WB
Review Jurnal
PHYSICAL FUNCTION–TARDIVE DYSKINESIA (PFTD) ON CRITICAL PATIENTS IN INTENSIVE CARE UNIT
FUNGSI FISIK–TARDIVE DYSKINESIA (PFTD) PADA PASIEN KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF
Pembimbing :
dr. Muflihatunnaimah, M. Kes Sp.KJ
TAHUN 2017
PENULIS Heru Suwardianto, Selvia David Richard, Awal Prasetyo, Reni Sulung Utami
Pengumpulan data
dilakukan dengan Populasi penelitian Ukuran sampel Penelitian ini
menggunakan Variabel yang bertujuan untuk
Desain penelitian terdiri dari pasien adalah 41 responden
Penilaian Aktivitas dianalisis adalah menganalisis
penelitian ini bersifat yang sakit kritis di yang dipilih secara
Motor, Skala Sedasi pemberian sedasi dan diskinesia tardive
cross-sectional. Unit Perawatan sengaja berdasarkan
untuk Pasien Sakit diskinesia tardive pada pasien sakit
Intensif (ICU) RS kriteria inklusi dan
Kritis, dan Skrining dalam hal fungsi fisik. kritis dengan
Baptis Kediri. eksklusi.
Dyskinesia Tardive. sedasi di ICU.
Hasil
• menunjukkan bahwa penurunan fungsi fisik ditemukan sebelum pemberian
sedasi. Fungsi fisik skala 2 (responsif terhadap sentuhan atau nama) sebanyak 15
responden (36,6%), dan setelah diberikan obat penenang, sebagian besar pasien
kritis mempunyai pengukuran fungsi fisik skala 3 (Tenang dan kooperatif)
sebanyak 25 responden. (61,0%). Pasien kritis yang mengalami penurunan fungsi
fisik dan fungsi kognitif adalah pasien yang terlihat gelisah hingga agitatif.
Fungsi Fisik yang terjadi berupa aktivitas motorik setelah sedasi pada kondisi
hanya responsif terhadap rangsangan berbahaya (7,3%), responsif terhadap
sentuhan atau nama (19,5%) dan memiliki skor agitasi dan kooperatif (4,9%).
Hasil
• Ciri-ciri disfungsi fisik pada pasien Tardive Dyskinesia pendekatan
signaling pada pasien PJK sebelum disedasi menunjukkan 5 tanda
Tardive Dyskinesia sedangkan 15 menit setelah sedasi morfin 2,5 mg
via IV timbul semua tanda Tardive Dyskinesia, meskipun terjadi
peningkatan pada responden yang mengalami Tardive Dyskinesia.
tidak menunjukkan tanda-tanda Tardive Dyskinesia pada 26 responden
berbanding 30 responden. Para pasien menunjukkan ekspresi meringis
berulang-ulang, kecupan bibir, kerutan, gerakan mengerucut dan cepat
pada lengan dan kaki. Ini merupakan respons terhadap
ketidaknyamanan yang ditafsirkan di seluruh saraf pusat
Hasil
• sistem setelah penghentian pengobatan. Tanda dan gejala Tardive
Dyskinesia meningkat setelah pemberian obat penenang berupa lidah
menonjol (4,9%), bibir mengepak, mengerut dan mengerucut (2,4%),
serta gerakan cepat pada lengan dan kaki.
TERIMAKASIH
Wassalamu'alaikum WR WB