GURU PEMBINGBING
USTADZAH Isni
KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
B RUMUS MASALAH
C TUJUAN PENELITIAN
D MANFAAT
BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH
A PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN AWAL RI
B KEHIDUPAN POLITIK PASCA PEMBETUKAN RI
C KONTROVERSI MALAYSIA-INDONESIA
D GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 G30SPKI
E ERA ORDER BARU
F ERA REFORMASI
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
KATA PENGANTAR
LATAR BELAKANG
RUMUS MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
• Untuk mengetahui konflik politik yang ada di Indonesia sejak
masa kemerdekaan
• Untuk mengetahui peran Soekarno dalam insiden G30SPKI
• Untuk mengtahui apa yang terjadi pada saat era order baru
• Untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada saat era reformasi
SIDANG PPKI 1
Pada tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Chou Sang In, Jalan
Pejambon, Jakarta Pusat, PPKI. mengadakan dinyatakan merdeka
melalui proklamasi. pembukaan sidang PPKI I yang dimulai pukul 11.30
WIB, Sukarno menegaskan agar panitia berkerja secara cepat, abaikan
hal kecil, dan fokus pada gagasan-gagasan besar yang mengandung
sejarah, seperti penyusunan UUD dan memilih Presiden serta Wakil
Presiden. Sukarno juga memberi arahan mengenai penyusunan UUD.
agar bisa mengikuti rancangan yang telah disusun oleh Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pada sidang ke II, tanggal 10-
16 Juli 1945.
Pembahasan mengenai rancangan pembukaan dan UUD 1945 yang
melahirkan kesepakatan bersama, berhasil disahkan dalam tempo kurang
dari 2 jam. Sidang diskors pada pukul 21.50 WIB dan dimulai kembali
pada pukul 03.15 WIB. Ketika sidang akan dilanjutkan, Otto
Iskandardinata memberikan pandangan agar dibahas mengenai Pasal 111
dalam aturan peralihan yang berbunyi “Untuk pertama kali Presiden dan
Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan. Otto
Iskandardinata juga mengusulkan agar pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden dilakukan secara aklamasi, dengan mengajukan nama Sukarno
dan Mohammad Hatta sebagai calonnya. Semua peserta sidang
menerima usulan ini secara aklamasi sambil menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Dengan demikian pada Sidang PPKI I tanggal 18
Agustus 1945, bangsa Indonesia memperoleh landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu UUD 1945, yang mana didalam
pembukaan UUD 1945 terkandung dasar Negara Pancasila, serta
kepemimpinan nasional dalam diri Presiden dan Wakil Presiden
SIDANG PPKI II
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, Sukarno sempat membentuk 9 orang
yang tergabung dalam panitia kecil, yang ditugaskan untuk menyusun
rancangan berisikan hal-hal mendesak, yaitu masalah pembagian wilayah Negara,
kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian.
Pada sidang II PPKI, tanggal 19 Agustus 1945 yang dilaksanakan pukul 10.00
WIB, Sukarno juga meminta Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan
Kasman Singodimejo untuk membentuk tim kecil membahas mengenai bentuk
Departemen (Kementrian), tetapi bukan menyangkut orang-orang yang akan duduk
di dalamnya.
Pada kesempatan pertama sidang, Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerja
tim berupa pembagian wilayah Indonesia yang terdiri dari 8 Provinsi beserta para
calon Gubernurnya, dan perlu juga dibentuk Panitia Kebangsaan Daerah (Komite
Nasional) untuk membantu tugas-tugas daerah. Mengenai kepolisian agar susunan
di pusat dan daerah segera dipindahkan kedalam kekuasaan pemerintah Indonesia,
dengan ditambah pimpinan dari bekas PETA dan pemimpin rakyat, serta diberikan
petunjuk-petunjuk sikap baru terhadap rakyatt. kedelapan provinsi tersebut akan di
jelaskan dibawah ini:
• Jawa Barat dengan Gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo
• Jawa Tengah : Raden Panji Suroso
• Jawa Timur : Raden Mas Suryo
• Kalimantan : Pangeran Muhammad Nur
• Sumatra : Teuku Muhammad Hasan
• Sulawesi : Sam Ratulangi
• Sunda Kecil : I Gusti Ketut Puja
• Maluku : Johanes Latuharhary
Setelah selesai pembahasan bagian pertama, agenda sidang dilanjutkan
dengan penyampaian Ahmad Subarjo mengenai usulan pembentukan 13
Departemen, namun setelah dilakukan pembahasan, forum memutuskan adanya 12
Departemen dan 1 Menteri Negara, ditambah 2 Ketua lembaga tinggi Negara, 1
Sekretaris Negara, dan 1 Jurubicara Negara. Adapun susunan Departemen pada
awal kemerdekaan yaitu:
• Raden Arya Wiranatakusuma : Menteri Dalam Negeri
• Ahmad Subarjo : Menteri Luar Negeri
• Prof. Supomo : Menteri Kehakiman
• Ir. Surachman : Menteri Kemakmuran
• Dr. Syamsi : Menteri Keuangan
• Dr. Buntaran Martoatmojo : Menteri Kesehatan
• Ki Hajar Dewantara : Menteri Pengajaran
• Iwa Kusumasumatri : Menteri Sosial
• Supriadi : Menteri Pertahanan
• Amir Syarifudin : Menteri Penerangan
• Abikusno Tjokrosuyoso : Menteri Perhubungan ad. Interim
• Dr. Amir : Menteri Negara
• KH. Wahid Hasyim : Menteri Negara
• Sartono : Menteri Negara
• A.A Maramis : Menteri Negara
• Otto Iskandardinata : Menteri Negara
• Dr. Kusuma Atmaja : Ketua Mahkamah Agung
• Abdul Gaffar Pringgodigdo : Sekretaris Negara
• R. Sukarjo Wiryopranoto : Jubir Negara
SIDANG PPKI III
Sidang PPKI III dilanjutkan kembali pada tanggal 22 Agustus 1945 dengan
melibatkan para pemuda. Dalam sidang, Chairul Saleh menuntut agar PPKI
menghentikan segala bentuk hubungan dengan Jepang dan berganti nama menjadi
Komite Nasional Indonesia. Para pemuda juga mendesak agar pemerintah segera
membentuk tentara nasional. Pada akhirnya akomodasi berhasil diperoleh melalui
pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan PPKI setelah bubar kemudian
berganti wujud perjuangan melalui Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Hasil lainnya adalah pembentukan Partai Nasional Indonesia.
Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang
terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-
partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga
koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih
negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok
Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi
sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Syariah"Islam.Demokrasi Parlementer, adalah
suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi
daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana
Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat
sebagai kepala negara.
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-
pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk
mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia.
Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan
kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan
presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang
otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan
luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin
penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok
Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul
di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk
mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat
kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI)
di dalam negeri. PKI merupakan partai komunis terbesar setelah Uni
Soviet dan Tiongkok.
KONTROVERSI MALAYSIA-INDONESIA
Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah sebuah peristiwa perang yang disebabkan
Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 hingga
1966.
Perang ini diawali dari keinginan Federasi Malaya, atau lebih dikenali sebagai
Persekutuan Tanah Melayu, yang ingin menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak
ke dalam Federasi Malaysia. Namun, keinginan pihak Malaysia ini diketahui tidak
sebagai bagian dari penarikan dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba
Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia. Namun, rencana ini ditentang
oleh Presiden Sukarno yang berpendapat bahwa konsolidasi Malaysia hanya akan
Indonesia.
Akibat dari penentangan ini, demonstrasi anti-Indonesia pun muncul di Kuala Lumpur
dan berlangsung pada 17 September 1963. Para demonstran yang marah terhadap
Presiden Sukarno karena melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia dan juga karena
serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia. Hal ini mengikuti
Sukarno pun murka dan mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesia, di mana para
dendam dengan melancarkan gerakan yang sampai saat ini dikenal dengan nama
Ganyang Malaysia.
Pada 27 Juli 1964, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia".
Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima
Dua hari kemudian para perusuh membakar kedutaan Britania di Jakarta. Ratusan
perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta, dan juga rumah diplomat Singapura.
Di Malaysia, agen dari Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia
Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah pasukan
Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus Special Air Service (SAS). Tercatat
pasukan tewas di pihak Indonesia sekitar 2000 pasukan dan dari pihak Inggris/Australia
mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung
perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan
Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan
Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 1 Juli
1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan
hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari"
Akhir Peperangan
Menjelang akhir 1965, Jenderal Soeharto saat itu memegang kekuasaan di Indonesia
setelah adanya Gerakan 30 September yang terkenal. Karena adanya konflik domestik
ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia berkurang, dan
penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara kedua negara melalui konferensi
Partai HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia"Komunis
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia"
Indonesia (PKI) merupakan partai komunis[2] terbesar di seluruh dunia di
luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada tahun 1965 anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.
PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta
anggota dan pergerakan para petani anggota Barisan Tani Indonesia yang
berjumlah 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis serta pergerakan sarjananya, PKI mempunyai
lebih dari 20 juta anggota dan pendukung
Angkatan kelima
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou
Enlai menjanjikan 100.000 pucuk senjata jenis chung, penawaran ini gratis
tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.
Pada awal tahun 1965, Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran
perdana menteri RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang
berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Akan tetapi, petinggi Angkatan Darat
tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai antara
militer dan PKI.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha
memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dengan polisi
dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara
dengan slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin
PKI DN HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/DN_Aidit"Aidit mengilhami slogan "Untuk
Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit
menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap
sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan
seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subjek karya-karya
mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani anggota Barisan Tani
Indonesia (BTI) bergerak merampas tanah dengan dasar Undang-Undang
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dengan polisi dan para
pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang
menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah
siapapun (milik negara = milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru
revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan
partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada
rakyat.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan
karet dan minyak milik Amerika HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat"Serikat. Kepemimpinan PKI
menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu
yang sama, jenderal-jenderal militer tingkat tinggi juga menjadi
anggota kabinet. Jenderal-jenderal tersebut masuk kabinet karena
jabatannya di militer oleh Sukarno disamakan dengan setingkat menteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab,
Menpangad, dan lain-lain).
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di
dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang
sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian
dari revolusi demokratis "rakyat".[3]
Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan
bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan
persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik
Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para
komunis".
Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan
melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak
berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan
NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk
pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian
"angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja
dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa
yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang
berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi
pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum
kapitalis negara. Mereka, depan jenderal-jenderal militer, berusaha
menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit
menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi"
angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerja sama untuk
menciptakan "angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha
menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei
1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan
negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat
negara.
Isu sakitnya Bung Karno
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu
sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu
perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun
menurut Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan
saja, jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukan tindakan
tersebut.
PERISTIWA
Pada 1 HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/1_Oktober"Oktober 1965
dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa)
yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh
Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu,
Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan
tersebut.
Korban
Tujuh korban peristiwa Gerakan 30 September tersebut adalah:
• Letnan HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani"
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani"Jenderal
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani" TNI Ahmad
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani"Yani (Menteri/Panglima
Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
• Mayor HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"Jenderal
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)" TNI
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"Raden
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)"Suprapto
(Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
• Mayor HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono"Jenderal HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono" TNI Mas HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono"Tirtodarmo HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/M.T._Haryono"Haryono (Deputi III
Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
• Mayor HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman"Jenderal HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman" TNI HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman"Siswondo HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman"Parman (Asisten I
Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
• Brigadir HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan"
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan"Jenderal
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan" TNI Donald
Isaac HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Panjaitan"Panjaitan (Asisten IV
Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
• Brigadir HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"Jenderal
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo" TNI
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"Sutoyo
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo"Siswomiharjo (Inspek
tur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
• Letnan HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Pierre_Tendean" Satu
Pierre Andreas HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Pierre_Tendean"Tendean (ajudan
Jenderal Abdul Harris HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/A.H._Nasution"Nasution yang tewas karena
G30S mengira ia adalah Jenderal Nasution)
Para korban tersebut kemudian dibuang dan dikubur ke suatu sumur lama
di area Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya dan
jenazah mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965.
SUPERSEMAR
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/11_Maret"Maret 1966, Sukarno memberi
Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Perintah
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Sebelas
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Perintah_Sebelas_Maret"Maret. Ia
memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai"
untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi
dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh
Suharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya,
Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai
Maret 1967.
Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan
rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan
dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya
diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.
Latar belakang
Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada
dalam kondisi yang relatif tidak stabil.[4] Bahkan, setelah Belanda secara
resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, keadaan politik
maupun ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya persaingan di
antara kelompok-kelompok politik.[4] Keputusan Soekarno untuk mengganti
sistem parlemen dengan Demokrasi Terpimpin memperparah kondisi ini
dengan memperuncing persaingan antara angkatan bersenjata
dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu berniat mempersenjatai
diri.[4] Sebelum sempat terlaksana, peristiwa Gerakan 30 September terjadi
dan mengakibatkan diberangusnya Partai Komunis Indonesia dari
Indonesia.[4] Sejak saat itu, kekuasaan Soekarno perlahan-lahan mulai
melemah.[5]
Kelahiran Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar)
Pasca-Orde Baru
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan
sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era
HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia:_Era_Reformasi"Reformasi".Masih
adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan
pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan
bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi
atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".
Transformasi pemerrintahan dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan
relatif lancar meskipun disertai dengan kerusuhan kelompok etnik dan
berpisahnya Timor Timur. Kelancaran transformasi pemerintahan ini lebih
baik bila dibandingkan dengan negara Uni Soviet atau Yugoslavia B. J.
Habibie berperan sebagai tokoh yang mendirikan landasan pemerintahan
yang baru ini.[36]
ERA REFORMASI
Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun
1998, tepatnya saat Kejatuhan Soeharto Presiden Soeharto mengundurkan
diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil presiden saat itu, B.J.
Habibie. Periode ini didirikan oleh lingkungan sosial politik yang lebih
terbuka.
Isu-isu selama periode ini di antaranya dorongan untuk
menerapkan demokrasi dan pemerintahan sipil yang lebih kuat,
elemen militer yang mencoba untuk mempertahankan
pengaruhnya, Islamisme yang tumbuh dalam politik dan masyarakat
umum, serta tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Proses reformasi
menghasilkan tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda
dengan penyensoran yang meluas saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik
menjadi lebih terbuka di media massa dan ekspresi seni makin meningkat.
Peristiwa-peristiwa yang telah membentuk Indonesia dalam periode ini di
antaranya serangkaian peristiwa terorisme (termasuk bom Bali 2002)
serta gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004.
Latar belakang[
Krisis HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_finansial_Asia_1997" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_finansial_Asia_1997"finansial
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_finansial_Asia_1997"
Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin
besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan
pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-
besaran yang dilakukan berbagai gerakan mahasiswa di berbagai
wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12
Mei 1998 yang menyebabkan empat mahasiswa tertembak mati dan
kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan
mahasiswa pun meluas hampir di seluruh Indonesia. Di bawah tekanan
yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih
untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998.[1]
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu
tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana
Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program
pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI
Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Sukarnoputri"Sukarnoputri keluar
menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari
seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi
pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan
Pembangunan pimpinan Hamzah HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Hamzah_Haz" HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Hamzah_Haz"Haz 12%; Partai HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsa", HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsa"Kebangkitan
Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999,
MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai
wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping
ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga
menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama
di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan
rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan
yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan
masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin
memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden
Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29
Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden
agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal
korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan
koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan
presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama
kemudian. Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut
dengan Kabinet Gotong Royong.
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar
ketika Pulau HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"Sipadan
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"
dan HYPERLINK
"https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"Ligitan
HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan"
lepas dari NKRI berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diselenggarakan,
dengan Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden pertama yang
dipilih secara langsung oleh rakyat, kemudian membentuk Kabinet
Indonesia Bersatu. Pemerintah ini pada awal masa kerjanya telah
menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi
besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan
sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara
pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan
mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.
BAB 3 PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan pada makalah tugas diknas yang ditulis oleh Ahmed Maliqul
Zaman Hasibuan,Chesta Adabi,Muhammad Tsaqif Amnas,Daffa Kazuo
Arkana pada tahun 2023 dengan judul “MAKALAH PERUBAHAN YANG
ADA DI KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA SEDARI MASA
PENJAJAHAN (SEBELUM MERDEKA) HINGGA SAAT INI (PASCA
KEMERDEKAAN) DALAM BIDANG POLITIK
” ini memiliki kesimpulan berupa: Kemerdekaan yang diperoleh Indonesia pada
tahun 1945 membuat beberapa perubahan kehidupan masyarakat Indonesia di
bidang politik maupun bidang lainnya dan juga membuat beberapa kejadian
kejadian yang kontroversi,seperti Pembentukan dan perkembangan awal RI.salah
satu Contohnya merupakan peristiwa perkembangann awal RI yangdi sahkan
dengan 3 sidang PPKI,dengan hasil berikut
B.SARAN
Melihat permasalahan yang ada seperti di atas, maka peneliti mempunyai beberapa
saran, yaitu:
1.bagi pemerintah kami memiliki saran untuk mengawasi politik yang ada di
Indonesia seperti pada pemilihan calon presiden yang akan datang agar tidak ada
yang melakukan kecurangan
2.bagi pembaca saran kami adalah untuk selalu mendukung system politik
Indonesia dan tidak takut untuk memberi keritik kepada pemerintah
SUMBER :
http://repository.uin-suska.ac.id/5825/2/BAB%20I.pdf
https://www.sma-syarifhidayatullah.sch.id/2021/06/pembentukan-awal-
pemerintahan-indonesia.html
https://www.merdeka.com/histori/sejarah-konfrontasi-antara-indonesia-dan-
malaysia.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru_(Indonesia)#Pasca-Orde_Baru
https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi_Indonesia_(1998–sekarang)
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jakarta_riot_14_May_1998.
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Surat_Perintah_Sebelas_Maret_-
_President_version.jpg
https://intisari.grid.id/read/032611583/konferensi-meja-bundar-resolusi-konflik-
indonesia-belanda-ini-isi-perjanjian-kmb-yang-ditandatangani-di-den-haag?page=2