Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Kemampuan Fungsional Penderita
Stroke Iskemik Akut
PERKENALAN
Stroke adalah penyakit yang mempengaruhi arteri yang menuju dan di dalam otak. Stroke terjadi ketika darah
pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak dan pecah tersumbat oleh bekuan darah. Akibatnya,
otak tidak bisa mendapatkan darah dan oksigen. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal akut yang disebabkan
oleh pendarahan pada substansi otak yang terjadi secara spontan akibat pecahnya pembuluh darah arteri dan kapiler.
Sebaliknya, stroke non hemoragik atau iskemik merupakan penyakit yang disebabkan adanya penyumbatan pada aliran darah.
pasokan ke otak. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sel otak (Stroke Association, 2020).
Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2013), prevalensi stroke di Jawa Tengah sama banyaknya
sebanyak 40.972 terdiri dari 28.430 stroke iskemik dan 12.542 stroke hemoragik. Di Surakarta, kasus
stroke pada pola penyakit tidak menular dengan prevalensi stroke iskemik sebanyak
1.309 kasus dan stroke hemoragik sebanyak 2.838 (Dinkes Surakarta, 2014). Itu
Dampak peningkatan angka kejadian stroke adalah peningkatan masalah kesehatan lain akibat komplikasi
disebabkan, salah satunya adalah penurunan kemampuan fungsional. Kemampuan fungsional adalah Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
(ADL) terdiri dari tindakan dasar yang menyangkut perawatan diri dan tubuh, termasuk perawatan diri,
mobilitas, dan makan. Sering disebut ADL fisik atau ADL esensial, ini mencakup keterampilan dasar
biasanya diperlukan untuk mengelola kebutuhan fisik dasar (Mlinac & Feng, 2016). Pasien pasca stroke dengan tinggi
262
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948
Derajat serangannya seringkali meninggalkan gejala sisa yang mengganggu kemampuan motorik. Gangguan gerak dan
ketidakmampuan melakukan suatu gerakan dengan baik menyebabkan penurunan kemampuan ADL (Pristianto et al., 2021).
Berdasarkan NICE Guidelines (2019), latihan posisi tubuh dini secara rutin terus menerus selama tujuh hari bisa
meningkatkan pasokan oksigen ke otak. Latihan tersebut dapat mengaktifkan sel-sel otak yang rusak sehingga
semakin banyak pasokan oksigen melalui darah yang masuk ke otak. Otak akan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik,
dan akan terjadi perbaikan sel yang dapat mempengaruhi aktivitas fungsional dengan baik.
Sejumlah program pelatihan dapat diberikan kepada pasien stroke iskemik untuk meningkatkan kemampuan fungsional,
seperti mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh. Mobilisasi dini merupakan latihan yang mengarah pada
prinsip proprioseptif masukan teratur, penghambatan dan fasilitasi. Ini mengacu pada peningkatan gerak kasar
pola dengan memberikan rangsangan sensorik untuk memfasilitasi gerakan sukarela otot-otot sinergis di
timbulnya stroke (Becheva & Georgiev, 2017). Sedangkan menurut NICE Guidelines (2019), body
pelatihan positioning membantu meningkatkan suplai oksigen dalam darah ke otak untuk meminimalkan penurunan
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh olahraga terhadap kesehatan
meningkatkan kemampuan fungsional pasien stroke iskemik pasca akut. Judulnya efektivitas
mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh terhadap tingkat kemampuan fungsional pada pasien akut
stroke iskemik.
METODE
Desain penelitian adalah eksperimental dengan desain single-blinding. Kelompok pertama (kelompok perlakuan) adalah
diberikan perlakuan latihan pasif, mobilisasi dini, dan latihan posisi tubuh; dan kelompok kedua
(kelompok kontrol) diberikan perlakuan latihan pasif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018 di
stroke ward of the Regional General Hospital dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. The Institutional Review
Board has approved this study of the Medicine Faculty, Universitas Muhammadiyah Surakarta no:
1679/B.1/KEPK-FKUMS/XI/2018.
Populasi penelitian adalah pasien stroke iskemik dengan pengambilan sampel ditentukan secara inklusi dan
kriteria eksklusi yaitu (a) Responden berusia 45-70 tahun, (b) Responden terdiagnosis penyakit iskemik
serangan stroke stadium akut saat ini dan berulang di bangsal stroke dipastikan tidak memburuk
kondisi neurologis, (c) Responden dengan kekuatan otot minimal 2+ (posisi antigravitasi, tembus
rentang gerak sebagian), (d) Responden dengan faktor risiko (hipertensi, diabetes melitus,
kolesterol, penyakit jantung (AMI dan kardiomegali), (e) Responden menyetujui informed consent dan (f)
stroke hemoragik. (b) Responden dengan komplikasi berat, (c) Responden dengan afasia, (d)
263
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948
Responden dengan penurunan kesadaran, syok emboli dan sepsis, (e) Responden dengan berat
Responden dibagi menjadi dua kelompok; tiap kelompok berjumlah 10 orang, diberikan kelompok pertama
mobilisasi dini dan latihan posisi tubuh, dan kelompok kedua diberikan perlakuan latihan pasif.
pencacah, yang kemudian diambil alih oleh pencacah untuk menjelaskan kepada responden dan melanjutkan mengisi
Penjelasan dan persetujuan. Kemudian responden diberikan perlakuan secara acak sesuai kelompoknya.
Pengukuran kemampuan aktivitas fungsional pasien stroke iskemik pasca akut dilakukan
menggunakan Indeks Barthel (BI). Kelompok stroke iskemik pasca akut adalah pasien mobilisasi dini
dilakukan dengan 8-10 repetisi dalam 20-45 menit setiap hari selama tujuh hari, terus menerus
penerapan modalitas proprioseptif pada informasi sensorik dan proprioseptif dalam meningkatkan
efisiensi gerakan untuk ADL fungsional. Secara umum pemberian latihan posisi tubuh dalam satu minggu adalah
bila stroke iskemik akut 24 jam satu sampai dua sesi per hari selama tujuh hari. Kepalanya mungkin
meningkat secara bertahap setelah 24 jam setelah berbaring; posisi ini mempengaruhi perubahan titik jenuh
aliran oksigen di otak. Bentuk latihan posisi tubuh terdiri dari posisi ekstra berbaring menyamping,
posisi sinistra berbaring menyamping dan posisi berbaring terlentang di tempat tidur.
Posisi dextra berbaring menyamping dengan sisi lemah diatas bahu dan lutut kiri, letakkan bahu kiri
lurus sejajar bahu dan beri suspensi, lalu posisi lutut fleksi, beri bantalan
mendukung. Usahakan leher sejajar dengan tulang belakang bila tidak sejajar, beri bantal tipis di samping pinggang.
Posisi berbaring miring ke kiri dengan posisi lemah di bawah badan; skapula harus digeser
ke depan dengan posisi bahu hingga pergelangan tangan kiri lurus sejajar ventral bahu.
Posisi lutut kiri ekstensi kemudian dilanjutkan dengan fleksi lutut dextra dan diberi bantal sebagai a
penangguhan. Jaga agar kepala sejajar dengan tulang belakang; jika tidak sejajar, beri bantal tipis di sebelah pinggang. A
berbaring terlentang tidak diperbolehkan terlalu lama karena dapat menyebabkan kelemahan otot terutama otot
sikap. Berikan penyangga bantal mulai dari bahu hingga pergelangan tangan dengan posisi supinasi telapak tangan dan kaki
Pada kelompok kontrol diberikan terapi olahraga rutin 15 menit per hari selama tujuh hari
fisioterapi. Terapi latihan pasif juga diberikan pada kelompok mobilisasi dini dan tubuh
pelatihan posisi. Pasien dan keluarga pasien telah diberikan informasi mengenai tujuan dari tindakan tersebut
latihan. Statistik yang digunakan adalah Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 23 yang
telah digunakan untuk menganalisis perolehan data. Uji Shapiro Wilk untuk mengetahui data berdistribusi normal
(p>0,05). Analisis data telah ditampilkan dengan frekuensi dan persentase untuk karakteristik sampel
berdasarkan usia. Sebaliknya, karakteristik nilai aktivitas fungsional dikategorikan dapat diverifikasi
(Mean, median, standar deviasi, maksimum dan minimum). Hasil uji normalitas data menunjukkan
264
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948
bahwa data biasanya terdistribusi. Uji statistik parametrik yang digunakan yaitu uji Paired t-test
untuk variabel yang dikategorikan (perbedaan rata-rata). Kemudian dilakukan uji beda rata-rata antara keduanya
pengobatan yang efektif menggunakan uji t independen untuk variabel yang dikategorikan (perbedaan rata-rata).
HASIL
Sampel terdiri dari 20 pasien stroke iskemik akut yang dipilih secara acak dan berdistribusi merata
antara kelompok latihan mobilisasi dini dan posisi tubuh (usia 45-70, MMT 2+ dan diberikan latihan
berkisar antara 24-48 pasca serangan) dan kelompok kontrol (usia 45 -70, MMT 2+ dan diberikan latihan pasif
terapi 24-48 setelah serangan) selama tujuh hari dalam perawatan di rumah sakit. Ada perbedaan efek awal
latihan mobilisasi dan posisi tubuh dengan terapi latihan pasif untuk meningkatkan kemampuan fungsional dalam
Berdasarkan Tabel 1, kriteria responden sampel berusia 48-73 tahun. Jumlah akut tertinggi
pasien stroke iskemik berusia 59, 65, 66 dan 70 tahun (10,0%), sedangkan usia lainnya (5,0%).
Tabel 2. Hasil Uji Efek
Group Perbedaan Berarti p Nilai Keterangan
Treatment (pelatihan konsep Bobath dan -65
pelatihan posisi tubuh) 0,000 Ha diterima
Kontrol (Konvensional) -28
Uji pengaruh aktivitas fungsional menggunakan uji Paired Sample t-test diperoleh nilai sebesar pada perlakuan
grup adalah 0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol nilainya 0,000. Kedua kelompok Ha diterima karena
p-value < 0,05 berarti terdapat perbedaan pengaruh nilai rata-rata aktivitas fungsional
Uji pengaruh aktivitas fungsional menggunakan uji Paired Sample t-test diperoleh nilai pada kelompok perlakuan adalah
0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol nilainya 0,000. Kedua kelompok Ha diterima karena p-
nilai <0,05 berarti terdapat perbedaan pengaruh nilai rata-rata aktivitas fungsional pada
265
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948
Tabel 3 menggunakan uji independen diperoleh hasil p = 0,000 antara kelompok perlakuan dan kontrol
memiliki hasil yang sama. Normalnya p-value < 0,050 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada
merupakan perbedaan pengaruh nilai rata-rata aktivitas fungsional yang signifikan secara akut
DISKUSI
Temuan utama kami menunjukkan bahwa memberikan mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh selama 60 menit dapat
meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien stroke iskemik akut. Pada saat pemberian mobilisasi dini, a
diperlukan stimulus dan gerakan sadar; apabila diberi rangsangan dan gerakan aktif maka akan terbentuk a
lintasan dan konektivitas antara satu sel saraf dengan sel saraf lainnya sehingga akan terbentuk sinyal listrik setelahnya
Dalam proses ini akan terjadi Depolarisasi; saluran ion tertentu akan terbuka sehingga perpindahan ion akan terjadi
terjadi menuruni gradien konsentrasi; proses ini disebut potensial aksi akibat pertukaran K
ion + yang berada di luar membran dan Na+ di dalam membran. Akibat peningkatan tersebut
jumlah natrium dalam sel, sedangkan jumlah kalium tetap, terjadi perubahan pada sel
potensial listrik membran dimana potensial listrik intraseluler menjadi lebih positif dibandingkan
Setelah Depolarisasi terjadi, membran istirahat potensial akan dipulihkan melalui repolarisasi. Di dalam
Dalam proses ini saluran Na+ yang tadinya terbuka akan tertutup dan dilanjutkan dengan terbukanya saluran tersebut
saluran K+. K+ akan bergerak menuruni gradien konsentrasi dan mengembalikan potensial membran pada
sel menjadi negatif (Kadir et al., 2018). Untuk menghasilkan informasi, ia harus mencapai ambang batas (-40Mv hingga -
90mV). Sinyal kimia tersebut akan terbuka dan kemudian mengeluarkan vesikel sebagai pemberi informasi kepada sel saraf
sehingga sel saraf dapat bersinaps dengan sel saraf lainnya sehingga akan meningkatkan fungsi otak dan mempermudahnya
menanamkan pola seperti tugas tertentu pada saat memberikan pelatihan, sehingga dapat meningkatkan aktivitas fungsional
(Forrest, 2014).
Selain itu, pemberian mobilisasi dini akan mengontrol input aferen dan memfasilitasi reaksi postur normal.
Pemberian program mobilisasi pada suatu wilayah tertentu menyesuaikan dengan kemampuan pergerakan dan ROM
(Pristianto dkk., 2018). Masukan aferen digunakan untuk meningkatkan kualitas pergerakan wilayah tersebut, khususnya
pada sisi lesi. Fasilitasi reaksi postural digunakan untuk memberikan pengalaman berupa gerakan
teratur (karena gerakan abnormal berasal dari nada yang tidak normal). Perubahan atau regulasi proksimal
266
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948
posisi dan gerakan sendi mempengaruhi nada (Rahayu dkk., 2017). Berdasarkan Purnamayanti dkk. (2020),
Latihan gerak yang diberikan pada pasien stroke dapat meningkatkan kemampuan otot dan plastisitas stimulus. Lebih-lebih lagi,
Amalia & Rahman (2022) menyatakan bahwa penting untuk menjaga kebugaran pada pasien stroke dengan memberikan bekal
Posisi tubuh dapat meningkatkan sirkulasi darah, memberikan informasi sensorik yang tepat, dan meningkatkan
stabilitas dan kekuatan postural untuk meningkatkan aktivitas fungsional pada pasien stroke iskemik akut. Di dalam
posisi berbaring, pasien memerlukan posisi terlentang dengan baik dan memanfaatkan bantal sebagai penopangnya
panggul tidak jatuh ke belakang. Hal ini meningkatkan ekstensi pinggul pada sendi panggul, yang berguna untuk
proses berjalan sehingga sendi panggul dapat bergerak dan tidak berputar ke luar. Posisi ini menstabilkan
otot stabilitas inti, seperti m. transversus abdominis, m. multifindus, m.miring internal, m. luar
miring, m. rektus abdominis, m. sacrospinalis (dada dan diafragma terpanjang), m. punggung terluas
M. gluteus maximus dan m. trapezius, peningkatan inti otot akan menyebabkan konduksi saraf yang dapat
meningkatkan koordinasi antar otot sehingga dapat meningkatkan kecepatan reaksi dan mobilitas gerak
Bila dasar panggul stabil maka proyeksi pusat gravitasi tubuh akan tetap terjaga saat melakukan a
gerakan (Bettlach dkk., 2016). Berbaring menyamping ke sisi yang sehat sangat diperlukan dalam penanganan pasien stroke dini
untuk memperlancar aliran darah ke otak akibat imobilisasi yang berkepanjangan sehingga memperlancar
informasi yang akan disampaikan ke otak untuk perbaikan tonus dan postur dengan meningkatkan m.
bagian dalam, m. obliqus perut bagian luar dan m. tranversus untuk memperbaiki otot pernafasan akibat a
sangkar toraks terpusat pada posisi ekspirasi (Stevens et al., 2018). Berbaring menyamping ke sisi lesi
dengan posisi bahu yang didorong ke depan dan tidak ditekan akan memberikan rangsangan yang kuat
digunakan oleh sisi bobot yang sehat ke sisi yang lemah (Latimer et al., 2019).
Gjelsvik dkk. (2016) menyatakan bahwa latihan posisi tubuh dapat meningkatkan sirkulasi darah, memberikan
informasi sensorik yang tepat, dan meningkatkan stabilitas dan kekuatan postural untuk meningkatkan fungsional
aktivitas pada pasien stroke iskemik akut. Sebagaimana dibuktikan oleh penelitian sebelumnya oleh Chatterton dkk. 2001),
Latihan posisi tubuh dapat meningkatkan tonus, mencegah komplikasi paru akibat tirah baring dan menjaga oksigen
di otak untuk meningkatkan aktivitas fungsional. Secara klinis, hasil penelitian kami dapat membantu perubahan fisioterapis
program rehabilitasi mereka dan berkontribusi pada penambahan bukti ilmiah dari mobilisasi dini
KESIMPULAN
Mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh merupakan pendekatan berbeda untuk meningkatkan kemampuan fungsional
pasien stroke iskemik akut. Di masa depan, uji coba terkontrol yang berbeda diperlukan untuk menguji dampaknya
267
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948
mobilisasi dini dan latihan posisi tubuh dengan instrumen Brain Derived Neurotropic Factor
(BDNF) untuk melihat regenerasi sel dalam darah, yang akan menentukan frekuensi olahraga secara akut
REFERENSI
Amalia, N. P., & Rahman, M. I. (2022). Latihan Endurance Penderita Pasca stroke Iskemik. FISIO MU: Physiotherapy
Evidence, 3(1), 23-28. DOI: 10.23917/fisiomu.v3i1.14351
Becheva, M. & Georgiev, D. (2017). Pemulihan Fungsional Pasien Stroke Iskemik Whit: Laporan Kasus.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Iran, dari
46(11), 1579–1582. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5696699/
Bettlach, CR, Yu, J., Hasak, J., Bodway, G., & Mackinnon, S. (2016). Posisi Tidur Menyamping Berhubungan dengan
Lebih Jarangnya Mati Rasa dan Kesemutan di Malam Hari. Plast Reconstr Surg Glob Terbuka, 4(9), 123-124.
DOI: 10.1097/01.GOX.0000503043.97116.f6
Chatterton, HJ, Pomeroy, VM & Gratton, J. (2001). Positioning untuk Pasien Stroke: Survei Tujuan dan Praktek
Fisioterapis. Disabilitas dan Rehabilitasi, 23(10), 413-421. DOI: 10.1080/09638280010008825
Dreier, JP, Lemale, CL, Kola, V., Friedman, A., & Schoknecht, K. (2018). Penyebaran Depolarisasi bukanlah suatu
Epifenomena tetapi Mekanisme Utama Edema Sitotoksik pada Berbagai Struktur Materi Abu-abu Otak selama
Stroke. Neurofarmakologi, 15(134), 189-207. DOI: 10.1016/j.neuropharm.2017.09.027
Forrest, MD (2014). Pompa Natrium-Kalium adalah Elemen Pemrosesan Informasi dalam Komputasi Otak. Perbatasan
dalam Fisiologi, 5(472). DOI: 10.3389/fphys.2014.00472
Gjelsvik, BEB, Hofstad, H., Smedal, T., Eide, GE, Næss, H., Skouen, JS, Frisk, B., Daltveit, S. & Strand, LI (2014).
Keseimbangan dan Berjalan setelah Tiga Model Rehabilitasi Stroke yang Berbeda: Unit Pemulangan Didukung
Dini atau di Rumah, dan Perawatan Tradisional (Kontrol). BMJ Terbuka, 4(5). DOI: http://dx.doi.org/10.1136/
bmjopen-2013-004358
Kadir, LA, Stacey, M., & Barrett-Jolley, R. (2018). Peran Potensi Membran yang Muncul: Aksi Melampaui Potensi Aksi.
Perbatasan dalam Fisiologi, 9(1661). DOI: 10.3389/fphys.2018.01661
Latimer, S., Chaboyer, W., & Gillespie, BM (2015). Reposisi Pasien Rawat Inap dengan Penurunan Mobilitas: Studi
Prospektif. Keperawatan Terbuka, 2(2), 85-93. DOI: https://doi.org/10.1002/nop2.20
Ma, Y., Poole, K., Goyette, J. & Gaus, K. (2017). Memperkenalkan Muatan dan Potensi membran pada Sel T
Sinyal. Depan. Imunol, 8(1513). DOI: 10.3389/fimmu.2017.01513
Mlinac, SAYA, & Feng, MC (2016). Penilaian Aktivitas Kehidupan Sehari-hari, Perawatan Diri, dan Kemandirian. Arch
Clin Neuropsikol, 31(6), 506-516. DOI: 10.1093/arclin/acw049
Pedoman BAGUS. (2019). Stroke dan Serangan Iskemik Sementara pada Usia Di Atas 16 Tahun: Diagnosis dan Awal
Pengelolaan. Inggris: Institut Nasional untuk Keunggulan Kesehatan dan Perawatan.
Pristianto, A., Primadasa, G. F., & Murtafiah, M. (2021). Critical Review: Dampak Kondisi Pandemi COVID-19
Terhadap Kualitas Hidup Stroke Survivor. Indonesian Journal of Physiotherapy Research Education, 2(2), from:
https://journal.aptifi.org/index.php/ijopre/
Dan article/view/42 15-22. Diperoleh
Pristianto, A., Wijianto, W., & Rahman, F. (2018). Terapi latihan Dasar. Muhammadiyah University
268
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948
Press. Surakarta.
Public Health Office of Central Java. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, 253. retrieved
from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2013/13_Prov
_Jateng_2013.pdf
Public Health Office of Surakarta. (2014). Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014. retrieved from: https://
pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/3372_Jateng
_Kota_Surakarta_2014.pdf
Purnamayanti, N. K. D., Usemahu, N. Y. P., Haris, F., & Layun, M. K. (2020). Aplikasi Latihan Rentang Gerak
dengan Berbagai Pendekatan pada Pasien Steoke. Jurnal Kesehatan, 13(1), 22-34. DOI: 10.23917/
jk.v13i1.11098
Rahayu, UB, Wibowo, S., & Setyopranoto, I. (2017). Perkembangan Implementasi Pembelajaran Motorik pada
Stroke Iskemik: Menemukan Konsensus Para Ahli. Jurnal Ilmu Kedokteran, 49(4),199-215. DOI:
https://doi.org/10.19106/JMedSci004904201706
Stevens, D., Martins, RT, Mukherjee, S., & Vakulin, A. (2018). Pilihan Patofisiologi dan Terapi Gangguan
Pernapasan Pasca-Stoke. Perbatasan dalam Bedah, 5(9). DOI: 10.3389/fsurg.2018.00009
269
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut