Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK 1

MAKALAH PERUBAHAN YANG ADA DI KEHIDUPAN


MASYARAKAT INDONESIA SEDARI MASA PENJAJAHAN
(SEBELUM MERDEKA) HINGGA SAAT INI (PASCA
KEMERDEKAAN) DALAM BIDANG POLITIK
KELAS 8 AE

GURU PEMBINGBING
USTADZAH Isni

KELOMPOK 1

NAMA: Ahmed Maliqul Zaman Hasibuan


NAMA: Chesta Adabi
NAMA: Muhammad Tsaqif Amnas
NAMA: Daffa Kazuo Arkana

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
B RUMUS MASALAH
C TUJUAN PENELITIAN
D MANFAAT
BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH
A PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN AWAL RI
B KEHIDUPAN POLITIK PASCA PEMBETUKAN RI
C KONTROVERSI MALAYSIA-INDONESIA
D GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 G30SPKI
E ERA ORDER BARU
F ERA REFORMASI
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat
rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata pelajaran IPS,BAHASA INDO,PPKN yang membahas
tentang. Perubahan yang ada di kehidupan masyarakat
indonesia sedari masa penjajahan (sebelum merdeka) hingga
saat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Dalam
penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan artikel yang
berkaitan dengan . Perubahan yang ada di kehidupan
masyarakat indonesia sedari masa penjajahan (sebelum
merdeka) hingga saat ini dan serta informasi dari Kelompok 1
yang berhubungan dengan . Perubahan yang ada di kehidupan
masyarakat indonesia sedari masa penjajahan (sebelum
merdeka) hingga saat ini Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk
pembaca.
Indonesia, 6/5/2023
Kelompok 1

LATAR BELAKANG

Pada Saat Indonesia Baru merdeka, pemerintah Indonesia saat


itu masih belum mengatur sistem pemerintahan secara
sempurna. Para founding fathers kita alias para pendiri Indonesia
masih terus berusaha mencari sistem pemerintahan yang tepat
untuk Indonesia. Dalam catatan sejarah politik Indonesia
disebutkan Soekarno-Hatta dilantik menjadi presiden dan wakil
presiden pada tanggal 18 Agustus 1945. Saat itu sistem
pemerintahan yang diterapkan untuk Indonesia adalah sistem
presidensial. Presiden Soekarno kemudian membentuk Kabinet
Presidensial untuk memenuhi alat kelengkapan negara.

Sistem pemerintahan presidensial tersebut terpusat atau


tersentral pada Soekarno-Hatta karena pada saat itu rakyat
Indonesia mempercayakan Indonesia kepada mereka. Sebelum
ada Majelis Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
ataupun Dewan Pertimbangan Agung, Presiden Soekarno
dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk
menghindari adanya absolutisme atau kekuasaan mutlak dari
satu pihak saja, pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan
tiga maklumat. Pertama, Maklumat Wakil Presiden Nomor X
tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi ketetapan KNIP yang
diubah menjadi lembaga legislatif. Kedua, Maklumat Pemerintah
tanggal 3 November 1945, yang berisi mengenai pembentukan
partai-partai politik di Indonesia. Ketiga, Maklumat Pemerintah
tanggal 14 November 1945, yang berisi mengenai perubahan
sistem pemerintahan Indonesia dari sistem presidensial ke sistem
demokrasi parlementer.

Kumpulan peristiwa sejarah Indonesia mencatat, dalam sistem


demokrasi parlementer, kedaulatan sepenuhnya ada di tangan
rakyat. Karena pemerintahan bersifat parlementer, Presiden
Soekarno perlu membentuk suatu kabinet lagi. Namun
sayangnya, kabinet-kabinet bentukan Presiden Soekarno tersebut
tidak ada yang bertahan lama. Ini terjadi karena pada saat itu,
masih ada banyak tantangan bagi pemerintah Indonesia, baik dari
dalam maupun dari luar negeri.

RUMUS MASALAH

• Apa yang terjadi di bidang politik pasca kemerdekaan?


• Bagaimana pengaruh Soekarno dalam gerakan G30SPKI?
• Apa saja yang terjadi pada saat era order baru
• Apa saja yang terjadi pada saat era reformasi

TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
• Untuk mengetahui konflik politik yang ada di Indonesia sejak
masa kemerdekaan
• Untuk mengetahui peran Soekarno dalam insiden G30SPKI
• Untuk mengtahui apa yang terjadi pada saat era order baru
• Untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada saat era reformasi

Manfaat atau Kegunaan Penelitian

• Manfaat atau Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan


mengenai perubahan politik pasca kemerdekaan Indonesia khususnya
untuk mengetahui perkembangan dan insiden yang ada di dalam
sejarah politik Indonesia

• Manfaat atau Kegunaan Praktis

Memberikan pengetahuan tentang apa saja system politik


yang ada di Indonesia pasca kemerdekaan sehingga dapat
menambah wawasan kita semua tentang sejarah politik yang
ada di Indonesia

BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH


A PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN AWAL RI

SIDANG PPKI 1
Pada tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Chou Sang In, Jalan
Pejambon, Jakarta Pusat, PPKI. mengadakan dinyatakan merdeka
melalui proklamasi. pembukaan sidang PPKI I yang dimulai pukul 11.30
WIB, Sukarno menegaskan agar panitia berkerja secara cepat, abaikan
hal kecil, dan fokus pada gagasan-gagasan besar yang mengandung
sejarah, seperti penyusunan UUD dan memilih Presiden serta Wakil
Presiden. Sukarno juga memberi arahan mengenai penyusunan UUD.
agar bisa mengikuti rancangan yang telah disusun oleh Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pada sidang ke II, tanggal 10-
16 Juli 1945.
Pembahasan mengenai rancangan pembukaan dan UUD 1945 yang
melahirkan kesepakatan bersama, berhasil disahkan dalam tempo kurang
dari 2 jam. Sidang diskors pada pukul 21.50 WIB dan dimulai kembali
pada pukul 03.15 WIB. Ketika sidang akan dilanjutkan, Otto
Iskandardinata memberikan pandangan agar dibahas mengenai Pasal 111
dalam aturan peralihan yang berbunyi “Untuk pertama kali Presiden dan
Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan. Otto
Iskandardinata juga mengusulkan agar pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden dilakukan secara aklamasi, dengan mengajukan nama Sukarno
dan Mohammad Hatta sebagai calonnya. Semua peserta sidang
menerima usulan ini secara aklamasi sambil menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Dengan demikian pada Sidang PPKI I tanggal 18
Agustus 1945, bangsa Indonesia memperoleh landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu UUD 1945, yang mana didalam
pembukaan UUD 1945 terkandung dasar Negara Pancasila, serta
kepemimpinan nasional dalam diri Presiden dan Wakil Presiden
SIDANG PPKI II
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, Sukarno sempat membentuk 9 orang
yang tergabung dalam panitia kecil, yang ditugaskan untuk menyusun
rancangan berisikan hal-hal mendesak, yaitu masalah pembagian wilayah Negara,
kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian.
Pada sidang II PPKI, tanggal 19 Agustus 1945 yang dilaksanakan pukul 10.00
WIB, Sukarno juga meminta Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan
Kasman Singodimejo untuk membentuk tim kecil membahas mengenai bentuk
Departemen (Kementrian), tetapi bukan menyangkut orang-orang yang akan duduk
di dalamnya.
Pada kesempatan pertama sidang, Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerja
tim berupa pembagian wilayah Indonesia yang terdiri dari 8 Provinsi beserta para
calon Gubernurnya, dan perlu juga dibentuk Panitia Kebangsaan Daerah (Komite
Nasional) untuk membantu tugas-tugas daerah. Mengenai kepolisian agar susunan
di pusat dan daerah segera dipindahkan kedalam kekuasaan pemerintah Indonesia,
dengan ditambah pimpinan dari bekas PETA dan pemimpin rakyat, serta diberikan
petunjuk-petunjuk sikap baru terhadap rakyatt. kedelapan provinsi tersebut akan di
jelaskan dibawah ini:
• Jawa Barat dengan Gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo
• Jawa Tengah : Raden Panji Suroso
• Jawa Timur : Raden Mas Suryo
• Kalimantan : Pangeran Muhammad Nur
• Sumatra : Teuku Muhammad Hasan
• Sulawesi : Sam Ratulangi
• Sunda Kecil : I Gusti Ketut Puja
• Maluku : Johanes Latuharhary
Setelah selesai pembahasan bagian pertama, agenda sidang dilanjutkan
dengan penyampaian Ahmad Subarjo mengenai usulan pembentukan 13
Departemen, namun setelah dilakukan pembahasan, forum memutuskan adanya 12
Departemen dan 1 Menteri Negara, ditambah 2 Ketua lembaga tinggi Negara, 1
Sekretaris Negara, dan 1 Jurubicara Negara. Adapun susunan Departemen pada
awal kemerdekaan yaitu:
• Raden Arya Wiranatakusuma : Menteri Dalam Negeri
• Ahmad Subarjo : Menteri Luar Negeri
• Prof. Supomo : Menteri Kehakiman
• Ir. Surachman : Menteri Kemakmuran
• Dr. Syamsi : Menteri Keuangan
• Dr. Buntaran Martoatmojo : Menteri Kesehatan
• Ki Hajar Dewantara : Menteri Pengajaran
• Iwa Kusumasumatri : Menteri Sosial
• Supriadi : Menteri Pertahanan
• Amir Syarifudin : Menteri Penerangan
• Abikusno Tjokrosuyoso : Menteri Perhubungan ad. Interim
• Dr. Amir : Menteri Negara
• KH. Wahid Hasyim : Menteri Negara
• Sartono : Menteri Negara
• A.A Maramis : Menteri Negara
• Otto Iskandardinata : Menteri Negara
• Dr. Kusuma Atmaja : Ketua Mahkamah Agung
• Abdul Gaffar Pringgodigdo : Sekretaris Negara
• R. Sukarjo Wiryopranoto : Jubir Negara
SIDANG PPKI III
Sidang PPKI III dilanjutkan kembali pada tanggal 22 Agustus 1945 dengan
melibatkan para pemuda. Dalam sidang, Chairul Saleh menuntut agar PPKI
menghentikan segala bentuk hubungan dengan Jepang dan berganti nama menjadi
Komite Nasional Indonesia. Para pemuda juga mendesak agar pemerintah segera
membentuk tentara nasional. Pada akhirnya akomodasi berhasil diperoleh melalui
pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan PPKI setelah bubar kemudian
berganti wujud perjuangan melalui Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Hasil lainnya adalah pembentukan Partai Nasional Indonesia.

KEHIDUPAN POLITIK PASCA PEMBETUKAN RI

Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang
terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-
partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga
koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih
negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok
Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi
sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Syariah"Islam.Demokrasi Parlementer, adalah
suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi
daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana
Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat
sebagai kepala negara.

Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-
pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk
mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia.
Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan
kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan
presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang
otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan
luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin
penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok
Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul
di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk
mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat
kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI)
di dalam negeri. PKI merupakan partai komunis terbesar setelah Uni
Soviet dan Tiongkok.

Nasib Irian Barat


Pada saat perjuangan kemerdekaan, pemerintah Belanda
mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua) .
Pada perundingan Meja Bundar di Den Haag pada 1949, dicapai kesepakatan
bahwa status Koloni belanda di belahan barat nugini (Papua) akan dibicarakan
setahun setelah pemindahan kedaulatan dari Kolonial Belanda ke Republik
Indonesia Serikat telah dilakukan (2 November 1949). Namun setelah
perundingan Meja Bundar mencapai kesepakatan, Kolonial Belanda di Nugini
mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian
kemerdekaan penduduk Nugini Belanda pada 1 Desember 1961.
Negosiasi susulan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan
Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal
mencapai kata sepakat, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di
Irian dan terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961
dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan
perbincangan tertutup dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_New_York"York pada
Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap Irian
Jaya pada 1 Mei 1963.

KONTROVERSI MALAYSIA-INDONESIA
Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah sebuah peristiwa perang yang disebabkan

persengketaan wilayah dan penolakan penggabungan wilayah Sabah, Brunei, dan

Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 hingga

1966.

Perang ini diawali dari keinginan Federasi Malaya, atau lebih dikenali sebagai

Persekutuan Tanah Melayu, yang ingin menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak

ke dalam Federasi Malaysia. Namun, keinginan pihak Malaysia ini diketahui tidak

sesuai dengan Persetujuan Manila.

sebagai bagian dari penarikan dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba

menggabungkan koloninya yang berada di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya,

Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia. Namun, rencana ini ditentang

oleh Presiden Sukarno yang berpendapat bahwa konsolidasi Malaysia hanya akan

menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga dapat mengancam kemerdekaan

Indonesia.
Akibat dari penentangan ini, demonstrasi anti-Indonesia pun muncul di Kuala Lumpur

dan berlangsung pada 17 September 1963. Para demonstran yang marah terhadap

Presiden Sukarno karena melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia dan juga karena

serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia. Hal ini mengikuti

dengan pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia

mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963.

Sukarno pun murka dan mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesia, di mana para

demonstran menginjak-injak lambang negara Indonesia, dan ingin melakukan balas

dendam dengan melancarkan gerakan yang sampai saat ini dikenal dengan nama

Ganyang Malaysia.

Kemudian Sukarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia dengan pidato


berapi-api yang sangat bersejarah
Pecahnya Peperangan

Pada 27 Juli 1964, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia".

Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima

puluh gerilyawan Indonesia. Ketegangan berkembang di kedua belah pihak.

Dua hari kemudian para perusuh membakar kedutaan Britania di Jakarta. Ratusan

perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta, dan juga rumah diplomat Singapura.

Di Malaysia, agen dari Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia

di Kuala Lumpur. Perbatasan di Kalimantan pun tak lepas dari peperangan.

Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah pasukan

Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus Special Air Service (SAS). Tercatat

pasukan tewas di pihak Indonesia sekitar 2000 pasukan dan dari pihak Inggris/Australia

(SAS) sekitar 200 pasukan setelah bertempur di belantara Kalimantan.


Pada 17 Agustus, pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan

mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung

didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di

perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan

Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan

Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.

Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 1 Juli

1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan

Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan

hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari"

oleh warga Malaysia.

Akhir Peperangan

Menjelang akhir 1965, Jenderal Soeharto saat itu memegang kekuasaan di Indonesia

setelah adanya Gerakan 30 September yang terkenal. Karena adanya konflik domestik

ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia berkurang, dan

peperangan pun mereda.

Pada 28 Mei 1966, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan

penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara kedua negara melalui konferensi

di Bangkok, meski diwarnai dengan keberatan Sukarno.

GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 G30SPKI


Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa berlatar belakang
kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30
September hingga 1 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/1_Oktober"Oktober 1965 yang mengakibatkan
gugurnya enam jenderal serta satu orang perwira pertama militer
Indonesia dan jenazahnya dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama
di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.[1] Penyebutan persitiwa ini memiliki
ragam jenis, Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan
istilah GESTOK(Gerakan Satu Oktober), sementara
Presiden Soeharto menyebutnya dengan istilah GESTAPU(Gerakan
September Tiga Puluh), dan pada Orde Baru,
Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30
September PKI). Sejarah penghianatan terbesar yang ada dalam sejarah
Indonesia PKI atau Partai komunis Indonesia dianggap bertanggung jawab
atas peristiwa ini.
Latar belakang

Perayaan Milad PKI yang ke 45 di Jakarta pada awal tahun 1965

Partai HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia"Komunis
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia"
Indonesia (PKI) merupakan partai komunis[2] terbesar di seluruh dunia di
luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada tahun 1965 anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.
PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta
anggota dan pergerakan para petani anggota Barisan Tani Indonesia yang
berjumlah 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis serta pergerakan sarjananya, PKI mempunyai
lebih dari 20 juta anggota dan pendukung
Angkatan kelima
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou
Enlai menjanjikan 100.000 pucuk senjata jenis chung, penawaran ini gratis
tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.
Pada awal tahun 1965, Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran
perdana menteri RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang
berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Akan tetapi, petinggi Angkatan Darat
tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai antara
militer dan PKI.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha
memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dengan polisi
dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara
dengan slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin
PKI DN HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/DN_Aidit"Aidit mengilhami slogan "Untuk
Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit
menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap
sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan
seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subjek karya-karya
mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani anggota Barisan Tani
Indonesia (BTI) bergerak merampas tanah dengan dasar Undang-Undang
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dengan polisi dan para
pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang
menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah
siapapun (milik negara = milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru
revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan
partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada
rakyat.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan
karet dan minyak milik Amerika HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat"Serikat. Kepemimpinan PKI
menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu
yang sama, jenderal-jenderal militer tingkat tinggi juga menjadi
anggota kabinet. Jenderal-jenderal tersebut masuk kabinet karena
jabatannya di militer oleh Sukarno disamakan dengan setingkat menteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab,
Menpangad, dan lain-lain).
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di
dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang
sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian
dari revolusi demokratis "rakyat".[3]
Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan
bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan
persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik
Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para
komunis".
Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan
melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak
berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan
NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk
pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian
"angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja
dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa
yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang
berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi
pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum
kapitalis negara. Mereka, depan jenderal-jenderal militer, berusaha
menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit
menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi"
angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerja sama untuk
menciptakan "angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha
menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei
1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan
negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat
negara.
Isu sakitnya Bung Karno
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu
sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu
perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun
menurut Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan
saja, jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukan tindakan
tersebut.

PERISTIWA
Pada 1 HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/1_Oktober"Oktober 1965
dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa)
yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh
Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu,
Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan
tersebut.

Korban
Tujuh korban peristiwa Gerakan 30 September tersebut adalah:
• Letnan HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani"
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani"Jenderal
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani" TNI Ahmad
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani"Yani (Menteri/Panglima
Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
• Mayor HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"Jenderal
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)" TNI
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"Raden
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"Suprapto
(Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
• Mayor HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono"Jenderal HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono" TNI Mas HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono"Tirtodarmo HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono"Haryono (Deputi III
Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
• Mayor HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman"Jenderal HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman" TNI HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman"Siswondo HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman"Parman (Asisten I
Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
• Brigadir HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan"
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan"Jenderal
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan" TNI Donald
Isaac HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan"Panjaitan (Asisten IV
Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
• Brigadir HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"Jenderal
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo" TNI
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"Sutoyo
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"Siswomiharjo (Inspek
tur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
• Letnan HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Pierre_Tendean" Satu
Pierre Andreas HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Pierre_Tendean"Tendean (ajudan
Jenderal Abdul Harris HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/A.H._Nasution"Nasution yang tewas karena
G30S mengira ia adalah Jenderal Nasution)
Para korban tersebut kemudian dibuang dan dikubur ke suatu sumur lama
di area Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya dan
jenazah mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965.

PERISTIWA PASCA PEMBUNUHAN


Pascapembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua
sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan
Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan.[ Melalui
RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang
ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan
mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya
“Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI membunuh Kolonel Katamso
(Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala
Staf Korem 072/Yogyakarta).[ Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober
1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak
berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/1_Oktober"Oktober 1965 Sukarno dan
sekretaris jenderal PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan
Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan
Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan.
Pada tanggal 6 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/6_Oktober"Oktober Sukarno mengimbau
rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara
angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan.
Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota
dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung "pemimpin revolusi
Indonesia" dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak
ulang di koran CPA bernama "Tribune".
Pada tanggal 12 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/12_Oktober"Oktober 1965, pemimpin-
pemimpin Uni-Soviet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan
khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk
mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik...Kita mendengar
dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat
Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan ini
akan dimengerti secara mendalam."
Pada tanggal 16 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/16_Oktober"Oktober 1965, Sukarno melantik
Mayjen Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana
Negara. Berikut kutipan amanat presiden Sukarno kepada Suharto pada
saat Suharto disumpah:[8]
“ Saya perintahkan kepada Jenderal Mayor Soeharto, sekarang
Angkatan Darat pimpinannya saya berikan kepadamu, buatlah
Angkatan Darat ini satu Angkatan daripada Republik
Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada Republik Indonesia
yang sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi, yang
sama sekali berdiri di atas Trisakti, yang sama sekali berdiri di
atas Nasakom, yang sama sekali berdiri di atas prinsip
Berdikari, yang sama sekali berdiri atas prinsip Manipol-
USDEK.
Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang
tertinggi sebagai haluan negara Republik Indonesia. Dan oleh
karena Manipol-USDEK ini adalah haluan daripada negara
Republik Indonesia, maka dia harus dijunjung tinggi,
dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara.
Hanya jikalau kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimat ini,
kita semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya.
Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai
Menteri dalam kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan
apa yang kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya.
Saya doakan Tuhan selalu beserta kita dan beserta engkau! ”
Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana pada bulan Februari
1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha untuk menghindari pengutukan atas
pembantaian orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi
terhadap rakyat Indonesia. Pendirian mereka mendapatkan pujian dari
rezim Suharto. Parlemen Indonesia mengesahkan resolusi pada tanggal 11
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/11_Februari"Februari,
menyatakan "penghargaan penuh" atas usaha-usaha perwakilan-
perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni-Soviet dan negara-negara lain di
Konperensi Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan Amerika Latin,
yang berhasil menetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner apa yang
dinamakan pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan pelindung
mereka, untuk bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri
Indonesia."
Penangkapan dan pembantaian
Beberapa bulan setelah peristiwa ini, seluruh anggota dan pendukung PKI,
orang orang yang diduga anggota dan simpatisan PKI, seluruh partai kelas
buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja serta petani Indonesia yang
lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk disiksa dan
diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan
Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember).
Jumlah orang yang dibantai belum diketahui secara pasti – perkiraan yang
konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain
menyebut dua sampai tiga juta orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu
juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti
kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari
organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan
Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal,
terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan
bahwa Sungai HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Brantas"Brantas di dekat Surabaya
menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu
"terbendung mayat".
Pada akhir 1965, antara lima ratus ribu sampai dengan satu juta anggota
dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan
ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya
perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung
dana CIA [menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui
dan melakukan pembantaian keji terhadap mereka, majalah "Time"
memberitakan:
"Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang
sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan
sanitasi yang serius di Sumatra Utara, di mana udara yang lembap
membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah
ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-
benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi
terhambat secara serius."
Di pulau Bali, yang sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling
sedikit 35.000 orang menjadi korban di permulaan 1966. Di sana para
Tamin, pasukan komando elite Partai Nasional Indonesia, adalah
pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus
dari Frankfurter Allgemeine Zeitung bercerita tentang mayat-mayat di
pinggir jalan atau dibuang ke dalam galian-galian dan tentang desa-
desa yang separuh dibakar di mana para petani tidak berani
meninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang sudah hangus.
Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-
teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota
besar pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Tionghoa" terjadi. Pekerja-
pekerja dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi
mogok sebagai protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini
dipecat.
Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di kamp-
kamp konsentrasi. Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih
dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969. Eksekusi-
eksekusi masih dilakukan sampai sekarang, termasuk belasan orang
sejak tahun 1980-an. Empat tapol, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar
Suryanto, Simon Petrus Sulaeman dan Nobertus Rohayan, dihukum
mati hampir 25 tahun sejak kudeta itu.

SUPERSEMAR
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/11_Maret"Maret 1966, Sukarno memberi
Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Perintah
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Sebelas
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Maret. Ia
memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai"
untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi
dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh
Suharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya,
Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai
Maret 1967.
Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan
rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan
dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya
diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.

Era Order Baru


Orde Baru (sering kali disingkat Orba) adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Jenderal Soehartodi Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan
dikeluarkannya Surat HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Perintah
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"
11 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Maret
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"
1966.[3] Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam
jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal
ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela dan
pengekangan kebebasan berpendapat.

Latar belakang
Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada
dalam kondisi yang relatif tidak stabil.[4] Bahkan, setelah Belanda secara
resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, keadaan politik
maupun ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya persaingan di
antara kelompok-kelompok politik.[4] Keputusan Soekarno untuk mengganti
sistem parlemen dengan Demokrasi Terpimpin memperparah kondisi ini
dengan memperuncing persaingan antara angkatan bersenjata
dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu berniat mempersenjatai
diri.[4] Sebelum sempat terlaksana, peristiwa Gerakan 30 September terjadi
dan mengakibatkan diberangusnya Partai Komunis Indonesia dari
Indonesia.[4] Sejak saat itu, kekuasaan Soekarno perlahan-lahan mulai
melemah.[5]
Kelahiran Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar)

Di kemudian hari, Supersemar diketahui memiliki beberapa versi. Gambar


ini merupakan Supersemar versi Presiden.
Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966, yang kemudian menjadi dasar
legalitasnya.[3] Orde Baru bertujuan meletakkan kembali tatanan seluruh
kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.[3]
Kelahiran Supersemar terjadi dalam serangkaian peristiwa pada tanggal 11
Maret 1966. Saat itu, Sidang Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang
dipimpin oleh Presiden Soekarno sedang berlangsung.[6] Di tengah-tengah
acara, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat
pasukan yang tidak dikenal.[3] Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada
Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II Dr. Johannes Leimena dan
berangkat menuju Istana Bogor, didampingi oleh Waperdam I Dr
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Dr._Subandrio"Subandrio, dan
Waperdam III Chaerul Saleh.[6] Leimena sendiri menyusul presiden segera
setelah sidang berakhir.[6]
Di tempat lain, tiga orang perwira tinggi, yaitu Mayor HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Mayor_Jenderal"Jenderal Basuki HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Basuki_Rachmat"Rachmat, Brigadir
Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Machmud"Machmud bertemu
dengan Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan
Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban ( HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Pangkopkamtib"Pangkopkamtib HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Pangkopkamtib")untuk meminta izin
menghadap presiden. Segera setelah mendapat izin, pada hari yang sama
tiga perwira tinggi ini datang ke Istana Bogor dengan tujuan melaporkan
kondisi di ibu kota Jakarta meyakinkan Presiden Soekarno
bahwa Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, khususnya Angkatan
Darat, dalam kondisi siap siaga. Namun, mereka juga memohon agar
Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan ini.
Menanggapi permohonan ini, Presiden Soekarno mengeluarkan surat
perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri
Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka
menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi
keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia. Perumusan surat
perintah ini sendiri dibantu oleh tiga perwira tinggi ABRI, yaitu Mayor
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Mayor_Jenderal"Jenderal
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Basuki_Rahmat"Basuki
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Basuki_Rahmat" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Basuki_Rahmat"Rachmat, Brigadir Jenderal M.
Yusuf, Brigadir Jenderal Amir HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Amirmachmud"Machmud, dan Brigadir
Jenderal Sabur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden Tjakrabirawa
Surat perintah inilah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11
Maret 1966 atau Supersemar.[6]

Penataan Kehidupan Politik


Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan Organisasi masanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas
pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah
mengeluarkan kebijakan:[
• Membubarkan Partai Komunis Indonesia pada tanggal 12 Maret 1966
yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No IX/MPRS/1966
• Menyatakan Partai Komunis Indonesia sebagai partai terlarang di
Indonesia
• Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang
dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965.
Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama
pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan
penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga
kekuatan sosial politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak
didasarkan pada kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program.
Tiga kekuatan sosial politik itu adalah:[butuh rujukan]
• Partai HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Persatuan_Pembangunan"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Persatuan_Pembangunan"Persatua
n HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Persatuan_Pembangunan"
Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi,
PSII, dan PERTI
• Partai HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Demokrasi_Indonesia" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Demokrasi_Indonesia"Demokrasi
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Demokrasi_Indonesia"
Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
• Golongan HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_Karya"
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_Karya"Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru
dalam upaya menciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah
memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi di masa Orde
Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman
persepsi serta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di
Indonesia.

Konflik Perpecahan Pasca Orde Baru


Pada masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan
bangsa Indonesia. Setiap hari media massa
seperti radio dan televisimendengungkan slogan "persatuan dan kesatuan
bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah
meningkatkan transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya
seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama
ke Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya ]Namun dampak
negatif yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya
marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap
penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah.
Muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama
dengan jawanisasiyang sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun
tidak semua transmigran itu orang Jawa.
Pada awal Era HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia:_Era_Reformasi"Reformasi konflik
laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk konflik
Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. Sementara itu gejolak
di Papua yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian
keuntungan pengelolaan sumber alamnya, juga diperkuat oleh
ketidaksukaan terhadap para transmigran.

Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru


• Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968
hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.565[
• Sukses transmigrasi
• Sukses KB
• Sukses memerangi buta huruf
• Sukses swasembada pangan
• Pengangguran minimum
• Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
• Sukses Gerakan Wajib Belajar
• Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
• Sukses keamanan dalam negeri
• Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
• Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam
negeri[butuh rujukan]

Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru


• Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
• Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya
kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian
disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke
pusat
• Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena
kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
• Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran
yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada
tahun-tahun pertamanya
• Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang
tidak merata bagi si kaya dan si miskin)
• Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama
masyarakat Tionghoa)
• Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
• Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan
majalah yang dibredel
• Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain
dengan program "Penembakan Misterius" (atau disingkat sebagai
"petrus")
• Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke
pemerintah/presiden selanjutnya)
• Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit
Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena
tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.[
• Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik
sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
• Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan
negara dipegang oleh swasta

Pasca-Orde Baru
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan
sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia:_Era_Reformasi"Reformasi".Masih
adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan
pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan
bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi
atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".
Transformasi pemerrintahan dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan
relatif lancar meskipun disertai dengan kerusuhan kelompok etnik dan
berpisahnya Timor Timur. Kelancaran transformasi pemerintahan ini lebih
baik bila dibandingkan dengan negara Uni Soviet atau Yugoslavia B. J.
Habibie berperan sebagai tokoh yang mendirikan landasan pemerintahan
yang baru ini.[36]

ERA REFORMASI
Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun
1998, tepatnya saat Kejatuhan Soeharto Presiden Soeharto mengundurkan
diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil presiden saat itu, B.J.
Habibie. Periode ini didirikan oleh lingkungan sosial politik yang lebih
terbuka.
Isu-isu selama periode ini di antaranya dorongan untuk
menerapkan demokrasi dan pemerintahan sipil yang lebih kuat,
elemen militer yang mencoba untuk mempertahankan
pengaruhnya, Islamisme yang tumbuh dalam politik dan masyarakat
umum, serta tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Proses reformasi
menghasilkan tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda
dengan penyensoran yang meluas saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik
menjadi lebih terbuka di media massa dan ekspresi seni makin meningkat.
Peristiwa-peristiwa yang telah membentuk Indonesia dalam periode ini di
antaranya serangkaian peristiwa terorisme (termasuk bom Bali 2002)
serta gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004.

Latar belakang[

Penjarahan dan pembakaran di Jakarta, 14 Mei 1998.

Krisis HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_finansial_Asia_1997" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_finansial_Asia_1997"finansial
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_finansial_Asia_1997"
Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin
besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan
pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-
besaran yang dilakukan berbagai gerakan mahasiswa di berbagai
wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12
Mei 1998 yang menyebabkan empat mahasiswa tertembak mati dan
kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan
mahasiswa pun meluas hampir di seluruh Indonesia. Di bawah tekanan
yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih
untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998.[1]
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu
tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana
Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program
pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI
Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Sukarnoputri"Sukarnoputri keluar
menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari
seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi
pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan
Pembangunan pimpinan Hamzah HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Hamzah_Haz" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Hamzah_Haz"Haz 12%; Partai HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsa", HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsa"Kebangkitan
Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999,
MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai
wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping
ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga
menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama
di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan
rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan
yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan
masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin
memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden
Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29
Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden
agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal
korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan
koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan
presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama
kemudian. Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut
dengan Kabinet Gotong Royong.
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar
ketika Pulau HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"Sipadan
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"
dan HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"Ligitan
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"
lepas dari NKRI berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional.

Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diselenggarakan,
dengan Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden pertama yang
dipilih secara langsung oleh rakyat, kemudian membentuk Kabinet
Indonesia Bersatu. Pemerintah ini pada awal masa kerjanya telah
menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi
besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan
sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara
pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan
mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.

BAB 3 PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan pada makalah tugas diknas yang ditulis oleh Ahmed Maliqul
Zaman Hasibuan,Chesta Adabi,Muhammad Tsaqif Amnas,Daffa Kazuo
Arkana pada tahun 2023 dengan judul “MAKALAH PERUBAHAN YANG
ADA DI KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA SEDARI MASA
PENJAJAHAN (SEBELUM MERDEKA) HINGGA SAAT INI (PASCA
KEMERDEKAAN) DALAM BIDANG POLITIK
” ini memiliki kesimpulan berupa: Kemerdekaan yang diperoleh Indonesia pada
tahun 1945 membuat beberapa perubahan kehidupan masyarakat Indonesia di
bidang politik maupun bidang lainnya dan juga membuat beberapa kejadian
kejadian yang kontroversi,seperti Pembentukan dan perkembangan awal RI.salah
satu Contohnya merupakan peristiwa perkembangann awal RI yangdi sahkan
dengan 3 sidang PPKI,dengan hasil berikut

Sidang pertama: Memutuskan pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP


Sidang kedua: Pembagian wilayah terdiri atas 8 provinsi.
Membentuk komite nasional (daerah)
Sidang ketiga: pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan
Rakyat (BKR)

Setelah itu kehidupan politik pasca kemerdekaan membuat beberapa


system baru seperti Demokrasi parlementer dengan Peran Islam di
Indonesia menjadi hal yang rumit. Yang menginginkan Indonesia menjadi
negara yang takluk kepada hukum islam dan juga system Demokrasi
terpimpin yang membuat soekarno menggeser kebijakan luar negeri
Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin
penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan
Blok Barat maupun Blok Uni Soviet.Indonesia juga pernah memiliki
kontroversi dengan Malaysia yaitu di karenakan Federasi Malaya, atau
lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu, ingin menggabungkan
Brunei, Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi Malaysia. Namun,
keinginan pihak Malaysia ini diketahui tidak disetujui oleh Soekrno
sehingga terjadilah Pecahnya Peperangan Pada 27 Juli 1964, dan berakhir
pada akhir tahun 1965.Bukan hanya dengan negara lain Indonesia juga
pernah memiliki kontroversi di dalam negara sendiri yaitu mengenai
kejadian G30SPKI yang terjadi di karenakan partai komunis Indonesia yag
melakukan pemberontakan atau pembunuhan pada 6 jendral dan 1
perwira,setelah itu Mayjen Soeharto menggantikan Soekarno dan di
mualilah era order baru,pda saat era order baru ekonomi Indonesia melaju
pesat namun di ikutin dengan angka korupsi yang begitu tinggi,era
Soeharto pun berganti di karenakan deasaan oleh masyarakat
Indonesia,yang memulai era reformasi.era reformasi di awali dengan
kepemimpinan BJ habiebie sampai saat ini,oleh karena itu meskipun kita
memiliki banyak perubahan di kehidupan politik pasca kemerdekaan kita
harus tetap mendukung pemerintah kita ,agar membuat negara ini menjadi
negara yang lebih baik.

B.SARAN
Melihat permasalahan yang ada seperti di atas, maka peneliti mempunyai beberapa
saran, yaitu:
1.bagi pemerintah kami memiliki saran untuk mengawasi politik yang ada di
Indonesia seperti pada pemilihan calon presiden yang akan datang agar tidak ada
yang melakukan kecurangan
2.bagi pembaca saran kami adalah untuk selalu mendukung system politik
Indonesia dan tidak takut untuk memberi keritik kepada pemerintah

SUMBER :

http://repository.uin-suska.ac.id/5825/2/BAB%20I.pdf
https://www.sma-syarifhidayatullah.sch.id/2021/06/pembentukan-awal-
pemerintahan-indonesia.html
https://www.merdeka.com/histori/sejarah-konfrontasi-antara-indonesia-dan-
malaysia.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru_(Indonesia)#Pasca-Orde_Baru
https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi_Indonesia_(1998–sekarang)
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jakarta_riot_14_May_1998.
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Surat_Perintah_Sebelas_Maret_-
_President_version.jpg
https://intisari.grid.id/read/032611583/konferensi-meja-bundar-resolusi-konflik-
indonesia-belanda-ini-isi-perjanjian-kmb-yang-ditandatangani-di-den-haag?page=2

Anda mungkin juga menyukai