Anda di halaman 1dari 20

LITERATURE REVIEW

“MOBILISASI DINI PADA PASIEN DENGAN KONDISI KRITIS DI RUANG ICU”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Program
Profesi Ners XLVI

Disusun Oleh: Kelompok 3

Afriyanti 220112230116 Indah Millenia R. 220112230071


Deviana Indriyanti 220112230057 Khansa Aisah Putri 220112230111
Elda Nurfadila M. 220112230064 M. Marzuki Bakhri 220112230067
Faiz Zahran A. 220112230060 Naifa Zahra M. 220112230009
Farras Gapa F 220112230077 Nuraulia Aghnia A. 220112230024
Fitriya Sri R. 220112230030 Nur Bilqis H.M.H 220112230015
Hasna Rabbani 220112230028 Pebri Yani 220112230106

Dosen Pembimbing :
Etika Emaliyawati, S.Kep., Ners., M.Kep.
Donny Nurhamsyah, S.Kep., Ners., M.Kep.

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XLVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2024
Review Article

MOBILISASI DINI PADA PASIEN DENGAN KONDISI KRITIS DI RUANG ICU:


LITERATURE REVIEW

Etika Emaliyawati¹, Donny Nurhamsyah¹, Muhammad Marzuki Bakhri², Indah Millenia Ratnasari²,
Afriyanti², Faiz Zahran Alfairuz², Pebri Yani², Khansa Aisah Putri², Fitriya Sri Rahmawati², Naifa
Zahra Mahdhiya², Hasna Rabbani², Elda Nurfadila Mufaj², Nur Bilqis Haibah Mufidah Hasan²,
Farras Gapa Fauziyyah², Deviana Indiyanti², Nuaraulia Aghnia Armansyah²
1
Departemen Keperawatan Kritis, Universitas Padjadjaran, Indonesia
2
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Indonesia

ABSTRACT

Latar Belakang: Intensive Care Unit Acquired Weakness (ICUAW)


sering terjadi pada pasien dengan kondisi kritis. Mobilisasi
Keyword: dini/terapi fisik harus dimulai pada hari-hari pertama setelah masuk
Efektivitas, ICU untuk membantu mengurangi disabilitas fungsional pasien
Mobilisasi dini, ICUAW.
Pasien ICU
Metode: Penelitian ini ilakukan dengan desain literature review
dengan strategi penelusuran artikel melalui search engine Google
Scholar dan database EBSCOhost MEDLINE Ultimate, PubMed,
dan ScienceDirect. Kata kunci pencarian yang digunakan meliputi:
Other information: “ICU patient”; “early mobilization”; “outcome” atau “effectiveness”.
Kriteria inklusi yang digunakan yaitu artikel dengan teks lengkap
Email of Author:
berbahasa Inggris atau bahasa Indonesia; artikel ditulis dalam
etika@unpad.ac.id sepuluh tahun terakhir (2014-2024); sampel artikel meliputi pasien
ICU; dan menggunakan desain RCT/cross-sectional/quasi
Corresponding experimental.
Author:
Hasil: Didapatkan sebanyak 5.027 artikel, lalu dilakukan pemilahan
nuraulia19001@mail. artikel, sehingga artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan
unpad.ac.id dilakukan review sebanyak 11 artikel.

Pembahasan: Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas


intervensi mobilitas dini dan periode peningkatan aktivitas selama
rawat inap pada pasien ICU. Efek terapi mobilisasi dini ICU (dalam
waktu 48 jam setelah intubasi dan 72 jam setelah masuk ke ICU
medis) telah menunjukkan manfaat terhadap hasil fungsional yang
dapat mendorong mobilitas yang lebih besar selama pasien dirawat
di ICU.
Simpulan: Program mobilisasi dini yang dikombinasikan dengan
early endurance and resistance training (ERT) pada pasien yang
terpasang ventilasi dan Early Goal-Directed Mobilization yang
dilakukan secara terarah pada pasien di ruangan ICU dapat
meningkatkan tingkat mobilitas pasien, menurunkan lama rawat inap
di ICU dan rumah sakit, dan meningkatkan kemandirian fungsional
pasien saat keluar dari rumah sakit.
Pendahuluan
Intensive Care adalah salah satu layanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
penyakit akut atau kronis dalam situasi darurat atau kritis yang membutuhkan monitoring fungsi vital,
terapi intensif dan tindakan segera yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan secara umum
(Hidayat & Julianti, 2022). Perawatan intensif ini hanya dapat dilakukan di Intensive Care Unit (ICU)
dimana tersedia kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-
fungsi vital, beserta staf yang memiliki keterampilan mengelola pasien dalam kondisi kritis. Pasien
kondisi kritis yang dirawat di ICU dikategorikan melalui sebuah penilaian objektif berdasarkan
beratnya penyakit serta penanganan yang perlu dilakukan sebagai penentu prioritas masuknya pasien
(Rahmanti, 2021).
Intensive care unit acquired weakness (ICUAW) sering terjadi pada pasien dengan kondisi
kritis. Hal ini meningkatkan biaya layanan kesehatan dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien
(Eggmann et al., 2018). ICUAW dapat mempengaruhi otot rangka (miopati) dan saraf perifer
(polineuropati). Gejala ICUAW berkembang dalam minggu pertama kondisi kritis. Faktor risikonya
termasuk sepsis, kegagalan fungsi pada banyak organ, ventilasi mekanis (MV), imobilisasi dan
hiperglikemia (Friedrich et al., 2015).
Keadaan tidak mampu bergerak secara aktif atau imobilisasi tersebut seringkali menjadi
permasalahan pada pasien di ICU. Dampak yang timbul dari imobilisasi antara lain pemanjangan waktu
penyapihan dari ventilator dan penurunan status hemodinamika. Karena tidak ada pengobatan
farmakologis untuk membatasi pengecilan otot rangka dan disfungsi neuromuskular, pendekatan
pencegahan adalah satu-satunya pengobatan saat ini. Salah satu intervensinya mencakup pengurangan
imobilisasi sesegera mungkin. Mengingat pesatnya perkembangan ICUAW, mobilisasi dini/terapi fisik
harus dimulai pada hari-hari pertama setelah masuk ICU untuk membantu mengurangi disabilitas
fungsional pasien ICUAW.
Stabilisasi kondisi hemodinamik, pemasangan berbagai alat monitoring maupun support
kehidupan, pasien post operasi dan penurunan status kesadaran baik fisiologis maupun program sedasi
menjadi tantangan perawat untuk memobilisasi pasien kritis (Kusumaningrum et al., 2023).
Kompleksitas program terapi dan pemantauan pasien kritis mengharuskan perawat untuk dapat terus
fokus terkait stabilisasi kondisi respirasi, sirkulasi dan status fisiologis lainnya untuk mempertahankan
kehidupan pasien. Hal ini menyebabkan mobilisasi terkadang terlewatkan oleh perawat (Menerez,
2022). Bed rest pasien kritis yang terlalu lama akan menimbulkan berbagai masalah, yakni
meningkatkan morbiditas, mortalitas, memperlama waktu perawatan, dan menambah biaya perawatan.
Maka dari itu penting dilakukan suatu intervensi bagi perawat untuk meminimalisir masalah tersebut
yakni dengan mobilisasi.
Memberikan mobilisasi dini/terapi fisik selama kondisi kritis telah terbukti menjadi pendekatan
yang aman dalam membatasi morbiditas akibat tirah baring (Hickmann et al., 2018). Namun demikian,
intervensi tersebut sering kali tertunda karena tidak ada bukti yang mendukung keamanan dan manfaat
intervensi tersebut pada populasi berisiko tinggi. Upaya yang telah dilakukan menangani permasalahan
tersebut ialah dengan melakukan mobilisasi progresif. Mobilisasi progresif didefinisikan sebagai
sebuah pergerakan terencana dalam permulaan perlakuan pada status mobilisasi pasien dengan tujuan
mengembalikan pasien pada kondisi awal (Rahmanti, 2021).
American Association of Critical Care Nurses (AACN) memperkenalkan intervensi mobilisasi
progresif yang terdiri dari 5 level: Head of Bed (HBO), latihan Range of Motion (ROM) pasif dan aktif,
terapi lanjutan rotasi lateral, posisi tengkurap, pergerakan melawan gravitasi, posisi duduk, posisi kaki
menggantung, berdiri dan berjalan. Continus Lateral Rotation Therapy (CLRT) dan Head Of Bed
(HOB), yaitu memposisikan pasien setengah duduk 30° dan miring kanan dan kiri 30°. Mobilisasi
progresif yang diberikan kepada pasien diharapkan dapat mengurangi resiko dekubitus dan
menimbulkan respon hemodinamik yang baik. Berdasarkan lata belakang tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan tinjauan literatur mengenai mobilisasi dini pada pasien ICU. Tujuan penulisan artikel
ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari mobilisasi dini terhadap pasien yang dirawat di
ruang ICU.
Metode
Metode yang digunakan yaitu scoping review dengan melakukan pencarian pada beberapa
pangkalan data internasional dalam sepuluh tahun terakhir. Strategi penelusuran artikel melalui search
engine Google Scholar dan database EBSCOhost MEDLINE Ultimate, PubMed, dan ScienceDirect.
Metode ini bertujuan untuk meringkas dan mensintesis suatu topik dari beberapa literatur akan tetapi
tidak membentuk kesimpulan dari literatur yang telah dianalisis. Kata kunci pencarian yang digunakan
meliputi: “ICU patient”; “early mobilization”; “outcome” atau “effectiveness”. Kata kunci berbahasa
Inggris dipilih dengan tujuan untuk memperoleh artikel yang lebih luas cakupannya mengenai
mobilisasi dini pada pasien ICU.
Hasil pencarian literatur kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Tiga kriteria utama untuk proses pemilihan artikel antara lain artikel dengan teks lengkap berbahasa
Inggris atau bahasa Indonesia; artikel ditulis dalam sepuluh tahun terakhir (2014-2024); sampel artikel
meliputi pasien ICU; dan menggunakan desain RCT/cross-sectional/quasi experimental. Selanjutnya
artikel dipilah sesuai dengan langkah yang meliputi (1) mengidentifikasi topik dan kriteria yang
digunakan, (2) menentukan sumber informasi, (3) memilih literatur yang relevan, (4) mengumpulkan
artikel, dan (5) menganalisis artikel. Tinjauan literatur ini menggunakan metode tinjauan pustaka
dengan melakukan pencarian sistematis sesuai dengan diagram alur PRISMA 2020. Proses seleksi
kelayakan dilakukan oleh penulis internal tanpa melibatkan peneliti lain. Artikel yang terpilih dinilai
kelayakannya berdasarkan kelengkapan artikel dan kemampuan artikel dalam menjawab pertanyaan
riset yang diajukan oleh peneliti, yaitu manfaat yang diperoleh dari mobilisasi dini pada pasien ICU.
Alur pemilihan artikel dipaparkan pada Gambar 1.
Artikel hasil pencarian disajikan dalam tabel hasil yang berisi judul, penulis, tahun, tujuan
penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, intervensi, dan hasil, yang kemudian dianalisis pada
bagian pembahasan. Tujuan dari penulisan scoping review ini untuk mengidentifikasi dan menelaah
artikel-artikel penelitian tentang mobilisasi dini pada pasien ICU. Review dari analisis artikel ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa keperawatan serta menjadi
saran pelaksanaan terapi bagi praktisi keperawatan.
Gambar 1. Diagram Alur Penilaian Kelayakan & Inklusi
Hasil
Populasi Jenis
No Judul Tujuan Intervensi Hasil
dan Sampel Penelitian

1. Judul: Untuk Populasi: RCT a. Pasien di kelompok kontrol: Terapi fisik yang sangat dini
Impact of Very menguji Pasien - Mobilisasi manual selama syok sepsis tidak
Early Physical apakah dewasa sekali sehari, yang mencegah atrofi otot rangka
Therapy terapi fisik dengan syok meliputi gerakan pasif atau gangguan fungsi otot
During Septic yang septik dalam dan aktif dari sendi namun dapat mengurangi
Shock on sangat dini 72 jam besar, latihan aktivasi jalur ubiquitin-
Skeletal selama pertama pernapasan, dan posisi proteasome katabolik, yang
Muscle: A syok sepsis tubuh yang berbeda dapat memiliki efek protektif
Randomized mengatur Sampel: (5/7 hari) jangka panjang pada otot.
Controlled sinyal 21 pasien b. Pasien di kelompok
Trial katabolik dewasa yang intervensi
dan dirawat di - Mobilisasi manual dan
Penulis: mempertah ICU karena terapi bersepeda
Cheryl E. ankan syok sepsis pasif/aktif dua kali
Hickmann, massa otot dalam 72 sehari selama 30 menit.
Diego rangka jam pertama. Terapi bersepeda
Castanares- pasif/aktif akan
Zapatero, dilakukan dengan
Louise menggunakan alat
Deldicque, bersepeda yang
Peter Van den dipasang di tempat
Bergh, Gilles tidur pasien diikuti
Caty, Annie dengan mobilisasi
Robert, Jean anggota badan
Roeseler, Marc pasif/aktif manual
Francaux, Intensitas terapi
Pierre- bersepeda akan
François disesuaikan dengan
Laterre, kondisi hemodinamik
dan oksigenasi pasien
Tahun: - Kelompok intervensi
2018 menjalani dua sesi
fisioterapi per hari (7/7
hari) termasuk 30 menit
(1 jam/hari)

2. Judul: Untuk Populasi: RCT a. Pasien di kelompok kontrol: Penerapan rehabilitasi fisik
Early physical menentuka Pasien - Mendapatkan dini dapat meningkatkan
rehabilitation n apakah dewasa kritis perawatan standar yang fungsi fisik yang dilaporkan
in intensive rehabilitasi yang dirawat mencakup strategi sendiri dan menimbulkan
care patients fisik dini di unit terapi fisik yang efek antiinflamasi sistemik.
with sepsis dapat perawatan diberikan oleh
syndromes: a meningkat intensif fisioterapis ICU.
pilot kan fungsi umum strategi terapi fisik
randomised fisik dan dengan yang diberikan oleh
controlled trial hasil sindrom fisioterapis ICU.
Penulis: terkait sepsis, yaitu b. Pasien di kelompok
Geetha lainnya sepsis, sepsis intervensi:
Kayambu, pada berat, atau - Strategi rehabilitasi
Robert Boots, pasien syok sepsis. fisik meliputi stimulasi
Jennifer Paratz dengan otot listrik (EMS),
sindrom Sampel: rentang gerak pasif,
Tahun: sepsis 50 pasien rentang gerak aktif,
2015 dewasa kritis duduk di luar tempat
yang dirawat tidur, transfer,
di unit ambulasi, dan teknik
perawatan mobilisasi lainnya
intensif sesuai kebutuhan
umum selama 30 menit, satu
dengan hingga dua kali sehari
sindrom sampai keluar dari ICU
sepsis yang dalam waktu 48 jam
memenuhi setelah diagnosis
kriteria sepsis.
inklusi dan - Strategi rehabilitasi
eksklusi fisik termasuk listrik
stimulasi otot (EMS),
rentang gerak pasif,
rentang gerak aktif,
duduk di luar tempat
tidur, transfer, ambulasi
dan teknik mobilisasi
lainnya yang sesuai.
- Kelompok otot yang
ditargetkan untuk EMS
sangat luas medialis,
broadus lateralis,
tibialis anterior, dan
brachioradialis.
Frekuensi 40–45 Hz
pada 20–25 mA dengan
pulse/durasi pada 400 ls
dari 12 detik hidup dan
6 detik mati digunakan.

3. Judul: Menilai Populasi: RCT - Pasien dijaga dalam Pada pasien dengan syok
Short-term dampak Pasien ICU posisi setengah sepsis setelah fase awal
Effects of mobilisasi medis dan berbaring (30°). resusitasi hemodinamik,
Passive pasif pada bedah - Gerakan pasif olahraga pasif tampaknya
Mobilization mikrosirku rentang ekstremitas atas tidak berhubungan dengan
on The lasi waktu (fexion–ekstensi perubahan yang relevan pada
Sublingual sublingual Oktober pergelangan tangan, mikrosirkulasi atau
Microcirculati dan 2013-Mei siku, dan bahu) dan hemodinamik sistemik.
on and on The hemodina 2015 ekstremitas bawah
Systemic mik (fexion–ekstensi
Circulation in sistemik Sampel: pergelangan kaki, lutut,
Patients with pada 35 pasien dan pinggul) dilakukan
Septic Shock pasien berusia lebih berlawanan arah jarum
dengan dari 18 jam dimulai dari kanan
Penulis: syok sepsis tahun, yang atas.
Tuanny mengalami - Frekuensi 30 gerakan
Teixeira syok sepsis, per menit dihitung oleh
Pinheiro, yang sedang metronom digital
Flávio Geraldo di sedasi, dengan waktu 5 menit
Rezende de dan untuk setiap anggota
Freitas, Karla terpasang badan, dengan total
Tuanny ventilasi latihan 20 menit.
Fiorese mekanik. - Sebelum intervensi,
Coimbra, dosis vasopresor
Vanessa dititrasi oleh dokter
Marques yang merawat dengan
Ferreira target tekanan arteri
Mendez, rata-rata minimal 65
Heloísa mmHg.
Baccaro - Protokol dihentikan
Rossetti, Paulo jika salah satu efek
Vinicius samping berikut terjadi:
Talma, deteksi gerakan aktif,
Antônio hipoksemia (oksimetri
Tonete Bafi, nadi <88%),
Flávia Ribeiro ketidakstabilan
Machado hemodinamik (denyut
jantung (HR) <45 bpm,
Tahun: tekanan arteri rata-rata
2017 (MAP) <60 mmHg atau
> 120 mmHg), dan
perubahan dosis obat
vasoaktif atau sedasi.

4. Judul: untuk Populasi: RCT - Kelompok kontrol: Program mobilisasi dini dan
Impact of a menyelidik 411 pasien Mobilisasi aktif dan progresif untuk pasien ICU
Progressive i apakah berusia >18 ambulasi dini seperti dapat mengurangi durasi
Mobility pasien tahun yang perpindahan posisi tempat rawat inap di ICU dan
Program on yang dirawat di tidur, perpindahan di meningkatkan hasil
the Functional berpartisip ICU >4 hari samping tempat tidur dan fungsional setelah keluar dari
Status, asi dalam dengan kursi. rumah sakit dengan skor
Respiratory program kemandirian - Kelompok intervensi: barthel indeks yang lebih
and Muscular mobilitas fungsional kombinasi fisioterapi tinggi dibandingkan
Systems of di ICU sebelum konvensional dan program kelompok kontrol (97±5 vs
ICU Patients: memiliki masuk RS mobilisasi progresif yang 76±20; p <0,001).
A Randomized kinerja dimulai dari level 1 sampai
and Controlled yang lebih Sampel: dengan level 5
Trial baik dalam 99 pasien Intervensi dilakukan 2 kali
penilaian sehari pada pagi dan sore hari.
Penulis: status Pada pagi hari kedua kelompok
Debora fungsional, mendapat terapi fisik
Stripari otot, konvensional. Sedangkan pada
Schujmann, mobilitas, sore hari, kelompok intervensi
Tamires dan mendapat intervensi sesuai
Teixeira pernapasan protokol penelitian dan
Gomes, setelah kelompok kontrol menerima
Adriana keluar fisioterapi konvensional yang
Claudia dibandingk sama seperti pagi hari. Lama
Lunardi, an pasien durasi setiap sesi ialah 40 menit.
Murilo yang
Zoccoler menerima
Lamano, fisioterapi
Aretha konvension
Fragoso, al
Mayara
Pimentel,
Claudia Neri
Peso, Priscila
Araujo,
Carolina Fu

Tahun:
2020

5. Judul: Mengevalu Populasi: Restrospec - Intervensi mobilisasi dini Hasil penelitian dapat dilihat
Early asi dampak Pasien rawat tive dilakukan sebanyak dari 2 aspek :
Mobilization dari inap di 19 observatio 2x/hari, 5hari/minggu 1. Durasi pemakaian
Reduces mobilisasi tempat tidur nal study dengan durasu 30 menit ventilator mekanik
Duration ofdini ruang rawat setiap 1 sesi. Jika Durasi penggunaan
Mechanical terhadap ICU dari memungkinkan dilakukan ventilator mekanik
Ventilation penurunan mulai kerjasama dengan keluarga sebelum intervensi
and Intensive durasi tanggal 1 saat jam kunjungan. adalah 7.5 hari,
Care Unit Stay penggunaa Januari 2014 - Protokol ini dibagi menjadi sedangkan durasi
in Patients n ventilasi - 31 4 level modifikasi dari penggunaan
With Acutemekanik Desember Morris et al: ventilator mekanik
Respiratory dan lama 2014 1. level I: mobilisasi setelah intervensi
Failure rawat inap untuk ekstremitas adalah 4.7 hari
di ICU Sampel: secara pasif, gerakan 2. Lama rawat di ICU
Penulis: pada Pasien yang dilakukan untuk Durasi lama rawat di
Chih-Cheng pasien dewasa pasien yang tidak ICU sebelum
Lai, Willy dengan dengan sadarkan diri. intervensi adalah 9.9
Chou, Khee- ventilasi ventilasi 2. Level II: mobilisasi hari, sedangkan
Siang Chan, mekanik mekanik (N - untuk ekstremitas durasi setelah
Kuo-Chen (MV) di =153) yang secara aktif, gerakan intervensi adalah 6.9
Cheng, Kuo- unit dirawat di dan interaksi dengan hari
Shu Yuan, perawatan ruang ICU, ahli terapi fisik untuk
Chien-Ming intensif dengan 63 pasien sadar yang
Chao, Chin- (ICU). pasien pada dapat merespons
Ming Chen kelompok perintah sederhana
sebelum dalam posisi duduk di
Tahun: intervensi tempat tidur
2017 dan 90 3. Level III: mobilisasi
pasien pada mirip dengan level II,
kelompok tetapi keadaan pasien
setelah dapat duduk di tepi
intervensi tempat tidur untuk
kekuatan otot pasien
>3/5 pada Skala
Medical Reserach
Council Scale
4. Level IV: mobilisasi
mirip dengan level II
tetapi kondisi pasien
telah aktif berpindah
dari tempat tidur ke
kursi di samping
tempat tidur untuk
kekuatan otot pasien
>3/5

6. Judul: untuk Populasi: RCT Terapi rehabilitasi dini meliputi Tidak terdapat perbedaan
Effects of menyelidik pasien gerakan berdiri tegak, berpindah bermakna indeks massa
early i kelayakan dengan dari posisi terlentang ke posisi tubuh, skor APACHE II,
rehabilitation terapi intubasi duduk di tepi tempat tidur atau FiO2 tertinggi, PaO2/FiO2
therapy on rehabilitasi ventilasi duduk di kursi, dan dari duduk terendah dan mortalitas di
patients with dini pada mekanis ≥1 ke berdiri, dan berjalan di rumah sakit antara kelompok
mechanical pasien minggu yang samping tempat tidur. Terapi rehabilitasi dan kelompok
ventilation dengan dirawat di dilakukan dua kali sehari dengan kontrol (P>0,05). Pada hari
ventilasi ICU Rumah intensitas latihan yang pertama keluar dari tempat
Penulis: mekanis. Sakit Afiliasi disesuaikan dengan kondisi tidur, kelompok intervensi
Ze-hua Dong, Medical pasien. mengalami pengurangan
Bang-xu Yu, College, durasi ventilasi mekanis
Yun-bo Sun, Universitas (5,6±2,1 hari vs. 12,7±4,1
Wei Fang, Lei Qingdao hari; P=0,005) dan lama
Li perawatan di ICU (12,7±4,1
Sampel: hari vs. 15,2±4,5 hari;
Tahun: 60 pasien P=0,01) yang signifikan
2014 dibandingkan dengan
kelompok kontrol.

7. Judul: Early untuk Populasi: RCT intervensi mencakup pasien dalam kelompok
Active melihat Pasien minimalisasi sedasi sesuai mobilisasi dini dalam uji
Mobilization pengaruh dewasa dj kebutuhan dan melakukan sesi coba ini memiliki
during mobilisasi ruang ICU mobilisasi sesuai dengan kondisi peningkatan risiko efek
Mechanical dini pada dan pasien. Tingkat mobilisasi samping. Selain itu, pada
Ventilation in pasien menggunaka tertinggi diberikan selama orang dewasa yang menjalani
the ICU yang n mesin mungkin sebelum penurunan ke ventilasi mekanis di ICU,
terpasang ventilator tingkat aktivitas yang lebih peningkatan mobilisasi aktif
Penulis: ventilator mekanik rendah jika pasien menjadi lelah, dini tidak mempengaruhi
Carol L. di ruangan seperti yang diukur pada Skala jumlah hari mereka hidup dan
Hodgson, ICU Sampel: Mobilitas ICU. keluar dari rumah sakit
Michael 750 pasien dibandingkan dengan tingkat
Bailey, dewasa mobilisasi yang biasa
Rinaldo diterima di ICU.
Bellomo,
Kathy
Brickell,
R.G.N., Tessa
Broadley,
Heidi Buhr,
Belinda J.
Gabbe,
Doug W.
Gould, Meg
Harrold, Alisa
M. Higgins,
Sally Hurford,
Theodore
J. Iwashyna,
Ary Serpa
Neto, Alistair
D.
Nichol, Jeffrey
J. Presneill,
Stefan J.
Schaller,
Janani
Sivasuthan,
Claire J.
Tipping,
Steven
Webb, Paul J.
Young

Tahun:
2022

8. Judul: Untuk Populasi: RCT - Kelompok Kontrol Pengenalan program


Intensive earlymemvalida 80 pasien Rehabilitasinya dilakukan satu rehabilitasi dini yang intensif
rehabilitation si yang akan sesi sehari dan lima hari untuk penerima transplantasi
in the
kelayakan transplantasi seminggu. Satu sesi terapi hati dapat ditoleransi dengan
Intensive Care dan hati melakukan rentang gerak pasif baik dan layak diterapkan
Unit for liver toleransi per hari untuk setiap sendi ICU.
transplant protokol Sampel: ekstremitas atas dan bawah
recipients: a
rehabilitasi 40 pasien selama 10 atau 15 menit.
randomized intensif yang di bagi kemudian duduk di tepi tempat
controlled trial
yang pada dua tidur, atau kursi, berdiri atau
dimulai kelompok berjalan.
Penulis: selama yang di acak
Pierre Maffei, periode pada saat - Kelompok Eksperimen
Sandrine pasca transplantasi diterapkan dua kali sehari dan
Wiramus, MD, operasi di hati lima hari seminggu.
Laurent Unit a. Fase 1 (dibius dan
Bensoussan, Perawatan diintubasi): pasien dalam
MD, PhD, Intensif posisi setengah duduk dan
Laurence (ICU) pada menerapkan sepuluh
Bienvenu, Eric penerima pengulangan rentang pasif
Haddad, transplanta gerak, untuk setiap sendi
Sophie si hati. anggota badan dua kali
Morange, MD, sehari (fleksi, ekstensi,
Mohamed abduksi, adduksi, rotasi).
Fathallah, b. Fase 2 (terjaga dan
PhD, Jean terintubasi): Latihan rentang
Hardwigsen, gerak aktif-asistif dan
MD, Jean- duduk. Jika kriteria
Michel Viton, hemodinamik,
MD, PhD, Y. kardiovaskuler dan
Patrice Le pernafasan benar, maka
Treut, MD, fisioterapis menilai tingkat
Jacques kesadaran melalui respons
Albanese, MD, terhadap lima hal berikut
PhD, Emilie pertanyaan: “Buka
Gregoire, MD, matamu”, “Lihat aku”,
PhD “Buka mulutmu dan
julurkan lidahmu”,
Tahun : 2017 “Gerakkan kepalamu”,
“Angkat alismu”. Lima item
dan satu poin diberikan
untuk masing-masing item
respons yang sesuai. Pasien
dianggap mampu menjalani
latihan Tahap 2 di protokol
jika skornya 3/5. Kemudian
fisioterapis mulai aktif-
asistif dan aktif gerak sesuai
skor MRC, sepuluh kali
pengulangan untuk setiap
sendi dua kali sehari,
kemudian duduk di kursi
jika tidak bertentangan
dengan nasihat medis atau
bedah.
c. Fase 3 (terjaga dan
diekstubasi): Rentang aktif
pelatihan gerak dan
ketahanan lengan dan kaki
diterapkan sesuai dengan
skor MRC (10x gerakkan
sendi), lalu duduk di tepi
tempat tidur dengan latihan
aktif kaki (10 gerakan
ekstensi lutut, dorsi-fleksi
pergelangan kaki, dan leksi
plantar). Kemudian berdiri
untuk duduk di kursi dan
berjalan sesuai kapasitas
pasien.

9. Judul: Untuk Populasi: Randomize Pada kelompok intervensi, Hasil penelitian menunjukkan
Early, goal- mengetahu Pasien SICU d tujuan mobilisasi ditentukan bahwa pasien pada kelompok
directed i apakah yang berusia controlled selama putaran pada pagi hari intervensi mencapai tingkat
mobilisation in mobilisasi >18 tahun, trial dan implementasi tujuan di mobilisasi dini yang lebih
the surgical dini yang terpasang seluruh shift difasilitasi oleh tinggi selama perawatan di
intensive care terarah ventilator komunikasi tertutup antar- ICU dibandingkan dengan
unit: a mengguna kurang dari profesional. Tujuan mobilisasi kelompok kontrol. Pada
randomised kan 48 jam, dan dibagi menjadi 4 tingkatan, pada kelompok intervensi,
controlled trialalgoritma diperkirakan level 0 pasien tidak dilakukan sebanyak 52% mencapai
mobilisasi memerlukan mobilisasi. Pada level 1, pasien level 4 (ambulasi) saat keluar
Penulis: yang ketat ventilasi hanya dilakukan latihan ROM dari ICU dibandingkan
Stefan J dikombina mekanis pasif diatas tempat tidur. Level dengan kelompok kontrol
Schaller, sikan selama 24 2, pasien dilatih untuk mulai yang hanya mencapai 25%
Matthew dengan jam saat duduk diatas kasur, sedangkan pasien dengan level 4
Anstey, komunikas pemeriksaan pada level 3 pasien dilatih untuk (ambulasi). Hasil penelitian
Manfred i antar- berdiri dari tempat tidur. Dan menunjukkan bahwa terapi
Blobner, profesional Sampel: pada level 4, pasien dilatih untuk mobilisasi dini yang terarah
Thomas pada Kelompok melakukan ambulasi. Setiap pada tujuan di ICU
Edrich, pasien ICU intervensi tingkatan memiliki tujuan meningkatkan tingkat
Stephanie D menyebabk sebanyak khusus. Intervensi dilakukan mobilitas pasien, menurunkan
Grabitz, Ilse an 104 pasien, pada 3 hari pertama masuk lama rawat inap di ICU dan
Gradwohl- peningkata dan SICU, intervensi dilakukan rumah sakit, dan
Matis, Markus n mobilitas kelompok selama minimal 15 menit per meningkatkan kemandirian
Heim, selama kontrol pasien setiap hari. fungsional saat keluar dari
Timothy masuk sebanyak 96 1. Level 1. Dimulai dengan rumah sakit.
Houle, ICU, pasien. meninggikan posisi kepala
Tobias Kurth, penurunan Kriteri (head up) 30°, lalu dilanjut
Nicola lama rawat inklusi: dengan ROM pasif selama
Latronico, inap di mandiri 5 menit. Selanjutnya pasien
Jarone Lee, ICU, dan secara diberikan posisi miring ke
Matthew J peningkata fungsional kanan dan miring ke kiri
Meyer, n pada batas sesuai kemampuan pasien
Thomas fungsional Bartel Index dua jam sekali posisi
Peponis, serta Score (70) 2. Level 2. Jika pasien dengan
Daniel Talmor, peningkata pada 2 kondisi hemodinamik stabil
George C n minggu dan tingkat kesadar dengan
Velmahos, kemandiria sebelum mampu membuka mata
Karen Waak, J n setelah masuk ICU. maka pasien bisa diminta
Matthias Walz, keluar dari Kriteria untuk melakukan ROM
Ross Zafonte, rumah eksklusi: aktif sesuai kemampuan.
Matthias sakit komponen Dimulai dengan
Eikermann motorik meninggikan posisi pasien
dalam GCS 45°-65° setiap 15 menit,
Tahun: < 5, dan melatih pasien selama
2016 mengalami 20 menit. Pasien juga
peningkatan dilatih untuk duduk di tepi
tekanan tempat tidur kemudian
intrakranial, meletakkan kaki
pernah menggantung
mengalami 3. Level 3. Pasien pada level
henti ini sudah sadar penuh dan
jantung- dalam kondisi tenang serta
napas, stabil. Pasien dilatih mulai
mengalami dengan duduk sepenuhnya
fraktur, di tepi tempat tidur hingga
memiliki mandiri sampai akhinya
infark bisa melakukan
miokard perpindahan dari duduk
akut, sampai berdiri.
penyakit 4. Level 4. Pasien pada
neuromuskul tingkat ini sudah sadar
ar, penuh dan kooperatif.
mengalami Dimulai dengan duduk di
aneurisma kursi khusus dan
aortik. dilanjutkan dengan berdiri,
lalu berpindah tempat.

10 Judul: Untuk Populasi: Randomize Kelompok kontrol: Tidak terdapat perbedaan


. Effects of mengevalu Pasien d fisioterapi standar Eropa yang signifikan terhadap
early, asi efek berusia ≥18 controlled termasuk di dalamnya mobilisasi peningkatan kapasitas
combined intervensi tahun yang trial dini, terapi pernafasan, dan fungsional atau kemandirian
endurance and rehabilitasi menggunaka latihan pasif atau aktif. pasien saat keluar dari rumah
resistance progresif n ventilasi Perawatan dilakukan sekali sakit jika dibandingkan
training in dini pada mekanik sehari pada hari kerja dan dengan fisioterapi standar
mechanically pasien setidaknya tambahan di akhir pekan Eropa, namun terdapat
ventilated, dewasa 72 jam dan peningkatan dalam perbaikan
critically ill dengan tidak Kelompok eksperimen: kesehatan mental pasien 6
patients: A ventilasi memiliki endurance and resistance bulan setelah keluar dari
randomised mekanik care training (ERT) progresif dini perawatan kritis.
controlled dependency yang dikombinasikan dengan
trial saat sebelum mobilisasi dini.
kondisi kritis
Penulis: di ruang ICU Endurance training:
Sabrina Department Dilakukan dengan menggunakan
Eggmann, of Intensive sepeda tempat tidur berbantuan
Martin L. Care motorik (MOTOmed letto2,
Verra, Gere Medicine, ReckTechnik, Betzenweiler,
Luder, Jukka Bern Jerman) yang memungkinkan
Takala, University pasien bersepeda pasif, dengan
Stephan M. Hospital, bantuan motorik, atau aktif di
Jakob Switzerland tempat tidur.
1. Pasien diposisikan
Tahun: 2018 Sampel: dengan nyaman dalam
115 pasien posisi terlentang
(kelompok dengan ketinggian
eksperimen kepala tempat tidur
= 58 orang untuk memungkinkan
dan pergerakan kaki yang
kelompok optimal. Intensitas
kontrol = 57 latihan maksimal untuk
orang) pasien tidak responsif
adalah 20 menit dengan
kecepatan mengayuh
20 siklus/menit.
2. Selama setiap sesi,
pasien diminta secara
lisan dan dengan fitur
MOTOmed ServoCycle
untuk berpartisipasi
secara aktif.
3. Ketika pasien mampu
untuk bersepeda
dengan bantuan
motorik selama 20
menit, bantuannya
dikurangi secara
bertahap. Baru pada
saat itulah durasi
pelatihan dinaikkan
menjadi 30 menit.
Selanjutnya, resistensi
dan durasinya
ditingkatkan dengan
waktu maksimum yang
ditentukan 60 menit
dengan resistensi
penuh.

Resistance training:
Mencakup latihan standar untuk
tungkai atas dan bawah
menggunakan beban atau
resistensi yang diberikan secara
manual dari terapis. Intensitas
latihan yang ditargetkan adalah
8–12 repetisi dengan 2–5 set
(istirahat 2 menit) pada 50–70%
dari perkiraan maksimum satu
repetisi. Setelah latihan
dilakukan dengan benar, peserta
diberikan handout bergambar
untuk pelatihan lebih lanjut
dengan anggota keluarga atau
perawat. Pada pasien yang tidak
dapat melakukan latihan
resistensi karena kurangnya
kekuatan atau pemahaman,
fisioterapis menggunakan
gerakan pasif atau sentuhan
untuk meningkatkan gerakan.

Mobilisasi dini:
Dimulai dengan latihan di
tempat tidur dan, jika tidak ada
kontraindikasi medis,
dilanjutkan secara progresif dari
duduk di samping tempat tidur,
duduk di kursi, berdiri, dan
akhirnya berjalan.

Fisioterapi biasa diberikan


kepada pasien setelah keluar dari
ICU satu hingga dua kali sehari.
Sesi biasanya melibatkan latihan
fungsional, bersepeda, berjalan,
teknik penguatan dan
pernapasan

11 Judul: Untuk Populasi: Pilot Protokol Early goal-directed Kelompok intervensi Early
A Binational mengetahu Pasien ICU randomize mobilization (EGDM) goal-directed mobilization
Multicenter i Early dengan usia d membahas aktivitas fungsional (EGDM) memiliki tingkat
Pilot goal- rata-rata 61 controlled aktif yang meliputi berjalan, aktivitas tertinggi (skala
Feasibility directed tahun dan trial. berdiri, duduk, dan berguling mobilitas ICU), layak dan
Randomized mobilizatio 60% dari sebagai latihan untuk pasien aman. Tidak ada perbedaan
Controlled n (EGDM) mereka selama satu jam setiap hari, dalam masa rawat inap total
Trial of Early dapat adalah laki- dengan lamanya latihan antara kedua kelompok.
Goal-Directed diberikan laki yang bergantung pada skor IMS
Mobilization kepada berventilasi pasien. Pasien dengan skor 1
in the ICU pasien mekanis atau 2 melakukan latihan aktif
yang untuk lebih selama 30 menit, skor 4-6
Penulis: menerima dari 24 jam. selama 45 menit, dan skor 7-10
C. L. Hodgson, ventilasi selama satu jam. Lamanya
M Bailey. mekanik Sampel: waktu satu jam ini bisa
Bellomo, dengan 50 pasien dilakukan dalam satu sesi
Berney, Buhr, peningkata (21 pasien perawatan atau dibagi menjadi
H. Denehy, n tingkat pada beberapa sesi sepanjang hari.
L.Webb, S aktivitas kelompok
maksimal kontrol dan
Tahun: dibandingk 29 pasien
2016 an dengan pada
perawatan kelompok
standar. intervensi)
Tabel 1. Tabel Ekstraksi Data
Diskusi
Program mobilisasi untuk pasien ICU harus dimulai sejak dini, bersikap progresif, dan
menawarkan tingkat aktivitas yang semakin tinggi dengan menyesuaikan kondisi pasien. Penelitian
telah menunjukkan manfaat dengan diperkenalkannya program mobilitas dan periode peningkatan
aktivitas selama rawat inap. Efek terapi mobilisasi dini ICU (dalam waktu 48 jam setelah intubasi
dan 72 jam setelah masuk ke ICU medis) telah menunjukkan manfaat terhadap hasil fungsional yang
dapat mendorong mobilitas yang lebih besar selama pasien dirawat di ICU. Hal ini diperlukan untuk
menghindari atau meminimalkan kerusakan pada beberapa sistem terkait imobilitas akibat tirah
baring yang lama. Menilai dampak program mobilisasi ICU pada sistem dan fungsi muskuloskeletal
dan kardiorespirasi dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang manfaat nyata dari program
ini. Beberapa hasil penelitian yang menjanjikan telah didapatkan pada literature review kali ini.
Program mobilisasi dini pada pasien dengan ventilasi mekanis memberikan beberapa hasil yang
positif diantaranya yaitu pemberian intervensi mobilisasi dini pada pasien dengan ventilasi mekanik
ini didapat durasi penggunaan ventilator yang lebih singkat yang mana sebelum dilakukan intervensi
lama penggunaan ventilator sebanyak 7.5 hari sementara durasi penggunaan ventilator setelah
intervensi selama 4.7 hari, dan di dapat pula hasil yang positif pada durasi lamanya perawatan di
ruang ICU yaitu didapatkan hasil bahwa sebelum intervensi di dapat lama rawat di ICU 9.9 hari
sedangkan durasi perawatan di ruang ICU setelah intervensi sebanyak 6.9 hari. Namun pada
penelitian lain memberikan hasil yang berbeda didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada indeks masa tubuh dan skor APACHE II, FiO2 tertinggi, PaO2/FiO2 terendah dan
mortaltas di rumah sakit antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Program mobilisasi dini
juga perlu diwaspadai karena pasien dalam kelompok mobilisasi dini memiliki peningkatan resiko
efek samping (Schaller et al., 2016). Pada penelitian lain didapat pula bawa program mobilisasi dini
tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan kapasitas fungsional atau kemandirian
pasien saat keluar dari rumah sakit. Namun terdapat peningkatan dalam perbaikan kesehatan mental
pada 6 bulan setelah keluar dari perawatan kritis.
Meskipun begitu, hal ini bertentangan dengan hasil penerapan program mobilisasi dini yang
dikombinasikan dengan early endurance and resistance training (ERT) pada pasien yang terpasang
ventilasi. Kombinasi mobilisasi dini dengan ERT tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan
terhadap peningkatan kapasitas fungsional dan kemandirian pasien (Eggmann et al., 2018). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang juga gagal menunjukkan manfaat rehabilitasi dini
(Morris et al., 2016; Wright et al., 2018). Populasi yang heterogen, kesulitan dalam pemisahan
kelompok, dan dosis olahraga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap ketidakberhasilan program
mobilisasi dini yang dikombinasikan dengan ERT. Oleh karena itu, resistance training lebih
memungkinkan untuk dilakukan selama pemulihan pada kelompok pasien yang sakit parah dengan
jalur katabolik aktif.
Mobilisasi dini juga dapat dilakukan pada pasien dengan syok sepsis yang dirawat di ICU.
Pasien dengan diagnosa syok sepsis merupakan suatu kondisi dimana terdapat disfungsi organ yang
disebabkan oleh ketidakmampuan respon pejamu terhadap suatu infeksi, sehingga pasien dengan
syok sepsis akan membutuhkan perawatan khusus (Purwanto & Astrawinata, 2018). Pasien sepsis
penting dilakukan mobilisasi dini untuk mencegah terjadinya penggunaan intubasi yang lama, durasi
rawat inap yang lama dan resiko terjadinya luka tekan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hickmann et al. (2018) yang menunjukan bahwa intervensi mobilisasi manual sekali
sehari meliputi gerakan pasif dan aktif dari sendi besar, latihan pernapasan, dan posisi tubuh yang
berbeda dapat mencegah atrofi otot rangka atau gangguan fungsi otot dan dapat mengurangi aktivasi
jalur ubiquitin-proteasome katabolik, yang dapat memiliki efek protektif jangka panjang pada otot.
Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan oleh Kayambu et al. (2011) yang menunjukkan bahwa
strategi rehabilitasi fisik yang dilakukan secara rutin setelah keluar dari ICU dalam waktu 48 jam
setelah diagnosis sepsis dapat meningkatkan fungsi fisik dan menimbulkan efek antiinflamasi
sistemik. Namun hal ini berbeda dengan penelitian Pinheiro et al. (2017) yang menunjukkan bahwa
mobilisasi pasif tidak berpengaruh secara signifikan pada mikrosirkulasi sublingual atau
hemodinamik sistemik pada pasien dengan syok sepsis setelah fase awal resusitasi hemodinamik.
Mobilisasi pasif hanya meningkatkan proporsi pembuluh yang terperfusi secara ringan, dan
menurunkan denyut jantung dan suhu tubuh, tanpa mengubah variabel lainnya. Meskipun demikian,
mobilisasi pasif tetap aman dan tidak berisiko meningkatkan konsumsi oksigen pada pasien dengan
syok sepsis. Sehingga intervensi mobilisasi terhadap pasien sepsis tetap dapat diberikan pada saat
pasien dirawat di ruang ICU.
Pasien yang baru saja melakukan transplantasi hati di ICU juga cenderung mengalami
penurunan performa fisik yang dapat menghambat mobilisasi. Program rehabilitasi ambulasi dini
memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kapasitas fungsional pasien setelah menjalani
proses transplantasi hati. Hasil penelitian Maffei et al. (2017) menunjukkan pasien transplantasi hati
yang dilakukan rehabilitasi dini dengan memposisikan pasien dalam posisi setengah duduk dua kali
sehari selama 1 jam dan menerapkan 10 repetisi rentang gerak pasif untuk setiap sendi ekstremitas
(fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi) mampu duduk di tepi tempat tidur lebih sering
dibandingkan dengan kelompok perlakuan biasa.Selain itu, terdapat kecenderungan penurunan lama
rawat dan durasi ventilasi di ICU dan unit perawatan menengah setelah dilakukan program
rehabilitasi dini tersebut.
Metode mobilisasi dini lainnya yang dapat dilakukan ialah dengan menerapkan Early Goal-
Directed Mobilization (EGDM) (Hodgson et al., 2016; Schaller et al., 2016). Program mobilisasi
fisik ini dibagi menjadi 4 level mulai dari head up, posisi miring kanan dan kiri, ROM pasif dan
aktif, hingga ahirnya dilatih untuk dudukm berdiri, dan berpindah tempat. Sama seperti program
mobilisasi lainnya, EDM juga dimaksudkan untuk memaksimalkan aktivitas fisik pada tingkat
fungsional tertinggi yang dapat dicapai oleh pasien pada awal setelah intubasi dan ventilasi mekanis.
Selain itu, terapi Early Goal-Directed Mobilization yang dilakukan secara terarah pada pasien di
ruangan ICU dapat meningkatkan tingkat mobilitas pasien, menurunkan lama rawat inap di ICU dan
rumah sakit, dan meningkatkan kemandirian fungsional pasien saat keluar dari rumah sakit. Program
ini juga sama halnya dengan penerapan latihan mobilisasi progresif yang meliputi siklus ergometer,
bantuan duduk di tempat tidur, perubahan posisi di tempat tidur, orthostatisme, duduk-berdiri dan
berjalan secara bertahap pada pasien yang dirawat di ICU (Schujmann et al., 2020). Mobilisasi
progresif ini juga terbukti dapat meningkatkan kemampuan fungsional dalam melakukan aktivitas,
menjaga fungsi otot sebelumnya pada saat keluar dari rumah sakit dan memastikan kemungkinan
kembalinya kemandirian fungsional.
Penggunaan program mobilisasi sederhana di ICU telah menunjukkan manfaat, bahkan tanpa
peralatan. Perawat memiliki peran penting dalam meningkatkan adaptasi aktivitas para pasien yang
dirawat di ICU melalui program-program mobilisasi tersebut secara rutin.

Simpulan
Program mobilisasi untuk pasien ICU harus dimulai sejak dini dan menawarkan tingkat aktivitas
yang semakin tinggi dengan menyesuaikan kondisi pasien. Pemberian intervensi mobilisasi dini pada
pasien dengan ventilasi mekanik dapat memperpendek masa rawat dan durasi penggunaan ventilator
yang lebih singkat Namun pada penelitian lain hasil yang berbeda didapatkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna pada indeks massa tubuh dan skor APACHE II, FiO2 tertinggi,
PaO2/FiO2 terendah, dan mortalitas di rumah sakit antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Pada penelitian lain didapat pula bawa program mobilisasi dini tidak memberikan hasil yang
signifikan terhadap peningkatan kapasitas fungsional atau kemandirian pasien saat keluar dari rumah
sakit. Meskipun begitu, hal ini bertentangan dengan hasil penerapan program mobilisasi dini yang
dikombinasikan dengan early endurance and resistance training (ERT) pada pasien yang terpasang
ventilasi. Kombinasi mobilisasi dini dengan ERT tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan
terhadap peningkatan kapasitas fungsional dan kemandirian pasien. Mobilisasi dini juga dapat
dilakukan pada pasien dengan syok sepsis yang dirawat di ICU. Pasien yang baru saja melakukan
transplantasi hati di ICU juga cenderung mengalami penurunan performa fisik yang dapat
menghambat mobilisasi. Program rehabilitasi ambulasi dini memiliki peran yang penting dalam
meningkatkan kapasitas fungsional pasien setelah menjalani proses transplantasi hati. Metode
mobilisasi dini lainnya yang dapat dilakukan ialah dengan menerapkan Early Goal-Directed
Mobilization (EGDM). Penggunaan program mobilisasi sederhana di ICU telah menunjukkan
manfaat, bahkan tanpa peralatan. Perawat memiliki peran penting dalam meningkatkan adaptasi
aktivitas para pasien yang dirawat di ICU melalui program-program mobilisasi tersebut secara rutin.

Acknowledgments
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan artikel ini.

Author Contributions
Kontribusi penulis dalam laporan ini: Etika Emaliyawati¹, Donny Nurhamsyah¹, Muhammad
Marzuki Bakhri², Indah Millenia Ratnasari², Afriyanti², Faiz Zahran Alfairuz², Pebri Yani², Khansa
Aisah Putri², Fitriya Sri Rahmawati², Naifa Zahra Mahdhiya², Hasna Rabbani², Elda Nurfadila
Mufaj², Nur Bilqis Haibah Mufidah Hasan², Farras Gapa Fauziyyah², Deviana Indiyanti², Nuaraulia
Aghnia Armansyah².

Conflict of Interests
Penulis menyatakan bahwa tidak ada potensi konflik sehubungan dengan penulisan dan
publikasi artikel ini.

References
Dong, Z., Yu, B., Sun, Y., Fang, W., & Li, L. (2014). Effects of early rehabilitation therapy on patients with mechanical
ventilation. World Journal of Emergency Medicine, 5(1), 48. https://doi.org/10.5847/wjem.j.issn.1920-
8642.2014.01.008
Eggmann, S., Verra, M. L., Luder, G., Takala, J., & Jakob, S. M. (2018). Effects of early, combined endurance and
resistance training in mechanically ventilated, critically ill patients: A randomised controlled trial. PLoS ONE,
13(11), 1–19. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0207428
Friedrich, O., Reid, M. B., Van Den Berghe, G., Vanhorebeek, I., Hermans, G., Rich, M. M., & Larsson, L. (2015). The
sick and the weak: Neuropathies/ myopathies in the critically ill. Physiological Reviews, 95(3), 1025–1109.
https://doi.org/10.1152/physrev.00028.2014
Hickmann, C. E., Castanares-Zapatero, D., Deldicque, L., Van Den Bergh, P., Caty, G., Robert, A., Roeseler, J.,
Francaux, M., & Laterre, P. F. (2018). Impact of very early physical therapy during septic shock on skeletal
muscle: A randomized controlled trial. Critical Care Medicine, 46(9), 1436–1443.
https://doi.org/10.1097/CCM.0000000000003263
Hidayat, R., & Julianti, E. (2022). Mobilisasi progresif meningkatkan status hemodinamika pada pasien kritis di intensive
care unit: Literature review. Citra Delima Scientific Journal of Citra Internasional Institute, 6(2), 124–131.
https://doi.org/10.33862/citradelima.v6i2.278
Hodgson, C. L., Bailey, M., Bellomo, R., Berney, S., Buhr, H., Denehy, L., Gabbe, B., Harrold, M., Higgins, A.,
Iwashyna, T. J., Papworth, R., Parke, R., Patman, S., Presneill, J., Saxena, M., Skinner, E., Tipping, C., Young, P.,
& Webb, S. (2016). A binational multicenter pilot feasibility randomized controlled trial of early goal-directed
mobilization in the ICU. Critical Care Medicine, 44(6), 1145–1152.
https://doi.org/10.1097/CCM.0000000000001643
Hodgson, C. L., Bailey, M., Bellomo, R., Ell, K. B.-, Broadley, T., Buhr, H., Gabbe, B. J., Gould, D. W., Old, M. H.-,
Higgins, A. M., Hurford, S., Iwashyna, T. J., Neto, A. S., Nichol, A. D., Presneill, J. J., Schaller, S. J., Sivasuthan,
J., Tipping, C. J., Webb, S., & Young, P. J. (2022). Early Active Mobilization during Mechanical Ventilation in the
ICU. New England Journal of Medicine, 387(19), 1747–1758. https://doi.org/10.1056/nejmoa2209083
Kayambu, G., Boots, R. J., & Paratz, J. D. (2011). Early rehabilitation in sepsis: A prospective randomised controlled
trial investigating functional and physiological outcomes The i-PERFORM Trial (Protocol Article). BMC
Anesthesiology, 11. https://doi.org/10.1186/1471-2253-11-21
Kusumaningrum, V. V., Prasetyo, J., & Husain, F. (2023). Penerapan mobilisasi progresif untuk meningkatkan status
hemodinamik pada pasien kritis di ICU mawar RSUD kota Salatiga. Jurnal Ilmu Kesehatan Mandira Cendikia,
2(12), 1–9.
Lai, C. C., Chou, W., Chan, K. S., Cheng, K. C., Yuan, K. S., Chao, C. M., & Chen, C. M. (2017). Early Mobilization
Reduces Duration of Mechanical Ventilation and Intensive Care Unit Stay in Patients With Acute Respiratory
Failure. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 98(5), 931–939.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2016.11.007
Maffei, P., Wiramus, S., Bensoussan, L., Bienvenu, L., Haddad, E., Morange, S., Fathallah, M., Hardwigsen, J., Viton, J.
M., Le Treut, Y. P., Albanese, J., & Gregoire, E. (2017). Intensive Early Rehabilitation in the Intensive Care Unit
for Liver Transplant Recipients: A Randomized Controlled Trial. Archives of Physical Medicine and
Rehabilitation, 98(8), 1518–1525. https://doi.org/10.1016/j.apmr.2017.01.028
Morris, P. E., Berry, M. J., Files, D. C., Thompson, J. C., Hauser, J., Flores, L., Dhar, S., Chmelo, E., Lovato, J., Case, L.
D., Bakhru, R. N., Sarwal, A., Parry, S. M., Campbell, P., Mote, A., Winkelman, C., Hit, R. D., Nicklas, B.,
Chatterjee, A., & Young, M. P. (2016). Standardized rehabilitation and hospital length of stay among patients with
acute respiratory failure a randomized clinical trial. JAMA - Journal of the American Medical Association, 315(24),
2694–2702. https://doi.org/10.1001/jama.2016.7201
Pinheiro, T. T., de Freitas, F. G. R., Coimbra, K. T. F., Mendez, V. M. F., Rossetti, H. B., Talma, P. V., Bafi, A. T., &
Machado, F. R. (2017). Short-term effects of passive mobilization on the sublingual microcirculation and on the
systemic circulation in patients with septic shock. Annals of Intensive Care, 7(1). https://doi.org/10.1186/s13613-
017-0318-x
Purwanto, D. S., & Astrawinata, D. A. W. (2018). Mekanisme kompleks sepsis dan syok septik. Jurnal Biomedik (Jbm),
10(3), 143. https://doi.org/10.35790/jbm.10.3.2018.21979
Rahmanti, A. (2021). Manajemen keselamatan pasien kritis (D. Winarni (ed.)). Eureka Media Aksara.
Schaller, S. J., Anstey, M., Blobner, M., Edrich, T., Grabitz, S. D., Gradwohl-Matis, I., Heim, M., Houle, T., Kurth, T.,
Latronico, N., Lee, J., Meyer, M. J., Peponis, T., Talmor, D., Velmahos, G. C., Waak, K., Walz, J. M., Zafonte, R.,
& Eikermann, M. (2016). Early, goal-directed mobilisation in the surgical intensive care unit: a randomised
controlled trial. The Lancet, 388(10052), 1377–1388. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)31637-3
Schujmann, D. S., Teixeira Gomes, T., Lunardi, A. C., Zoccoler Lamano, M., Fragoso, A., Pimentel, M., Peso, C. N.,
Araujo, P., & Fu, C. (2020). Impact of a Progressive Mobility Program on the Functional Status, Respiratory, and
Muscular Systems of ICU Patients: A Randomized and Controlled Trial. Critical Care Medicine, 48(4), 491–497.
https://doi.org/10.1097/CCM.0000000000004181
Wright, S. E., Thomas, K., Watson, G., Baker, C., Bryant, A., Chadwick, T. J., Shen, J., Wood, R., Wilkinson, J.,
Mansfield, L., Stafford, V., Wade, C., Furneval, J., Henderson, A., Hugill, K., Howard, P., Roy, A., Bonner, S., &
Baudouin, S. (2018). Intensive versus standard physical rehabilitation therapy in the critically ill (EPICC): A
multicentre, parallel-group, randomised controlled trial. Thorax, 73(3), 213–221. https://doi.org/10.1136/thoraxjnl-
2016-209858

Anda mungkin juga menyukai