium, mulai dari penerimaan sampel, pemeriksaan hingga pelaporan hasil uji.
Mutu suatu output laboratorium bergantung dari beberapa faktor. Yang paling mendasar adalah
pelaksanaan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu didalam suatu laboratorium. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa sistem manajemen mutu yang terdapat dalam suatu laboratorium disebut
sebagai Praktek Laboratorium yang Benar (GLP = Good Laboratory Practise).
Kegiatan Praktek Laboratorium yang Benar (GLP) mencakup proses organisasi dan kondisi-
kondisi laboratorium guna menjamin agar tugas-tugas analisis direncanakan, dilakukan, dimonitor,
direkam, disimpan dan dilaporkan dengan benar
Quality assurance atau jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang
difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis
jaminan mutu pengujian dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan yang sistematik dan
terencana yang diterapkan dalam pengujian, sehingga memberikan keyakinan yang memadai bahwa
data yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu sehingga dapat diterima oleh pengguna.
Pengendalian mutu adalah suatu tahapan dalam prosedur yang dilakukan untuk mengevaluasi suatu
aspek teknis pengujian.
Quality control (pengendalian mutu) adalah kegiatan untuk memantau, mengevaluasi dan
menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang ditetapkan tercapai (product, process, service,
inspection, testing, sampling, measurement dan calibration). Sedangkan Quality assurance
(penjaminan mutu) adalah semua tindakan terencana, sistematis dan didemonstrasikan untuk
meyakinkan pelanggan bahwa persyaratan yang ditetapkan "akan dijamin" tercapai.
Faktor-faktor yang menentukan kebenaran dan kehandalan pengujian dan kalibrasi adalah
faktor manusia, kondisi akomodasi dan lingkungan, metode pengujian, metode kalibrasi dan validasi
metode, peralatan, ketertelusuran pengukuran, pengambilan contoh, penanganan barang yang diuji
dan dikalibrasi. Konstribusi masing-masing faktor terhadap ketidakpastian pengukuran total
berbeda pada jenis dari pengujian dan kalibrasi yang satu dan yang lainnya. Laboratorium harus
memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam mengembangkan metode dan prosedur pengujian
dan prosedur kalibrasi, dalam pelatihan dan kualifiasi personil dan dalam pemilihan dan kalibrasi
peralatan yang digunakan.
Laboratorium harus menggunakan metode dan prosedur yang sesuai untuk semua
pengujian dan atau kalibrasi di dalam lingkupnya. Hal tersebut mencakup pengambilan sampel,
penanganan transportasi, penyimpanan, dan penyiapan barang untuk diuji dan atau kalibrasi dan
bila sesuai perkiraan dari ketidakpastian pengukuran serta teknik statistik untuk menganalisis data
pengujian dan atau kalibrasi. Laboratorium harus memiliki instruksi penggunaan dan pengoperasian
semua peralatan yang relevan, dan penanganan serta penyiapan barang yang diuji dan atau
dikalibrasi, atau kedua-duanya bila ketiadaan instruksi yang dimaksud dapat merusak hasil pengujian
dan atau kalibrasi. Semua instruksi, standar, panduan dan data acuan yang relevan dengan
pekerjaan laboratorium harus dijaga tetap mutakhir dan harus selalu tersedia bagi personil.
Penyimpangan dari metode pengujian dan kalibrasi boleh terjadi hanya jika penyimpanan tersebut
dibuktikan secara teknik telah dibenarkan, disahkan dan diterima oleh pelanggan.
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium klinik adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Westgard Rules adalah aturan dasar yang diterbitkan pada tahun 1981 oleh Dr. James
Westgard untuk mengevaluasi kontrol kualitas laboratorium kesehatan. Terdapat 6 aturan dasar
yang bisa digunakan secara terpisah atau kombinasi untuk mengevaluasi kualitas analitik suatu
pemeriksaan. Diperlukan pemahaman masing-masing aturan dan kemungkinan penyebabnya,
apakah random error atau systematic error, sehingga kita bisa mendeteksi dan mengatasi terjadinya
pelanggaran dari Westgard Rules.
12S
Ketentuan peringatan, dimana terdapat 1 kontrol berada lebih dari ± 2SD (masih terdapat di
daerah ± 3SD), dikategorikan sebagi warning (tidak untuk menolaksuatu proses
pemeriksaan, perlu analisis lebih seksama).
13S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control), apabila
hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x ± 3SD. Merupakan “ketentuan
penolakan” yang mencerminkan adanya kesalahan acak.
22S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil pemeriksaan
2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x +2SD atau x –2SD. Merupakan
“ketentuan penolakan” yang mencerminkan adanya kesalahan sistematik.
R4S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan antara
2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 SD (satu kontrol diatas +2SD, lainnya dibawah
-2SD). Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak.
41S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol
berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x +SD maupun x –SD. Merupakan
“ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak dan sistematik.
10 X
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah. Merupakan “ketentuan
penolakan” yang mencerminkan kesalahan sistematik.
MACAM-MACAM KESALAHAN
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketelitian (presisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan
tampak pada pemeriksaan yang dilakukan berulang pada spesimen yang sama dan hasilnya
bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai seharusnya.
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini
menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai
seharusnya.
1. Kalibrasi
Adalah suatu proses menghubungkan sinyal analitik yang diukur (respon alat) dengan
konsentrasi analit.
2. Metode Kalibrasi :
A. Kurva Kalibrasi
Sejumlah larutan baku dengan dengan variasi konsentrasi disiapkan, kemudian diukur
menggunakan instrumen, dan respon instrumen dicatat.
a) Larutan Baku
Larutan analit yg telah diketahui konsentrasinya. Larutan baku dibuat agar dalam
pengukuran menggunakan instrumen tidak melampaui batas linearitas (LOL = Limit of
Linearity) dari instrumen.
b) Kurva Kalibrasi
Plot konsentrasi baku (X) versus respon instrumen (Y). Hubungan antara konsentrasi baku
dan respon instrumen adalah linier.
1) Penyiapan Kurva Kalibrasi
xi ySi xy
S xx b y-
xi (Slope)
S xy xi x yi y m
yi
N
m S xy S xx (Slope) b y -x m (Y - intercept) S xy
r
S xx S yy
x
S xx xi x xi2 i
2
2
y
2
S yy yi y yi2 i
2
S xy N N
r S xy xi x yi y xi yi
xi yi
N
S xx S yy m S xy S xx (Slope) b y -x m (Y - intercept)
y = 0.0236x – 0.00881
Sehingga:
x = (y – b)/m
x = (y + 0.00881)/0.0236
x = 37.4
Digunakan untuk analit dalam matriks yang kompleks, yg mengakibatkan terjadinya interferensi
dalam respon instrumen (RI). Contoh: darah, sedimen, serum, dll. Sering disebut juga metode
SPIKING.
Metode:
2. Tambahkan sejumlah volume tertentu secara bervariasi, Vs, larutan baku yang telah
diketahui konsentrasinya, cs, pada tiap aliquot.
3. Encerkan (add-kan) masing2 larutan hingga volume tertentu, Vt
kV s c s kV x c x
S= +
Vt Vt
k = konstanta proporsionalitas
cs = konsentrasi standard
cx = konsentrasi sample
m = D y/ D x
)S
Respons Instrumen (
b = y-intercept
(V s ) 0
Vs
S=mV s +b
Hitung konsentrasi sampel.
Kombinasikan:
kVs cs kVx c x
dan S
S mVs b Vt Vt
dan
bcs
cx
mVx
1) Buat 2 larutan yg mengandung aliquot sampel yg sama, tambahkan standar pada salah satu
larutan. Encerkan hingga batas (100 mL)
2) Ukurlah respon instrumennya (absorbansi) pada kedua larutan
3) Hitung konsentrasi sampel dengan persamaan berikut:
S1 cs V s
c x=
( S2 −S1 ) V x
S1 = respon instrumen sampel
Sebanyak 25.0 mL aliquot larutan quinine diencerkan hingga 50.0 mL dan diukur
absorbansinya, mempunyai absorbansi 0.416 pada 348 nm diukur dalam kuvet setebal 1.00 cm.
Sebanyak 25 mL aliquot kedua dicampur dengan 10.0 mL larutan yg mengandung 23.4 ppm quinine.
Setelah diencerkan hingga50.0 mL, larutan ini memiliki absorbansi 0.610 (kuvet 1.00 cm pada
panjang gelombang yg sama). Hitung konsentrasi (ppm) quinine dalam sampel.
S2 = 0.610
Vs = 10 mL
cs = 23.4 ppm
Vx = 25.0 mL
2.00E+06
f(x) = 31640.7973733583 x + 142659.108818011
R² = 0.817062332279634
1.50E+06
Peak Area
1.00E+06
5.00E+05
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60
Conc. (ppt hexane)
Hexane/Octane Calibration Curve
2.5
R² = 0.999810939333437
1.5
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60
Conc. (ppt hexane)
konse kad
ntrasi ar
0.75
2% %
1.88
4% %
2.45
6% %
3.94
8% %
10% 5%
2. Blok table kemudian Klik insert pilih line pada chart. Muncul seperti ini
12%
10%
8%
6% konsentrasi
kadar
4%
2%
0%
1 2 3 4 5
3. Klik kanan kemudian delete garis kurva konsentrasi (garis biru), sehingga terlihat seperti ini
kadar
6.00%
5.00%
4.00%
kadar
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
1 2 3 4 5
4. Klik kanan pada gambar muncul seperti ini :
kadar
6.00%
5.00%
f(x) = 0.010565 x − 0.003657
4.00% R² = 0.986106221675532
kadar
Linear (kadar)
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
1 2 3 4 5
Selesai.