Anda di halaman 1dari 198

ANALISIS ASPEK BERPIKIR KRITIS PADA LEMBAR

KERJA SISWA (LKS) IPA SMP/MTS KELAS VIII DI


KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh
Martina Wijayanti Rukmana
NPM 1910303026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TIDAR
TAHUN 2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Jangan biarkan kesulitanmu menguasaimu, percayalah bahwa ini malam yang


gelap dan hari yang cerah akan datang. Karena sesungguhnya dengan kesulitan
akan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:5)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(QS. Al-Baqarah: 286)

“Pada akhirnya, ini semua hanyalah permulaan” (Nadin Amizah)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya, Didin Rusmin Nuryadin, S.Pd. dan Indarwati, S.Pd.
sebagai tanda bakti, hormat, dan ungkapan terima kasih telah memberikan cinta
dan kasih sayang yang tak terhingga, yang selalu mendoakan dan memberikan
begitu banyak pengorbanan untuk saya, serta atas ridhonya saya dapat
menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi dan semoga dapat berlanjut
untuk seterusnya.
2. Adik-adik saya Ulil Fuadi Akhsana dan Raiha Yasmin Mumtaz, beserta
keluarga yang selalu menyayangi saya, memberikan motivasi dan selalu
mendukung saya dalam segala hal.
3. Eyang saya Alm. H. Usman, Almh. Hj. Sri Sudarwati, Hj. Siti Munipah, dan
Sopiyah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi saya untuk terus
melanjutkan pendidikan sampai detik ini.
4. Wahyu Akbar Fadillah yang telah menemani saya dari awal studi sampai saat
ini, yang telah memberikan semangat, dukungan, nasihat, dan motivasi untuk
saya bisa berdiri sampai detik ini.
5. Guru dan teman-teman saya salah satunya Dewi Setyawati, S.Pd. yang telah
memberikan do’a, nasihat, dukungan, dan motivasi kepada saya untuk terus
melanjutkan pendidikan dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
6. Last but not least, skripsi ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri yang
telah berusaha dengan sebaik-baiknya untuk bisa mewujudkan satu per satu
cita-cita saya, yang telah berhasi melewati segala permasalahan dengan diri
sendiri data menyusun skripsi ini.

v
ABSTRAK

Rukmana, Martina Wijayanti. 2023. “Analisis Aspek Berpikir Kritis Pada Lembar
Kerja Siswa (LKS) IPA SMP/MTs Kelas VIII Di Kabupaten Jepara”. Skripsi.
Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tidar. Pembimbing I Dr. Ahmad Muhlisin., Pembimbing II Eko
Juliyanto, S.Pd., M.Pd.

Berpikir kritis perlu ditekankan dalam pembelajaran sains agar peserta didik
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan baik
pribadi maupun bermasyarakat. Salah satu upaya untuk melatihkan kemampuan
berpikir kritis pada peserta didik dengan memasukkan aspek tersebut dalam bahan
ajar yang digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan penulis sebelumnya, Di Kabupaten Jepara setiap MGMP telah
menyusun LKS sendiri. Mengingat akan pentingnya kemampuan berpikir kritis
bagi peserta didik dan belum teridentifikasinya aspek tersebut dalam LKS IPA Di
Kabupaten Jepara, maka perlu dilakukannya analisis terkait kandungan berpikir
kritis dalam LKS yang digunakan.
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dijadikan sampel penelitian ini adalah
LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal Kelas VIII Tim
Penyusun MGMP IPA Dinas, LKS Modul IPA SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII
Tim Penyusun MGMP KKMTs01, dan LKS Modul IPA Kelas VIII Semester Gasal
Tim Penyusun LP. Ma’arif NU Kabupaten Jepara atau Tim Penyusun MGMP
KKMTs02. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek berpikir kritis dan
menganalisis perbandingan pola kandungan aspek berpikir kritis yang terdapat pada
LKS IPA SMP/MTs Di Kabupaten Jepara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
menganalisis dokumen secara terstruktur menggunakan metode content analysis.
Teknik pengumpulan data menggunakan telaah konten dokumen pada LKS sampel.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji kepercayaan,
uji keteralihan, uji kebergantungan, dan uji kepastian. Untuk analisis data pada
penelitian ini menggunakan metode perbandingan tetap terdiri dari reduksi data,
mengorganisasi, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun hipotesis kerja.
Hasil pada penelitian ini yaitu: 1) Aspek berpikir kritis yang terdapat dalam
LKS IPA SMP/MTs Kelas VIII Di Kabupaten Jepara berbeda-beda disetiap LKS-
nya. Pada LKS dengan Tim Penyusun MGMP IPA Dinas mengandung aspek
berpikir kritis sebanyak 41,2% dengan kategori sedang, LKS dengan Tim Penyusun
MGMP IPA KKMTs01 mengandung aspek berpikir kritis sebanyak 24,9% dengan
kategori rendah, dan LKS dengan Tim Penyusun MGMP IPA KKMTs02
mengandung aspek berpikir kritis sebanyak 33,8% dengan kategori rendah. 2)
Level aspek berpikir kritis terdapat 4 level yaitu level 0, level 1, level 2, dan level
3. LKS dengan Tim Penyusun MGMP IPA Dinas terdapat level 1 sebanyak 14 pola
dan level 2 sebanyak 8 pola, LKS dengan Tim Penyusun MGMP IPA KKMTs01

vi
terdapat level 1 sebanyak 22 pola dan level 2 sebanyak 3 pola, dan LKS dengan
Tim Penyusun MGMP IPA KKMTs02 terdapat level 1 sebanyak 10 pola dan level
2 sebanyak 9 pola.
Simpulan dari penelitian ini yaitu disetiap LKS IPA Di Kabupaten Jepara
telah melatihkan aspek berpikir kritis dalam LKS tersebut. LKS IPA yang mampu
melatihkan aspek berpikir kritis paling tinggi yaitu LKS IPA yang disusun oleh Tim
Penyusun MGMP IPA Dinas. Level penyajian pola berpikir kritis yang terdapat
pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara menggunakan level 1. Pola penyajian level 1
pada LKS IPA yaitu pola I (interpretasi), pola A (analisis), pola A – K (analisis dan
kesimpulan), pola I – A (interpretasi dan analisis), pola I – A – E (interpretasi,
analisis, dan evaluasi), dan pola I – A – K (interpretasi, analisis, dan kesimpulan).

Kata Kunci: Aspek Berpikir Kritis, LKS IPA, Pola Penyajian

vii
ABSTRACT

Rukmana, Martina Wijayanti. 2023. “Analisis Aspek Berpikir Kritis Pada Lembar
Kerja Siswa (LKS) IPA SMP/MTs Kelas VIII Di Kabupaten Jepara”. Skripsi.
Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tidar. Pembimbing I Dr. Ahmad Muhlisin., Pembimbing II Eko
Juliyanto, S.Pd., M.Pd.

Critical thinking needs to be emphasized in science learning so that students


have the ability to solve problems in both personal and social life. One effort to
train students' critical thinking skills is by including these aspects in the teaching
materials used, namely Student Worksheets (LKS). Based on interviews that have
been conducted by previous authors, in Jepara Regency each MGMP has compiled
its own LKS. Given the importance of critical thinking skills for students and these
aspects have not yet been identified in the Science Worksheets in Jepara Regency,
it is necessary to do an analysis related to the content of critical thinking in the
worksheets used.
The student worksheets (LKS) that were used as the sample for this study were
the Science Student Activity Book LKS for Odd Semester Middle School Class VIII
Preparation Team for the Department of Science MGMP, Semester 1 SMP/MTs
Science Module Worksheet for Grade VIII MGMP KKMTs01 Compilation Team,
and Class VIII Science Module Worksheet for Class VIII Odd Semester LP
Compilation Team. Ma'arif NU Jepara Regency or the MGMP KKMTs02
Preparation Team. The purpose of this research is to analyze aspects of critical
thinking and to analyze the comparison of content patterns of critical thinking
aspects found in LKS IPA SMP/MTs in Jepara Regency.
This study uses a qualitative descriptive approach by analyzing documents in
a structured manner using the content analysis method. The data collection
technique uses document content review on sample worksheets. The data validity
techniques used in this study are the trust test, transferability test, dependency test,
and certainty test. For data analysis in this study using a fixed comparison method
consisting of data reduction, organizing, categorizing, synthesizing, and developing
working hypotheses.
The results of this study are: 1) The critical thinking aspects contained in
Class VIII SMP/MTs Science Worksheets in Jepara Regency are different for each
LKS. The LKS with the MGMP IPA KKMTs01 Drafting Team contains 41.2%
critical thinking in the medium category, the LKS with the MGMP IPA KKMTs01
Compilation Team contains 24.9% critical thinking in the low category, and the
LKS with the MGMP IPA KKMTs02 Compilation Team contains aspects of critical
thinking as much as 33.8% with low category. 2) There are 4 levels of the critical
thinking aspect, namely level 0, level 1, level 2, and level 3. LKS with the
Department's MGMP IPA Compilation Team has 14 patterns at level 1 and 8
patterns at level 2, LKS with the MGMP IPA KKMTs01 Compilation Team there

viii
are 22 patterns at level 1 and 3 patterns at level 2, and LKS with the MGMP IPA
KKMTs02 Compilation Team has 10 patterns at level 1 and 9 patterns at level 2.
The conclusion from this study is that every Science LKS in Jepara Regency
has trained aspects of critical thinking in the LKS. The science worksheets that are
able to train the highest critical thinking aspects are the science worksheets
compiled by the Departmental IPA MGMP Compilation Team. The level of
presentation of critical thinking patterns found in LKS IPA in Jepara Regency uses
level 1. The pattern of presenting level 1 in LKS IPA is pattern I (interpretation),
pattern A (analysis), pattern A – K (analysis and conclusion), pattern I – A
(interpretation and analysis), patterns I – A – E (interpretation, analysis and
evaluation), and patterns I – A – K (interpretation, analysis and conclusions).

Keywords: Aspects of Critical Thinking, LKS IPA, Presentation Patterns

ix
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan

Rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Aspek Berpikir Kritis Pada Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA

SMP/MTs Kelas VIII Di Kabupaten Jepara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Dr.

Ahmad Muhlisin, M.Pd., dan Eko Juliyanto, S.Pd., M.Pd. yang telah membantu dan

membimbing peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat waktu.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak ynag

telah membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:

1. Dr. Ahmad Muhlisin, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tidar, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama

pendidikan, penelitian, dan penulisan skripsi ini.

2. Aprilia Nurul Chasanah, S.Pd., M.Pd., Ketua Jurusan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar,

yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan,

penelitian, dan penulisan skripsi ini.

x
3. Agista Sintia Dewi Adila, S.Pd., M.Pd., Koordinator Program Studi Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Tidar yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan skripsi

ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh

Pendidikan di Kampus Universitas Tidar.

5. Luvia Ranggi Nastiti, S.Si., M.Pd., dari IAIN Palangkaraya dan Yokhebed,

M.Pd., dari Universitas Tanjungpura, sebagai dosen ahli yang telah membantu

dalam menguji dan memberikan saran dalam uji keabsahan data skripsi ini.

6. Aries Anisa, S.Pd.Si., M.Pd., sebagai Ketua MGMP IPA Dinas, Rokhama,

S.Pd., sebagai Ketua MGMP IPA KKMTs01 dan Moh. Misbahul Arifin,

S.Pd.si, sebagai Ketua MGMP IPA KKMTs02, yang telah bersedia menjadi

narasumber untuk memperkuat hasil penelitian pada skripsi ini,

7. My partner yang telah menemaniku dalam mengambil data wawancara dan

telah memberikan masukan, motivasi dan mendukungku hingga bisa berada

dititik ini.

8. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang tidak

dapat disebutkan satu persatu di sini atas bantuan dan perhatiannya selama

penyelesaian skripsi ini.

Peneliti sadar bahwa dalam skripsi ini mungkin terdapat kekurangan, baik

isi maupun Tulisa. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari

xi
semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan

merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Magelang, 7 Juni 2023

Martina Wijayanti Rukmana

xii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii


PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
PRAKATA .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 6
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 8
2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 8
2.2 Kerangka Teoritis ................................................................................... 16
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 21
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 21
3.2 Desain Penelitian .................................................................................... 21
3.3 Fokus Penelitian ..................................................................................... 23
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ........................................................... 23
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 24

xiii
3.1 Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 26
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 30
4.1 Aspek Berpikir Kritis yang Dilatihkan Pada LKS IPA SMP/MTs Kelas
VIII Di Kabupaten Jepara .................................................................................. 30
4.2 Pola Kandungan Aspek Berpikir Kritis Pada LKS IPA SMP/MTs Kelas
VIII Di Kabupaten Jepara .................................................................................. 51
BAB V PENUTUP................................................................................................ 62
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 62
5.2 Saran ....................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
LAMPIRAN .......................................................................................................... 68

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Sampel Penelitian Buku Teks IPA SMP/MTs ..................................... 23


Tabel 3. 2 Aspek Berpikir Kritis Facione ............................................................. 25
Tabel 3. 3 Kategori Presentase Kemampuan Berpikir Kritis ................................ 28
Tabel 3. 4 Kerangka Analisis yang Digunakan untuk Menentukan Level Berpikir
Kritis...................................................................................................................... 29
Tabel 4. 1 Persentase Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada LKS IPA SMP/MTs
Kelas VIII Semester 1 Di Kabupaten Jepara......................................................... 38
Tabel 4. 2 Kategori Presentase Aspek Berpikir Kritis yang Dilatihkan Di LKS
IPA MGMP Kabupaten Jepara.............................................................................. 40
Tabel 4. 3 Hasil Analisis Pola dan Level Aspek Berpikir Kritis Pada LKS IPA
SMP/MTs Kelas VIII Di Kabupaten Jepara ......................................................... 51

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 20


Gambar 3. 1 Desain Penelitian .............................................................................. 22
Gambar 4. 1 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-1 .................... 30
Gambar 4. 2 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-2 .................... 32
Gambar 4. 3 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-3 .................... 33
Gambar 4. 4 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-4 .................... 34
Gambar 4. 5 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-5 .................... 36
Gambar 4. 6 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-6 .................... 37
Gambar 4. 7 Penyajian Pola “I” Aspek Berpikir Kritis Level 1 ........................... 56
Gambar 4. 8 Penyajian Pola “A” Aspek Berpikir Kritis Level 1 .......................... 57
Gambar 4. 9 Penyajian Pola “A – K” Aspek Berpikir Kritis Level 1 ................... 57
Gambar 4. 10 Penyajian Pola “I – A” Aspek Berpikir Kritis Level 1 .................. 58
Gambar 4. 11 Penyajian Pola “I – A – K” Aspek Berpikir Kritis Level 1............ 59
Gambar 4. 12 Penyajian Pola “I – A – E” Aspek Berpikir Kritis Level 1 ............ 59

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 - Tabel Hasil Analisis Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP Dinas Di Kabupaten
Jepara..................................................................................................................... 69
Lampiran 2 - Tabel Hasil Analisis Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTS01 Di
Kabupaten Jepara .................................................................................................. 77
Lampiran 3 - Tabel Hasil Analisis Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTS02 Di
Kabupaten Jepara .................................................................................................. 86
Lampiran 4 - Tabel Ketersediaan Pola Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP Dinas Di Kabupaten
Jepara..................................................................................................................... 95
Lampiran 5 - Tabel Ketersediaan Pola Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTS01 Di
Kabupaten Jepara ................................................................................................ 110
Lampiran 6 - Tabel Ketersediaan Pola Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTS02 Di
Kabupaten Jepara ................................................................................................ 129
Lampiran 7 - Lembar Uji Keabsahan Data (Ibu Luvia Ranggi Nastiti, S.Si., M.Pd.,
- IAIN Palangkaraya) .......................................................................................... 138
Lampiran 8 - Lembar Uji Keabsahan Data (Ibu Yokhebed, M.Pd. - Universitas
Tanjungpura) ....................................................................................................... 156
Lampiran 9 - Sampul LKS dan Bab Pada IPA SMP/MTs Semester Gasal Kelas
VIII Tim Penyusun MGMP Dinas Di Kabupaten Jepara.................................... 174
Lampiran 10 - Sampul LKS dan Bab Pada IPA SMP/MTs Semester Gasal Kelas
VIII Tim Penyusun MGMP KKMTs01 Di Kabupaten Jepara ........................... 176
Lampiran 11 - Sampul LKS dan Bab Pada IPA SMP/MTs Semester Gasal Kelas
VIII Tim Penyusun MGMP KKMTs02 Di Kabupaten Jepara ........................... 178

xvii
Lampiran 12 - Pedoman Wawancara dengan MGMP IPA Kabupaten Jepara
tentang Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................... 180

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada satuan kurikulum Indonesia saat ini menggunakan kurikulum 2013, kurikulum

tersebut dirancang guna untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan

kemampuan akademik (hard skill) dan keterampilan non akademik (soft skill).

Kurikulum tersebut menuntun peserta didik mendapatkan kesempatan belajar

dalam semua bidang yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Paradigma

pendidikan nasional pada abad 21 berharap bahwa peserta didik memiliki

kompetensi dan keterampilan, termasuk berpikir kritis serta dapat memecahkan

masalah, berpikir kreatif, kolaborasi serta komunikasi (Ramdani & Badriah 2018).

Kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, kreativitas,

kewarganegaraan dan konektivitas harus dimiliki peserta didik pada abad 21

(Anugerahwati, 2019). Kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam mencapai

keberhasilan dalam dunia pendidikan (Kusaeri & Aditomo, 2019). Oleh karena itu,

keterampilan dasar yang dapat dipelajari dengan berbagai cara merupakan

kemampuan dalam mengembangkan berpikir kritis bagi peserta didik (Sofri, Arif,

& Nur, 2020).

Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan untuk menyelesaikan semua

masalah dalam kehidupan, baik pribadi maupun bermasyarakat (Nuryanti dkk.,

2016). Oleh karena itu, peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir kritis

guna untuk membantu generasi penerusnya.

1
2

Sayangya, tingkat berpikir kritis peserta didik masih tergolong rendah yang

dihasilkan dari penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan Nuryanti (2016),

yaitu menunjukkan bahwa hasil kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP

masih tergolong rendah. Normaya (2015) juga melakukan penelitian dan

menghasilkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah

atau belum berkembang.

Selain itu, pada PISA (Programme for Internasional Student Assessment)

yang diselenggarakan OEDC (Organisation for Economic Co-operation and

Development) yang diterbitkan pada tahun 2019, skor Indonesia masih dibawah

rata-rata yaitu 389 pada bidang sains dan menempati posisi ke 72 dari 78 negera

yang mengikuti PISA. Skor tersebut masih berada di bawah rata-rata OEDC yaitu

489 (Kemendikbud, 2019). PISA dikembangkan untuk mengukur kemampuan

peserta didik pada usia 15 tahun yang sudah menguasai apa yang harus dicapai dan

dapat diaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Pada hasil tes PISA dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam melakukan analisis,

penalaran, keefektifan dalam berkomunikasi, serta melakukan pemecahan masalah

dalam kehidupan nyata. Saputra (2020) menyatakan bahwa soal PISA dapat

digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis karena soal tersebut

menggunakan standar kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh sebab itu, peserta

didik memiliki kemampuan berpikir kritis jika mampu memperoleh pengetahuan

yang bijaksana, artinya peserta didik tidak mudah dalam menerima pendapat tetapi

mempertimbangkan dengan menggunakan penalaran untuk menyimpulkan bahwa

mereka dapat diandalkan dan dapat dipertimbangkan (Abidin, 2012).


3

Agar kemampuan berpikir kritis peserta didik di Indonesia menjadi lebih

optimal, maka perlu adanya fasilitas yang mendukung. Rendahnya berpikir kritis

pada peserta didik dapat disebabkan karena penggunaan bahan ajar selama proses

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang tidak melibatkan keaktifan peserta

didik dan membuat pembelajaran berpusat pada guru dapat mengakibatkan

rendahnya kemampuan berpikir kritis pada peserta didik (Ismauza, 2010; Prastowo,

2014). Oleh karena itu, dalam meningkatkan keaktifan peserta didik pada proses

pembelajaran dapat dilihat dari pemilihan bahan ajarnya. Penggunaan Lembar

Kerja Siswa (LKS) dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik.

Lembar Kerja Siswa (LKS) disebut sebagai alat bantu dalam proses

pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas peserta didik. Agar peserta

didik dapat menemukan jawaban dari suatu masalah dan berpartisipasi aktif dalam

kegiatan pembelajaran, LKS merupakan sarana yang digunakan untuk merangsang

kreativitas peserta didik. Sedangkan, guru hanya sebagai motifator dan fasilitator

bagi peserta didik. LKS sebagai sumber belajar yang digunakan peserta didik baik

secara individu maupun kelompok untuk membimbing peserta didik. Agar siswa

dapat mempelajari materinya sendiri, isi dalam LKS disusun sebagai bahan tertulis

dan memuat sejumlah penilaian kemampuan peserta didik. Bentuk LKS berupa

lembaran yang berisi informasi dan petunjuk dalam melakukan proses

pembelajaran, seperti menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru untuk

memenuhi tujuan pembelajaran.

Lembar Kerja Siswa (LKS) memiliki peran penting dalam pendidikan yaitu

berfungsi sebagai sumber untuk mengajarkan peserta didik terkait konsep, perilaku,
4

dan kemampuan tertentu. LKS dapat membantu guru dalam menyampaikan

pembelajaran dengan lebih efektif dalam membimbing peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar, memperkuat isi pelajaran, dan memberikan pelatihan

dalam memecahkan sebuah permasalahan kepada peserta didik. LKS yang

digunakan oleh guru dalam mengajar mampu meningkatkan kemampuan berpikir

kritis yaitu dengan disajikannya beberapa latihan-latihan baik berupa soal dan

petunjuk kegiatan praktikum peserta didik. Dengan demikian, LKS memiliki peran

penting dalam dunia pendidikan yaitu sebagai sumber bahan ajar pada kegiatan

pembelajaran dan memudahkan bagi peserta didik dalam memahami informasi dan

menjawab latihan-latihan soal.

Fakta yang didapatkan setelah melakukan wawancara bersama guru mata

pelajaran IPA di Kabupaten Jepara menghasilkan bahwa sumber utama bahan ajar

yang digunakan di Kabupaten Jepara khususnya pada kelas VIII SMP/MTs IPA

berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diterbitkan oleh MGMP di Kabupaten

Jepara. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara dengan guru terkait

penggunaan bahan ajar tersebut di beberapa sekolah Kabupaten Jepara. Setelah

melakukan wawancara, memperoleh hasil bahwa setiap sekolah memiliki tingkat

kemampuan berpikir kritis yang berbeda-beda karena penggunaan bahan ajar

berupa LKS yang berbeda-beda sesuai dengan kelompok MGMP. Bukan hanya itu,

dalam melakukan wawancara kepada guru terkait kandungan aspek berpikir kritis

yang digunakan pada LKS tersebut menunjukkan hasil bahwa guru tidak

mengetahui pasti terkait kandungan aspek berpikir kritis yang ada pada LKS.

Hubungan hasil belajar dengan berpikir kritis bagi peserta didik yaitu pada proses

pembelajaran guru sudah berusaha menerapkan kemampuan berpikir kritis bagi


5

peserta didik melalui bahan ajar yang digunakan dengan cara memberi kesempatan

peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai

fasilitator dan motivator. Oleh karena itu, hasil belajar siswa yang sudah didapatkan

selama proses pembelajaran sudah cukup mengukur kemampuan berpikir kritis bagi

peserta didik.

LKS yang digunakan dalam pembelajaran selama satu semester

menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik di setiap sekolah berbeda.

Pembelajaran yang dilakukan selama satu semester menunjukkan bahwa hasil

belajar setiap sekolah bebeda-beda. Hasil belajar yang diperoleh dari salah satu

sekolah anggota MGMP SMP yaitu memperoleh rata-rata hasil belajar 71,3, untuk

hasil belajar yang diperoleh dari salah satu sekolah anggota MGMP KKMTs 01

yaitu memperoleh rata-rata hasil belajar 70,1, dan untuk hasil belajar yang diperoleh

dari salah satu sekolah anggota MGMP KKMTs 02 yaitu memperoleh rata-rata

hasil belajar 58,6.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui aspek berpikir kritis pada

LKS yang digunakan di SMP/MTs Kabupaten Jepara. Oleh karena itu, peneliti akan

melakukan penelitian terkait analisis bahan ajar LKS yang digunakan di setiap

SMP/MTs di Kabupaten Jepara dengan aspek berpikir kritis. Judul dalam penelitian

yang akan dilakukan peneliti yaitu “Analisis Aspek Berpikir Kritis Pada Lembar

Kerja Siswa (LKS) IPA SMP/MTs Kelas VIII Di Kabupaten Jepara”.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan

sebagai berikut:
6

1.2.1 Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik yang dibuktikan dengan

hasil penelitian terdahulu dan hasil tes PISA.

1.2.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sumber belajar utama bagi peserta didik

SMP/MTs Kelas VIII di Kabupaten Jepara.

1.2.3 Belum teridentifikasinya aspek berpikir kritis dalam Lembar Kerja Siswa

(LKS) SMP/MTs Mata Pelajaran IPA di Kabupaten Jepara.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang terdapat pada penelitian ini yaitu:

1.3.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan yaitu LKS IPA SMP/MTs

Kelas VIII pada semester 1 yang disusun oleh MGMP IPA SMP, MGMP

KKMTs 01, dan MGMP KKMTs 02 di Kabupaten Jepara.

1.3.2 Mengidentifikasi aspek berpikir kritis dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) Di

Kabupaten Jepara dengan menggunakan indikator Facione yaitu interpretation,

analysis, evaluation, inference, explanation, dan self-regulation.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1.4.1 Bagaimana aspek berpikir kritis yang dilatihkan pada LKS IPA SMP/MTs

yang digunakan di Kabupaten Jepara?

1.4.2 Bagaimana perbandingan level pola aspek berpikir kritis pada LKS IPA

SMP/MTs yang digunakan di Kabupaten Jepara?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:


7

1.5.1 Untuk menganalisis aspek berpikir kritis pada LKS IPA SMP/MTs yang

digunakan di Kabupaten Jepara.

1.5.2 Untuk menganalisis perbandingan pola kandungan aspek berpikir kritis

pada LKS IPA SMP/MTs yang digunakan di Kabupaten Jepara.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Pada prespektif akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk dijadikan

indikator dalam menganalisis dan mengembangkan bahan ajar berupa LKS

yang terintegrasi dengan aspek berpikir kritis agar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Sekolah

Hasil analisis dapat dijadikan sebuah bahan pertimbangan dalam

menentukan LKS IPA SMP/MTs yang digunakan dalam pembelajaran di

sekolah.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya dan

dapat digunakan untuk penelitian lanjutan berupa pengembangan bahan

ajar dengan memasukkan aspek berpikir kritis untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Berpikir Kritis

Kemampuan menganalisis berdasarkan bukti dan menarik kesimpulan dapat

dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk

mengembangkan informasi menjadi ide yang kompleks dan menjelaskan

sebuah argument (Agnafia, 2019). Seorang yang memiliki kemampuan

berpikir kritis mampu menilai dan menganalisis setiap informasi yang baru

(Nuryanti, 2018). Sedangkan, menurut Liliasari (2013) berpikir kritis adalah

menganalisis sesuatu dan meningkatkan wawasan tentang makna dan

interpretasinya dapat mengembangkan pola penalaran yang logis. Oleh karena

itu, dalam menghadapi permasalahan di kehidupan sehari-hari setiap orang

harus memiliki kemampuan berpikir kritis.

Konsep dalam berpikir kritis yaitu sisi terpenting orang dalam bersikap

terbuka, jernih, dan harus benar-benar membumi. Seorang individu

memprioritaskan keputusan dalam alasan di balik keputusan yang dibuat harus

dapat diakses untuk membedakan keputusan dan penyelesaian orang lain, siap

untuk berdiri dengan mendengarkan berbagai alasan dari orang lain yang

berbeda dalam mengambil keputusan (Harsanto, 2011).

Nurhayati (2014) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah

mengevaluasi penilaian atau gagasan berdasarkan pendapat, serta pendapat itu

8
9

sendiri. Pendapat tersebut yang biasanya didukung oleh standar yang dapat

dibenarkan. Kemampuan dalam berpikir kritis dapat mendorong peserta didik

untuk memunculkan ide atau pemikiran baru mengenai permasalahan.

Nantinya, peserta didik akan mendapat petunjuk bagaimana memilih sudut

pandang yang berbeda sehingga mereka dapat menentukan sudut pandang

mana yang masih relevan dan tidak atau sudut pandang yang akurat dan tidak.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dapat membantu peserta didik

dalam membuat kesimpulan dengan mempertimbangkan data dan fakta yang

terjadi di lapangan.

Apabila peserta didik memiliki keterampilan yang terdapat pada

indikator berpikir kritis, maka peserta didik tersebut dikatakan mampu berpikir

kritis. Menurut Facione (2015) terdapat enam indikator, berikut penjelasan dari

keenam indikator berpikir kritis tersebut.

1. Interpretation yaitu memahami dan mengungkapkan suatu maksud dari

bermacam-macam data, aturan, pengalaman, pendapat, keyakinan, maupun

prosedur. Pada indikator ini terdiri dari penjelasan arti, pengelompokkan,

atau menafsirkan kalimat tertentu.

2. Analysis yaitu melakukan identifikasi hubungan dari berbagai konsep,

pertanyaan, pernyataan, deskripsi, maupun lainnya. Pada indikator ini

terdiri dari mengenali sebuah argument, menganalisis pendapat, dan

melakukan uji pada gagasan tertentu.

3. Evaluation yaitu sebuah keterampilan untuk menilai integritas dari suatu

kebenaran yang berkaitan dengan berbagai deskripsi, pertanyaan,

pernyataan, konsep dan lain-lain.


10

4. Inference yaitu indikator yang melakukan pengumpulan bahan berupa data

dan informasi untuk menyimpulkan sesuatu. Pada indikator ini terdiri dari

mengemukakan alternatif solusi dari suatu permasalahan, meragukan bukti

yang ada, atau menarik kesimpulan.

5. Explanation yaitu bentuk penegasan dan memberikan alasan dengan

menggunakan argument yang kuat dimana didasari oleh langkah yang

diambil sendiri. Pada indikator ini terdiri dari memberikan alasan

berdasarkan prosedur yang digunakan, mengemukakan argument, dan

mempresentasikan pendapat yang dihasilkan.

6. Self-regulation yaitu keterampilan seseorang untuk meninjau kegiatan

kognitif mencakup faktor-faktor yang digunakan, hasil dan

kekurangannya, serta mengimplementasikan keterampilan untuk

menganalisis dan mengevaluasi hasil dari kesimpulan seseorang. Pada

indikator ini terdiri dari mengoreksi dan memeriksa kembali.

2.1.2 Pola Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin tahu terhadap

informasi yang ada untuk mencapai suatu pemahaman yang mendalam. Oleh

karena itu, peserta didik perlu memiliki keterampilan berpikir kritis. Pada

penelitian ini menggunakan indikator menurut Facione (2015), indikator

tersebut salah satunya yaitu dapat mengidentifikasi sebuah permasalahan dan

mampu meyelesaikannya dengan penalaran itu sendiri. Sesuai pendapat yang

dikemukakan oleh Sabandar dan Jonson dalam Nufus (2020), mengatakan

bahwa hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan peserta


11

didik dalam menuntuk menyelesaikan masalah memiliki beberapa langkahnya,

salah satunya yaitu memahami sebuah permasalahan. Keterampilan berpikir

kritis dapat dikategorikan menjadi empat tingkatan, yaitu Level Critical

Thinking 0 (LCT-0), Level Critical Thinking 1 (LCT-1), Level Critical

Thinking 2 (LCT-2), dan Level Critical Thinking 3 (LCT-3). Setiap kategori

disusun dengan indikator yang terdapat pada LKS. Subjek yang diambil yaitu

satu subjek pada setiap LCT. Hasil analisis yang dilakukan dapat disesuaikan

dengan indikator berpikir kritis menurut Facione dapat dikategorikan sesuat

LCT yaitu (Adaptasi, Nufus 2020):

1. LCT-0, yaitu tidak memuat aspek berpikir kritis menurut Facione.

2. LCT-1, yaitu memuat satu sampai tiga aspek berpikir kritis menurut

Facione.

3. LCT-2, yaitu memuat empat sampai lima aspek berpikir kritis menurut

Facione.

4. LCT-3, yaitu memuat enam aspek berpikir kritis menurut Facione.

2.1.3 Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan sekumpulan materi yang disusun secara tertulis maupun

tidak tertulis yang diorganisasikan secara sistematis untuk menumbuhkan

lingkungan belajar. Bahan ajar tersebut dapat berupa informasi, alat, atau teks

yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan pandangan menyeluruh

tentang keterampilan peserta didik dan dapat digunakan untuk merencanakan

dan menilai pembelajaran. Sekumpulan materi ajar yang telah diorganisasikan


12

dan dapat memicu atau membangkitkan minat belajar peserta didik disebut

bahan ajar menurut Yunus, dkk (2015).

Chomsin, dkk (2008) mengatakan bahwa dalam mengembangkan

bahan ajar harus memenuhi kaidah pengembangan, berikut yang harus

diperhatikan:

1. Bahan ajar harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang nantinya akan

dilakukan peserta didik.

2. Bahan ajar yang digunakan mampu merubah tingkah laku peserta didik.

3. Harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

4. Mencakup seluruh tujuan pembelajaran secara spesifik.

5. Materi pembelajarannya harus sesuai dan rinci, baik untuk kegiatan dan

latihan agar tujuan dalam pembelajaran tercapai.

6. Terdapat evaluasi sebagai alat ukur tingkat keberhasilan peserta didik.

Bahan ajar dari segi bentuk dibagi menjadi 4 macam. Bahan ajar

tersebut yaitu (Prastowo, 2018):

1. Bahan ajar cetak (printed)

Fungsi dari bahan ajar cetak yaitu sebagai alat bantu belajar atau pemacu

informasi. Bahan tersebut berupa kertas, buku, modul, LKS untuk siswa,

brosur, foto atau gambar, dan model atau maket.

2. Bahan ajar dengar (audio)

Bahan ajar yang dapat diputar atau didengarkan oleh seseorang atau

sekelompok orang secara langsung menggunakan sinyal contohnya


13

seperti radio, piringan hitam, kaset, dan CD audio merupakan contoh dari

bahan ajar dengar.

3. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual)

Bahan ajar pandang dengar digunakan untuk menggabungkan sinyal

audio dengan gambar bergerak berurutan untuk membuat bahan ajar

audiovisual. Contohnya yaitu video compact disk dan film.

4. Bahan ajar interaktif

Perpaduan antara dua atau lebih media seperti audio, teks, grafik, gambar,

animasi, dan video disebut sebagai bahan ajar interaktif. Media ini dapat

digunakan untuk memanipulasi atau diperlakukan untuk mengontrol

urutan atau sifat presentasi.

Bahan ajar yang dilihat dari sifatnya dapat dikelompokkan sebagai

berikut Prastowo (2018):

1. Bahan ajar berbasis cetak

Contoh dari bahan ajar berbasis cetak yaitu buku, pamflet, LKS, panduan

belajar peserta didik, bagan, peta konsep, dan bahan foto dari majalah serta

surat kabar.

2. Bahan ajar berbasis teknologi

Contoh dari bahan ajar berbasis teknologi yaitu audiocassete, siaran radio,

slide, film strips, film, video casstes, siaran televisi, video interaktif,

computes based tutorial, dan multimedia.

3. Bahan ajar untuk praktik atau proyek

Bahan ajar yang digunakan dalam praktik atau proyek meliputi kir sains,

lembar observasi, dan lembar wawancara.


14

4. Bahan ajar untuk keperluan interaksi manusia

Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh yaitu meliputi

telepon, handphone, dan video conferencing.

Prastowo (2018) menyatakan bahan ajar harus mengacu pada

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki peserta didik untuk

memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi

persyaratannya. Dengan demikian, materi pembelajaran dapat dibagi menjadi

tiga bentuk yaitu materi pada aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik. Oleh karena itu, isi dalam bahan ajar meliputi pengetahuan

(fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap/nilai.

Penyusunan bahan ajar harus meliputi beberapa langkah-langkah, yaitu

(Prastowo, 2018):

1. Menentukan standar kompetensi dan RPP

2. Menganalisis kebutuhan modul

3. Melaksanakan penyusunan draft

2.1.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Pujana, dkk (2016) mengatakan bahwa tugas berbentuk lembaran yang harus

diselesaikan oleh peserta didik merupakan isi dalam lembar kerja siswa.

Dengan demikian, peran Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran yaitu

sebagai alat yang berisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

memungkinkan guru dalam mengajar secara maksimal untuk memecahkan

masalah dan mencerdaskan peserta didik. Pemanfaatan sumber ajar berupa


15

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan

guru untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai materi

pelajaran.

Lembar Kerja Siswa (LKS), menurut Ernawati, dkk (2017) adalah alat

bagi peserta didik untuk penyelidikan atau melakukan tugas untuk

memecahankan masalah. Dalam memaksimalkan pemahaman dan

mengembangkan keterampilan dasar yang sejalan dengan capaian hasil belajar

sesuai dengan indikator pembelajaran, di dalam LKS memuat rangkaian

kegiatan yang harus diselesaikan peserta didik. Isi dalam lembar kerja yaitu

berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas

yang diperintahkan dalam lembar kerja harus memiliki kompetensi inti yang

jelas untuk dicapai. Oleh karena itu, lembar kerja dapat digunakan untuk semua

mata pelajaran.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bahan ajar yang memfasilitasi

belajar mandiri peserta didik. LKS dapat diartikan sebagai bahan ajar yang

dikembangkan oleh guru untuk mempercepat penguasaan konsep dan

keterampilan bagi peserta didik (Yaumi, 2018). Dengan demikian, LKS dapat

diartikan sebagai lembar kerja yang memberikan informasi dan petunjuk untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Misalnya yaitu menyelesaikan beberapa

latihan soal guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ernawati, dkk (2017) mengatakan LKS terdapat beberapa fungsi,

diantaranya yaitu:

1. LKS sebagai bahan ajar yang mampu meminimalkan peran guru, tetapi

dapat membuat peserta didik lebih aktif.


16

2. LKS sebagai bahan ajar yang dapat mempermudah peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran.

3. LKS sebagai bahan ajar yang diringkas dan banyak soal-soal untuk melatih

kemampuan diri peserta didik.

4. Memudahkan pelaksanaan pembelajaran.

5. LKS merupakan alat yang digunakan dalam pembelajaran, LKS memiliki

peran dalam mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan,

melatihan keterampilan, dan mengelola diri untuk memperoleh

pengetahuan.

6. Intervensi untuk diberikan guru berupa panduan bagi peserta didik untuk

memecahkan permasalahan.

2.2 Kerangka Teoritis

Penelitian terdahulu yang menganalisis Lembar Kerja Siswa (LKS) telah

dilakukan melalui beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan Hayatun

Nufus (2020) yaitu menganalisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam

memecahkan masalah geometri. Penelitian ini memiliki tujuan untuk

mendeskripsikan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan

sebuah permasalahan dan menggunakan pendekatan deskriptif secara kualitatif.

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, tes

dan wawancara serta menggunakan teknik analisis data dari Miles dan

Huberman. Hasil dari penelitiannya yaitu tingkat kemampuan berpikir kritis

dalam memecahkan maslaah geometri diperoleh bahwa S1 hanya mampu

memenuhi 2 kriteria berpikir kritis sehingga dapat disimpulkan bahwa S1


17

termasuk ke dalam kategori Level Critical Thingking (LCT) 1, sedangkan S2

hanya mampu memiliki 4 dari 6 kriteria berpikir kritis sehingga dapat

disimpulkan bahwa S2 termasuk dalam Level Critical Thingking (LCT) 2, dan

S3 hanya mampu memenuhi 5 dari 6 kriteria kemampuan berpikir kritis

sehingga dapat disimpulkan bahwa S3 termasuk dalam Level Critical Thingking

(LCT) 2.

Pada penelitian Purwati, dkk (2016) tentang analisis kemampuan

berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah persamaan kuadrat pada

pembelajaran model creative problem solving. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif dan dengan teknik pengumpulan data yaitu dengan

tes dan wawancara. Subjek pada penelitian ini yaitu 6 siswa dari SMK Negeri

2 Jember kelas X TPM 4 dengan kualifikasi yang berbeda-beda tingkatan dalam

berpikir kritisnya. Hasil dari penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis

siswa kelas X TPM4 SMK Negeri 2 Jember melalui pembelajaran Creative

Problem Solving tersebar dalam 3 kategori, untuk kategori tinggi siswa mampu

memenuhu keseluruhan indikator berpikir kritis. Siswa defan kategori berpikir

kritis sedang mampu memenuhi indikator interpretasi dan analisis, namuun

kurang mampu dalam memenuhi indikator evaluasi dan inferensi. Sedangkang,

siswa berada dalam kategori rendah kurang mampu dalam menginterpretasikan

masalah dan tidak mampu memenuhi indikator analisis, evaluasi, dan inferensi.

Penelitian yang dilakukan Susilowati, dkk (2017), tentang analisis

keterampilan berpikir kritis siswa pada tingkat Madrasah Aliyah. Penelitian

tersebut bertujuan menganalisis profil keterampilan berpikir kritis siswa di

Madrasah Aliyah Negeri dengan mengambil partisipan 207 siswa secara


18

random sampling yaitu menggunakan tes berdasarkan indikator Facione.

Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif yang memperoleh rata-rata

analisis data setiap indikator masih rendah sebesar 51,60%. Hasil dari setiap

aspek interpretasi sebesar 54,87% rendah, aspek analisis sebesar 46,56%

kategori rendah, aspek evaluasi sebesar 54,58% kategori rendah dan aspek

pengaturan diri sebesar 60,44% kategori cukup. Hasil dari penelitian ini yaitu

keterampilan berpikir kritis peserta didik yang masih rendah, diharapkan guru

mampu merancang proses pembelajaran yang dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa.

Pada penelitian yang dilakukan Wahyu Citra Susanti (2018) yaitu

tentang LKS berbasis keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dengan

menggunakan penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan

intsrumen berupa lembar pertanyaan dan angket respon untuk mengetahui

kelayakan LKS. Hasil dari penelitian tersebut yaitu LKS berbasis berpikir kritis

layak digunakan, yaitu dengan penilaian ahli media 89,70%, penilaian ahli

materi 82,81%, untuk penilaian silabus 92,30% dan penilaian RPP 91,66%,

serta penilaian ahli soal 90,38%. Sedangkan, respon guru dan siswa yaitu

88,46% dan 86,64%. Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut bahwa LKS layak

digunakan sebagai media pembelajaran biologi.

Selain itu, Satria, dkk. (2014) pada penelitiannya tentang

pengembangan LKS berbasis inkuiri untuk meningkatkan kapasitas peserta

didik dalam berpikir kritis. Metode penelitian yang digunakan yaitu

pengembangan dengan one group pretest and posttest design. Dengan teknik

menelaah digunakan untuk mengumpulkan saran terhadap LKS yang dibuat,


19

validasi digunakan untuk mengetahui kelayakan LKS, dan angket respon

peserta didik digunakan untuk mengumpulkan data setelah penggunaan LKS.

Hasil penelitiannya yaitu validitas penyajian LKS rata-rata 78,3%, sedangkan

kelayakan bahasanya 81,7%. Dalam penelitian ini juga menghasilkan validitas

LKS rata-rata 81,9%. Setelah peserta didik mendapatkan tugas berbasis inkuiri,

kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dari rata-rata 10% menjadi 74,6%

dan respon positif siswa terhadap LKS yang dikembangkan dengan rata-rata

91,9%. Oleh karena itu, LKS berbasis inkuiri layak digunakan dalam

pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang dipaparkan sebelumnya, maka kerangka berpikir

yang dapat disusun dalam penelitian ini yaitu pada pembelajaran abad ke-21

terdapat tuntutan bagi peserta didik untuk memiliki pengetahuan yang kompleks

dan keterampilan pendukung, salah satunya yaitu keterampilan berpikir kritis.

Berpikir kritis sangat penting dalam mencapai kesuksesan pada bidang

pendidikan dan sebagai kemampuan mendasar yang wajib dimiliki peserta

didik. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan berpikir

kritis sehingga mampu melatih kemampuan tersebut kepada generasi

penerusnya. Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih menggunakan bahan ajar

yang digunakan pada setiap pembelajarannya. Bahan ajar berpengaruh besar

dalam kemampuan yang dimiliki peserta didiknya. Namun, fakta lapangan

menunjukkan bahwa hasil belajar yang dimiliki peserta didik Di Kabupaten

Jepara masih rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut dapat mempengaruhi


20

kemampuan berpikir kritis pada peserta didik. Oleh karena itu, pada penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi aspek berpikir kritis pada

bahan ajar yang digunakan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini

digambarkan bagan dalam Gambar 2.1 berikut ini.

Pentingnya Berpikir Kritis Bagi Peserta Didik

Permasalahan

• Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik


• LKS dijadikan sebagai sumber belajar utama bagi peserta
didik SMP/MTs Kelas VIII di Kabupaten Jepara
• Belum teridentifikasi adanya aspek berpikir kritis pada LKS
IPA SMP/MTs di Kabupaten Jepara

Solusi

• Perlu adanya aspek berpikir kritis dalam LKS IPA yang


digunakan pada pembelajaran
• Perlu identifikasi aspek berpikir kritis dalam LKS IPA yang
digunakan pada pembelajaran

Hasil

Deskripsi aspek berpikir kritis pada LKS IPA SMP/MTs yang


digunakan pada pembelajaran di Kabupaten Jepara

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan

menganalisis dokumen secara terstruktur. Penelitian kualitatif memiliki ciri

utama yaitu mengarahkan penelitian langsung ke sumber data dalam kondisi

ilmiah, memperioritaskan proses daripada produk, dapat menganalisis data

secara induktif, dan menyoroti makna di balik data yang idiamati (Sugiyono,

2013). Bahan ajar yang akan dianalisis yaitu:

1. LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal Kelas VIII

Tim Penyusun MGMP IPA SMP Kabupaten Jepara.

2. LKS Modul IPA SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII Tim Penyusun MGMP

KKMTs 01 Jepara.

3. LKS Modul IPA Kelas VIII Semester Gasal Tim Penyusun MGMP

KKMTs 02 Jepara.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis isi

(content analysis) menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bersifat

komparatif. Content analysis adalah kajian teori dan metodologi serta

memanfaatkan sumber dari kepustakaan sebagai bahan kajian dalam penelitian

(Ahmad, 2018). Penelitian ini mengidentifikasi aspek berpikir kritis pada LKS

21
22

IPA yang digunakan di SMP/MTs di Kabupaten Jepara. Desain penelitian

dapat dilihat pada Gambar 3.1:

Penelitian Kualitatif dengan metode kajian isi


(analisys content)

Sumber Data
• LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal Kelas VIII
Tim Penyusun MGMP IPA SMP Kabupaten Jepara.
• LKS Modul IPA SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII Tim Penyusun MGMP
KKMTs 01 Jepara.
• LKS Modul IPA Kelas VIII Semester Gasal Tim Penyusun MGMP
KKMTs 02 Jepara.

Proses analisis data Dianalisis menggunakan

Metode Perbandingan Tetap

Reduksi Data Mengorganisasi Kategorisasi

Identifikasi aspek Meninjau Dikategorikan sesuai


berpikir kritis kembali hasil dengan aspek berpikir
reduksi data
kritis

Uji dengan ahli

Keabsahan Data Sintesisasi

Uji Kredibilitas, Uji Menghitung aspek


Keteralihan, Uji berpikir kritis di
Kebergantungan, dan setiap LKS
Uji Kepastian

Hipotesis Kerja
KESIMPULAN
Perbandingan aspek
berpikir kritis pada
LKS

Gambar 3. 1 Desain Penelitian


Gambar 3. 2 Desain Penelitian
23

3.3 Fokus Penelitian

Fokus subjek pada penelitian ini yaitu mengidentifikasi aspek berpikir ktitis

yang ada pada LKS IPA Kelas VIII Semester 1 yang digunakan di Kabupaten

Jepara. LKS tersebut yaitu LKS IPA Kelas VIII Semester 1 yang disusun oleh

tim MGMP Kabupaten Jepara. Tim MGMP Kabupaten Jepara dibagi menjadi

3, yaitu tim MGMP SMP, tim MGMP KKMTs 01, dan tim MGMP KKMTs 02.

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil analisis aspek berpikir

kritis yang terkandung dalam LKS IPA Kelas VIII Semester 1 yang digunakan

di Kabupaten Jepara. Berikut merupakan gambaran mengenai LKS yang

digunakan sebagai sampel penelitian.

Tabel 3. 1 Sampel Penelitian LKS IPA SMP/MTs

Kode Judul LKS Penulis Penerbit Tahun


LKS Terbit
1 LKS Buku Kegiatan Tim Penyusun Tim Penyusun 2022
Siswa IPA untuk SMP MGMP IPA MGMP IPA
Semester Gasal Kelas SMP SMP
VIII. Kabupaten Kabupaten
Jepara. Jepara.
2 LKS Modul IPA Tim Penyusun Tim Penyusun 2022
SMP/MTs Semester 1 MGMP MGMP
Kelas VIII KKMTs 01 KKMTs 01
Jepara Jepara
3 LKS Modul IPA Kelas Tim Penyusun Tim Penyusun 2022
VIII Semester Gasal MGMP MGMP
Tim Penyusun LP. KKMTs 02 KKMTs 02
Ma’arif NU Kabupaten Jepara Jepara
Jepara
24

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan pada penelitian ini yaitu telaah dokumen

terhadap LKS yang digunakan dan wawancara terhadap ketua MGMP IPA Di

Kabupaten Jepara. Dokumen yang ditelaah yaitu LKS IPA SMP/MTs Kelas

VIII Semester 1 yang disusun oleh tim MGMP Kabupaten Jepara. Tim MGMP

Kabupaten Jepara terdiri dari tim MGMP SMP, tim MGMP KKMTs 01, dan

tim MGMP KKMTs 02.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara dua pihak, pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan (Moleong, 2014). Wawancara dilaksanakan

secara tidak terstruktur dengan cara wawancara bebas dan peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara secara terstruktur. Peneliti hanya

menggunakan garis besar pertanyaan yang akan diajukan (Sugiyono,

2013).

2. Studi Dokumen

Rianto (2005) mengatakan bahwa studi dokumen adalah kegiatan

mengumpulkan data yang dapat menjawab permasalahan dalam penelitian.

Studi dokumentasi yang digunakan dalam teknik pengumpulan data yaitu

dengan mengumpulkan data dengan mencatat data dalam bentuk dokumen

(Hardani, 2020). Dokumen bermacam-macam bentuknya, contohnya yaitu

catatan harian, sejarah, biografi, peraturan, kebijakan, foto dan sketsa

(Sugiyono, 2013). Dokumen juga dapat berupa transkrip, surat kabar,

notulen rapat, dan lain sebagainya (Arikunto, 2013).


25

Dokumen yang ditelaah yaitu LKS IPA SMP/MTs Kelas VIII

Semester 1 yang disusun oleh tim MGMP Kabupaten Jepara. Tim MGMP

Kabupaten Jepara terdiri dari tim MGMP SMP, tim MGMP KKMTs 01,

dan tim MGMP KKMTs 02. Berikut aspek berpikir kritis yang akan

dianalisis dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Aspek Berpikir Kritis Facione

Aspek Berpikir Aspek Berpikir Kritis yang Dianalisis


No.
Kritis Pada LKS IPA
1 Interpretation Memahami dan mengungkapkan suatu
(Interpretasi) maksud dari bermacam-macam data, aturan,
pengalaman, pendapat, keyakinan, maupun
prosedur.
2 Analysis Melakukan identifikasi hubungan dari
(Analisis) berbagai konsep, pertanyaan, pernyataan,
deskripsi, maupun lainnya.
3 Evaluation Menilai integritas dari suatu kebenaran yang
(Evaluasi) berkaitan dengan berbagai deskripsi,
pertanyaan, pernyataan, konsep dan lain-lain.
4 Inference Pengumpulan bahan berupa data dan
(Kesimpulan) informasi untuk menyimpulkan sesuatu
5 Explanation Memberikan alasan berdasarkan prosedur
(Penjelasan) yang digunakan, mengemukakan argument,
dan mempresentasikan pendapat yang
dihasilkan
6 Self-Regulation Mengoreksi dan memeriksa kembali
(Regulasi Diri)

Untuk memudahkan dalam menganalisis aspek berpikir kritis pada

LKS IPA dapat dibantu dengan beberapa pertanyaan seperti apa yang

menjadi topik utama/pernyataan dari penulis? (untuk mengidentifikasi

interpretasi). Apa saja data yang mendukung pernyataan? (untuk

mengidentifikasi analisis). Apa saja fakta atau alasan yang dapat

membenarkan pernyataan? (untuk mengidentifikasi evaluasi). Apa

kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan tersebut? (untuk


26

mengidentifikasi kesimpulan). Apa alasan yang mendukung kesimpulan

yang dibuat? (untuk mengidentifikasi penjelasan). Apa saja alasan

mempengaruhi pernyataan penulis? (untuk mengidentifikasi regulasi

diri).

3.6 Teknik Keabsahan Data

Pada teknik keabsahan data dalam penelitian ini yaitu dengan uji kepercayaan,

keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Berikut penjelasannya:

1. Uji Kepercayaan (Credibility)

Pada tahap uji kepercayaan dilakukan pemeriksaan keabsahan data

triangulasi peneliti. Teknik tersebut memanfaatkan pengamat lain untuk

keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Triangulasi

peneliti dilakukan dua ahli yaitu 2 dosen ahli dalam bidang Pendidikan IPA

untuk mengecek data yang diperoleh agar bersifat objektif. Hasil dalam

tahap ini yaitu hasil penelitian telah diterima oleh dosen ahli dan

dilakukannya pengecekan terhadap hasil penelitian yang telah didapatkan.

2. Uji Keteralihan (Transferability)

Uji keteralihan dilakukan teknik uraian rinci pada aspek berpikir kritis. Ahli

melakukan pengecekan data sesuai dengan kriteria aspek berpikir kritis dan

dilakukan diskusi sehingga data yang dianalisis sesuai dengan aspek

berpikir kritis. Selain melakukan pengecekan, dosen ahli juga

melaksanakan diskusi bersama peneliti untuk memastikan hasl penelitian

tersebut.
27

3. Uji Kebergantungan (Dependability)

Pada uji kebergantungan ini dilakukannya teknik auditing oleh ahli yaitu

dengan memeriksa kembali data hasil analisis aspek berpikir kritis hingga

jenuh. Pengecekannya tersebut dengan cara melihat hasil dari dosen ahli

yang lain, untuk memastikannya sudah sesuai kesepakatan antara dua

dosen ahli tersebut. Apabila sudah dilakukan oleh peneliti dengan analisis

aspek berpikir kritis hingga jenuh, maka terdapat aspek berpikir kritis di

semua bab pada LKS IPA SMP/MTs Di Kabupaten Jepara.

4. Uji Kepastian (Confirmability)

Pada uji kepastian ini dilakukan proses pemeriksaan terhadap hasil

penelitian untuk mendapatkan persetujuan dari dua ahli agar data yang

diperoleh objektif. Hasil penelitian yang telah didiskusikan sebelumnya

akan dikonfirmasikan kembali, jika kedua dosen ahli telah menyetujuinya.

Maka, hasil penelitian tersebut sudah objektif.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode perbandingan

tetap. Metode perbandingan tetap menurut Moleong (2014) adalah sebagai

berikut:

1. Reduksi data, merupakan proses mengidentifikasi keberadaan aspek

berpikir kritis pada masing-masing LKS IPA yang dianalisis sesuai

dengan indikator berpikir kritis menurut Facione.

2. Megorganisasi, yaitu dengan melihat kembali hasil reduksi data agar

sesuai dengan aspek berpikir ktitis. Kegiatan mengorganisasi ini dibantu

dengan indikator-indikator disetiap aspek berpikir kritis.


28

3. Kategorisasi data dengan melakukan pengkategorian sesuai dengan aspek

berpikir kritis menurut Facione. Berdasarkan hasil analisis, selanjutnya

dihitung presentase keseluruhan dari aspek berpikir kritis dalam LKS IPA

dapat dirumuskan sebagai berikut:

∑ 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖


%=
∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛
x 100%

Hasil dari rumus perhitungan presetase keseluruhan dalam LKS IPA

dijadikan hasil penelitian. Skala penilaian tersebut berdasarkan

presentase hasilnya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. 3 Kategori Presentase Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori %
Sangat tinggi 80 < X ≤ 100
Tinggi 60 < X ≤ 80
Sedang 40 < X ≤ 60
Rendah 20 < X ≤ 40
Sangat rendah 0 < X ≤ 20
Setyowati dalam Karim (2015)
Setelah dilakukan presentase, selanjutnya dikategorisasikan sesuai

dengan pola aspek berpikir krittis yang ada di LKS IPA SMP/MTs di

Kabupaten Jepara dan disesuaikan dengan level berpikir kritis Menurut

Nufus (2020) dapat dilihat di Tabel 3.4.


29

Tabel 3. 4 Kerangka Analisis yang Digunakan untuk Menentukan


Level Berpikir Kritis

Level Critical
Thinking Kriteria
(LCT)
0 Tidak memuat aspek berpikir kritis menurut Facione
Memuat satu sampai tiga aspek berpikir kritis
1
menurut Facione
Memuat empat sampai lima aspek berpikir kritis
2
menurut Facione
3 Memuat enam aspek berpikir kritis menurut Facione
(Adaptasi, Nufus 2020)

4. Sintesisasi yaitu dengan menghubungkan satu kategori dengan kategori

lainnya yang sesuai dengan aspek berpikir kritis. Sehingga menghasilkan

persentase dan pola atau level berpikir kritis di setiap LKS.

5. Menyusun hipotesis kerja yang berkaitan dengan data yang diperoleh

untuk menjawab pertanyaan penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Aspek Berpikir Kritis yang Dilatihkan Pada LKS IPA SMP/MTs Kelas
VIII Di Kabupaten Jepara
4.1.1 Hasil Penelitian

Hasil analisis aspek berpikir kritis yang dilatihkan pada LKS IPA SMP/MTs Kelas

VIII Semester 1 Di Kabupaten Jepara berbeda-beda disetiap LKS yang ada.

Penelitian dengan menggunakan aspek berpikir kritis menurut Facione yaitu

dengan aspek interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, penjelasan, dan regulasi

diri memiliki ketersediaan berbeda-beda disetiap bab dalam LKS. Ketersediaan

apsek berpikir kritis pada LKS IPA SMP/MTs Kelas VIII Semester 1 Di

Kabupaten Jepara berbeda-beda di setiap materinya. Pada materi yang pertama

yaitu Bab 1 “Gerak Benda dan Makhluk Hidup Di Lingkungan Sekitar”,

ketersediaan aspek berpikir kritis dapat disajikan dalam bentuk Gambar 4.1

berikut.

PERBANDINGAN ASPEK BERPIKIR KRITIS PADA


MATERI KE-1
30.0% 27.4% 27.5% 26.8% 27.5% 26.8%

23.8%
25.0% 23.2% 23.2%
21.5% 21.4%
20.0%
20.0%
Persentase

15.0% 12.5% 11.9% 12.5%

10.0%

5.0%
0% 0% 0% 0%
0.0%
Interpretasi Analisis Evaluasi Kesimpulan Penjelasan Regulasi Diri
Aspek Berpikir Kritis

LKS 1 LKS 2 LKS 3

Gambar 4. 1 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-1

30
31

Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa pada materi yang pertama

yaitu Gerak Benda dan Makhluk Hidup di Lingkungan Sekitar disetiap LKS IPA

Di Kabupaten Jepara memiliki presentase disetiap aspek berbeda-beda. Pada LKS

1 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP Dinas memiliki presentase pada aspek

interpretasi sebanyak 27,4%, pada aspek analisis sebanyak 23,8%, pada aspek

evaluasi sebanyak 21,4%, pada aspek kesimpulan sebanyak 19,1%, dan pada

aspek penjelasan sebanyak 8,4%. Pada LKS 2 yaitu LKS yang disusun oleh Tim

MGMP KKMTs 01 memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak 27,5%,

pada aspek analisis sebanyak 27,5%, pada aspek evaluasi sebanyak 12,5%, pada

aspek kesimpulan sebanyak 20%, dan aspek penjelasan sebanyak 12,5%.

Sedangkan, pada LKS 3 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 02

memiliki presetase pada aspek interpretasi sebanyak 26,8%, pada aspek analisis

sebanyak 26,8%, pada aspek evaluasi sebanyak 23,2%, dan aspek kesimpulan

sebanyak 23,2%.

Pada materi kedua yaitu Usaha dan Pesawat Sederhana dalam Kehidupan

Sehari-hari juga memiliki persentase aspek berpikir kritis yang berbeda-beda di

setiap aspeknya. Ketersediaan aspek berpikir kritis yang terdapat pada LKS IPA

Di Kabupaten Jepara pada materi kedua dapat disajikan dalam Gambar 4.2 berikut
32

PERBANDINGAN ASPEK BERPIKIR KRITIS PADA


MATERI KE-2
30.0%
26.3%
24.5% 24.5%
23.7% 23.7% 23.7% 23.7%
25.0%
20.3% 20.8% 20.3% 20.8%
20.0%
Persentase

15.0% 13.2%
11.9%
13.2%

9.4%
10.0%

5.0%
0% 0% 0%
0.0%
Interpretasi Analisis Evaluasi Kesimpulan Penjelasan Regulasi Diri
Aspek Berpikir Kritis

LKS 1 LKS 2 LKS 3

Gambar 4. 2 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-2

Ketersediaan aspek berpikir kritis pada materi kedua dapat yang

disajikan dalam Gambar 4.1 di atas memiliki presentase disetiap aspek berbeda-

beda. Materi kedua pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara yaitu Usaha dan Pesawat

Sederhana dalam Kehidupan Sehari-hari. Pada LKS 1 yaitu LKS yang disusun

oleh Tim MGMP Dinas memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak

23,7%, pada aspek analisis sebanyak 23,7%, pada aspek evaluasi sebanyak 20,3%,

pada aspek kesimpulan sebanyak 20,3%, dan pada aspek penjelasan sebanyak

11,9%. Pada LKS 2 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 01

memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak 23,7%, pada aspek analisis

sebanyak 23,7%, pada aspek evaluasi sebanyak 26,3%, pada aspek kesimpulan

sebanyak 13,2%, dan aspek penjelasan sebanyak 13,2%. Sedangkan, pada LKS 3

yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 02 memiliki presetase pada

aspek interpretasi sebanyak 24,5%, pada aspek analisis sebanyak 24,5%, pada
33

aspek evaluasi sebanyak 20,8%, pada aspek kesimpulan sebanyak 20,8%, dan

pada aspek penjelasan sebanyak 9,4%.

Pada materi ketiga yaitu Struktur dan Fungsi Tumbuhan juga memiliki

persentase aspek berpikir kritis yang berbeda-beda di setiap aspeknya. Ketersediaan

aspek berpikir kritis dalam materi ketiga yang terdapat pada LKS IPA Di

Kabupaten Jepara dapat disajikan dalam Gambar 4.3 berikut.

PERBANDINGAN ASPEK BERPIKIR KRITIS PADA


30.0% 27.9% 27.9% MATERI KE-3
27.9%
25.5%
24.6%
25.0%
21.3%
20.6% 20.6% 20.6%
19.1% 19.1% 19.1%
20.0%
Persentase

17.1% 17.1%
16.4%

15.0%

10.0%

5.0%
0% 0% 0%
0.0%
Interpretasi Analisis Evaluasi Kesimpulan Penjelasan Regulasi Diri
Aspek Berpikir Kritis
LKS 1 LKS 2 LKS 3

Gambar 4. 3 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-3

Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa pada materi yang ketiga yaitu

Struktur dan Fungsi Tumbuhan disetiap LKS IPA Di Kabupaten Jepara memiliki

presentase disetiap aspek berbeda-beda. Pada LKS 1 yaitu LKS yang disusun oleh

Tim MGMP Dinas memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak 27,9%,

pada aspek analisis sebanyak 27,9%, pada aspek evaluasi sebanyak 24,6%, pada

aspek kesimpulan sebanyak 27,9%, dan pada aspek penjelasan sebanyak 16,4%.

Pada LKS 2 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 01 memiliki
34

presentase pada aspek interpretasi sebanyak 21,3%, pada aspek analisis sebanyak

25,5%, pada aspek evaluasi sebanyak 17,1%, pada aspek kesimpulan sebanyak

19,1%, dan aspek penjelasan sebanyak 17,1%. Sedangkan, pada LKS 3 yaitu LKS

yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 02 memiliki presetase pada aspek

interpretasi sebanyak 20,6%, pada aspek analisis sebanyak 20,6%, pada aspek

evaluasi sebanyak 20,6%, pada aspek kesimpulan sebanyak 19,1%, dan pada

aspek penjelasan sebanyak 19,1%.

Pada materi keempat yaitu Sistem Pencernaan Manusia juga memiliki

persentase aspek berpikir kritis yang berbeda-beda di setiap aspeknya.

Ketersediaan aspek berpikir kritis yang terdapat pada LKS IPA Di Kabupaten

Jepara pada materi keempat dapat disajikan dalam Gambar 4.4 berikut.

PERBANDINGAN ASPEK BERPIKIR KRITIS PADA


MATERI KE-4
30.0%
25.0% 25.0%25.0% 25.0%
25.0% 23.5% 23.5%
22.1% 21.6%
21.0% 21.0%21.6%

20.0%
Persentase

16.7% 16.7%
14.7% 14.7%
15.0%
9.9%
10.0%

5.0%
0% 0%
0.0%
Interpretasi Analisis Evaluasi Kesimpulan Penjelasan Regulasi Diri
Aspek Berpikir Kritis

LKS 1 LKS 2 LKS 3

Gambar 4. 4 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-4


35

Ketersediaan aspek berpikir kritis pada materi keempat dapat yang

disajikan dalam Gambar 4.4 di atas memiliki presentase disetiap aspek berbeda-

beda. Materi keempat pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara yaitu Sistem

Pencernaan Manusia. Pada LKS 1 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP

Dinas memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak 25%, pada aspek

analisis sebanyak 25%, pada aspek evaluasi sebanyak 22,1%, pada aspek

kesimpulan sebanyak 25%, pada aspek penjelasan sebanyak 14,7%, dan pada

aspek regulasi diri sebanyak 14,7%. Pada LKS 2 yaitu LKS yang disusun oleh

Tim MGMP KKMTs 01 memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak

21%, pada aspek analisis sebanyak 25%, pada aspek evaluasi sebanyak 16,7%,

pada aspek kesimpulan sebanyak 21%, dan aspek penjelasan sebanyak 16,7%.

Sedangkan, pada LKS 3 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 02

memiliki presetase pada aspek interpretasi sebanyak 23,5%, pada aspek analisis

sebanyak 23,5%, pada aspek evaluasi sebanyak 21,6%, pada aspek kesimpulan

sebanyak 21,6%, dan pada aspek penjelasan sebanyak 9,9%.

Pada materi kelima yaitu Zat Aditif dan Zat Adiktif juga memiliki

persentase aspek berpikir kritis yang berbeda-beda di setiap aspeknya.

Ketersediaan aspek berpikir kritis dalam materi kelima yang terdapat pada LKS

IPA Di Kabupaten Jepara dapat disajikan dalam Gambar 4.5 berikut.


36

PERBANDINGAN ASPEK BERPIKIR KRITIS PADA


30.0% MATERI KE-5
25.6% 25.6%
25.0%
25.0% 22.8%
22.1% 22.3% 22.1%
20.5% 20.1% 20.5%
20.0% 18.9% 18.7%
17.0%
Persentase

16.7%

15.0%
11.4% 11.1%

10.0%

5.0%

0% 0%
0.0%
Interpretasi Analisis Evaluasi Kesimpulan Penjelasan Regulasi Diri
Aspek Berpikir Kritis

LKS 1 LKS 2 LKS 3

Gambar 4. 5 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-5

Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa pada materi yang kelima yaitu

Zat Aditif dan Zat Adiktif disetiap LKS IPA Di Kabupaten Jepara memiliki

presentase disetiap aspek berbeda-beda. Pada LKS 1 yaitu LKS yang disusun oleh

Tim MGMP Dinas memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak 25,6%,

pada aspek analisis sebanyak 22,3%, pada aspek evaluasi sebanyak 25,6%, pada

aspek kesimpulan sebanyak 18,9%, pada aspek penjelasan sebanyak 16,7%, dan

pada aspek regulasi diri sebanyak 11,1%. Pada LKS 2 yaitu LKS yang disusun

oleh Tim MGMP KKMTs 01 memiliki presentase pada aspek interpretasi

sebanyak 20,5%, pada aspek analisis sebanyak 25%, pada aspek evaluasi

sebanyak 11,4%, pada aspek kesimpulan sebanyak 20,5%, dan aspek penjelasan

sebanyak 22,8%. Sedangkan, pada LKS 3 yaitu LKS yang disusun oleh Tim

MGMP KKMTs 02 memiliki presetase pada aspek interpretasi sebanyak 22,1%,


37

pada aspek analisis sebanyak 22,1%, pada aspek evaluasi sebanyak 20,1%, pada

aspek kesimpulan sebanyak 18,7%, dan pada aspek penjelasan sebanyak 17%.

Pada materi keenam yaitu Sistem Peredaran Darah Manusia juga

memiliki persentase aspek berpikir kritis yang berbeda-beda di setiap aspeknya.

Ketersediaan aspek berpikir kritis yang terdapat pada LKS IPA Di Kabupaten

Jepara pada materi keenam dapat disajikan dalam Gambar 4.6 berikut.

PERBANDINGAN ASPEK BERPIKIR KRITIS PADA


MATERI KE-6
40.0%
35.1%
35.0%
29.9%
30.0% 26.3%
25.0% 25.0%
Persentase

25.0% 21.1% 21.1%


22.3%
19.3% 19.3% 19.3%
20.0% 17.5% 17.5%
13.9% 13.9%
15.0%
10.0%
5.0%
0% 0% 0%
0.0%
Interpretasi Analisis Evaluasi Kesimpulan Penjelasan Regulasi Diri
Aspek Berpikir Kritis

LKS 1 LKS 2 LKS 3

Gambar 4. 6 Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada Materi Ke-6

Ketersediaan aspek berpikir kritis pada materi keenam dapat yang

disajikan dalam Gambar 4.6 di atas memiliki presentase disetiap aspek berbeda-

beda. Materi keenam pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara yaitu Sistem Peredaran

Darah Manusia. Pada LKS 1 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP Dinas

memiliki presentase pada aspek interpretasi sebanyak 35,1%, pada aspek analisis

sebanyak 29,9%, pada aspek evaluasi sebanyak 17,5%, pada aspek kesimpulan

sebanyak 17,5%, dan pada aspek penjelasan sebanyak 26,3%. Pada LKS 2 yaitu
38

LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 01 memiliki presentase pada aspek

interpretasi sebanyak 25%, pada aspek analisis sebanyak 25%, pada aspek

evaluasi sebanyak 13,9%, pada aspek kesimpulan sebanyak 13,9%, dan aspek

penjelasan sebanyak 22,3%. Sedangkan, pada LKS 3 yaitu LKS yang disusun oleh

Tim MGMP KKMTs 02 memiliki presetase pada aspek interpretasi sebanyak

21,1%, pada aspek analisis sebanyak 21,1%, pada aspek evaluasi sebanyak 19,3%,

pada aspek kesimpulan sebanyak 19,3%, dan pada aspek penjelasan sebanyak

19,3%.

Pada analisis aspek berpikir kritis yang dilatihkan pada masing-masing

materi yang terdapat dalam LKS IPA Di Kabupaten Jepara memiliki rata-rata

persetase berbeda-beda disetiap aspek berpikir kritisnya. Hasil persentase setiap

aspek pada bab yang ada di LKS dapat dihitung rata-rata aspeknya. Berikut

persentase ketersediaan aspek berpikir kritis yang terdapat pada LKS IPA yang

disusun oleh Tim MGMP IPA Kabupaten Jepara disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Persentase Ketersediaan Aspek Berpikir Kritis Pada LKS IPA


SMP/MTs Kelas VIII Semester 1 Di Kabupaten Jepara
Persentase (%)
LKS
I A E K P R
1 24,4 22,2 19,3 18,4 12,4 3,4
2 22,9 25,3 16,2 18,1 17,4
3 22,9 22,9 20,9 20,3 12,7

Keterangan:
I : Aspek berpikir kritis “Interpretasi”
A : Aspek berpikir kritis “Analisis”
E : Aspek berpikir kritis “Evaluasi”
K : Aspek berpikir kritis “Kesimpulan”
P : Aspek berpikir kritis “Penjelasan”
R : Aspek berpikir kritis “Regulasi diri”
39

LKS 1 : LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal Kelas VIII
Tim Penyusun MGMP IPA Dinas
LKS 2 : LKS Modul IPA SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII Tim Penyusun MGMP
KKMTs 01
LKS 3 : LKS Modul IPA Kelas VIII Semester Gasal Tim Penyusun LP. Ma’arif
NU Kabupaten Jepara (MGMP KKMTs 02)

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa LKS IPA Di Kabupaten Jepara

memiliki presentase aspek berpikir kritis berbeda-beda disetiap aspeknya. Pada

LKS 1 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP Dinas memiliki presentase pada

aspek interpretasi sebanyak 24,4%, pada aspek analisis sebanyak 22,2%, pada

aspek evaluasi sebanyak 19,3%, pada aspek kesimpulan sebanyak 18,4%, pada

aspek penjelasan sebanyak 12,4%, dan pada aspek regulasi diri sebanyak 3,4%.

Pada LKS 2 yaitu LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 01 memiliki

presentase pada aspek interpretasi sebanyak 22,9%, pada aspek analisis sebanyak

25,3%, pada aspek evaluasi sebanyak 16,2%, pada aspek kesimpulan sebanyak

18,1%, dan pada aspek penjelasan sebanyak 17,4%. Sedangkan, pada LKS 3 yaitu

LKS yang disusun oleh Tim MGMP KKMTs 02 memiliki presetase pada aspek

interpretasi sebanyak 22,9%, pada aspek analisis sebanyak 22,9%, pada aspek

evaluasi sebanyak 20,9%, pada aspek kesimpulan sebanyak 20,3%, dan pada

aspek penjelasan 12,7%.

Dari presentase di setiap aspek berpikir kritis yang dilatihkan pada

masing-masing LKS yang disusun oleh Tim MGMP IPA Di Kabupaten Jepara,

kemudian diakumulasikan menjadi satu kesatuan presentase di setiap LKS IPA

MGMP yang ada di Kabupaten Jepara. Kategori presentase aspek berpikir kritis
40

yang dilatihkan pada LKS IPA MGMP yang ada di Kabupaten Jepara disajikan

dalam Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4. 2 Kategori Presentase Aspek Berpikir Kritis yang Dilatihkan Di


LKS IPA MGMP Kabupaten Jepara

LKS Presentase (%) Kategori


Tim Penyusun MGMP Dinas 41,2% Sedang
Tim Penyusun MGMP KKMTs01 24,9% Rendah
Tim Penyusun MGMP KKMTs02 33,8% Rendah

Berdasarkan presentase pada Tabel 4.2 menghasilkan bahwa aspek

berpikir kritis yang dilatihkan oleh guru-guru Di Kabupaten Jepara melalui

penyajian LKS IPA sesuai dengan tim penyusunnya memiliki presentase yang

berbeda-beda. LKS IPA yang disusun oleh Tim Penyusun MGMP Dinas memiliki

presentase paling tinggi dibandingkan dengan presentase LKS dengan tim

penyusun lain yaitu dengan presetase sebanyak 41,2%, untuk LKS IPA Tim

Penyusun MGMP KKMTs01 memiliki presentase 24,9%, dan untuk LKS IPA

Tim Penyusun MGMP KKMTs02 memiliki presentase 33,8%.

Penentuan presentase pada Gambar 4.1 sampai Gambar 4.6 dan Tabel 4.1

serta Tabel 4.2 mengacu pada Tabel 3.4 dimana presentase tersebut

mendeskripsikan terkait tingkat aspek berpikir kritis yang dilatihkan pada masing-

masing LKS yang ada Di Kabupaten Jepara sesuai dengan tim penyusunnya. Dari

ketiga LKS tersebut menyajikan aspek berpikir kritis menurut Facione. Aspek

berpikir kritis menurut Facione tersebut tidak semua aspek disajikan, tetapi lebih

banyak menyajikannya pada aspek interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan,

dan penjelasan.
41

Dari penjelasan yang telah disampaikan, dapat diketahui bahwa LKS 1

yaitu LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal Kelas VIII yang

disusun oleh MGMP IPA Dinas, terdapat 95 halaman yang terdiri dari 6 bab dan

16 subbab. Dari 6 bab tersebut mengandung aspek berpikir kritis dengan

presentase 41,2% dan termasuk dalam kategori sedang. Pada LKS 2 yaitu LKS

Modul IPA SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII dengan tim penyusun MGMP

KKMTs01 terdiri dari 92 halaman dengan 6 bab dan 14 subbab. Dari 6 bab

tersebut mengandung aspek berpikir kritis dengan presentase 24,9% dan termasuk

dalam kategori rendah. Sedangkan, pada LKS 3 yaitu LKS Modul IPA Kelas VIII

Semester Gasal Tim Penyusun LP. Ma’arif NU Kabupaten Jepara dengan tim

penyusun MGMP KKMTs02 terdiri dari 103 halaman dengan 6 bab dan 22

subbab. Dari 6 bab tersebut mengandung aspek berpikir kritis dengan presentase

33,8% dan termasuk dalam kategori rendah.

4.1.2 Pembahasan

Aspek berpikir kritis yang terdapat di dalam LKS yang disusun oleh Tim

Penyusun MGMP IPA Kabupaten Jepara memiliki persentase berbeda-beda

disetiap materi pada LKS-nya. Materi yang terdapat pada setiap LKS sebanyak 6

bab, untuk materi yang pertama yaitu materi Gerak Benda dan Makhluk Hidup di

Lingkungan Sekitar, materi yang kedua yaitu Usaha dan Pesawat Sederhana

dalam Kehidupan Sehari-hari, materi yang ketiga yaitu Struktur dan Fungsi

Tumbuhan, materi yang keempat yaitu Sistem Pencernaan Manusia, materi yang

kelima yaitu Zat Aditif dan Zat Adiktif, dan materi yang keenam yaitu Sistem

Peredaran Darah Manusia.


42

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap aspek

berpikir kritis di dalam LKS memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut

menunjukkan bahwa di dalam LKS memiliki penyajian yang berbeda. Pada LKS

pertama yang disusun oleh MGMP Dinas menunjukkan bahwa adanya sedikit

materi pengantar untuk peserta didik memahami isi dari materi yang akan

dipelajarinya, kemudian peserta didik diminta untuk melakukan sebuah

eksperimen supaya mampu memperkuat materi yang telah dipelajarinya. Pada

materi yang pertama aspek berpikir kritis yang paling tinggi yaitu aspek

interpretasi, pada materi yang kedua yaitu aspek interpretasi dan analisis, pada

materi ketiga yaitu aspek interpretasi, analisis, dan kesimpulan. Pada materi yang

keempat paling tinggi aspek berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, dan

kesimpulan. Pada materi kelima paling tinggi yaitu aspek interpretasi dan

evaluasi, dan materi keenam aspek yang paling tinggi yaitu interpretasi. Hal

tersebut, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam LKS yang

disusun oleh Tim MGMP IPA Dinas yaitu mampu memahami, mendeskripsikan,

dan menganalisis disetiap materinya. Karakteristik pada setiap materi yang

terdapat dalam LKS, sudah tersusun adanya aspek berpikir kritis seperti aspek

interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan. Penyajian dalam LKS

yang disusun oleh Tim MGMP IPA Dinas telah mengandung unsur aspek berpikir

kritis, dengan begitu dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan

keterampilan berpikir kritis untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan ke

depannya. Kemampuan berpikir kritis dapat dikatakan sebagai kemampuan

berpikir tingkat tinggi (Adnyana 2012). Hal tersebut, sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hamdani (2019) bahwa dalam menghadapi tantangan dunia
43

pendidikan yaitu menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan berpikir

tingkat tinggi.

Hasil analisis aspek berpikir kritis yang terdapat pada LKS yang disusun

oleh Tim MGMP IPA Dinas memiliki persentase 41,2% dan memasuki kategori

sedang. Hal tersebut sesuai dengan penyajian LKS yang disusun oleh MGMP

Dinas menunjukkan bahwa adanya sedikit materi pengantar untuk peserta didik

memahami isi dari materi yang akan dipelajarinya, kemudian peserta didik

diminta untuk melakukan sebuah eksperimen supaya mampu memperkuat materi

yang telah dipelajarinya. Penyajian tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang

dilaksanakan dengan Ketua MGMP IPA Dinas yaitu dengan Ibu Aries Anisa,

S.Pd.Si., M.Pd. yang menghasilkan bahwa pendidik mata pelajaran IPA yang

bernaungan pada MGMP Dinas mampu mengetahui terkait berpikir kritis tersebut

dan sudah melatihkan kemampuan berpikir kritis terhadap peserta didik dalam

pembelajarannya. Untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis terhadap peserta

didik, pendidik memanfaatkan LKS yang telah disusun oleh MGMP Dinas untuk

melatihkan kemampuan berpikir kritis terhadap peserta didik dengan memberikan

beberapa pertanyaan untuk mengantarkan pembelajaran tersebut ke dalam materi

yang akan dipelajarinya dan dengan melaksanakan eksperimen yang telah

disajikan dalam LKS tersebut. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Solikin (2021) bahwa peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis berarti

mampu mengkaji ulang pengetahuan yang diberikan berdasarkan infomasi yang

telah dimilikinya. Penyajian dalam LKS yang berupa sedikit pengantar materi dan

banyak kegiatan eksperimen untuk menguji atau mengkaji ulang pengetahuan


44

yang dimiliki peserta didik mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi

peserta didik.

Penyajian aspek berpikir kritis yang terdapat dalam LKS tersebut telah

didiskusikan dengan tim penyusunnya setiap semesternya. Saat pergantian tahun

ajaran baru, LKS tersebut ada keterbaruannya guna untuk membantu peserta didik

dalam menghadapi abad 21. Dalam penyusunan LKS tersebut, tim penyusun

belum menerapkan aspek berpikir kritis secara keseluruhan karena menganggap

bahwa jika menerapkan keseluruhan aspek berpikir kritis maka peserta didik

belum sanggup untuk mengikutinya dan levelnya sudah menuju ke level tinggi.

Oleh karena itu, dalam LKS yang disusun oleh Tim MGMP IPA Dinas

mengandung aspek berpikir kritis yang disajikan dalam bentuk materi maupun

bentuk kegiatan eksperimen. Dengan penyajian kegiatan eksperimen tersebut

dapat mendorong peserta didik dalam menyimpulkan sebuah permasalahan.

Sesuai dengan Cottrell (2005) dalam Hamdani (2019) yaitu peserta didik dapat

dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika mampu menyimpulkan

dengan tepat sebuah permasalahan, mampu meninjau kembali dan meneliti secara

keseluruhan keputusan yang telah diambil.

Pada LKS kedua yang disusun oleh MGMP KKMTs01 menunjukkan

bahwa memiliki penyajian dalam LKS hanya berupa rancangan eksperimen saja,

tanpa ada pengantar materinya. Dengan begitu, pendidik hanya memanfaatkan

LKS tersebut sebagai media penunjang dalam melaksanakan pembelajaran guna

untuk memenuhi tujuan pembelajaran yang telah disepakati di awal. Pada materi

yang pertama aspek berpikir kritis yang paling tinggi yaitu aspek interpretasi dan

aspek analisis, pada materi yang kedua yaitu aspek interpretasi dan analisis, pada
45

materi ketiga yaitu aspek analisis. Pada materi yang keempat paling tinggi aspek

analisis. Pada materi kelima paling tinggi yaitu aspek analisis, dan materi keenam

aspek yang paling tinggi yaitu interpretasi dan analisis. Hal tersebut, sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam LKS yang disusun oleh Tim

MGMP IPA KKMTs01 yaitu mampu memahami, mendeskripsikan, dan

menganalisis disetiap materinya. Karakteristik pada setiap materi yang terdapat

dalam LKS, sudah tersusun adanya aspek berpikir kritis seperti aspek interpretasi,

analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan. Aspek berpikir kritis yang terdapat

dalam LKS yang disusun oleh Tim MGMP IPA KKMTs01 perlu disajikannya

karena untuk bekal yang dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan

yang dikatakan Rachmawati & Rohaeti (2018) yang mengatakan bahwa berpikir

kritis tersebut perlu diintegrasikan dalam pembelajaran untuk bekal dan

pengalaman pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kemampuan berpikir

kritis harus dimiliki setiap individu untuk menyelesaikan sebuah permasalahan

berdasarkan sumber yang akurat dan relevan.

LKS yang disusun oleh Tim Penyusun KKMTs01 memiliki persentase

aspek berpikir kritis sebanyak 24,9% dan memasuki kategori rendah. Isi di dalam

LKS tersebut menuntun peserta didik untuk mampu menganalisis secara kritis

karena penyajiannya yang hanya berupa rancangan kegiatan eksperimen.

Penyajian yang terdapat dalam LKS 2 tersebut sesuai dengan hasil wawancara

yang dilakukan dengan Ketua MGMP IPA KKMTs01 yaitu dengan dengan Bapak

Rokhama, S.Pd. yang menghasilkan bahwa pendidik yang menjadi anggota

KKMTs01 secara keseluruhan belum mengetahui berpikir kritis karena pendidik

mata pelajaran IPA ada yang masih muda dan sudah tua. Oleh karena itu, untuk
46

pendidik yang masih muda atau lulusan terbaru maka sudah mampu melatihkan

berpikir kritis tersebut terhadap peserta didik. Cara melatihkan berpikir kritis

tersebut terhadap peserta didik dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan

eksperimen sesuai dengan buku panduan yang telah diberikan kepada peserta

didik yaitu LKS. Di dalam LKS sudah memuat beberapa tahapan untuk menuntun

peserta didik berpikir kritis. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mira

Azizah (2018), bahwa menganalisi memiliki tujuan untuk menuntun peserta didik

agar mampu berpikir secara luas, mampu memberikan suatu tantangan, menguji

kemampuan, dan memperkaya sumber belajar. Selain itu, pembelajaran yang

disajikannya kegiatan eksperimen mampu meningkatkan kemampuan berpikir

kritis peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ratunguri (2016) bahwa kemampuan berpikir kritis pada peserta didik dapat

dilatih dengan menggunakan metode eksperimen karena dengan eksperimen

peserta didik dapat ditekankan untuk melakukan sebuah percobaan secara

sistematis. Oleh karena itu, pada LKS ini pendidik mampu memanfaatkan

penyajian tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan baik

yang dimiliki oleh peserta didik dan dapat ditingkatkan kembali atau dituntun

supaya peserta didik menguasi semua aspek-aspek berpikir kritis, bukan hanya

menguasai satu aspek berpikir kritis. Karena peserta didik dikatakan memiliki

kemampuan berpikir kritis, jika mampu menguasai hampir selurunya aspek

berpikir kritis.

Penyajian aspek berpikir kritis yang terdapat dalam LKS tersebut telah

didiskusikan dengan tim penyusunnya setiap semesternya. Saat pergantian tahun

ajaran baru, LKS tersebut ada keterbaruannya pada bagian latihan soalnya saja.
47

Tetapi dalam penyusunan LKS tersebut, tim penyusunnya tidak berpikiran untuk

menerapkan aspek berpikir kritis di dalamnya, hanya saja disajikan bagaimana

rangkaian peserta didik dalam memahami kegiatan eksperimen tersebut. Oleh

karena itu, beberapa pendidik juga belum memahami betul terkait berpikir kritis

yang harus dimiliki peserta didik saat ini. Tetapi sebagian pendidik yang masih

muda sudah memahami keterampilan berpikir kritis dan mampu menerapkannya

secara langsung dalam pembelajaran, baik menggunakan bahan ajar pendukung

LKS tersebut maupun bahan pendukung lainnya.

Pada LKS ketiga yang disusun oleh MGMP KKMTs02 menunjukkan

bahwa memiliki penyajian materi-materi yang akan dipelajarinya dalam satu

semester dan sedikit kegiatan eksperimen untuk memperkuat pemahaman peserta

didik. Dengan begitu, pendidik dapat memanfaatkan LKS tersebut sebagai media

penunjang dalam melaksanakan pembelajaran guna untuk memenuhi tujuan

pembelajaran yang telah disepakati di awal. Pada materi yang pertama aspek

berpikir kritis yang paling tinggi yaitu aspek interpretasi dan aspek analisis, pada

materi yang kedua yaitu aspek analisis, pada materi ketiga yaitu aspek interpretasi,

aspek analisis, dan aspek evaluasi. Pada materi yang keempat paling tinggi aspek

interpretasi dan aspek analisis. Pada materi kelima paling tinggi yaitu aspek

interpretasi dan aspek analisis, serta materi keenam aspek yang paling tinggi yaitu

interpretasi dan aspek analisis. Hal tersebut, sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang terdapat dalam LKS yang disusun oleh Tim MGMP IPA KKMTs02 yaitu

mampu memahami, mendeskripsikan, dan menganalisis disetiap materinya.

Karakteristik pada setiap materi yang terdapat dalam LKS, sudah tersusun adanya

aspek berpikir kritis seperti aspek interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan
48

penjelasan. Sukmadinata (2012) mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan

kecakapan dalam bernalar secara teratur yang artinya memiliki kemampuan

berpikir secara sistematis dalam hal menilai, mampu memecahkan masalah,

mampu menarik sebuah keputusan, dan mampu menyatakan keyakinan dengan

bukti yang jelas. Dengan penyajian LKS yang disusun oleh Tim Penyusun MGMP

IPA KKMTs02 tersebut mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis karena

memiliki beberapa aspek yang mendukung dalam hal meningkatkan kemampuan

berpikir kritis pada peserta didik.

Pada LKS 3 yang disusun oleh Tim KKMTs02 memiliki persentase

aspek berpikir kritis sebanyak 33,8% dan termasuk ke dalam kategori rendah. Hal

tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilaksanakan dengan Ketua MGMP

IPA KKMTs02 yaitu Bapak Moh. Misbahul Arifin, S.Pd.si yang menghasilkan

bahwa pendidik mata pelajaran IPA yang bernaungan pada MGMP KKMTs02

secara keseluruhan belum mengetahui terkait berpikir kritis itu sendiri.

Pengetahuan terkait berpikir kritis sendiri besar kemungkinan hanya diketahui

oleh pendidik yang masih muda. Hal tersebut menghasilkan bahwa dalam

pembelajaran IPA di dalam kelas belum melatihkan aspek berpikir kritis tersebut

terhadap peserta didik. Tetapi, hanya menjelaskan materi terhadap peserta didik

dengan acuan LKS yang disusun MGMP tersebut. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Shanti dkk (2017) bahwa peserta didik memiliki kemampuan

berpikir kritis yang kurang perlu ditingkatkan kembali, sebagain besar peserta

didik masih belum memahami atau menerapkan konsep berpikir kritis tersebut

seperti apa. Oleh karena itu, sebaiknya dalam pembuatan LKS atau buku

pendukung dalam sebuah pembelajaran maka harus mengandung aspek berpikir


49

kritis supaya peserta didik lebih mudah dalam memahaminya dan mampu

memiliki kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi guna menghadapi revolusi

industry 4.0 tersebut.

Penyajian aspek berpikir kritis yang terdapat dalam LKS tersebut telah

didiskusikan dengan tim penyusunnya setiap semesternya. Saat pergantian tahun

ajaran baru, LKS tersebut ada keterbaruannya terkait perkembangan materi dan

penyajiannya yang menuntun peserta didik dalam berpikir kritis. Tetapi dalam

penyusunan LKS tersebut, tim penyusunnya tidak berpikiran untuk menerapkan

aspek berpikir kritis di dalamnya, hanya saja memasukkan materi-materi yang

sekiranya cocok dari sumber lain yang kemudian di kutip dalam LKS tersebut.

Oleh karena itu, beberapa pendidik yang masih muda diharapkan untuk tetap

menyisipkan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta

didik dalam pembelajarannya baik menggunakan LKS tersebut atau dapat

menggunakan bahan ajar lainnya.

Karakteristik yang terdapat di setiap LKS IPA Di Kabupaten Jepara

memiliki kesamaan karakteristik, yaitu memiliki kemampuan untuk menjelaskan,

mampu menarik sebuah kesimpulan, dan mampu merumuskan langkah-langkah

secara logis. Sesuai dengan Seifert & Hoffnung dalam Wanti (2020) yang

mengatakan bahwa karakteristik dalam berpikir kritis tersebut ada empat salah

satunya yaitu basic operations of reasoning yang memiliki arti untuk berpikir

secara kritis, seseorang harus memiliki kemampuan untuk menjelaskan,

menggenarilassi, menarik kesimpulan secara deduktif dan dapat merumuskan

langkah – langkah logis lainnya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik disetiap
50

materi yang terdapat dalam LKS IPA Di Kabupaten Jepara yang mampu

membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Secara keseluruhan, LKS IPA yang terdapat Di Kabupaten Jepara dengan

masing-masing tim penyusun dari MGMP mengandung aspek berpikir kritis. Pada

LKS yang disusun oleh MGMP IPA Dinas memiliki persentase sebanyak 41,2%,

untuk LKS yang disusun oleh MGMP IPA KKMTs01 memiliki persentase

sebanyak 24,9%, dan untuk LKS yang disusun oleh MGMP IPA KKMTs02

memiliki persentase sebanyak 33,8%. Dari aspek berpikir kritis yang terdapat di

dalam LKS-LKS tersebut, maka aspek yang paling banyak terdapat pada LKS

adalah aspek interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan. Serta,

aspek berpikir kritis lain yang terdapat pada LKS tersebut yaitu aspek regulasi diri

yang terdapat dalam LKS yang disusun MGMP IPA Dinas. Penyajian aspek-aspek

berpikir kritis pada setiap LKS tersebut memiliki manfaat sendiri bagi peserta

didik. Wahidin dalam Ahmatika (2017) mengatakan bahwa manfaat yang

diperoleh dari mengembangkan atau mengasah kemampuan berpikir kritis bagi

peserta didik ada 2, yaitu pertama belajar yang lebih ekonomis artinya

pembelajaran yang diperoleh akan dapat bertahan lama dalam pemikiran peserta

didik dan kedua yaitu dapat menambahkan semangat belajar dan antusias belajar

bagi peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan memiliki sikap ilmiah

dan mampu menyelesaikan sebuah permasalahan dengan bukti yang relevan di

masa yang akan datang.


51

4.2 Pola Kandungan Aspek Berpikir Kritis Pada LKS IPA SMP/MTs Kelas
VIII Di Kabupaten Jepara
4.2.1 Hasil Penelitian

Hasil analisis kandungan aspek berpikir kritis pada LKS IPA SMP/MTs Kelas

VIII Semester 1 Di Kabupaten Jepara yaitu berupa pola penyajian yang terdiri dari

dua sampai enam aspek berpikir kritis menurut Facione. Pola yang terdapat dalam

LKS tersebut telah terbagi menjadi beberapa level atau tingkatan. Level pada

penyajian aspek berpikir kriitis atau Level Critical Thinking (LCT) tersebut yaitu:

Level 0 tidak memuat aspek berpikir kritis menurut Facione, Level 1 memuat satu

sampai tidak aspek berpikir kritis menurut Facione, Level 2 memuat empat sampai

lima aspek berpikir kritis menurut Facione, dan Level 3 memuat enam aspek

berpikir kritis menurut Facione. Hasil dari analisis pola dan level aspek berpikir

kritis yang terdapat pada LKS Di Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 3 Hasil Analisis Pola dan Level Aspek Berpikir Kritis Pada LKS
IPA SMP/MTs Kelas VIII Di Kabupaten Jepara

Jenis Jumlah
Pola (Jumlah/Persentase) Level
LKS Level/Persentase
I (1/4,5%)
I – A (4/18,2%)
1 14/63,7%
I – A – E (2/9,1%)
LKS 1
I – A – K (7/31,9%)
I – A – E – K (1/4,5%)
2 8/36,3%
I – A – E – K – R (1/4,5%)
I (2/8%)
A (9/36%)
I – A (7/28%) 1 22/88%
LKS 2
A – K (1/4%)
I – A – K (3/12%)
I – A – E – K (3/12%) 2 3/12%
I – A (7/36,8%)
1 10/52,7%
I – A – E (3/15,8%)
LKS 3
I – A – E – K (7/36,8%)
2 9/47,3%
I – A – E – K – P (2/10,5%)
52

Keterangan:
I : Aspek berpikir kritis “Interpretasi”
A : Aspek berpikir kritis “Analisis”
E : Aspek berpikir kritis “Evaluasi”
K : Aspek berpikir kritis “Kesimpulan”
P : Aspek berpikir kritis “Penjelasan”
R : Aspek berpikir kritis “Regulasi diri”
LKS 1 : LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal Kelas VIII
Tim Penyusun MGMP IPA Dinas
LKS 2 : LKS Modul IPA SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII Tim Penyusun MGMP
KKMTs 01
LKS 3 : LKS Modul IPA Kelas VIII Semester Gasal Tim Penyusun LP. Ma’arif
NU Kabupaten Jepara (MGMP KKMTs 02)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa LKS IPA Di Kabupaten Jepara

mengandung pola aspek berpikir kritis. Pada LKS 1 yaitu LKS Buku Kegiatan

Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal Kelas VIII yang disusun oleh Tim MGMP

IPA Dinas mengandung pola aspek berpikir kritis sebanyak 6 pola. Dari keenam

pola tersebut termasuk ke dalam 2 level yaitu level 1 dan level 2. Pada level 1

terdiri dari pola aspek penyajian (I) interpretasi sebanyak 1, pola aspek penyajian

(I – A) interpretasi dan analisis sebanyak 4, pola aspek penyajian (I – A – E) yaitu

interpretasi, analisis, dan evaluasi sebanyak 2, dan pola aspek penyajian (I – A –

K) yaitu interpretasi, analisis, dan kesimpulan sebanyak 7. Sedangkan, pada level

2 terdiri dari pola aspek penyajian (I – A – E – K) yaitu interpretasi, analisis,

evaluasi, dan kesimpulan sebanyak 7 dan pola aspek penyajian (I – A – E – K –

R) yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan regulasi diri sebanyak 1.

Setelah diakumulasikan pola aspek berpikir kritis yang terdapat dalam LKS IPA

yang disusun ole Tim MGMP IPA Dinas masuk ke dalam level 1 dan level 2. Pola
53

aspek berpikir kritis yang termasuk ke dalam level 1 sebanyak 63,7% dan pola

aspek berpikir kritis yang termasuk ke dalam level 2 sebanyak 36,3%.

Pola penyajian yang terdapat pada LKS 2 yaitu LKS Modul IPA

SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII yang disusun oleh Tim MGMP IPA KKMTs01

mengandung pola aspek berpikir kritis sebanyak 6 pola. Dari keenam pola tersebut

termasuk ke dalam 2 level yaitu level 1 dan level 2. Pada level 1 terdiri dari pola

penyajian aspek berpikir kritis (I) yaitu interpretasi sebanyak 2, pola penyajian

aspek berpikir kritis (A) yaitu analisis sebanyak 9 pola, pola penyajian aspek

berpikir kritis (I – A) yaitu interpretasi dan analisis sebanyak 7 pola, pola

penyajian aspek berpikir kritis (A – K) yaitu analisis dan kesimpulan sebanyak 1

pola, dan pola penyajian aspek berpikir kritis (I – A – K) yaitu interpretasi,

analisis, dan kesimpulan sebanyak 3 pola. Sedangkan, pada level 2 terdiri dari

pola aspek berpikir kritis (I – A – E – K) yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, dan

kesimpulan sebanyak 3 pola. Setelah diakumulasikan pola aspek berpikir kritis

yang terdapat dalam LKS IPA yang disusun ole Tim MGMP IPA KKMTs01

masuk ke dalam level 1 dan level 2. Pola aspek berpikir kritis yang termasuk ke

dalam level 1 sebanyak 88% dan pola aspek berpikir kritis yang termasuk ke

dalam level 2 sebanyak 12%.

Pada LKS 3 yaitu LKS Modul IPA Kelas VIII Semester Gasal Tim

Penyusun LP. Ma’arif NU Kabupaten Jepara (Tim Penyusun MGMP IPA

KKMTs02) mengandung pola penyajian aspek berpikir kritis sebanyak 4 pola.

Dari keempat pola tersebut termasuk ke dalam 2 level yaitu level 1 dan level 2.

Pada level 1 terdiri dari pola penyajian aspek berpikir kritis (I – A) yaitu

interpretasi dan analisis sebanyak 7 pola dan pola penyajian aspek berpikir kritis
54

(I – A – E) yaitu interpretasi, analisis, dan evaluasi sebanyak 3 pola. Sedangkan,

pada level 2 terdiri dari pola penyajian aspek berpikir kritis (I – A – E – K) yaitu

interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan sebanyak 7 pola dan pola penyajian

aspek berpikir kritis (I – A – E – K – P) yaitu interpretasi, analisis, evaluasi,

kesimpulan, dan penjelasan sebanyak 2 pola. Setelah diakumulasikan pola aspek

berpikir kritis yang terdapat dalam LKS IPA yang disusun ole Tim MGMP IPA

KKMTs02 masuk ke dalam level 1 dan level 2. Pola aspek berpikir kritis yang

termasuk ke dalam level 1 sebanyak 52,7% dan pola aspek berpikir kritis yang

termasuk ke dalam level 2 sebanyak 12%.

Pada level pola penyajian aspek berpikir kritis yang terdapat dalam Tabel

3.5 yaitu terdapat beberapa level aspek berpikir kritis menurut Facione. Level

aspek berpikir kritis terdiri dari 4 level, yaitu level 0, level 1, level 2, dan level 3.

Level tersebut mengandung jumlah aspek berpikir kritis yang berbeda-beda.

Untuk level 0 tidak mengandung aspek berpikir kritis menurut Facione, level 1

mengandung satu sampai tiga aspek berpikir kritis menurut Facione, level 2

mengandung empat sampai 5 aspek berpikir kritis menurut Facione, dan level 3

mengandung keenam aspek berpikir kritis menurut Facione. Dari hasil analisis

yang telah didapatkan, LKS IPA Di Kabupaten Jepara secara keseluhan

menggunakan level aspek berpikir kritis yaitu level 1 yang terdiri atas satu sampai

3 aspek berpikir kritis. LKS IPA Di Kabupaten Jepara juga terdapat beberapa pola

yang termasuk ke dalam level 2, tetapi hanya sedikit di setiap LKS-nya dan lebih

banyak masuk ke dalam level 1. Sedangkan untuk level 0 dan level 3 dalam LKS

IPA Di Kabupaten Jepara tidak ditemukan.


55

4.1.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketiga LKS yang ada

Di Kabupaten Jepara memiliki pola aspek berpikir kritis di masing-masing LKS-

nya. Pada beberapa pola aspek berpikir kritis, kemudian dikategorikan menjadi

level berpikir kritis. Level berpikir kritis yang terdapat pada masing-masing LKS

Di Kabupaten Jepara banyak menggunakan level 1 daripada level 2. Pada LKS

yang disusun oleh Tim Penyusun MGMP IPA Dinas memiliki jumlah pola

penyajian aspek berpikir kritis pada level 1 sebanyak 14 pola dan level 2 sebanyak

8 pola penyajian. LKS yang kedua yaitu LKS yang disusun oleh Tim Penyusun

MGMP IPA KKMTs01 memiliki jumlah pola penyajian aspek berpikir kritis pada

level 1 sebanyak 22 pola dan level 2 sebanyak 3 pola penyajian. Sedangkan, pada

LKS ketiga yaitu LKS yang disusun oleh Tim Penyusun MGMP IPA KKMTs02

memiliki jumlah pola penyajian aspek berpikir kritis pada level 1 sebanyak 10

pola dan level 2 sebanyak 9 pola penyajian. Level 1 merupakan banyaknya aspek

yang berbentuk pola dengan jumlah satu sampai tiga aspek berpikir kritis. Pola

yang terdapat pada level 1 diketiga LKS tersebut yaitu pola I (interpretasi), A

(analisis), A – K (analisis dan kesimpulan), I – A (interpretasi dan analisis), I – A

– E (interpretasi, analisis dan evaluasi), dan I – A – K (interpretasi, analisis dan

kesimpulan). Oleh karena itu, pola penyajian aspek berpikir kritis di setiap LKS

adalah pola yang terdapat di level 1.

Hasil analisis penyajian pola yang terdapat di setiap LKS yang disusun

oleh Tim MGMP IPA Di Kabupaten Jepara muncul di setiap materi. Pola yang

sering muncul yaitu I, A, A – K, I – A, I – A – E, dan I – A – K. Berikut merupakan

paragraf yang menunjukkan pola penyajian aspek berpikir kritis level 1, paragraf
56

ini terdapat pada LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP Semester Gasal

Kelas VIII dengan Tim Penyusun MGMP IPA Dinas bab 1 halaman 1.

Gambar 4. 7 Penyajian Pola “I” Aspek Berpikir Kritis Level 1

Pada paragraf tersebut mengandung satu aspek berpikir kritis saja, tetapi

satu aspek pun termasuk ke dalam pola penyajian aspek berpikir kritis. Hal ini,

terjadi karena pada paragraf tersebut mengandung aspek berpikir kritis yaitu aspek

interpretasi dan termasuk ke dalam penyajian pola level 1 yang terdiri dari satu

sampai tiga aspek berpikir kritis. Penyajian aspek interpretasi dalam kalimat

tersebut karena dapat mengungkapkan suatu maksud dari beberapa pendapat atau

penjelasan sebuah arti dari topik yang disajikan (Facione, 2015). Pada penyajian

pola berpikir kritis dengan satu aspek berpikir kritis bukan hanya interpretasi,

tetapi analisis juga dapat dikatakan sebagai pola berpikir kritis. Pola pada aspek

analisi ini terdapat pada LKS Modul IPA SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII dengan

Tim Penyusun MGMP IPA KKMTs01 bab 3 halaman 40.


57

Gambar 4. 8 Penyajian Pola “A” Aspek Berpikir Kritis Level 1

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa pola penyajian aspek berpikir

kritis dengan satu aspek yaitu analisis. Pola penyajian dengan satu aspek juga

masuk ke dalam level 1 pola penyajian aspek berpikir kritis. Penyajian aspek

analisis dalam kegiatan tersebut karena mampu mengidentifikasi pernyataan yang

telah disajikan (Facione, 2015). Sedangkan, untuk pola penyajian aspek berpikir

kritis lebih dari satu aspek salah satunya yaitu terdapat pada LKS Modul IPA

SMP/MTs Semester 1 Kelas VIII dengan Tim Penyusun MGMP IPA KKMTs01

bab 4 halaman 66.

Gambar 4. 9 Penyajian Pola “A – K” Aspek Berpikir Kritis Level 1


58

Pada kegiatan eksperimen diatas menunjukkan bahwa menggunakan

pola penyajian aspek berpikir kritis yaitu A – K (analisis dan kesimpulan). Pola

tersebut berkaitan satu sama lain karena pad aspek analisis memiliki tujuan

mampu mengidentifikasi pernyataan terkait konsep yang telah disediakan.

Sedangkan, untuk aspek kesimpulan diatas menunjukkan bahwa dapat

memnyimpulkan dari beberapa pernyataan yang terdapat pada aspek analisis

tersebut. Pola penyajian selanjutnya yaitu terdapat pada LKS Modul IPA Kelas

VIII Semester Gasal Tim Penyusun LP. Ma’arif NU Kabupaten Jepara (Penyusun

KKMTs02) bab 1 halaman 4.

Gambar 4. 10 Penyajian Pola “I – A” Aspek Berpikir Kritis Level 1

Pada kalimat contoh tersebut menunjukkan bahwa pola penyajian aspek

berpikir kritisnya yaitu I – A (interpretasi dan analisis). Pola penyajian tersebut

saling berikatan satu sama lain, karena pada interpretasi mengandung kalimat

tujuan yang berarti bahwa mampu memahami dan mengungkapkan suatu maksud

yang nantinya akan dilaksanakan serta pada aspek analisis memiliki tujuan untuk

mengidentifikasi hubungan dari berbagai konsep dan pertanyaan yang nantinya

akan menjadikan sebuah penjelasan bagi peserta didik agar mudah dipahaminya.

Selanjutnya, pola penyajian aspek berpikir kritis dengan menggunakan tiga aspek

dalam polanya yaitu terdapat pada LKS Buku Kegiatan Siswa IPA untuk SMP

Semester Gasal Kelas VIII dengan Tim Penyusun MGMP IPA Dinas bab 4

halaman 48.
59

Gambar 4. 11 Penyajian Pola “I – A – K” Aspek Berpikir Kritis Level 1

Pada kegiatan eksperimen yang disajikan diatas merupakan pola

penyajian aspek berpikir kritis dengan menggunakan 3 aspek. Aspek yang

digunakan yaitu I – A – K (interpretasi, analisis dan kesimpulan). Aspek yang

digunakan pada kegiatan eksperimen tersebut saling berkaitan satu sama lain,

sehingga mampu membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritisnya. Selain menggunakan ketiga aspek tersebut dalam penyajian

polanya, berikut merupakan satu contoh penyajian pola aspek berpikir kritis yang

terdapat pada LKS Modul IPA Kelas VIII Semester Gasal Tim Penyusun LP.

Ma’arif NU Kabupaten Jepara (Penyusun KKMTs02) bab 3 halaman 50.

Gambar 4. 12 Penyajian Pola “I – A – E” Aspek Berpikir Kritis Level 1


60

Pada pola penyajian aspek berpikir kritis yang terdapat pada paragraf

diatas menunjukkan bahwa pola penyajian berbentuk I – A – E (interpretasi,

analisis dan evaluasi). Pola penyajian tersebut saling berikatan satu sama lainnya,

sehingga mampu membantu peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis

dengan disajikannya berbentuk materi. Meskipun secara logika, kemampuan

berpikir kritis biasanya dapat diukur dengan kegiatan eksperimen maupun cara

peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh pendidik (Hamdani, 2019).

Secara keseluruhan LKS IPA yang terdapat Di Kabupaten Jepara

memiliki pola penyajian aspek berpikir kritisnya berada di level 1. Level 1 terdiri

dari satu sampai tiga aspek berpikir kritis yang disajikannya. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan penyajian pola berpikir kritis pada LKS 1 yaitu level 1

sebanyak 14 pola dan level 2 sebanyak 8 pola. Pada LKS 2 yaitu memiliki level 1

sebanyak 22 dan level 2 sebanyak 3 pola penyajian. Sedangkan, pada LKS 3

memiliki level 1 sebanyak 10 pola dan level 2 sebanyak 9 pola penyajian. Dengan

banyaknya level 1 di masing-masing LKS, maka dapat disimpulkan bahwa level

1 merupakan pola penyajian aspek berpikir kritis yang banyak digunakan dalam

penyusunan LKS IPA Di MGMP Kabupaten Jepara. Selain itu, penyusunan LKS

tersebut pendidik mampu menyisipkan beberapa aspek berpikir kritis di

dalamnya. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua MGMP

yang ada Di Kabupaten Jepara yaitu sebagian besar dalam penyusunan LKS IPA

tidak memasukkan aspek berpikir kritis karena beberapa pendidik belum

mengetahui secara jelas terkait aspek berpikir kritis. Bahkan sebaiknya, dalam

menyusun LKS lebih baik disusun oleh pendidik sendiri karena dapat mengetahui

apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dan mampu mempermudah dalam
61

meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik. Seperti halnya yang

dikemukakan oleh Lestari (2018) bahwa LKS sebaiknya dirancang oleh pendidik

sendiri guna untuk menyesuaikan pokok bahasan dan tujuan yang akan dilakukan

dalam pembelajarannya. Bukan hanya dalam merancang sebuah LKS saja yang

dapat membantu peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, tetapi

pada diri peserta didik sendiri yang mampu mengikuti serangkaian aspek-aspek

yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Selain itu, sama

halnya penelitian yang dilakukan oleh purwati (2016) keberhasilan peserta didik

dalam sebuah pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh diri peserta didik sendiri

melalui kemampuannya, tetapi didukung oleh faktor pendidik dan bahan ajar serta

model pembelajaran yang digunakan pendidik dalam proses belajar mengajarnya.

Oleh karena itu, sebaiknya dalam penyusunan LKS memang pendidik mampu ikut

andil karena yang memahami peserta didik adalah pendidik itu sendiri dan mudah

nantinya dalam melaksanakannya.

Penyajian hasil analisis pola dan level aspek berpikir kritis yang terdapat

dalam LKS tersebut tidak berpikiran untuk menerapkan aspek berpikir kritis di

dalamnya, hanya saja memasukkan materi-materi yang sekiranya cocok dari

sumber lain yang kemudian di kutip dalam LKS tersebut. Sehingga penyajian pola

berpikir kritis yang terdapat dalam LKS belum maksimal memasuki level 3. Oleh

karena itu, beberapa pendidik yang masih muda diharapkan untuk tetap

menyisipkan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta

didik dalam pembelajarannya baik menggunakan LKS tersebut atau dapat

menggunakan bahan ajar lainnya.


BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti, diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Aspek berpikir kritis yang dilatihkan pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara

dengan dianalisi menggunakan indikator Facione berbeda-beda di setiap

LKSnya. Aspek berpikir kritis yang dilatihkan pada LKS yang disusun oleh

Tim MGMP IPA Dinas memiliki presentase 41,2% dengan kategori sedang,

LKS yang disusun oleh Tim MGMP IPA KKMTs01 memiliki presentase

sebanyak 24,9% dengan kategori rendah, dan LKS yang disusun oleh Tim

MGMP IPA KKMTs02 memiliki presentase sebanyak 33,8% dengan

kategori rendah.

2. Perbandingan level pola penyajian aspek berpikir kritis yang ada pada LKS

IPA Di Kabupaten Jepara yaitu hanya menggunakan level 1 dan level 2.

Jumlah pola disetiap level pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara yaitu LKS

yang disusun oleh Tim MGMP IPA Dinas level 1 sebanyak 14 pola dan level

2 sebanyak 8 pola, LKS yang disusun oleh Tim MGMP IPA KKMTs01 level

1 sebanyak 22 pola dan level 2 sebanyak 3 pola, dan LKS yang disusun oleh

Tim MGMP IPA KKMTs02 level 1 sebanyak 10 pola dan level 2 sebanyak 9

pola. Oleh karena itu, rata-rata level pola penyajian aspek berpikir kritis yang

ada pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara yaitu level 1. Pola penyajian level 1

yang terdapat pada LKS IPA Di Kabupaten Jepara yaitu pola I (interpretasi),

A (analisis), A – K (analisis dan kesimpulan), I – A (interpretasi dan analisis),

62
63

I – A – E (interpretasi, analisis dan evaluasi), dan I – A – K (interpretasi,

analisis dan kesimpulan).

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai penelitian yang telah dilakukan

peneliti, terdapat:

1. Dalam mengembangkan aspek berpikir kritis pada LKS IPA Di Kabupaten

Jepara melatihkan aspek pada level 1, karena kemampuan berpikir kritis pada

peserta didik perlu dikembangkan. Sebaiknya kemampuan aspek berpikir

kritis yang disajikan melatihkan pada level 2, karena peserta didik dikatakan

mampu memiliki kemampuan berpikir kritis jika menguasai aspek-aspek

berpikir kritis dan dapat memberikan sebuah keputusan yang mampu

dipercaya dan sah serta suatu strategi yang berguna pada kehidupan sehari-

hari.

2. Penyusunan LKS IPA Di Kabupaten Jepara berbeda-beda disetiap LKS-nya

Hal tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik

belum merata. Sebaiknya dalam penyusunan LKS disusun sesuai dengan

tujuan LKS itu sendiri, yaitu mengandung unsur materi singkat di setiap

subbabnya dan disajikan kegiatan eksperimen supaya peserta didik lebih

memahami materi yang dipelajarinya.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2012). Intuisi Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam Pemecahan


Masalah Matematika Divergen. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan
Pendidikan Matematika, 2(1), 66-75. DOI: 10.18860/jt.v0i0.1442.
Adi, Rianto. (2005). Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum Edisi I. Jakarta:
Granit.
Adyana, Gede Putra. (2012). Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep
Siswa Pada Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran 45(3): 201-9.
Agnafia, D. N. (2019). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam
Pembelajaran Biologi. Florea: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 6 (1),
45-53.
Ahmad, Jumal. (2018). Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis). Jurnal
Research Gate. Vol. 5. No. 1-20.
Ahmatika, D. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan
Pendekatan Inquiry/Discovery. Euclid, 3(1), 394-403.
https://doi.org/10.33603/e/v3i1.324.
Anugerahwati, M. (2019). Integrating the 6Cs of the 21st century education into the
English lesson and the school literacy movement in secondary schools. KnE
Social Sciences, 3(10), 165. DOI: 10.18502/kss.v3i10.3898.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chomsin, dkk. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Citra, W., S. (2018). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Keterampilan Berpikir Kritis Untuk Pembelajaran Biologi SMA Kelas X.
Skripsi. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan.
Cottrell, S. (2005). Critical Thinking Skill. Palgrave Macmillan.
Ernawati, Andi, Misykat Malik Ibrahim dan Ahmad Afif. (2017). Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Berbasis Multiple Interligences Pada Pokok Bahasan
Substansi Genetika Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Makassar. Vol. 5 No. 2:
Jurnal Biotek.
Facione, P. (2015). Critical Thinking: What it is and why it counts. Insight
assessment, (13), 1-28.

64
65

Hamdani, M., Prayitno, B. A., & Karyanto, P. (2015). Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Kritis Melalui Metode Eksperimen. Procceding Biology Education
Conference. Vol. 16(1): 139-145.
Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu.
Ismauza, Dasa. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Strategi Konflik
Kognitif. Journal Universitas Pendidikan Indonesia.
Kusaeri, & Aditomo, A. (2019). Pedagogical beliefs about critical thinking among
Indonesia mathematics pre-service teachers. International Journal of
Intruction, 12(1), 573 590. DOI: 10.29333/iji.2019.12137a.
Lestari, S. (2018). Peran Teknologi Dalam Pendidikan Di Era Globalisasi.
Edureligia. Vol. 2 No 2. 94-100.
Mira Azizah, J. Sulianto, & N. Cintang. (2018). Analisis Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Sekolah Dasar Pada Pembelajaran Matematika Kurikulum
2013. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vo. 35. No. 1.
Moleong, L. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Normaya & Karim. (2015). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Jucama Di
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematikan. Vol. 3(1).
hlm 92-104.
Nufus, Hayatun. (2020). Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Geometri. Skripsi. Program Studi Tadris
Matematika. Universitas Islam Negeri Mataram: Mataram.
Nurhayati. (2014). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam
Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan SAVI Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Kelas VIII SMP Negeri 3 Godean. Skripsi Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta.
Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Kelas IX. Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya, 2006, 179-186.
Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 3 (2), 155-158.
Prastowo, Andi. (2018). Sumber Belajar & Pusat Sumber Belajar Teori dan
Aplikasinya di Sekolah/Madrasah. Depok: Kencana.
Pujana, I. G. Y., A. A. G. Agung, dan L. P. P, Mahadewi. (2016). Analisis LKS
Kelas X Semester Genap di SMAN 4 Singaraja Ditinjau Dari Aspek Desain
Pembelajaran. Vol. 5 No. 2: Jurusan Teknologi Pendidikan.
66

Purwati, Ratna. Hobri., & A. Fatahillah. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat Pada
Pembelajaran Model Creative Problem Solving. Kadikma. Vo. 7, No. 1,
hal. 84-93.
Radno Harsanto. (2011). Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif.
Jakarta: Gransindo.
Rachmawati, Dwita. & Eli Rohaeti. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Sains,
Teknologi, Dan Masyarakat Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Motivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Matematikan dan Sains
VI(I): 29-39.
Ramdani, D. & Badriah, L. (2018). Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Kritis
Dengan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbasis Blended Learning Pada Materi Sistem Respirasi
Manusia. The Journal of Science and Biology Education. Vo.3(2).
Ratunguri, Yusak. (2016). Implementasi Metode Pembelajaran Eksperimen Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa PGSD. Pedagogia
5(2): 137-46.
Satria, dkk. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berorientasi Inkuiri
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX
Pada Tema Virgin Coconut Oil (VCO). Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 2 No
1.
Setyowati, A. (2011). Impelemntasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam
Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7: 89-96.
Shanti, W.N., Dyahsih Alin Sholihah dan Adhetia Martyanti. (2017). Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis melalui Problem Posing, Literasi. Vol. 8 No 1.
49-59.
Sofri, D., Arif, F., & Nur, A. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Model Problem Based Learning (PBL) Berbantu Media
Pembelajaran Interaktif dan Google Classroom. (2018). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Solikhin, M., & A. N. M. Fauziah. (2021). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa SMP Pada Pelajaran IPA Saat Pembelajaran Daring Selama
Pandemi Covid-19. Pensa E-Jurnal: Pendidikan Sains. Vol. 9 No. 2. 188-
192.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Bandung.
Sukmadinata. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Refika Aditama.
67

Susilowati., Sajidan., & Ramli, M. (2017). Analisis Keterampilan Berpikir ritis


Siswa Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan. Seminar Proposal
Pendidika Sains. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tawil. M., & Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA (Makasar: Badan Penerbit UNM).
Wanti. (2020). Karakteristik Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Masalah
Bangun Datar Segi Empat Ditinjau Dari Gaya Kognitif Pada Siswa Kelas
VII SMP Tridharma MKGR Makassar. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Widhiarso, W. (2010). Melibatkan Rater dalam Pengembangan Alat Ukur. 1-4.
Yaumi, Muhammad. (2018). Media Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Yunus, Hamzah dan Heldy Vanni Alam. (2015). Perencanaan Pembelajaran
Berbasis Kurikulum 2013. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
68

LAMPIRAN
69

Lampiran 1 - Tabel Hasil Analisis Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP Dinas Di
Kabupaten Jepara

Aspek
Hal. Bab Sub Bab Berpikir Kalimat
Kritis
1 1 A. Gerak Interpretasi
Benda

Interpretasi
5

Analisis

Evaluasi

Kesimpulan

6 B. Sistem Interpretasi
Gerak (Biru)
Manusia

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

7 Interpretasi
70

Analisis

10 D. Sistem Interpretasi
Gerak (Biru)
Pada
Analisis
Manusia
(Kuning)
Evaluasi
(Orange)
11 Kesimpulan

Interpretasi

Analisis

Evaluasi

Kesimpulan

14 E. Sistem Interpretasi
Gerak
Pada
71

Tumbuh Analisis
an

15 Evaluasi

Kesimpulan

23 2 A. Pesawat Interpretasi
Sederha
na
Analisis

Evaluasi

Kesimpulan

25 B. Konsep Interpretasi
Pesawat (Biru)
Sederha
na Pada
Kerja
Otot
Manusia

Analisis
(Kuning)
72

Evaluasi
(Orange)

26 Interpretasi

Analisis

Kesimpulan

31 3 A. Struktur Interpretasi
dan
Fungsi
32 Jaringan Analisis
Batang

Kesimpulan

33 B. Struktur Interpretasi
dan
Fungsi
Jaringan Analisis
Daun

34 Kesimpulan
73

34 C. Pem Interpretasi
anfa
atan
Stru
ktur
Jarin
gan
Tum
35 buha Analisis
n
Dala
m Kesimpulan
Tek
nolo
gi
44 4 Makanan Interpretasi

45 Analisis

46 Evaluasi

Kesimpulan
48 Interpretasi

Analisis

Kesimpulan
74

50 Interpretasi

Analisis

51 Evaluasi

Kesimpulan
56 5 A. Zat Interpretasi
Aditif (Biru)

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)
75

Regulasi
Diri
(Kuning
Tua)

57 Interpretasi

58 Analisis

Kesimpulan
64 B. Zat Interpretasi
Adiktif

65 Analisis

Kesimpulan

71 6 Sistem Interpretasi
Peredaran
Darah

72 Analisis
76

Interpretasi

Analisis

73 Interpretasi

Analisis
77

Lampiran 2 - Tabel Hasil Analisis Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTS01 Di
Kabupaten Jepara

Aspek
Hal. Bab Sub Bab Berpikir Kalimat
Kritis
4 1 A. Konsep Interpretasi
Gerak

Analisis
(Kuning)

Kesimpulan
(Hijau)
78

13 B. Sistem Interpretasi
Gerak
Manusia

14 Analisis

18 C. Sistem Interpretasi
Gerak
Pada
Hewan

Analisis

19 D. Sistem Interpretasi
Gerak
Pada
Tumbuh
an
79

20 Analisis

28 2 A. Usaha Interpretasi

Analisis

29 B. Pesawat Interpretasi
Sederha
na
80

Analisis

39 3 A. Struktur Interpretasi
dan
Fungsi
Akar,
Batang,
Daun
dan
Analisis
Bunga

Kesimpulan

40 Analisis
81

Analisis

41 Analisis

44 B. Struktur Interpretasi
dan
Fungsi
Jaringan
Tumbuh
an
45 Analisis

46 Evaluasi

Kesimpulan
82

49 C. Teknolo Interpretasi
gi yang
Terinspir
asi dari
Struktur
Jaringan
Tumbuh
an
57 4 A. Nutrisi Interpretasi

Analisis

Evaluasi

Kesimpulan

61 Analisis

66 B. Struktur Interpretasi
dan
Fungsi
Sistem
Pencerna
an
Makana
n pada
Manusia
83

66 Analisis

Kesimpulan

67 Analisis

70 C. Ganggua Interpretasi
n pada
Sistem
Pencerna
an dan
Upaya
untuk
Mencega Analisis
h atau
Menang
gulangin
ya

Kesimpulan
84

78 5 A. Zat Interpretasi
Aditif

Analisis

Kesimpulan

81 Analisis

Kesimpulan

82 B. Zat Interpretasi
Adiktif

84 Analisis

C. Upaya Interpretasi
Pencega
han Diri
dari
Bahaya
Narkoba
85

Analisis

89 6 A. Struktur Interpretasi
dan
Fungsi
Sistem
Peredara
n Darah
90 Analisis

Analisis

B. Ganggua Interpretasi
n atau
Kelaiana
n Pada
Sistem
Peredara
n Darah
dan
Upaya
untuk
Mencega
h serta
Menang
gulangin
ya
86

Lampiran 3 - Tabel Hasil Analisis Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA
SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTS02 Di
Kabupaten Jepara

Aspek
Hal. Bab Sub Bab Berpikir Kalimat
Kritis
4 1 1. Pengertian Interpretasi
Gerak (Biru)

Analisis
(Kuning)

2. Besaran- Interpretasi
besaran Gerak
Lurus
Analisis

9 Interpretasi
(Biru)

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)
87

Kesimpulan
(Hijau)

12 3. Gerak Pada Interpretasi


Tumbuhan (Biru)

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)

16 4. Gerak Pada Interpretasi


Hewan (Biru)

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)

31 2 1. Pengertian Interpretasi
Usaha dan
Daya
88

Analisis

33 2. Pesawat Interpretasi
Sederhana

Analisis

38 Interpretasi
(Biru)
89

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)

50 3 3. Struktur dan Interpretasi


Fungsi (Biru)
Jaringan
batang Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

51 4. Struktur dan Interpretasi


Fungsi (Biru)
Jaringan Daun
90

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)

Penjelasan
(Ungu)

53 6. Pemanfaatan Interpretasi
Jaringan (Biru)
Tumbuhan
pada
Teknologi Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)
91

Penjelasan
(Ungu)

71 4 1. Makanan Interpretasi
(Biru)

Analisis
(Kuning)

72 Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)
75 2. Struktur dan Interpretasi
Fungsi Organ (Biru)
Sistem
Pencernaan
Pada Manusia
Analisis
(Kuning)

88 5 1. Zat Aditif Interpretasi


(Biru)

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

93 Interpretasi
(Biru)

Analisis
(Kuning)
92

91 2. Zat Adiktif Interpretasi


(Biru)

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
Hijau

101 6 1. Darah dan Interpretasi


Komposisinya (Biru)

Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)
93

Kesimpulan
(Hijau)

Penjelasan
(Ungu)

103 2. Penggolongan Interpretasi


Darah dan (Biru)
Transfusi
Darah
Analisis
(Kuning)

Evaluasi
(Orange)

Kesimpulan
(Hijau)

Penjelasan
Ungu
94

107 Interpretasi
(Biru)

Analisis
(Kuning)
Lampiran 4 - Tabel Ketersediaan Pola Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun
MGMP Dinas Di Kabupaten Jepara

Ketersediaan Unsur
Pola Berpikir
Hal. Bab Sub Bab Kalimat Berpikir Kritis
Kritis
I A E K P R
1 1 A. Gerak Benda √ I

5 √ √ √ √ I-A-E-K

95
6 B. Sistem Gerak √ √ √ I-A-E
Manusia

7 √ √ I-A

96
10 C. Gangguan dan -
Kelainan Pada
Sistem Gerak
Manusia
D. Sistem Gerak Pada √ √ √ I-A-E-K
Manusia

11 √

√ √ √ I-A-E-K

97

14 √ √ √ I-A-E-K

98
15 √ √

23 2 A. Pesawat Sederhana √ √ √ √ I-A-E-K

99
25 B. Konsep Pesawat √ √ √ I-A-E
Sederhana Pada
Kerja Otot Manusia

26 √ √ √ I-A-K

100
31 3 A. Struktur dan Fungsi √ I-A-K
Jaringan Batang

32 √ √

101
33 B. Struktur dan Fungsi √ √ I-A-K
Jaringan Daun

34 √

C. Pemanfaatan √ I-A-K
Struktur Jaringan
Tumbuhan Dalam
Teknologi

102
35 √ √

44 4 Makanan √ I-A-E-K

45 √

103
46 √ √ √

48 √ √ √ I-A-K

104
50 √ √ I-A-E-K

51 √ √

105
56 5 A. Zat Aditif √ √ √ √ √ I-A-E-K-R

57 √ I-A-K

58 √ √

106
64 5 B. Zat Adiktif √ √ I-A-K

65 √ √

107
71 6 Sistem Peredaran Darah √ I-A

72 √

√ √ I-A

108
73 √ √ I-A

109
Lampiran 5 - Tabel Ketersediaan Pola Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun
MGMP KKMTS01 Di Kabupaten Jepara

Ketersediaan Unsur
Pola Berpikir
Hal. Bab Sub Bab Kalimat Berpikir Kritis
Kritis
I A E K P R
4 1 A. Konsep √ I-A-K
Gerak

√ √

110
13 B. Sistem √ I-A
Gerak
Manusia

14 √

18 C. Sistem √ I-A
Gerak Pada
Hewan

111

19 D. Sisteam √ I-A
Gerak Pada
Tumbuhan

112
20 √

28 2 A. Usaha √ I-A

113

29 B. Pesawat √ I-A
Sederhana

114
39 3 A. Struktur √ I-A-K
dan Fungsi
Akar,
Batang,
Daun, dan
Bunga

√ √

115
40 √

116
41 √

44 B. Struktur √ √ I-A-E-K
dan Fungsi
Jaringan
Tumbuhan

117

118
46 √ √

49 C. Teknologi √ I
yang
Terinspirasi
dar Struktur
Jaringan
Tumbuhan

57 4 A. Nutrisi √ I-A-E-K

119
√ √ √

61 √

120
66 B. Struktur √ I-A-E-K
dan Fungsi
Sistem
Pencernaan
Makanan
pada
Manusia
√ √

121
67 √ A

70 C. Gangguan √ √ √ √ I-A-E-K
pada Sistem
Pencernaan
dan Upaya
untuk
Mencegah
atau
Menanggul
anginya

122
78 5 A. Zat Aditif √ √ √ I-A-K

123
√ √ A-K

82 B. Zat Adiktif √ I-A

124
83- √ A
84

125
84 C. Upaya √ √ I-A
Pencegahan
Diri dari
Bahaya
Narkoba

89 6 A. Struktur √ I-A
dan Fungsi
Sistem
Peredaran
Darah

126
89- √
90

90 √ A

127
91 B. Gangguan √ I
atau
Kelainan
Pada Sistem
Peredaran
Darah dan
Upaya
untuk
Mencegah
serta
Menanggul
anginya

128
Lampiran 6 - Tabel Ketersediaan Pola Aspek Berpikir Kritis pada LKS IPA SMP/MTs Semester Gasal Kelas VIII Tim Penyusun
MGMP KKMTS02 Di Kabupaten Jepara

Ketersediaan Unsur
Pola Berpikir
Hal. Bab Sub Bab Kalimat Berpikir Kritis
Kritis
I A E K P R
4 1 1. Pengertian √ √ I-A
Gerak

2. Besaran- √ √ I-A
Besaran
Gerak
Lurus

129
9 √ √ √ √ I-A-E-K

12 3. Gerak pada √ √ √ √ I-A-E-K


Tumbuhan

16 4. Gerak pada √ √ √ √ I-A-E-K


Hewan

130
31 2 1. Pengertian √ √ I–A
Usaha dan
Daya

131
33 1. Pesawat √ I-A
Sederhana

132
38 2 2. Pesawat √ √ √ √ I-A-E-K
Sederhana

50 3 3. Struktur √ √ √ I-A-E
dan Fungsi
Jaringan
Batang

133
51 4. Struktur √ √ √ √ √ I-A-E-K
dan Fungsi
Jaringan
Daun

53 6. Pemanfaata √ √ √ √ √ I-A-E-K
n Jaringan
Tumbuhan
pada
Teknologi

71- 4 1. Makanan √ √ √ √ I-A-E-K


72

134
75 2. Struktur √ √ I-A
dan Fungsi
Organ
Sistem
Pencernaan
pada
Manusia

89 5 1. Zat Aditif √ √ √ I-A-E

√ √ I-A

91 2. Zat Adiktif √ √ √ √ I-A-E-K

135
101 6 1. Darah dan √ √ √ √ √ I-A-E-K-P
Komposisin
ya

103 2. Penggolong √ √ √ √ √ I-A-E-K-P


an Darah
dan
Transfusi
Darah

136
107 √ √ I-A

137
138

Lampiran 7 - Lembar Uji Keabsahan Data (Ibu Luvia Ranggi Nastiti, S.Si.,
M.Pd., - IAIN Palangkaraya)
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156

Lampiran 8 - Lembar Uji Keabsahan Data (Ibu Yokhebed, M.Pd. -


Universitas Tanjungpura)
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174

Lampiran 9 - Sampul LKS dan Bab Pada IPA SMP/MTs Semester Gasal
Kelas VIII Tim Penyusun MGMP Dinas Di Kabupaten Jepara
175
Lampiran 10 - Sampul LKS dan Bab Pada IPA SMP/MTs Semester Gasal
Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTs01 Di Kabupaten Jepara

176
177
Lampiran 11 - Sampul LKS dan Bab Pada IPA SMP/MTs Semester Gasal
Kelas VIII Tim Penyusun MGMP KKMTs02 Di Kabupaten Jepara

178
179
Lampiran 12 - Pedoman Wawancara dengan MGMP IPA Kabupaten Jepara
tentang Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. Dari sudut pandang yang Bapak/Ibu ketahui, apakah guru-guru SMP/MTs

di MGMP Kabupaten Jepara mengetahui tentang Berpikir Kritis?

2. Apakah guru-guru yang mengetahui tentang Berpikir Kritis tersebut pernah

melatihkan Berpikir Kritis kepada siswa?

3. Jika ya, bagaimana cara melatihkannya kepada siswa?

4. Di setiap sekolah di Kabupaten Jepara memiliki LKS IPA masing-masing.

Apakah LKS yang digunakan tersebut bersumber dari MGMP IPA atau

tidak?

5. Apakah LKS yang digunakan didiskusikan dalam FGD pada MGMP IPA

atau tidak?

6. Dan apakah di setiap semesternya ada keterbaruan dalam LKS tersebut?

7. Apakah dalam pembuatan LKS tersebut menerapkan aspek Berpikir Kritis?

8. Jika benar, apakah seperti ini Bapak/Ibu unsur aspek Berpikir Kritis pada

LKS yang telah dibuat? (sambil memperlihatkan hasil analisis)

180

Anda mungkin juga menyukai