Oleh :
Kelompok 5
Nama Anggota :
1. Desak Made Dian Lestari (1907531021/Absen 10)
2. Ni Kadek Meilani (1907531027/Absen 14)
3. Ni Wayan Sutiani (1907531029/Absen 15)
4. Salsabilla Amalia Prapta Deadewi (1907531037/Absen 16)
5. Adelayde Ronauli Simangunsong (1907531129/Absen 21)
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
PETA KONSEP ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II ISI ......................................................................................................................... 3
2.1 Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi ....................................................................... 3
2.1.1 Pasar, Permintaan dan Penawaran.................................................................... 3
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Barang yang Diminta dan
Ditawarkan ..................................................................................................... 5
2.1.3 Keseimbangan Pasar dan Harga....................................................................... 6
2.1.4 Elastisitas ....................................................................................................... 8
2.1.5 Inflasi ............................................................................................................11
2.1.6 Produk Domestik Bruto (PDB) .......................................................................16
2.2 Peranan Negara Dalam Ekonomi ............................................................................19
2.3 Siklus Bisnis ..........................................................................................................22
2.4 Analisa Ekonomi Terhadap Kegiatan Usaha Perusahaan ..........................................24
2.4.1 Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)................................................24
2.4.2 Analisis Teknikal (Technical Analysis) ...........................................................25
2.5 Permintaan dan Penawaran: Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Investasi Di Pasar
Modal ....................................................................................................................26
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Investasi (Dalam Hal
ini Saham) Di Pasar Modal .....................................................................................27
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................29
3.1 Simpulan ...............................................................................................................29
3.2 Saran .....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................31
ii
PETA KONSEP
Mikro Ekonomi
Hubungan Inflasi dan PDB
Ilmu yang mempelajari rumah
Kebijakan Moneter
tangga dan perusahaan
berinteraksi satu sama lain dan a. Instrumen Kebijakan
membuat keputusan dalam Moneter, yaitu:
sebuah pasar Suku Bunga
Makro Ekonomi Giro Wajib Minimum
Operasi Pasar Terbuka
Ilmu yang mempelajari Pengendalian Kredit
fenomena ekonomi secara Selektif
agregat atau keseluruhan Mikro Himbauan Moral
Ekonomi b. Sifat Kebijakan Moneter
Pasar Kontraktif
Dan Ekspansif
1. Pasar Persaingan Sempurna Makro c. Tujuan
2. Pasar persaingan tidak
Ekonomi Mengendalikan jumlah
sempurna: uang yang beredar
a. Pasar Monopoli d. Pengaruh Kebijakan
b. Pasar Oligopoli
Moneter Terhadap Kinerja
c. Pasar Monopsoni
d. Pasar Oligopsoni Efek
a. Instrumen Kebijakan
1. Permintaan adalah jumlah
Fiskal, yaitu:
barang yang rela dan dapat
Pajak
dibeli oleh konsumen.
Subsidi
Jumlah barang yang
diminta akan berbanding Anggaran
Peranan b. Sifat Kebijakan Fiskal
terbalik dengan tingkat
harga barang. Kontraktif
Negara Ekspansif
2. Penawaran adalah jumlah
barang dan jasa yang rela Dalam c. Tujuan
dan dapat dijual oleh Mempengaruhi Harga
Ekonomi
produsen. barang dan jasa
Jumlah barang yang
Kesempatan kerja
ditawarkan akan
berbanding lurus dengan Pertumbuhan ekonomi
tingkat harga d. Pengaruh Kebijakan Fiskal
Siklus Bisnis
a. Pola Siklus Bisnis
Faktor-faktor yang b. Siklus Bisnis dan
Mempengaruhi Jumlah
Barang yang Diminta Pengeluaran Investasi
serta Tingkat
1. Selera Pengangguran
2. Jumlah pembeli
3. Pendapatan konsumen c. indikator dalam
4. Harga barang/jasa pengganti memprediksi siklus bisnis
5. Harga barang/jasa
Leading Indicators
pelengkap
6. Perkiraan harga di masa Coincident Indicators
depan
Lagging Indicators
7. Intensitas kebutuhan
konsumen
Analisis Fundamental
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Jumlah Top-Down Approach
Barang yang Ditawarkan
a. Kerangka Kerja Analisis
1
6. Apakah yang dimaksud dengan produk domestik bruto (PDB)?
7. Bagaimanakah peranan negara dalam ekonomi?
8. Bagaimanakah siklus bisnis serta hubungannya dengan variabel makro ekonomi?
9. Bagaimanakah analisis fundamental tersebut dalam menganalisa kegiatan
perusahaan?
10. Bagaimanakah analisis teknikal tersebut dalam menganalisa kegiatan perusahaan?
11. Bagaimanakah pengaruh permintaan dan penawaran terhadap kegiatan investasi di
pasar modal?
12. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan investasi
saham di pasar modal?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pasar, permintaan, dan penawaran dalam mikro dan makro
ekonomi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta dan
ditawarkan
3. Untuk mengetahui tentang keseimbangan pasar dan harga dalam ekonomi
4. Untuk mengetahui tentang elastisitas dalam ekonomi
5. Untuk mengetahui tentang inflasi dalam ekonomi
6. Untuk mengetahui tentang produk domestik bruto (PDB)
7. Untuk mengetahui peranan negara dalam ekonomi
8. Untuk mengetahui siklus bisnis serta hubungannya dengan variabel makro ekonomi
9. Untuk mengetahui analisis fundamental dalam menganalisa kegiatan perusahaan
10. Untuk mengetahui analisis teknikal dalam menganalisa kegiatan perusahaan
11. Untuk mengetahui pengaruh permintaan dan penawaran terhadap kegiatan investasi di
pasar modal
12. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan
investasi saham di pasar modal
2
BAB II
ISI
3
Pada pasar Monopsoni dan Oligopsoni, hambatan untuk masuk bagi penjual
baru cukup kecil, sedangkan hambatan untuk masuk bagi pembeli baru cukup
besar.
b. Permintaan (Demand)
Jumlah barang yang diminta (the quantity demanded) adalah jumlah
barang yang rela dan dapat dibeli oleh konsumen. Hukum Permintaan (Law of
demand) menyatakan: Apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta
akan mengalami kenaikan, dan apabila harga naik maka jumlah barang yang
diminta akan mengalami penurunan, ceteris paribus. Asumsi ceteris paribus
artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain
harga tidak berubah (dianggap tetap). Dalam hukum permintaan jumlah barang
yang diminta akan berbanding terbalik dengan tingkat harga barang.
Jenis permintaan menurut subjeknya terdiri atas permintaan individu dan
permintaan kolektif/pasar. Permintaan individu adalah permintaan yang
dilakukan oleh individu untuk memenuhi kebutuhannya. Permintaan
kolektif/pasar adalah permintaan dari seluruh individu dan seluruh permintaan
konsumen yang terjadi di pasar. Sedangkan menurut daya beli, permintaan
terdiri dari permintaan efektif, absolut, dan potensial.permintaan efektif adalah
permintaan terhadap suatu barang/jasa yang disertai daya beli. Permintaan
absolut adalah permintaan terhadap suatu barang/jasa yang tidak diikuti daya
beli. Permintaan potensial adalah permintaan seseorang yang memiliki daya
beli, tetapi belum memiliki keinginan untuk membeli.
c. Penawaran (Supply)
Jumlah barang yang ditawarkan (the quantity supplied) adalah jumlah
barang dan jasa yang rela dan dapat dijual oleh produsen. Hukum Penawaran
(Law of Supply) menyatakan: Apabila tingkat harga mengalami kenaikan maka
jumlah barang yang ditawarkan akan naik, dan apabila tingkat harga turun maka
jumlah barang yang ditawarkan akan turun, ceteris paribus. Dalam hukum
penawaran jumlah barang yang ditawarkan akan berbanding lurus dengan
tingkat harga. Menurut subjeknya, penawaran dibedakan menjadi penawaran
individual dan penawaran kolektif. Penawaran individual adalah penawaran
yang dilakukan seorang penjual/produsen. Penawaran kolektif adalah penawaran
dari beberapa penjual/produsen di pasar.
4
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Barang yang Diminta dan
Ditawarkan
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Barang dan Jasa yang Diminta
Selain Harga Barang Itu Sendiri
Selera (taste). Apabila selera konsumen terhadap suatu barang dan jasa
berubah menjadi lebih tertarik, maka akan diikuti dengan peningkatan
jumlah barang dan jasa yang diminta, demikian sebaliknya.
Jumlah pembeli (number of buyers). Jumlah pembeli mempengaruhi
permintaan dari suatu barang. Ketika makin banyak orang yang ingin
membeli suatu barang tertentu, maka jumlah barang dan jasa yang diminta
akan semakin meningkat.
Pendapatan konsumen. Apabila pendapatan konsumen semakin tinggi, maka
akan diikuti oleh peningkatan daya beli konsumen dan peningkatan
kemampuan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih besar,
demikian sebaliknya. Sehingga akibatnya akan terjadi peningkatan jumlah
barang dan jasa yang diminta.
Harga barang/jasa pengganti (substitutes). Suatu barang merupakan barang
substitusi bila salah satu barang harganya naik akan memicu kenaikan
jumlah permintaan barang lain. Konsumen akan cenderung mencari barang
atau jasa yang harganya relatif lebih murah untuk dijadikan alternatif
penggunaan.
Harga barang/jasa pelengkap (complements). Suatu barang merupakan
barang komplementer bila kenaikan harga salah satu barang memicu
penurunan jumlah permintaan barang lain. Keduanya merupakan kombinasi
barang yang sifatnya saling melengkapi, dan nilai guna suatu barang akan
menjadi memiliki kelebihan kalau disertai barang lainnya.
Perkiraan harga di masa datang. Apabila konsumen memperkirakan harga
barang akan terus mengalami kenaikan di masa datang, maka konsumen
cenderung untuk menambah jumlah barang yang dibelinya.
Intensitas kebutuhan konsumen. Bila suatu barang atau jasa sangat
dibutuhkan secara mendesak dan dirasakan pokok oleh konsumen, maka
jumlah barang dan asa yang diminta akan mengalami peningkatan.
5
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Barang dan Jasa yang
Ditawarkan Selain Harga Barang Itu Sendiri
Biaya produksi. Harga bahan baku yang mahal akan mengakibatkan
tingginya biaya produksi dan menyebabkan produsen menawarkan barang
dalam jumlah terbatas untuk menghindari kerugian karena takut tidak laku.
Teknologi. Adanya kemajuan teknologi akan menyebabkan pengurangan
terhadap biaya produksi dan produsen dapat menawarkan barang dalam
jumlah yang lebih besar lagi.
Harga barang pengganti (substitutes) dan pelengkap (complements):
Hubungan antara satu faktor produksi dengan faktor produksi lainnya dapat
digolongkan menjadi komplementer maupun substitusi. Jika hubungannya
substitusi, meningkatnya harga satu faktor produksi akan meningkatkan
penggunaan faktor produksi lainnya (atau sebaliknya). Namun jika
hubungannya komplementer, meningkatnya harga satu faktor produksi akan
menurunkan penggunaan faktor produksi lainnya (atau sebaliknya).
Pajak: Semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan akan berakibat naiknya
harga barang dan jasa yang akan membawa dampak pada rendahnya
permintaan konsumen dan berkurangnya jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan.
Perkiraan harga barang di masa datang: Apabila harga jual dimasa
mendatang diperkirakan akan naik, maka perusahaan akan mempersiapkan
diri dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa
menawarkan/menjual lebih banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.
Jumlah Penjual: Semakin banyak penjual, maka jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan akan semakin banyak. Akibat perubahan faktor-faktor tersebut
akan menggeser kurva penawaran.
2.1.3 Keseimbangan Pasar dan Harga
Keseimbangan pasar (market equilibrium) adalah suatu kondisi dimana
jumlah barang/jasa yang ditawarkan sama dengan jumlah barang/jasa yang diminta.
Pada saat itu akan terjadi transaksi antara penjual dan pembeli, karena telah terjadi
kesepakatan mengenai harga dan atau jumlah produk.
6
Pada gambar di atas, E merupakan titik equilibrium (equilibrium point), Q2
merupakan jumlah barang pada saat equilibrium dan P2 merupakan harga
keseimbangan (equilibrium price). Seperti yang telah dijelaskan di atas,
keseimbangan terjadi jika jumlah komoditi yang diminta dalam pasar per unit waktu
sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan selama periode yang sama. Secara
grafis, keseimbangan terjadi pada perpotongan antara kurva permintaan pasar dan
kurva penawaran pasar. Penawaran dan permintaan tidak selalu berada dalam
equilibrium dan beberapa pasar mungkin tidak akan mencapai equilibrium dengan
cepat apabila kondisi tiba-tiba berubah, namun pada kecenderungan tetap, pasar
biasanya mengarah ke keseimbangan.
7
Pe tercapai. Hal sebaliknya yaitu defisit (kekurangan) akan terjadi jika harga mula -
mula ada di bawah Pe. Defisit (kekurangan) adalah kondisi ketika pembeli meminta
lebih banyak daripada yang mampu ditawarkan oleh para penjual. Hal ini
mengakibatkan harga tertekan keatas karena konsumen akan bersaing satu sama lain
untuk mendapatkan penawaran yang ada dan produsen merespon dengan kena ikan
harga dan menambah output dan harga akhirnya akan mencapai Pe. Kondisi surplus
dan defisit menunjukkan kondisi dis-equilbrium pasar.
2.1.4 Elastisitas
Elastisitas (elasticity) adalah sebuah ukuran sensitivitas jumlah barang
yang diminta (Qd) maupun yang ditawarkan (Qs) terhadap faktor-faktor
penentunya.
a. Elastisitas dan Permintaan
Pengetahuan mengenai seberapa besar dampak perubahan harga
terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta sangatlah penting. Bagi
produsen, pengetahuan ini digunakan sebagai pedoman seberapa besar
produsen harus mengubah harga produknya. Hal ini sangat berkaitan dengan
seberapa besar penerimaan penjualan (total revenue) yang akan diperolehnya.
Sebagai contoh, misalkan biaya produksi sebuah barang meningkat
sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya. Menurut
hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan
permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan
harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendapatkan
keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata menurunkan
permintaan dalam jumlah besar, maka produsen tidak akan memperoleh
keuntungan. Hasil penjualannya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya
produksinya, sehingga produsen harus menderita kerugian. Oleh karena itu,
produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas barang produksinya
sebelum membuat suatu keputusan. Produsen harus memperkirakan seberapa
besar kepekaan konsumen atau seberapa besar konsumen akan bereaksi jika ia
mengubah harga sebesar 10%, 20%, dan seterusnya.
Elastisitas permintaan terdiri dari 3 jenis, yaitu elastisitas harga,
elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan.
8
1. Elastisitas Harga
9
2. Elastisitas Silang
Elastisitas silang mengukur seberapa besar sensitivitas perubahan
permintaan konsumen terhadap produk A akibat adanya perubahan harga
produk B. Jika elastisitasnya positif maka barang A dan B adalah substitus i
dan jika elastisitasnya negatif berarti barang A dan B adalah komplementer.
Contoh:
Komoditi Sebelum Sesudah
Harga Jumlah Harga Jumlah
Kopi (Y) 40 50 60 30
Teh (X) 20 40 20 50
Dari tabel di atas elastisitas silang dari permintaan antara teh (X) dan kopi
(Y) dan antara teh (X) dan lemon (Z) adalah:
10
b. Elastisitas dan Penawaran
Elastisitas penawaran didefinisikan sebagai derajat kepekaan jumlah
penawaran suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Beberapa jenis
elastisitas harga dalam elastisitas penawaran yaitu:
Koefisien Elastisitas Keterangan
=0 Inelastis Walaupun terjadi perubahan harga, perubahan barang
sempurna yang ditawar tetap sama (tidak berubah)
0<<1 Inelastis Penjual kurang peka terhadap perubahan harga
sebesar 1%, sehingga terjadi perubahan barang yang
ditawar sebesar <1%
=1 Elastis Setiap perubahan harga sebesar 1%, terjadi perubahan
uniter barang yang ditawar sebesar 1%
1<<∞ Elastis Penjual peka terhadap perubahan harga sebesar 1%,
sehingga terjadi perubahan barang yang ditawar
sebesar >1%
=∞ Elastis Walaupun tidak terjadi perubahan harga, perubahan
sempurna barang yang ditawar selalu berubah-ubah
2.1.5 Inflasi
Secara sederhana, inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan
harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang
sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK) atau CPI (Consumer Price Index). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsums i
masyarakat.
a. Indikator Inflasi Lainnya Berdasarkan International Best Practice
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari
suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang
besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah
besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran leve l
harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu
11
ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas
dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
b. Pengelompokan IHK
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of Individual
Consumption by Purpose-COICOP), yaitu:
Kelompok Bahan Makanan
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
Kelompok Perumahan
Kelompok Sandang
Kelompok Kesehatan
Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
Kelompok Transportasi dan Komunikasi
c. Pengelompokan Inflasi
BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan
yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut
dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih
menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Di Indonesia,
disagregasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten
(persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh
faktor fundamental, seperti:
Interaksi permintaan-penawaran
Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang
Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen
2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi
volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen
inflasi non inti terdiri dari:
Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas
12
pangan internasional.
Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices):
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan
harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif
angkutan, dll.
d. Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran/supply (cost
push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi
inflasi.
1. Cost Push Inflation: dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak
inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan
harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan
terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya
distribusi.
2. Demand Pull Inflation: adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif
terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini
digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau
permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian.
3. Faktor Ekspektasi Inflasi: dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan
pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam
keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih
cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari
perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama
pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun
baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan
barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan
permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan
meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian
halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga
barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam
mendorong peningkatan permintaan.
13
e. Jenis-jenis Inflasi Lainnya
1. Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Inflasi
Inflasi ringan (di bawah 10 persen per tahun). Inflasi ini tidak akan
memberi pengaruh yang besar terhadap keadaan ekonomi suatu negara,
selain itu inflasi ini juga dibutuhkan agar produsen memproduksi lebih
banyak barang.
Inflasi sedang (10%–30 %). Inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan
masyarakat namun belum terlalu membahayakan bagi negara. Kenaikan
harga pada inflasi sedang cenderung cepat.
Inflasi berat (30–100%). Inflasi berat akan membuat kondisi ekonomi di
suatu negara menjadi kacau.
Hyperinflasi atau inflasi sangat berat (di atas 100 %). Pada kondisi ini,
masyarakat tidak mau menyimpan uang karena nilainya menurun drastis
dengan sangat cepat, sehingga banyak yang membelanjakan uangnya.
2. Jenis Inflasi Berdasarkan Asal Inflasi
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi yang
berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri
itu sendiri seperti defisit keuangan negara yang dibiayai (ditutupi)
dengan pencetakan uang baru atau pengenaan pajak oleh pemerintah.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi yang
berasal dari luar adalah inflasi yang terjadi akibat pengaruh kenaikkan
harga barang-barang dari luar negeri atau adanya kebijakan tarif (bea)
impor barang.
3. Jenis Inflasi Berdasarkan Cakupan Pengaruh Kenaikan Harga
Inflasi tertutup (closed inflation), yaitu kenaikan harga secara umum
yang berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu secara
berkelanjutan.
Inflasi terbuka (open inflation), yaitu kenaikn harga barang yang terjadi
secara keseluruhan atau agregat.
Inflasi tidak terkendali (hyperinflation), yaitu inflasi yang tinggi
sehingga harga barang terus berubah dan naik. Keadaan ini
menyebabkan nilai uang terus merosot.
14
f. Pentingnya Kestabilan Inflasi
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada
pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak
negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
1. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus
turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya
menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi
pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris
menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan
masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada
akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
3. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflas i
di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak
kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.
g. Pengaruh Inflasi Terhadap Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter berkaitan dengan upaya pemerintah dalam
mengendalikan jumlah uang yang beredar. Dalam upaya mengendalikan laju
inflasi, kebijakan yang diberlakukan pemerintah sebagai berikut.
1. Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Kebijakan diskonto yaitu kebijakan menaikkan suku bunga bank agar
masyarakat menabung di bank. Semakin banyak uang yang ditabung di
bank, jumlah uang yang beredar dalam masyarakat akan semakin berkurang.
2. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Policy)
Kebijakan pasar terbuka yaitu kebijakan menjual surat berharga,
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) misalnya kepada masyarakat. Dengan
menjual SBI, bank sentral akan menerima uang dari masyarakat sehingga
jumlah uang yang beredar dapat berkurang.
3. Cadangan Kas Minimum (Requirement Cash Ratio)
Kebijakan cadangan kas minimum yaitu kebijakan untuk menaikkan
persentase cadangan kas minimum di bank umum. Kebijakan ini
15
mengharuskan bank umum menahan uang lebih banyak sehingga
mengurangi jumlah uang yang beredar.
4. Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif yaitu kebijakan memperketat persyaratan
kredit. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
di masyarakat.
Pada grafik di bawah ini juga dapat terlihat bahwa sebenarnya kebijakan
moneter berupa suku bunga acuan disusun dengan memperhatikan tingkat
pertumbuhan inflasi, baik yang aktual maupun ekspektasi.
16
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinc i
lagi menjadi sub-sub sektor
b. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT), atau Household Final
Consumption Expenditure: merupakan pengeluaran atas barang dan jasa
oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga
berfungsi sebagai pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang
dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Rumah tangga didefinisikan
sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu
bangunan tempat tinggal.
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, atau Government Final Consumption
Expenditure adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nila i
output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan
barang/jasa ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk
diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan
secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), atau Gross Fixed Capital
Formation yaitu pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap
dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang moda l
meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam
negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk
perbaikan besar, transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang
modal meliputi penjualan barang modal (termasuk barang modal yang
ditransfer atau barter kepada pihak lain) disebut sebagai pembentukan moda l
tetap bruto karena menggambarkan penambahan serta pengurangan barang
modal pada periode tertentu.
4. Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan
untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak
17
lain, atau digunakan dengan cara lain. Dapat digunakan sebagai input atau
dijual kembali tanpa mengalami proses lebih lanjut. Beberapa lembaga riset
memasukkan perhitungan Inventori ke dalam perhitungan PMTB.
5. Ekspor–Impor. Secara umum, konsep ekspor-impor luar negeri yang
digunakan dalam penyusunan PDB/PDRB. Penggunaan mengacu pada
System of National Accounts (SNA) 1993. Dalam SNA 1993, transaks i
ekspor-impor barang luar negeri dalam komponen PDRB penggunaan
provinsi merupakan salah satu bentuk transaksi internasional antara pelaku
ekonomi yang merupakan residen suatu wilayah provinsi terhadap pelaku
ekonomi luar negeri (non-resident). Transaksi ekspor barang didefinisikan
sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan,
barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah
Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Sebaliknya,
impor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan
ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang
dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu
wilayah provinsi.
c. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan dimana balas
jasa tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung
neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
d. Hubungan Antara Inflansi dan PDB
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Biasanya suatu negara menggunakan IHK untuk
mengukur tingkat inflasi yang terjadi, selain itu dapat menjadi pertimbangan
dalam menyesuaikan gaji, upah, dana pensiun, dan kontrak lainnya. Indeks
Harga Konsumen (IHK) adalah nomor indeks yang dapat menghitung harga
rata-rata barang dan jasa yang telah dikonsumsi oleh konsumen.
Dari grafik dibawah ini dapat terlihat bahwa ada hubungan korelasi yang
18
positif antara pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (IHK, inflasi) dan PDB.
19
simpanan pada bank umum. Kebijakan ini sering disebut Politik Diskonto
(Discount Policy).
Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement Ratio) adalah pengendalian
jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menentukan rasio
simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank umum dalam bentuk
saldo rekening giro.
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) adalah pengendalian jumlah
uang beredar oleh Bank Sentral dengan menjual atau membeli surat berharga
pemerintah (government securities) di pasar. Adapun penjualan surat berharga
dilakukan apabila terjadi kelebihan likuiditas, yang disebut dengan OPT
(Operasi Pasar Terbuka) Absorbsi, serta pembelian surat berharga dilakukan
apabila terjadi kekurangan likuiditas, yang disebut dengan OPT Injeksi.
Pengendalian Kredit Selektif (Selective Credit Control) adalah pengendalian
pertumbuhan kredit untuk sektor industri terntentu dengan menaikkan atau
menurunkan rasio uang muka terhadap jumlah pinjaman (Loan to Value).
Himbauan Moral (Moral Suasion) adalah himbaua n yang dikeluarkan dalam
bentuk lisan melalui pidato atau rilisan informasi lain dari bank sentral
terhadap bank umum atau pengusaha di sektor industri tertentu atau secara
keseluruhan untuk menaati suatu peraturan tertentu. Kebijakan ini bersifat
sementara sampai dengan terbitnya peraturan tertulis yang resmi, apabila
diperlukan.
2. Sifat Kebijakan Moneter
Kebijakan Ekonomi yang Kontraktif adalah apabila Bank Sentral melakukan
langkah-langkah pengetatan dengan cara menaikkan suku bunga acuan,
menaikkan Giro Wajib Minimum, dan menjual surat berharga (OPT
Absorbsi).
Kebijakan Ekonomi yang Ekspansif adalah apabila Bank Sentral melakukan
langkah-langkah pelonggaran dengan cara menurunkan suku bunga acuan,
menurunkan Giro Wajib Minimum, dan membeli surat berharga (OPT
Injeksi).
3. Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter utamanya bertujuan untuk mengendalikan jumlah uang
yang beredar sehingga dapat menjaga laju inflasi agar sejalan dengan laju
20
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Moneter juga bertujuan untuk menjaga
stabilitas nilai tukar mata uang, karena perubahan Kebijakan Moneter dapat
mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar uang dan pasar modal.
4. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kinerja Efek
Pada grafik di bawah ini dapat dilihat bahwa penurunan inflasi dan suku
bunga acuan berdampak positif terhadap pertumbuhan harga efek, yang dalam hal
ini tercermin dalam indeks harga komposit saham dan obligasi.
b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dibuat Pemerintah untuk mengarahkan
keadaan ekonomi negara melalui pengendalian pengeluaran dan penerimaan.
1. Instrumen Kebijakan Fiskal
Pajak adalah instrumen kebijakan fiskal yang dapat digunakan Pemerintah
untuk memaksimalkan penerimaan negara apabila tingkatnya dinaikkan, atau
dapat menjadi insentif atau subsidi yang berpotensi meningkatkan
pertumbuhan sektor terkait apabila tingkatnya diturunkan atau bahkan
dibebaskan sama sekali.
Subsidi adalah instrumen kebijakan fiskal yang dapat digunakan Pemerintah
untuk meningkatkan pertumbuhan sektor tertentu, atau mengendalikan inflasi
yang dapat dipengaruhi oleh suatu komoditas tertentu.
Anggaran adalah instrumen kebijakan fiskal yang dapat digunakan Pemerintah
untuk melakukan perencanaan penerimaan dan pengeluaran negara dalam
periode tertentu.
21
2. Sifat Kebijakan Fiskal
Idealnya penentuan kebijakan fiskal bersifat Counter-Cyclical, artinya
ketika terjadi pertumbuhan aktual di bawah potensial maka Kebijakan Fiskal yang
ditempuh adalah Ekspansif, dan sebaliknya apabila pertumbuhan aktual lebih
tinggi dari potensialnya maka yang ditempuh adalah Kebijakan Fiskal Kontraktif.
Lawan dari Counter-Cyclical adalah Pro- Cyclical.
Kebijakan Fiskal Kontraktif ditempuh apabila pertumbuhan ekonomi lebih
tinggi dari potensialnya, antara lain dengan cara menaikkan tingkat pajak,
mengurangi subsidi, dan mengurangi belanja negara.
Kebijakan Fiskal Ekspansif ditempuh apabila pertumbuhan ekonomi lebih
rendah dari potensialnya, antara lain dengan cara menurunkan tingkat pajak,
menambah subsidi, dan menambah belanja negara.
3. Tujuan Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal bertujuan untuk mempengaruhi beberapa variabel
ekonomi, antara lain:
Harga Barang dan Jasa
Kesempatan Kerja
Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum Kebijakan Fiskal digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi
tingkat permintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian melalui
perubahan insentif bagi perusahaan dan individu.
4. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Efek
Kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah akan berpengaruh
terhadap kinerja efek, terutama pada saham dan obligasi. Indeks harga saham dan
obligasi mengalami kenaikan pada saat pemerintah mengumumkan rencana
pengurangan subsidi BBM pada bulan November 2014, serta pengesahan UU
Pengampunan Pajak pada bulan Juni 2016. Kedua hal tersebut termasuk dalam
Kebijakan Fiskal yang diyakini investor akan berdampak baik bagi keuangan
negara, terutama dalam membiayai pembangunan.
22
dan berakhir pada lembah yang baru. Aktivitas ekonomi di mulai dari kondisi depresi,
menuju pada tahap ekspansi, sampai dengan puncaknya dan berakhir pada penurunan
perekonomian. Periode dari puncak sampai dengan lembah adalah resesi (kontraksi) dan
periode dari lembah sampai puncak adalah ekspansi.
a. Pola Siklus Bisnis
Di dalam masa resesi, belanja konsumen cenderung menurun. Hal ini
menyebabkan stok produk perusahaan bertambah. Keadaan tersebut mendorong
perusahaan untuk mengurangi produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga
kerja.
Di masa pemulihan atau ekspansi, masyarakat mulai menunjukkan
peningkatan dalam membelanjakan pendapatannya yang pada mulanya mengurangi
persediaan/stock. Bila terus menerus belangsung, hal ini akan mendorong pengusaha
menaikkan produksinya yang akan berdampak pada peningkatan jumlah tenaga kerja.
b. Siklus Bisnis dan Pengeluaran Investasi serta Tingkat Pengangguran
Siklus bisnis akan memiliki hubungan dengan variabel makroekonomi
lainnya. Sebagai gambaran, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
23
Sekilas Siklus Bisnis dan Hubungannya dengan Pengeluaran Investasi dan
Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat Tahun 1965-2010 (Mankiw, 2009). Pada
gambar di atas, resesi ditunjukkan pada wilayah yang diberi warna. Dapat dilihat
bahwa pada saat tersebut, pengeluaran investasi menurun sedangkan tingkat
pengangguran meningkat. Jika masa resesi berakhir, pengeluaran investasi meningkat
dan tingkat pengangguran akan menurun kembali.
c. Leading, Coincident and Lagging Indicators
Siklus ekonomi yang terjadi pada sebuah negara memiliki pola tertentu dan
kadang dapat diprediksi. Beberapa indikator yang digunakan dalam memprediksi
siklus bisnis adalah:
1. Leading Indicators. Indikator ini biasanya akan meningkat atau turun mendahului
kondisi sebuah kondisi ekonomi. Walaupun leading indicator secara konsisten
terjadi sebelum kondisi perekonomian berubah, jangka waktu perubahannya
kadang tidak menentu. Leading indicators di antaranya adalah return dari pasar
modal sebuah negara, aktivitas industri manufaktur, tingkat persediaan di dunia
usaha, penjualan retail, izin mendirikan bangunan, harga perumahan serta jumlah
usaha baru.
2. Coincident Indicators. Indikator ini biasanya berubah bersamaan dengan
perubahan kondisi ekonomi sebuah negara. Beberapa indikator ekonomi yang
termasuk dalam coincident indicators adalah pendapatan per kapita di sebuah
negara.
3. Lagging Indicators. Indikator ini biasanya berubah setelah terjadinya perubahan
kondisi ekonomi sebuah negara. Beberapa indikator yang termasuk dalam
indikator ini adalah perubahan PDB, tingkat pengangguran, tingkat inflasi, nilai
tukar mata uang, tingkat suku bunga, neraca perdagangan dan sebagainya.
24
a. Kerangka Kerja Analisis Fundamental, Top-Down Approach
Dalam analisis fundamental top-down approach, analisis dimulai dengan
melakukan analisis pada ekonomi global, termasuk indikator ekonomi nasional
dan internasional, seperti pertumbuhan GDP, inflasi, tingkat suku bunga, dan
nilai tukar. Kemudian selanjutnya analisis total asset dan tingkat harga
industri/regional, tingkat persaingan dan tingkat kemudahan untuk masuk dan
keluar dari industri.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam top-down approach meliputi:
1. Analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan baik tidaknya waktu saat ini
untuk melakukan sebuah investasi dengan mempertimbangkan pengaruh
keadaan perekonomian terhadap profitabilitas perusahaan.;
2. Analisis industri dilakukan untuk melihat variabilitas tingkat pengembalian
sebuah investasi pada industri tertentu;
3. Analisis perusahaan yanq dilakukan untuk memahami pergerakan saham
perusahaan secara individu. Industri cenderung merespon pergerakan pasar
secara umum, akan tetapi dampaknya secara individu dapat saja berbeda
secara signifikan.
2.4.2 Analisis Teknikal (Technical Analysis)
Adalah metode analisis yang digunakan untuk memprediksi pergerakan
harga suatu instrumen keuangan (dalam hal ini surat berharga/efek) di masa yang
akan datang berdasarkan data masa lalu, terutama pergerakan harga dan volume.
Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai indikator sebagai dasar penilaian,
misalnya: untuk pergerakan harga digunakan beberapa indikator seperti Indeks
Kekuatan Relatif (Relative Strength Index), Indeks Pergerakan Rata-rata (Moving
Average), regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, dan siklus.
Selain menggunakan indikator, analisis teknikal juga dapat menerapkan cara
klasik sebagai dasar penilaian, yaitu dengan menganalisis pola grafik. Grafik adalah
instrumen utama yang digunakan oleh para analis teknikal karena di dalamnya telah
terdapat informasi mengenai berbagai macam variabel yang diyakini dapat
mempengaruhi pergerakan harga instrumen keuangan tsb di masa yang akan datang.
Berdasarkan rekaman data masa lalu, grafik dapat menampilkan setiap perubahan
harga pada saat terjadi perubahan pada jumlah permintaan dan penawaran terhadap
suatu instrumen keuangan tertentu.
25
a. Beberapa istilah pada analisis teknikal
1. Trend yang terjadi pada saat suatu instrumen keuangan bergerak naik
disebut dengan Bullish, sedangkan pada saat bergerak turun disebut dengan
Bearish.
2. Sebuah instrumen keuangan disebut memasuki fase distribusi jika pada suatu
titik tertentu trend pergerakan naik terhenti dan berbalik turun. Kondisi ini
disebut juga sebagai jenuh beli (overbought). Adapun titik tersebut dikenal
dengan sebutan resistance.
3. Sebuah instrumen keuangan disebut memasuki fase akumulasi jika pada
suatu titik tertentu trend pergerakan turun terhenti dan berbalik naik. Kondisi
ini disebut juga sebagai jenuh jual (oversold). Adapun titik tersebut dikenal
dengan sebutan support.
b. Kerangka Kerja Analisis Teknikal meliputi:
1. Nilai saham merupakan fungsi dari kondisi supply dan demand yang
ditentukan oleh banyak faktor, mulai dari hal-hal ilmiah, opini sampai
perkiraan.
2. Para analis teknikal mempelajari pergerakan pasar dengan menggunakan
grafik perubahan harga, volume perdagangan dari waktu ke waktu, dan
sejumlah indikator teknikal.
3. Teknik dalam analisis teknikal adalah momentum strategis: yaitu momentum
investasi berdasarkan pergerakan harga terkini. Apabila suatu saham
outperform terhadap pasar selama periode waktu tertentu, kemungkinan
yang dapat terjadi
26
penawaran dan permintaan tetap berlaku. Jika jumlah penawaran meningkat (menurun),
maka nilai atau harga akan turun (naik).
27
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan (demand) saham suatu
perusahaan, yaitu:
Jumlah permintaan saham lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi dan
ekspektasi investor yang akan membentuk preferensi tersendiri bagi masing-masing
investor. Secara umum investor akan bereaksi atas suatu isu yang dianggap
dapat memberikan “shock” bagi mereka baik positif maupun negatif.
1. Keuntungan perusahaan, dimana keuntungan perusahaan yang lebih besar dari
harapan investor, dapat dianggap sebagai sinyal positif dan dapat mengakibatkan
kenaikan permintaan atas saham perusahaan tersebut, terutama bagi investor yang
mengharapkan pembagian dividen lebih besar dari perkiraan semula.
2. Perluasan pasar atau kontrak penjualan baru, dimana perluasan pasar atau
penerbitan kontrak penjualan baru dapat memberikan sentimen positif bagi
investor karena dapat berpotensi meningkatkan laba perusahaan tersebut.
3. Hutang perusahaan, dimana peningkatan hutang melebihi modal atau potensi
pendapatan yang akan diperoleh dapat menjadi sentimen negatif terhadap kinerja
perusahaan, namun apabila peningkatan hutang tidak melebihi modal atau potensi
pendapatan yang akan diperoleh maka dampaknya cenderung positif, karena
apabila dikelola dengan baik, hutang dapat menjadi sumber pendanaan ekspansi
kegiatan bisnis perusahaan.
4. Berita lainnya, dimana berita seputar perkembangan kegiatan bisnis perusahaan,
sektor industri, keadaan ekonomi negara tempatnya berdomis ili, rencana aksi
korporasi, dan lainnya dapat menyebabkan perubahan pada permintaan atas saham
perusahaan tsb. Berita-berita yang baik akan meningkatkan permintaan saham
perusahaan, sedangkan berita yang dianggap buruk akan menurunkan permintaan
atas saham perusahaan.
5. Psikologi massa, dimana psikologi massa dapat memainkan peranan yang penting
pada permintaan saham perusahaan. Sama halnya dengan saham individual,
keseluruhan pasar dapat bergerak cepat ketika para investor percaya bahwa saham
atau pasar akan naik atau turun, walaupun disana tidak terdapat dasar rasional
mengenai perubahan tersebut. Pergerakan ekstrim ke atas disebut dengan bubbles
atau panic buying. Sedangkan, pergerakan ekstrim ke bawah disebut dengan panic
selling.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kinerja efek di pasar modal dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian suatu
negara secara umum. Beberapa faktor yang menjadi penyebab didalamnya antara lain
pasar (pasar persaingan sempurna maupun pasar persaingan tidak sempurna), permintaan
(demand) dan penawaran (supply) beserta faktor yang memengaruhinya, keseimbangan
pasar dan harga, elastisitas, inflasi, dan juga produk domestik bruto (PDB). Dalam
meningkatkan aktivitas ekonomi, pemerintah dapat melakukan bentuk intervensi melalui
penetapan Kebijakan Moneter dan Fiskal. Kebijakan moneter bertujuan untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga dapat menjaga
kestabilan perekonomian makro melalui kewajaran laju inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Sementara kebijakan fiskal bertujuan untuk mengendalikan penerimaan dan
pengeluaran negara. Kebijakan moneter maupun fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah
secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja efek di pasar modal.
Pergerakan ekonomi suatu negara secara keseluruhan digambarkan ke dalam siklus
bisnis yang terdiri dari masa resesi dan masa pemulihan atau ekspansi. Terdapat beberapa
indikator yang digunakan dalam memprediksi siklus bisnis yaitu leading indicators,
coincident indicators and lagging indicators. Siklus bisnis akan berpengaruh terhadap
pengeluaran investasi dari masyarakat atau investor. Selain dipengaruhi oleh siklus bisnis,
tingkat investasi dari masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi suatu perusahaan.
Investor dapat menggunakan dua alat analisis penilaian saham perusahaan meliputi
analisis fundamental (fundamental analysis) baik yang dilakukan secara Top-Down
Approach maupun Bottom-up Approach dan analisis teknikal (technical analysis).
Kegiatan investasi di pasar modal dapat berjalan lancar didukung dengan pemahaman
atas kondisi pasar secara umum, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran
dan/atau permintaan dari suatu efek (surat berharga seperti, saham dan obligasi). Faktor-
faktor yang mempengaruhi penawaran saham di pasar modal antara lain kebutuhan
emiten untuk menambah modal, opsi saham karyawan dieksekusi, stock split, buy back ,
dan likuidasi dari pemegang saham mayoritas. Sementara faktor yang mempengaruhi
permintaan saham di pasar modal antara lain keuntungan perusahaan, hutang perusahaan,
psikologi massa, dan adanya berita terkait kondisi bisnis suatu perusahaan.
29
3.2 Saran
Analisis pergerakan ekonomi sangat penting dilakukan oleh investor dalam
menentukan seberapa besar tingkat modal yang akan diinvestasikan. Hal ini tidak terlepas
adanya pengaruh yang cukup signifikan dari kondisi ekonomi terhadap kinerja efek di
pasar modal. Investor dapat melakukan dua cara analisa ekonomi untuk menganalisis
suatu perusahaan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental
dapat dilakukan dengan analisis pada ekonomi global, termasuk indikator ekonomi
nasional dan internasional, seperti pertumbuhan GDP, inflasi, tingkat suku bunga, dan
nilai tukar. Sedangkan analisis teknikal yang digunakan untuk memprediksi pergerakan
harga suatu instrumen keuangan (dalam hal ini surat berharga/efek) di masa yang akan
datang berdasarkan data masa lalu, terutama pergerakan harga dan volume. Dengan
melakukan analisis yang baik terhadap kondisi perekonomian, maka investor dapat
dengan mudah menentukan besarnya tingkat investasi dan waktu investasi yang tepat
sesuai dengan kondisi ekonomi suatu negara.
30
DAFTAR PUSTAKA
31