Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google

JURNAL ILMU KESEHATAN – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN : 2477-3948

Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Kemampuan Fungsional Penderita
Stroke Iskemik Akut

Arif Pristianto1*, Santri Raminda2 ,Zulfa Nadia3

1,2,3Department of Physiotherapy, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia


INFORMASI PASAL ABSTRAK

Diterima: 12 April 2022


Revisi: 28 Agustus 2022 Banyak permasalahan fisik pada kondisi pasca stroke yaitu menurunnya kemampuan
Tersedia online: Agustus 2022 fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini dan posisi
tubuh terhadap kemampuan fungsional pada pasien stroke akut. Desain penelitian
menggunakan single blinding, randomized, dan controlled trial. Sampel terdiri dari 20
pasien stroke iskemik akut yang dipilih secara acak dan berdistribusi merata antara
KATA KUNCI
kelompok mobilisasi dini dan positioning tubuh (usia 45-70, MMT 2+ dan diberikan latihan
berkisar 24-48 setelah serangan) dan kelompok kontrol (usia 45-70, MMT 2+ dan diberikan
Stroke iskemik akut, aktivitas fungsional, posisi latihan pasif 24-48 setelah serangan) selama tujuh hari dalam perawatan di rumah sakit.
tubuh, mobilisasi dini Semua pasien dievaluasi dengan Skala Koma Glasgow, Ujian Mini-Mental State, dan
Indeks Barthel. Uji-t berpasangan dan uji-t independen telah digunakan untuk mengevaluasi
KORESPONDENSI dan membedakan antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan kelompok perlakuan
(mobilisasi dini dan latihan posisi tubuh) mempunyai tingkat kemampuan fungsional
Email: arif.pristianto@ums.ac.id p<0,05 (p=0,000) dan mean -65. Kelompok kontrol (latihan pasif) terhadap tingkat
kemampuan fungsional p<0,05 (p=0,000) dan mean-28. Perbedaan pengaruh antara
kelompok (latihan mobilisasi dini dan posisi tubuh) dengan kelompok kontrol (latihan pasif)
terhadap tingkat kemampuan fungsional p<0,05 (p=0,000) dengan perbedaan rata-rata
sebesar 36,9. Mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh merupakan pendekatan lain yang
dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien stroke iskemik akut

PERKENALAN

Stroke adalah penyakit yang mempengaruhi arteri yang menuju dan di dalam otak. Stroke terjadi ketika darah

pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak dan pecah tersumbat oleh bekuan darah. Akibatnya,

otak tidak bisa mendapatkan darah dan oksigen. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal akut yang disebabkan

oleh pendarahan pada substansi otak yang terjadi secara spontan akibat pecahnya pembuluh darah arteri dan kapiler.

Sebaliknya, stroke non hemoragik atau iskemik merupakan penyakit yang disebabkan adanya penyumbatan pada aliran darah.

pasokan ke otak. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sel otak (Stroke Association, 2020).

Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2013), prevalensi stroke di Jawa Tengah sama banyaknya

sebanyak 40.972 terdiri dari 28.430 stroke iskemik dan 12.542 stroke hemoragik. Di Surakarta, kasus

stroke pada pola penyakit tidak menular dengan prevalensi stroke iskemik sebanyak

1.309 kasus dan stroke hemoragik sebanyak 2.838 (Dinkes Surakarta, 2014). Itu

Dampak peningkatan angka kejadian stroke adalah peningkatan masalah kesehatan lain akibat komplikasi

disebabkan, salah satunya adalah penurunan kemampuan fungsional. Kemampuan fungsional adalah Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

(ADL) terdiri dari tindakan dasar yang menyangkut perawatan diri dan tubuh, termasuk perawatan diri,

mobilitas, dan makan. Sering disebut ADL fisik atau ADL esensial, ini mencakup keterampilan dasar

biasanya diperlukan untuk mengelola kebutuhan fisik dasar (Mlinac & Feng, 2016). Pasien pasca stroke dengan tinggi
262
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948

Derajat serangannya seringkali meninggalkan gejala sisa yang mengganggu kemampuan motorik. Gangguan gerak dan

ketidakmampuan melakukan suatu gerakan dengan baik menyebabkan penurunan kemampuan ADL (Pristianto et al., 2021).

Berdasarkan NICE Guidelines (2019), latihan posisi tubuh dini secara rutin terus menerus selama tujuh hari bisa

meningkatkan pasokan oksigen ke otak. Latihan tersebut dapat mengaktifkan sel-sel otak yang rusak sehingga

semakin banyak pasokan oksigen melalui darah yang masuk ke otak. Otak akan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik,

dan akan terjadi perbaikan sel yang dapat mempengaruhi aktivitas fungsional dengan baik.

Sejumlah program pelatihan dapat diberikan kepada pasien stroke iskemik untuk meningkatkan kemampuan fungsional,

seperti mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh. Mobilisasi dini merupakan latihan yang mengarah pada

prinsip proprioseptif masukan teratur, penghambatan dan fasilitasi. Ini mengacu pada peningkatan gerak kasar

pola dengan memberikan rangsangan sensorik untuk memfasilitasi gerakan sukarela otot-otot sinergis di

timbulnya stroke (Becheva & Georgiev, 2017). Sedangkan menurut NICE Guidelines (2019), body

pelatihan positioning membantu meningkatkan suplai oksigen dalam darah ke otak untuk meminimalkan penurunan

fungsi sel otak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh olahraga terhadap kesehatan

meningkatkan kemampuan fungsional pasien stroke iskemik pasca akut. Judulnya efektivitas

mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh terhadap tingkat kemampuan fungsional pada pasien akut

stroke iskemik.

METODE

Desain penelitian adalah eksperimental dengan desain single-blinding. Kelompok pertama (kelompok perlakuan) adalah

diberikan perlakuan latihan pasif, mobilisasi dini, dan latihan posisi tubuh; dan kelompok kedua

(kelompok kontrol) diberikan perlakuan latihan pasif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018 di

stroke ward of the Regional General Hospital dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. The Institutional Review

Board has approved this study of the Medicine Faculty, Universitas Muhammadiyah Surakarta no:

1679/B.1/KEPK-FKUMS/XI/2018.

Populasi penelitian adalah pasien stroke iskemik dengan pengambilan sampel ditentukan secara inklusi dan

kriteria eksklusi yaitu (a) Responden berusia 45-70 tahun, (b) Responden terdiagnosis penyakit iskemik

serangan stroke stadium akut saat ini dan berulang di bangsal stroke dipastikan tidak memburuk

kondisi neurologis, (c) Responden dengan kekuatan otot minimal 2+ (posisi antigravitasi, tembus

rentang gerak sebagian), (d) Responden dengan faktor risiko (hipertensi, diabetes melitus,

kolesterol, penyakit jantung (AMI dan kardiomegali), (e) Responden menyetujui informed consent dan (f)

bersedia mengikuti penelitian tersebut. Kriteria eksklusi (a) responden didiagnosis

stroke hemoragik. (b) Responden dengan komplikasi berat, (c) Responden dengan afasia, (d)

263
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948

Responden dengan penurunan kesadaran, syok emboli dan sepsis, (e) Responden dengan berat

gangguan kognitif dimana (skor MMSE minimal 19).

Responden dibagi menjadi dua kelompok; tiap kelompok berjumlah 10 orang, diberikan kelompok pertama

mobilisasi dini dan latihan posisi tubuh, dan kelompok kedua diberikan perlakuan latihan pasif.

Penelitian diawali dengan penjelasan peneliti mengenai jalannya penelitian kepada

pencacah, yang kemudian diambil alih oleh pencacah untuk menjelaskan kepada responden dan melanjutkan mengisi

Penjelasan dan persetujuan. Kemudian responden diberikan perlakuan secara acak sesuai kelompoknya.

Pengukuran kemampuan aktivitas fungsional pasien stroke iskemik pasca akut dilakukan

menggunakan Indeks Barthel (BI). Kelompok stroke iskemik pasca akut adalah pasien mobilisasi dini

dilakukan dengan 8-10 repetisi dalam 20-45 menit setiap hari selama tujuh hari, terus menerus

penerapan modalitas proprioseptif pada informasi sensorik dan proprioseptif dalam meningkatkan

efisiensi gerakan untuk ADL fungsional. Secara umum pemberian latihan posisi tubuh dalam satu minggu adalah

bila stroke iskemik akut 24 jam satu sampai dua sesi per hari selama tujuh hari. Kepalanya mungkin

meningkat secara bertahap setelah 24 jam setelah berbaring; posisi ini mempengaruhi perubahan titik jenuh

aliran oksigen di otak. Bentuk latihan posisi tubuh terdiri dari posisi ekstra berbaring menyamping,

posisi sinistra berbaring menyamping dan posisi berbaring terlentang di tempat tidur.

Posisi dextra berbaring menyamping dengan sisi lemah diatas bahu dan lutut kiri, letakkan bahu kiri

lurus sejajar bahu dan beri suspensi, lalu posisi lutut fleksi, beri bantalan

mendukung. Usahakan leher sejajar dengan tulang belakang bila tidak sejajar, beri bantal tipis di samping pinggang.

Posisi berbaring miring ke kiri dengan posisi lemah di bawah badan; skapula harus digeser

ke depan dengan posisi bahu hingga pergelangan tangan kiri lurus sejajar ventral bahu.

Posisi lutut kiri ekstensi kemudian dilanjutkan dengan fleksi lutut dextra dan diberi bantal sebagai a

penangguhan. Jaga agar kepala sejajar dengan tulang belakang; jika tidak sejajar, beri bantal tipis di sebelah pinggang. A

berbaring terlentang tidak diperbolehkan terlalu lama karena dapat menyebabkan kelemahan otot terutama otot

sikap. Berikan penyangga bantal mulai dari bahu hingga pergelangan tangan dengan posisi supinasi telapak tangan dan kaki

disangga menggunakan bantal agar lurus.

Pada kelompok kontrol diberikan terapi olahraga rutin 15 menit per hari selama tujuh hari

fisioterapi. Terapi latihan pasif juga diberikan pada kelompok mobilisasi dini dan tubuh

pelatihan posisi. Pasien dan keluarga pasien telah diberikan informasi mengenai tujuan dari tindakan tersebut

latihan. Statistik yang digunakan adalah Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 23 yang

telah digunakan untuk menganalisis perolehan data. Uji Shapiro Wilk untuk mengetahui data berdistribusi normal

(p>0,05). Analisis data telah ditampilkan dengan frekuensi dan persentase untuk karakteristik sampel

berdasarkan usia. Sebaliknya, karakteristik nilai aktivitas fungsional dikategorikan dapat diverifikasi

(Mean, median, standar deviasi, maksimum dan minimum). Hasil uji normalitas data menunjukkan
264
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948

bahwa data biasanya terdistribusi. Uji statistik parametrik yang digunakan yaitu uji Paired t-test

untuk variabel yang dikategorikan (perbedaan rata-rata). Kemudian dilakukan uji beda rata-rata antara keduanya

pengobatan yang efektif menggunakan uji t independen untuk variabel yang dikategorikan (perbedaan rata-rata).

HASIL

Sampel terdiri dari 20 pasien stroke iskemik akut yang dipilih secara acak dan berdistribusi merata

antara kelompok latihan mobilisasi dini dan posisi tubuh (usia 45-70, MMT 2+ dan diberikan latihan

berkisar antara 24-48 pasca serangan) dan kelompok kontrol (usia 45 -70, MMT 2+ dan diberikan latihan pasif

terapi 24-48 setelah serangan) selama tujuh hari dalam perawatan di rumah sakit. Ada perbedaan efek awal

latihan mobilisasi dan posisi tubuh dengan terapi latihan pasif untuk meningkatkan kemampuan fungsional dalam

pasien stroke iskemik akut.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Stroke iskemik akut
Usia
Frekuensi %
45-50 5,0
51-55 12 10,0
56-60 4 20,0
61-65 4 20,0
66-70 6 30,0
71-75 15,0
Total 3 20 100

Berdasarkan Tabel 1, kriteria responden sampel berusia 48-73 tahun. Jumlah akut tertinggi

pasien stroke iskemik berusia 59, 65, 66 dan 70 tahun (10,0%), sedangkan usia lainnya (5,0%).
Tabel 2. Hasil Uji Efek
Group Perbedaan Berarti p Nilai Keterangan
Treatment (pelatihan konsep Bobath dan -65
pelatihan posisi tubuh) 0,000 Ha diterima
Kontrol (Konvensional) -28

Uji pengaruh aktivitas fungsional menggunakan uji Paired Sample t-test diperoleh nilai sebesar pada perlakuan

grup adalah 0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol nilainya 0,000. Kedua kelompok Ha diterima karena

p-value < 0,05 berarti terdapat perbedaan pengaruh nilai rata-rata aktivitas fungsional

pada pasien stroke iskemik akut.

Uji pengaruh aktivitas fungsional menggunakan uji Paired Sample t-test diperoleh nilai pada kelompok perlakuan adalah

0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol nilainya 0,000. Kedua kelompok Ha diterima karena p-

nilai <0,05 berarti terdapat perbedaan pengaruh nilai rata-rata aktivitas fungsional pada

pasien stroke iskemik akut.

265
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948

Tabel 3. Hasil Uji Perbedaan Pengaruh


Kelompok Perbedaan Berarti p (2-ekor)
Treatment (pelatihan konsep Bobath dan pelatihan posisi tubuh)
36.9 0,000
Kontrol (Konvensional)

Tabel 3 menggunakan uji independen diperoleh hasil p = 0,000 antara kelompok perlakuan dan kontrol

memiliki hasil yang sama. Normalnya p-value < 0,050 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada

merupakan perbedaan pengaruh nilai rata-rata aktivitas fungsional yang signifikan secara akut

pasien stroke iskemik.

DISKUSI

Temuan utama kami menunjukkan bahwa memberikan mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh selama 60 menit dapat

meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien stroke iskemik akut. Pada saat pemberian mobilisasi dini, a

diperlukan stimulus dan gerakan sadar; apabila diberi rangsangan dan gerakan aktif maka akan terbentuk a

lintasan dan konektivitas antara satu sel saraf dengan sel saraf lainnya sehingga akan terbentuk sinyal listrik setelahnya

mencapai ambang rangsang -40mV hingga -90mV (Ma et al., 2017).

Dalam proses ini akan terjadi Depolarisasi; saluran ion tertentu akan terbuka sehingga perpindahan ion akan terjadi

terjadi menuruni gradien konsentrasi; proses ini disebut potensial aksi akibat pertukaran K

ion + yang berada di luar membran dan Na+ di dalam membran. Akibat peningkatan tersebut

jumlah natrium dalam sel, sedangkan jumlah kalium tetap, terjadi perubahan pada sel

potensial listrik membran dimana potensial listrik intraseluler menjadi lebih positif dibandingkan

ekstraseluler (Drier et al., 2018).

Setelah Depolarisasi terjadi, membran istirahat potensial akan dipulihkan melalui repolarisasi. Di dalam

Dalam proses ini saluran Na+ yang tadinya terbuka akan tertutup dan dilanjutkan dengan terbukanya saluran tersebut

saluran K+. K+ akan bergerak menuruni gradien konsentrasi dan mengembalikan potensial membran pada

sel menjadi negatif (Kadir et al., 2018). Untuk menghasilkan informasi, ia harus mencapai ambang batas (-40Mv hingga -

90mV). Sinyal kimia tersebut akan terbuka dan kemudian mengeluarkan vesikel sebagai pemberi informasi kepada sel saraf

sehingga sel saraf dapat bersinaps dengan sel saraf lainnya sehingga akan meningkatkan fungsi otak dan mempermudahnya

menanamkan pola seperti tugas tertentu pada saat memberikan pelatihan, sehingga dapat meningkatkan aktivitas fungsional

(Forrest, 2014).

Selain itu, pemberian mobilisasi dini akan mengontrol input aferen dan memfasilitasi reaksi postur normal.

Pemberian program mobilisasi pada suatu wilayah tertentu menyesuaikan dengan kemampuan pergerakan dan ROM

(Pristianto dkk., 2018). Masukan aferen digunakan untuk meningkatkan kualitas pergerakan wilayah tersebut, khususnya

pada sisi lesi. Fasilitasi reaksi postural digunakan untuk memberikan pengalaman berupa gerakan

teratur (karena gerakan abnormal berasal dari nada yang tidak normal). Perubahan atau regulasi proksimal

266
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948

posisi dan gerakan sendi mempengaruhi nada (Rahayu dkk., 2017). Berdasarkan Purnamayanti dkk. (2020),

Latihan gerak yang diberikan pada pasien stroke dapat meningkatkan kemampuan otot dan plastisitas stimulus. Lebih-lebih lagi,

Amalia & Rahman (2022) menyatakan bahwa penting untuk menjaga kebugaran pada pasien stroke dengan memberikan bekal

latihan yang tepat.

Posisi tubuh dapat meningkatkan sirkulasi darah, memberikan informasi sensorik yang tepat, dan meningkatkan

stabilitas dan kekuatan postural untuk meningkatkan aktivitas fungsional pada pasien stroke iskemik akut. Di dalam

posisi berbaring, pasien memerlukan posisi terlentang dengan baik dan memanfaatkan bantal sebagai penopangnya

panggul tidak jatuh ke belakang. Hal ini meningkatkan ekstensi pinggul pada sendi panggul, yang berguna untuk

proses berjalan sehingga sendi panggul dapat bergerak dan tidak berputar ke luar. Posisi ini menstabilkan

otot stabilitas inti, seperti m. transversus abdominis, m. multifindus, m.miring internal, m. luar

miring, m. rektus abdominis, m. sacrospinalis (dada dan diafragma terpanjang), m. punggung terluas

M. gluteus maximus dan m. trapezius, peningkatan inti otot akan menyebabkan konduksi saraf yang dapat

meningkatkan koordinasi antar otot sehingga dapat meningkatkan kecepatan reaksi dan mobilitas gerak

berfungsi pada perubahan posisi (Yu & Park, 2019).

Bila dasar panggul stabil maka proyeksi pusat gravitasi tubuh akan tetap terjaga saat melakukan a

gerakan (Bettlach dkk., 2016). Berbaring menyamping ke sisi yang sehat sangat diperlukan dalam penanganan pasien stroke dini

untuk memperlancar aliran darah ke otak akibat imobilisasi yang berkepanjangan sehingga memperlancar

informasi yang akan disampaikan ke otak untuk perbaikan tonus dan postur dengan meningkatkan m.

interkostal internal, m. subkostal, m. dada melintang, m. serratus posterior bawah, m. miring

bagian dalam, m. obliqus perut bagian luar dan m. tranversus untuk memperbaiki otot pernafasan akibat a

sangkar toraks terpusat pada posisi ekspirasi (Stevens et al., 2018). Berbaring menyamping ke sisi lesi

dengan posisi bahu yang didorong ke depan dan tidak ditekan akan memberikan rangsangan yang kuat

digunakan oleh sisi bobot yang sehat ke sisi yang lemah (Latimer et al., 2019).

Gjelsvik dkk. (2016) menyatakan bahwa latihan posisi tubuh dapat meningkatkan sirkulasi darah, memberikan

informasi sensorik yang tepat, dan meningkatkan stabilitas dan kekuatan postural untuk meningkatkan fungsional

aktivitas pada pasien stroke iskemik akut. Sebagaimana dibuktikan oleh penelitian sebelumnya oleh Chatterton dkk. 2001),

Latihan posisi tubuh dapat meningkatkan tonus, mencegah komplikasi paru akibat tirah baring dan menjaga oksigen

di otak untuk meningkatkan aktivitas fungsional. Secara klinis, hasil penelitian kami dapat membantu perubahan fisioterapis

program rehabilitasi mereka dan berkontribusi pada penambahan bukti ilmiah dari mobilisasi dini

dan pelatihan posisi tubuh.

KESIMPULAN

Mobilisasi dini dan pelatihan posisi tubuh merupakan pendekatan berbeda untuk meningkatkan kemampuan fungsional

pasien stroke iskemik akut. Di masa depan, uji coba terkontrol yang berbeda diperlukan untuk menguji dampaknya
267
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948

mobilisasi dini dan latihan posisi tubuh dengan instrumen Brain Derived Neurotropic Factor

(BDNF) untuk melihat regenerasi sel dalam darah, yang akan menentukan frekuensi olahraga secara akut

pasien stroke iskemik.

REFERENSI

Amalia, N. P., & Rahman, M. I. (2022). Latihan Endurance Penderita Pasca stroke Iskemik. FISIO MU: Physiotherapy
Evidence, 3(1), 23-28. DOI: 10.23917/fisiomu.v3i1.14351

Becheva, M. & Georgiev, D. (2017). Pemulihan Fungsional Pasien Stroke Iskemik Whit: Laporan Kasus.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Iran, dari
46(11), 1579–1582. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5696699/

Bettlach, CR, Yu, J., Hasak, J., Bodway, G., & Mackinnon, S. (2016). Posisi Tidur Menyamping Berhubungan dengan
Lebih Jarangnya Mati Rasa dan Kesemutan di Malam Hari. Plast Reconstr Surg Glob Terbuka, 4(9), 123-124.
DOI: 10.1097/01.GOX.0000503043.97116.f6

Chatterton, HJ, Pomeroy, VM & Gratton, J. (2001). Positioning untuk Pasien Stroke: Survei Tujuan dan Praktek
Fisioterapis. Disabilitas dan Rehabilitasi, 23(10), 413-421. DOI: 10.1080/09638280010008825

Dreier, JP, Lemale, CL, Kola, V., Friedman, A., & Schoknecht, K. (2018). Penyebaran Depolarisasi bukanlah suatu
Epifenomena tetapi Mekanisme Utama Edema Sitotoksik pada Berbagai Struktur Materi Abu-abu Otak selama
Stroke. Neurofarmakologi, 15(134), 189-207. DOI: 10.1016/j.neuropharm.2017.09.027

Forrest, MD (2014). Pompa Natrium-Kalium adalah Elemen Pemrosesan Informasi dalam Komputasi Otak. Perbatasan
dalam Fisiologi, 5(472). DOI: 10.3389/fphys.2014.00472

Gjelsvik, BEB, Hofstad, H., Smedal, T., Eide, GE, Næss, H., Skouen, JS, Frisk, B., Daltveit, S. & Strand, LI (2014).
Keseimbangan dan Berjalan setelah Tiga Model Rehabilitasi Stroke yang Berbeda: Unit Pemulangan Didukung
Dini atau di Rumah, dan Perawatan Tradisional (Kontrol). BMJ Terbuka, 4(5). DOI: http://dx.doi.org/10.1136/
bmjopen-2013-004358

Kadir, LA, Stacey, M., & Barrett-Jolley, R. (2018). Peran Potensi Membran yang Muncul: Aksi Melampaui Potensi Aksi.
Perbatasan dalam Fisiologi, 9(1661). DOI: 10.3389/fphys.2018.01661

Latimer, S., Chaboyer, W., & Gillespie, BM (2015). Reposisi Pasien Rawat Inap dengan Penurunan Mobilitas: Studi
Prospektif. Keperawatan Terbuka, 2(2), 85-93. DOI: https://doi.org/10.1002/nop2.20

Ma, Y., Poole, K., Goyette, J. & Gaus, K. (2017). Memperkenalkan Muatan dan Potensi membran pada Sel T
Sinyal. Depan. Imunol, 8(1513). DOI: 10.3389/fimmu.2017.01513

Mlinac, SAYA, & Feng, MC (2016). Penilaian Aktivitas Kehidupan Sehari-hari, Perawatan Diri, dan Kemandirian. Arch
Clin Neuropsikol, 31(6), 506-516. DOI: 10.1093/arclin/acw049

Pedoman BAGUS. (2019). Stroke dan Serangan Iskemik Sementara pada Usia Di Atas 16 Tahun: Diagnosis dan Awal
Pengelolaan. Inggris: Institut Nasional untuk Keunggulan Kesehatan dan Perawatan.

Pristianto, A., Primadasa, G. F., & Murtafiah, M. (2021). Critical Review: Dampak Kondisi Pandemi COVID-19
Terhadap Kualitas Hidup Stroke Survivor. Indonesian Journal of Physiotherapy Research Education, 2(2), from:
https://journal.aptifi.org/index.php/ijopre/
Dan article/view/42 15-22. Diperoleh

Pristianto, A., Wijianto, W., & Rahman, F. (2018). Terapi latihan Dasar. Muhammadiyah University
268
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Machine Translated by Google
ARIF PRISTIANTO / JURNAL OF HEALTH SCIENCE – VOLUME 15 NOMOR 03 (2022) E-ISSN: 2477-3948

Press. Surakarta.

Public Health Office of Central Java. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, 253. retrieved
from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2013/13_Prov

_Jateng_2013.pdf
Public Health Office of Surakarta. (2014). Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014. retrieved from: https://
pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/3372_Jateng
_Kota_Surakarta_2014.pdf
Purnamayanti, N. K. D., Usemahu, N. Y. P., Haris, F., & Layun, M. K. (2020). Aplikasi Latihan Rentang Gerak
dengan Berbagai Pendekatan pada Pasien Steoke. Jurnal Kesehatan, 13(1), 22-34. DOI: 10.23917/
jk.v13i1.11098
Rahayu, UB, Wibowo, S., & Setyopranoto, I. (2017). Perkembangan Implementasi Pembelajaran Motorik pada
Stroke Iskemik: Menemukan Konsensus Para Ahli. Jurnal Ilmu Kedokteran, 49(4),199-215. DOI:
https://doi.org/10.19106/JMedSci004904201706
Stevens, D., Martins, RT, Mukherjee, S., & Vakulin, A. (2018). Pilihan Patofisiologi dan Terapi Gangguan
Pernapasan Pasca-Stoke. Perbatasan dalam Bedah, 5(9). DOI: 10.3389/fsurg.2018.00009

Asosiasi Stroke. (2017). Statistik Stroke Negara Bagian. diterima dari:


https://www.stroke.org.uk/what-is-stroke/stroke-statistics
Yu, SH, & Park, SD (2013). Pengaruh Latihan Kekuatan Stabilitas Inti terhadap Aktivitas Otot dan Skala Penurunan
Batang Tubuh pada Penderita Stroke. Jurnal Rehabilitasi Latihan, 9(3), 362-367. DOI: 10.12965/jer.130042

269
https://doi.org/10.33086/jhs.v15i03.2845 Arif Pristianto - Pengaruh Mobilisasi Dini dan Posisi Tubuh Terhadap Fungsional
Kemampuan pada Penderita Stroke Iskemik Akut

Anda mungkin juga menyukai