Anda di halaman 1dari 10

72

BAB VIII
KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG EKONOMI,
BIAYA PRODUKSI, PENERIMAAN DAN LABA
KOMPETENSI INDIKATOR
2. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang Mendeskripsikan ekonomi mikro dan ekonomi
ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB), Produk makro atau masalah yang dihadapi pemerintah di
Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan bidang ekonomi
Nasional (PN), inflasi konsumsi dan investasi, uang Biaya produksi, penerimaan dan laba
dan Perbankan.

A. PERBEDAAN ANTARA EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO


No. Keterangan Ekonomi Mikro Ekonomi Makro
1. Pengertian Ilmu yang mempelajari aktivitas-aktivitas Ilmu Ekonomi yang mempelajari
perekonomian yang bersifat bagian kecil, mekanisme bekerjanya perekonomian
sehingga memusatkan perhatiannya pada secara keseluruhan. Dengan demikian
masalah bagaimana konsumen akan hubungan kausal yang dipelajari dalam
mengalokasikan pendapatannya yang ekonomi makro, pada intinya adalah
terbatas terhadap berbagai macam barang hubungan antar variabel-variabel ekonomi
dan jasa yang dibutuhkan, yang akhirnya agregatif (secara keseluruhan).
memperoleh kepuasan maksimum.
2. Ruang lingkup yang a. Permintaan,
a. penawaran dan Penghitungan pen
dipelajari keseimbangan pasar b. Keseimbangan pe
b. Elastisitas
dalampermintaan
perekonomian
dan dua
elastisitas
sektor
penawaran c. Keseimbangan pe
c. Teoridalam
perilaku
perekonomian
konsumen tiga sektor
d. Teori
d. produksi, biaya produksi, Kebijakan fiskal da
penerimaan produsen dan laba e. Uang, Bank dan P
e. Pasar
f. persaingan sempurna Kebijakan monete
f. Pasarberedar
Monopoli
g. Pasar
g. oligopoli Pasar uang dan Pa
h. Pasar
h. Persaingan monopolistik Teori inflasi
i. Permitaan
i. akan input Perdagangan luar
j. Mekanisme
dan neraca
harga
pembayaran
(harga maksimum dan
harga minimum) j. Perdagangan luar
kesimbangan pendapatan nasional
k. Pertumbuhan dan
ekonomi

B. MASALAH YANG DIHADAPI PEMERINTAH DALAM BIDANG EKONOMI


a. Masalah Pertumbuhan ekonomi
b. Masalah Ketidakstabilan kegiatan ekonomi
c. Masalah Pengangguran dan Inflasi
d. Masalah Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
e. Masalah Kemiskinan
f. Masalah Pemerataan pendapatan

C. TUJUAN DAN KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO


1. Tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro
Kebanyakan pemerintah dan masyarakat suatu negara menginginkan suatu keadaan perekonomian
yang ideal, sehingga tujuan dari kebijakan ekonomi makro antara lain :
a. Tingkat kesempatan kerja (tingkat Employment) yang tinggi
b. Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi
c. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi
d. Keadaan perekonomian yang stabil
e. Neraca pembayaran luar negeri yang seimbang
f. Distribusi pendapatan yang lebih merata
g. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
h. Tingkat inflasi yang rendah

2. Bentuk bentuk kebijakan ekonomi makro


73
Bentuk kebijakan ekonomi makro secara umum dibedakan sebagai berikut :
Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal
1. Kebijakan yang berhubungan dengan 1. Kebijakan yang berhubungan dengan dan
keuangan dan perbankan. ditempuh melalui APBN.
2. Pada umumnya melalui pengendalian 2. Pada umumnya melalui instrumen
jumlah uang yang beredar dan tingkat perpajakan dan subsidi, serta anggaran.
suku bunga.
3. Dirumuskan oleh Bank Sentral (di 3. Dirumuskan oleh Pemerintah bersama
Indonesia: Bank Indonesia). Kementrian Keuangan.
4. Untuk Mencegah terjadinya inflasi 4. untuk mempengaruhi (merangsang, atau
(kenaikan harga barang secara umum) mengendalikan) Permintaan Agregat dan
menstabilkan perekonomian.

D. KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL


1. Pengertian Kebijakan moneter
Kebijakan moneter atau politik moneter adalah kebijakan yang meliputi langkah-langkah pemerintah
yang dilaksanakan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi (merubah) penawaran
uang (jumlah uang yang beredar) dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga, dengan maksud
untuk mempengaruhi pengeluaran agregat.
Kebijakan moneter dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Kebijakan Moneter Ekspansif (Easy Money Policy / politik uang longgar) adalah kebijakan
untuk meningkatkan permintaan agregat sehingga dapat menaikkan pendapatan nasional atau
produksi nasional dan berakibat terjadi kenaikan harga-harga (inflasi). Permintaan Agregat
(Aggregate Demand : AD) adalah permintaan keseluruhan atau jumlah barang dan jasa yang akan
dibeli oleh konsumen, perusahaan, dan pemerintah dalam perekonomian pada berbagai tingkat
harga, jumlah pendapatan tertentu dan variable-variabel tertentu lainnya.
Permintaan agregat (AD) terdiri dari :
a. Cosumption (C) atau Konsumsi : pengeluaran konsumsi sektor rumah tangga (permintaan
masyarakat akan barang dan jasa)
b. Investment (I) atau Investasi : pengeluaran investasi sektor bisnis (permintaan perusahaan
akan barang dan jasa)
c. Government (G) atau Belanja Pemerintah : pengeluaran konsumsi pemerintah (permintaan
pemerintah akan barang dan jasa)
d. Export (X) atau Ekspor : nilai ekspor sebuah negara (permintaan oleh negara-negara lain (sisa
dunia) akan barang dan jasa dari negeri kita)
e. Import (M) atau Impor : nilai impor sebuah negara (permintaan oleh negeri kita akan barang
dan jasa dari negara-negara lain (sisa dunia)
b. Kebijakan Moneter Kontraktif (Tight Money Policy / Politik uang ketat) adalah kebijakan
untuk meningkatkan penawaran agregat sehingga dapat menambah produksi barang/jasa nasional
dan berakibat terjadi penurunan harga-harga (deflasi). Penawaran Agregat (Aggregate Supply :
AS) adalah pendapatan nasional riil (nilai barang dan jasa atau output) yang akan
diproduksikan/diciptakan/dijual oleh perusahaan pada berbagai tingkat harga, pada kapasitas
produksi tertentu dan dengan biaya-biaya tertentu. Penawaran agregat merupakan Pendapatan
Nasional (Y)
Hubungan antara harga dan pendapatan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi
penggunaan kapasitas produksi suatu perusahaan. Kenaikan produksi akan menaikkan biaya
produksi dan akan menyebabkan kenaikan tingkat harga
b. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan
menurunkan pengangguran dan pada akhirnya pengangguran semakin menurun dan tenaga kerja
semakin sulit didapat sehingga menaikkan upah dan akan menaikkan biaya produksi, yang akan
menyebabkan kenaikan tingkat harga
c. Apabila kegiatan ekonomi semakin mendekati tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh (full employment), maka akan mudah untuk melakukan penjualan
barang dan jasa, sehingga harga-harga akan meningkat.
Apabila perekonomian dalam keadaan seimbang (equilibrium) maka nilai Penawaran Agregat (AS)
sama dengan nilai Permintaan Agregat (AD), sehingga :
AS = AD Y=C+I+G+X–M
Atau
74
2. Tujuan dan peran kebijakan moneter
Tujuan pemerintah melakukan kebijakan moneter antara lain :
a. Menyelenggarakan dan mengatur peredaran uang.
b. Menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang rupiah, baik untuk dalam negeri maupun untuk lalu
lintas pembayaran luar negeri
c. Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu lintas pembayaran uang giral
d. Mencegah terjadinya inflasi (kenaikan harga barang secara umum)
Sedangkan peran kebijakan moneter diantaranya
a. Menjaga Stabilitas Ekonomi
b. Menjaga Kestabilan Harga
c. Meningkatkan Kesempatan Kerja
d. Memperbaiki Nereca Perdagangan dan Neraca Pembayaran

3. Jenis-jenis / Bentuk-bentuk kebijakan moneter


a. Kebijakan Moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter dalam rangka untuk mempengaruhi JUB yang bersifat kuantitatif antara lain:
a. Discount Policy (Politik diskonto) artinya kebijakan untuk menaikkan atau menuruntak suku
bunga bank dalam rangka untuk memperlancar likuiditas sehari-hari.
b. Open Market Policy (Politik pasar terbuka atau operasi pasar terbuka) artinya Kebijakan untuk
memperjualbelikan surat-surat berharga oleh Bank Indonesia di pasar uang.
c. Cash Receive Ratio (Politik Cadangan Kas atau Giro wajib minimum) artinya kebijakan untuk
menaikan atau menurunkan cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum.
Jumlah uang yang beredar dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah uang yang beredar =

Contoh :
Jika bank Indonesia menetapkan cadangan wajib minimum yang harus ditaati oleh bank umum
sebesar 12,5%, dan bank umum memiliki alat likuid sebesar Rp 400 milyar, maka Jumlah uang yang
beredar adalah :
Jumlah uang yang beredar = = Rp 3.200.000.000.000,00
b. Kebijakan Moneter Kualitatif
1) Plafon Credit Policy (Politik Pagu kredit) artinya kebijakan untuk mmperketat atau
mempermudah dalam pembelian pinjaman kepada masyarakat.
2) Moral Suation Policy (Politik Pembujukan Moral) artinya Bank Indonesia menghimbau kepada
bank-bank umum untuk mempertimbangkan kondisi ekonomi secara makro agar arus uang
dapat berjalanlancar.

4. Pengertian kebijakan fiskal


Kebijakan Fiskal atau Kebijakan Anggaran adalah kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
pendapatan dan pengeluaran Negara atau APBN, agar sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan dan pada gilirannya akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Kebijakan Fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu :
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah pengeluaran negara
sehingga meningkatkan investasi dan menciptakan suatu kegiatan ekonomi dengan penggunaan
tenaga kerja yang tinggi/penuh tanpa inflasi dan selalu mengalami pertumbuhan yang memuaskan.
Kebijakan fiskal ekspansif bertujuan untuk meningkatkan permintaan agregat (Aggregate Demand
= AD) dan ntuk menggairahkan investasi dan produksi, sehingga perekonomian terhindar dari
ancaman resesi.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk menambah penerimaan negara
dengan peningkatan pajak / mengefektifkan pajak atau mengurangi pengeluaran negara sehingga
inflasi dapat teratasi. Kebijakan kontraktif bertujuan untuk mengendalikan permintaan agregat
(Aggregate Demand = AD) dan untuk mengendalikan kenaikan harga-harga, agar perekonomian
terhindar dari bahaya over-heating (kepanasan)

5. Tujuan dan peran kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal bukan semata‐mata kebijakan dibidang perpajakan, akan tetapi menyangkut
bagaimana mengelola pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian.
Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah disebabkan :
75
a. Semakin diperlukannya peran pemerintah dalam perekonomian
b. Kegagalan kebijakan Moneter menangani ketidakstabilan ekonomi
terutama yang berhubungan dengan ketenagakerjaan (pengangguran terbuka semakin meningkat)
c. Pembagian dan distribusi pendapatan sebagian besar terkonsentrasi
pada kelompok tertentu tertentu yang mendominasi perekonomian
Sedangkan Tujuan kebijakan Fiskal
– Mencegah pengangguran atau meningkatkan kesempatan kerja
– Stabilitas harga atau menanggulangi inflasi
– Untuk mendorong investasi sosial secara optimal
– Meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional
– Untuk meningkatkan dan meredistribusikan Pendapatan Nasional
6. Instrumen kebijakan fiskal
Instrumen Kebijakan fiskal, diantaranya :
a. Pembiayaan Fungsional
b. Pengelolaan anggaran
c. Stabilisasi anggaran otomatis
d. Anggaran belanja seimbang (kebijakan
anggaran belanja defisit untuk mengatasi depresi dan pengangguran. Bila terjadi inflasi maka
kebijakan anggaran surplus dilakukan)
7. Pengaruh kebijakan fiscal terhadap pendapatan disposable dan pendapatan Nasional
Pengaruh kebijakan fiscal (Kebijakan di sector riil dan kebijakan di pasar barang) dapat diuraikan
sebagai berikut:
Pendapatan Permintaan Pendapatan
No. Kebijakan fiskal Konsumsi
Disposable Agregat Nasional
1. Kenaikan pajak (Tx) Berkurang Menurun Menurun Menurun
2. Penurunan Pajak (Tx) Bertambah Meningkat Meningkat Meningkat
3. Kenaikan Subsidi (Tp) Bertambah Meningkat Meningkat Meningkat
4. Penurunan Subsidi (Tp) Berkurang Menurun Menurun Menurun
Kenaikan belanja
5. - - Meningkat Meningkat
pemerintah (G)
Penurunan belanja
6. - - Menurun Menurun
pemerintah (G)

8. Macam kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:
a. Kebijakan Fiskal Defisit adalah kebijakan fiskal dimana pengeluaran pemerintah melebihi
penerimaannya. Mengapa terjadi deficit anggaran? Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi
2) Rendahnya daya beli masyarakat
3) Pemerataan pendapatan masyarakat
4) Melemahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap valas
5) Pengeluaran akibat krisis ekonomi
6) Realisasi penerimaan yang menyimpang dari rencana
7) Pengeluaran karena inflasi

Cara mengatasi deficit anggaran diantaranya :


1) Sisi pembiayaan
a) Meminjam dari perbankan Dalam Negeri
b) Meminjam dari non-perbankan Dalam Negeri atau masyarakat dengan menerbitkan obligasi
c) Meminjam dari lembaga Luar Negeri
d) Meningkatkan pendapatan pajak
e) Mencetak uang
f) Privatisasi BUMN
2) Sisi penerimaan/pengeluaran
a) Mengurangi subsidi.
b) Melakukan penghematan pada pos pengeluran rutin pembangunan.
c) Menunda sebagian proyek-proyek pemerintah yang menyerap biaya besar namun
penyelesaiannya memakan waktu lama.
d) Mengurangi proyek-proyek yang tidak efektif dan efisien.
76
Sedangkan Perhitungan Utang Negara dalam Kebijakan fiskal dirumuskan sebagai berikut :

Utang Negara = x (Defisit Nominal – Defisit


Riil)
Contoh :
Jika diketahui defisit riil senilai Rp. 100 Milyar dengan tingkat inflasi sebesar 7.5% dan defisit
nominal senilai Rp. 400 Milyar, maka total hutang Negara dapat dihitung :
Utang Negara = x (Defisit Nominal – Defisit Riil)

Utang Negara = x (400 miliar – 100 miliar)


Utang negara = Rp 4 triliun

b. Kebijakan fiskal surplus adalah kebijakan fiskal dimana pengeluaran pemerintah lebih kecil dari
penerimaannya.
c. Kebijakan fiskal berimbang adalah kebijakan fiskal dimana pengeluaran pemerintah
sama dengan penerimaannya.

E. BIAYA PRODUKSI, PENERIMAAN PRODUSEN DAN LABA


1. BIAYA PRODUKSI (COST)
Biaya produksi adalah jumlah Kesekuruhan biaya yang dikeluarkan produsen untuk menghasilkan sejumlah
output atau barang yang diproduksi. Untuk memperoleh keuntungan maksimum, setiap produsen harus
berusaha menekan biaya produksi serendah mungkin.
Pada dasarnya biaya produksi ada dua macam, yaitu :
a. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost = TFC) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada unit yang
diproduksi, berapapun unit yang diproduksi, besarnya biaya tetap yang dikeluarkan sama. Contoh :
Biaya sewa, Biaya asuransi, Biaya penyusutan aktiva tetap,dan sebagainya.
b. Biaya variabel Total (Total Variable Cost = TVC) adalah biaya yang tergantung pada unit yang
diproduksi, semkin banyak jumlah yang diproduksi, semakin besar biaya variabel yang dikeluarkan.
Contoh : Biaya gaji, Biaya Tenaga Kerja, Biaya listrik dan air, Biaya bahan baku, Biaya bahan penolong,
Biaya bahan pembantu, dan sebagainya.
Dalam jangka panjang semua biaya yang dikeluarkan oleh produsen merupakan biaya variabel (tidak ada
biaya tetap), sebab biaya produksi akan selalu mengalami perubahan.

Secara matematis Konsep biaya produksi (fungsi biaya produksi ) adalah :


1. Biaya Total (Total Cost = TC) artinya keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk produksi

TC = TFC + TVC Atau TC = FC + VC Atau TC = a + bQ

2. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Coast = AFC) artinya biaya tetap yang dibebankan pada setiap unit
produksi

AFC = Q = Unit produksi

3. Biaya Variabel Rata-rata (Average Variabel Cost = AVC) artinya biaya variabel yang dibebankan pada
setiap unit produksi

AVC =

4. Biaya Rata-rata (Average Cost = AC) atau Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost = ATC) artinya biaya
total yang dibebankan pada setiap unit produksi atau setiap output. Pada saat kurva AC menurun
berarti terjadi Economisc of Scale (efisiensi biaya produksi), yakni situasi dimana biaya produksi rata-
rata (AC) menurun dengan bertambahnya produksi dan pada saat kurva AC menaik berarti terjadi
Diseconomics of Scale.

AC = AFC + AVC atau AC = Dan TC = AC x Q

5. Biaya Marjinal (Marginal Cost = MC) artinya tambahan biaya karena adanya tambahan satu unit
77
produksi

MC = atau MC = TC1

6. Tingkat output pada biaya total minimum, artinya besarnya biaya total pada unit yang minimum
TC1 = 0 atau MC = 0

7. Tingkat output pada biaya rata-rata minimum artinya besarnya biaya rata-rata pada unit yang
minimum
MC = AC

Contoh soal :
Untuk memperoduksi 250 unit barang dikeluarkan biaya tetap Rp. 30.000,00 dan biaya variabel Rp. 200,00
per-unit. Tentukan fungsi TC, besarnya TC, AC, AFC, AVC dan MC, jika produksi dinaikkan menajdi 300 unit,
serta grafiknya!

Jawab :
- Fungsi biaya total
AFC = = 120
TC = 30.000 + 200Q
- Besarnya biaya total - Besarnya AVC
TC = 30.000 + 200 (250) = 80.000
- Besarnya AC AVC = = 200

AC = = 320 - Besarnya MC

- Besarnya AFC MC = =200

- Grafiknya TC

80.000
70.000 TVC
60.000
50.000
40.000
30.000 TFC
20.000
10.000
Q
0 100 200 300
Grafik-grafik yang berkaitan dengan biaya produksi
Biaya MC
Keterangan :
1. Kurva TFC atau FC berbentuk garis lurus
horisontal
AC
2. Kurva AVC, AC dan MC berbentuk huruf U
AVC 3. Kurva AFM melereng dari kiri atas ke kanan
bawah
4. Kurva MC selalu memotong kurva AVC dan
AC pada titik minimum
TFC 5. Kurva AC pada titik minimum menunjukkan
biaya produksi terendah (efisiensi biaya
AFC produksi atau economics of scale)

0 Jumlah produksi Q
2. PENERIMAAN (REVENUE) PRODUSEN
Penerimaan (revenue) adalah penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan outputnya.
Secara matematis konsep revenue (Fungsi penerimaan) antara lain :
1. Total Revenue (Penerimaan Total = TR) yaitu penerimaan produsen sebagai hasil penjualan seluruh
outputnya. Total Revenue adalah jumlah output (Quantity) kali harga jual (Price)
Dan
TR = P x Q TR = f (Q)
78

2. Average Revenue (Penerimaan rata-rata = AR) yaitu penerimaan produsen per unit output. Jadi AR
adalah harga jual per unit output

AR = atau AR = P

3. Marginal Revenue (Penerimaan Marjinal = MR) yaitu kenaikan penerimaan total (TR) sebagai akibat
bertambahnya satu unit output

MR = atau MR = TR1

4. Penerimaan Total Maksimum (TR Maksimum) yaitu besarnya penerimaan total pada unit yang
maksimum
MR = 0 atau TR1 = 0

Contoh :
Diketahui fungsi permintaan P = 100 – 2Q. Tentukan fungsi permintaan total , besarnya penerimaan total,
penerimaan rata-rata, dan penerimaan marjinal jika terjual 10 unit!
Jawab :
- Fungsi penerimaan total
AR =  AR = =80
TR = P x Q  TR = (100 – 2Q) Q
 TR = 100Q – 2Q2 - Besarnya penerimaan marjinal
- Besarnya penerimaan total MR = TR’  MR = 100 – 4Q
Jika Q = 10  TR = 100 (10) – 2 (102) = 800 Jika Q = 10  MR = 100 – 4 (10) = 60
- Besarnya penerimaan rata-rata
3. KEUNTUNGAN MAKSIMAL (PROFIT)
1. Keuntungan / kerugian ()

 = TR - TC

2. Titik impas / titik pulang pokok / tidak laba dan tidak rugi (Break Even Point = BEP)
TR = TC

3. Keuntungan maksimum atau laba maksimum dan Kerugian minimum


MR = MC atau TR1 = TC1

Jadi keuntungan maksimum atau laba maksimum yang diperoleh suatu perusahaan dalam berbagai
bentuk pasar, terjadi saat kurva MC memotong kurva MR atau MC = MR, dan jika MC > MR maka
untuk mencapai laba maksimum produsen harus mengurangi jumlah produksinya.
Untuk pasar kompetitif atau pasar persaingan sempurna, harga pada keuntungan maksimum sama
dengan MR dan MC (P = MR = MC), sedangkan pada pasar monopoli, harga pada keuntungan
maksimum lebih besar dari MR dan MC (P > MR = MC)

4. Kebijakan pengaturan harga oleh pemerintah (Penetapan harga maksimum = Ceiling price).
P = MC atau P = TC1 MC = Ps Keterangan :
Dan P = Harga jual produk atau harga
permintaan (fungsi permintaan)
5. Kondisi perusahaan pada saat Laba Normal (Normal Profit)
Ps = Harga penawaran (Fungsi
P = AC penawaran)
MC = Biaya Marjinal
AC atau ATC = Biaya rata-rata / biaya
6. Kondisi perusahaan pada saat Laba super normal (Super Normal
total rata-rata
Profit) AVC = Biaya variabel rata-rata
P > AC
7. Kondisi perusahaan sangat rugi (tutup sementara = Shut down)
P = AVC atau P < AVC atau MC = AVC

8. Kondisi perusahaan rugi tetapi masih tetap berproduksi


P > AVC atau MC > AVC

Contoh :
Diketahui fungsi permintaan P = 250 – Q dan fungsi biaya produksi TC = Q2 + 50Q + 400.
Tentukan besarnya unit yang menghasilkan laba maksimum dan besarnya laba maksimum !
Jawab :
- Unit yang mengahsilkan laba maksimum
Jika P = 250 – Q, maka
TR = 250 Q – Q2
MR = TR’ = 250 – 2Q
Jika TC = Q2 + 50Q + 400, maka
MC = TC’ = 2Q + 50
Jadi unit pada laba maksimum :
MR = MC
250 – 2Q = 2Q + 50
- 4Q = -200
Q = 50 unit
- Besarnya laba maksimum
Jika Q = 50 unit maka
TR = 250 (50) - 502 = 10.000
2
TC = 50 + 50 . 50 + 400 = 5.400
Laba maksimum = 4.600
======
Kurva Penerimaan dan laba/Rugi
TR
TC
Laba

BEP TVC
Rugi
TFC

0 Q

Anda mungkin juga menyukai