Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

PENGANTAR EKONOMI MAKRO ISLAM

Nama : Yuni Septi Kurniawati


NIM : 049019595

1. Hasil pemikiran ekonomi islam Abu Yusuf dalam berbagai bidang


 Di bidang perpajakan: Abu Yusuf mengusulkan penggantian sistem Waziah atau
Misahah (pajak tetap) dengan sistem Muqassamah (pajak panen). Sistem Waziah
atau Misahah adalah sistem yang diperkenalkan oleh penguasa Bani Umayyah dan
Abbas yang mengharuskan petani membayar pajak yang sama setiap tahun, apapun
kondisi tanah dan iklim. Sistem ini dinilai tidak adil dan merugikan petani karena
harus membayar pajak yang sama baik saat panen melimpah maupun saat panen
buruk. Sistem ini juga tidak sesuai dengan prinsip Islam karena pajak tidak
ditentukan berdasarkan keterampilan dan kesejahteraan petani. Sistem
Muqassamah merupakan sistem yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW dan
Khulafaur Rasyidin di mana petani hanya membayar pajak sesuai dengan hasil
panennya. Sistem ini dinilai lebih adil dan menguntungkan bagi petani karena
mereka membayar pajak hanya berdasarkan keterampilan dan kesejahteraan
mereka. Sistem ini juga sesuai dengan prinsip Islam karena pajak ditentukan
berdasarkan Nisab (jumlah minimum) dan Zakat (wajib pajak bagi umat Islam). Abu
Yusuf juga menekankan pentingnya penghapusan pajak yang tidak sesuai syariah,
seperti: Jizyah (pajak atas non-Muslim), Kharaj (pajak atas rampasan orang kafir
dalam perang dan damai tahun) dan Usyur (pajak atas barang impor/bea cukai). Ia
berpendapat bahwa pajak-pajak ini merupakan bentuk diskriminasi dan penindasan
terhadap non-Muslim serta mengganggu perdagangan dan pertanian. Beliau
menyarankan agar pihak berwenang menghapuskan pajak-pajak ini dan
menggantinya dengan pajak-pajak yang lebih adil dan sesuai syariah seperti Zakat,
Sadaqah (pajak sukarela) dan Khumus (pajak atas rampasan perang).
 Di bidang keuangan: Abu Yusuf menyarankan pihak berwenang untuk menggunakan
dana pemerintah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Dia mengutip ayat
Alquran yang mengatakan Allah akan mengadili orang yang menyia-nyiakan
hartanya. Abu Yusuf juga mengingatkan penguasa untuk tidak membiarkan korupsi,
penipuan, dan pemborosan dalam pengelolaan Baitul Mal (perbendaharaan negara).
Ia menyarankan agar pihak berwenang menunjuk orang yang jujur, kompeten dan
bertakwa untuk menjalankan Baitul Mal serta melakukan audit dan pengawasan
secara berkala. Ia juga menyarankan agar pihak berwenang menggunakan anggaran
untuk kepentingan umum seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, pertahanan, dan kesejahteraan masyarakat. Ia mengutip hadits Nabi yang
mengatakan bahwa penguasa adalah pengurus rakyat dan bertanggung jawab atas
pemerintahannya. Abu Yusuf juga menekankan pentingnya pemberian bantuan dan
subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti fakir miskin, dhuafa, anak
yatim, yatim piatu, dan janda. Dia mengutip ayat Alquran yang mengatakan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.
 Di bidang pertanahan: Abu Yusuf membedakan tanah menjadi tiga golongan, yaitu
tanah milik negara, tanah milik umat Islam, dan tanah milik non-Muslim. Tanah
negara adalah tanah yang diperoleh melalui perang atau penaklukan dan kemudian
dikelola oleh penguasa untuk kepentingan umum. Tanah milik umat Islam adalah
tanah yang diperoleh melalui warisan, hibah atau pembelian dan kemudian dikelola
oleh pemiliknya sesuai dengan hukum syariah. Tanah milik non-Muslim adalah tanah
yang diperoleh dari perjanjian perdamaian atau perlindungan dan kemudian dikelola
oleh pemiliknya menurut hukum mereka. Abu Yusuf menekankan pentingnya
mengolah tanah dan mengembangkannya agar mendatangkan manfaat. Ia berdalih,
tanah yang diperoleh secara hibah bisa disita jika tidak digarap selama tiga tahun dan
dialihkan kepada orang lain.
 Dalam bidang pemerintahan : Abu Yusuf mengemukakan bahwa seorang penguasa
bukanlah seorang raja yang dapat berbuat secara diktator. Seorang khalifah adalah
wakil Allah yang ditugaskan di bumi untuk melaksanakan perintah Allah. Oleh karena
itu, harus bertindak atas nama Allah SWT. Dalam hubungan hak dan tanggung jawab
pemerintah terhadap rakyat, Abu Yusuf menyusun sebuah kaidah fikih yang sangat
popular, yaitu tassaruf al-iman ‘ala ar-ra’iyyah manutun ini al-maslahah (setiap
tindakan pemerintah berkaitan dengan rakyat senantiasa terkait dengan
kemaslahatan mereka)
 Dalam bidang peradilan : Ia berpendapat bahwa keadilan adalah keadilan murni yang
harus berdasarkan syariah dan bukti-bukti yang kuat, bukan pada persoalan
sekunder (sesuatu yang belum pasti) atau kepentingan pribadi. Dia mengutip ayat
Alquran yang mengatakan Allah memerintahkan penguasa untuk bertindak adil dan
tidak mengikuti keinginannya. Abu Yusuf menekankan pentingnya menjaga
independensi dan integritas hakim dalam menjalankan tugasnya. Menurutnya,
hakim tidak boleh terpengaruh oleh status, kedudukan, kekayaan atau kerabat para
pihak yang bersengketa. Ia menyarankan hakim untuk tidak menerima hadiah, suap,
atau tekanan dari siapa pun.Ia juga menyarankan hakim untuk tidak menjaga
hubungan dekat dengan pihak berwenang untuk menghindari konflik kepentingan
atau ketakutan. Ia mengutip hadis Nabi yang mengatakan bahwa jabatan tersebut
tidak boleh berperan dalam urusan hukum

2. Pada masa Kerajaan Islam, penduduk nusantara mengalami perubahan keyakinan dan praktik
keagamaan. Mereka beralih dari agama Hindu-Buddha ke Islam, yang disebarkan oleh para
pedagang, ulama, dan orang suci. Islam menawarkan ajaran yang sederhana, tidak mengenal
sistem kasta dan selaras dengan budaya setempat. Masyarakat Indonesia juga mengadopsi
nama-nama Arab, kosa kata Arab, dan arsitektur Islam. Mereka juga mendirikan lembaga
pendidikan Islam seperti Surau, Langgar, Masjid dan Pondok Pesantren. Contoh perubahan
sosial bidang agama pada masa kerajaan Islam adalah munculnya sinkretisme antara agama
Islam dengan agama lokal yang sudah ada sebelumnya. Sinkretisme adalah proses
menyatukan atau menggabungkan dua atau lebih unsur budaya yang berbeda. Di Pulau Jawa
misalnya, banyak masyarakat yang masih mempertahankan kepercayaan dan tradisi Jawa
kuno seperti Kejawen, Kebatinan dan Slametan, meski sudah bersyahadat dan menjadi
Muslim. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak serta merta meninggalkan
agama dan budaya lamanya, melainkan berusaha beradaptasi dan menyelaraskan dengan
agama baru yaitu Islam.

Pada masa kolonial, bangsa Indonesia menghadapi tantangan dan tekanan dari penguasa
kolonial yang berupaya mengubah atau menghapus identitas keislaman mereka. Mereka juga
mengalami diskriminasi, eksploitasi dan penindasan. Namun masyarakat Indonesia tidak
tinggal diam. Mereka berjuang lahir dan batin demi pembelaan dan pengembangan agama
Islam di tanah air. Mereka juga mendirikan organisasi Islam seperti Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama, Sarikat Islam dan Persatuan Islam untuk memperkuat solidaritas,
kesadaran dan perjuangan umat Islam. Misalnya saja di Aceh pernah terjadi Perang Aceh
yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda dan Teuku Umar melawan Belanda yang ingin
menguasai wilayah Aceh dan menghentikan penyebaran agama Islam. Di Jawa terdapat
gerakan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang menentang kebijakan Belanda yang
merampas tanah wakaf dan mengganggu kehidupan beragama masyarakat Jawa. Di
Sumatera ada gerakan yang dipimpin oleh Imam Bonjol yang memimpin kaum Paderi yang
ingin membebaskan ajaran Islam dari pengaruh Hindu-Buddha dan adat istiadat
Minangkabau. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak mau tunduk atau
menyerah terhadap penjajah yang ingin menghapus jati diri dan kepercayaannya.

3. Ciri-ciri perekonomian kolonial


 Penetrasi ekonomi adalah proses impor modal, barang dan jasa dari negara kolonial
ke negara yang diduduki dengan tujuan menguasai pasar dan menghasilkan
keuntungan. Negara-negara kolonial biasanya menerapkan perjanjian perdagangan
yang tidak adil, memonopoli sektor ekonomi tertentu, atau mengambil alih bisnis
lokal. Maka Belanda mendirikan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang
mempunyai hak monopoli atas perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
 Penguasaan atas sumber daya alam dan tenaga kerja merupakan cara negara
kolonial untuk mengeksploitasi kekayaan dan potensi tanah yang diduduki dengan
mengambil sumber daya alam seperti emas, minyak, karet, dan kayu, atau dengan
mempekerjakan masyarakat adat sebagai petani, pertambangan, atau pabrik.
pekerja berupah rendah. Hal ini menyebabkan negara-negara yang diduduki menjadi
miskin dan bergantung pada negara-negara kolonial. Misalnya Belanda mengambil
hasil panen Indonesia seperti kopi, tebu, tembakau dan kina dan menjualnya ke
Eropa dengan harga tinggi.
 Pemisahan wilayah administratif, strategi yang digunakan negara kolonial untuk
memudahkan administrasi dan pengawasan tanah-tanah yang diduduki dengan
membagi wilayah menjadi beberapa provinsi, kabupaten atau kota yang dipimpin
oleh pejabat kolonial. Hal ini mengurangi otonomi dan identitas lokal serta memecah
belah kesatuan masyarakat adat. Misalnya Belanda membagi Indonesia menjadi
beberapa provinsi seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku yang
masing-masing mempunyai gubernur, residen, atau wakil residen.
 Sistem pajak tanah, kebijakan negara kolonial untuk memungut pajak atas tanah
yang digarap oleh masyarakat adat, yang nilai tanahnya ditentukan berdasarkan luas,
jenis dan produktivitas tanah tersebut. Penduduk asli harus membayar pajak tanah
kepada pemerintah kolonial dalam bentuk uang atau hasil panen. Hal ini
memberikan beban ekonomi dan sosial kepada petani karena mereka harus bekerja
keras membayar pajak atau bahkan kehilangan tanah jika tidak mampu membayar.
Misalnya saja di Pulau Jawa pada tahun 1816, Belanda menerapkan sistem pajak
tanah yang menyebabkan banyak petani jatuh miskin atau berhutang.
 Sistem tanam wajib, kebijakan negara kolonial yang mewajibkan penduduk asli
menanam tanaman komersial yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial dengan
menyediakan sebagian tanah penduduk asli untuk menanam tanaman komersial dan
membeli hasil panen tersebut dengan harga murah. Penduduk asli tidak diizinkan
menanam makanan atau tanaman apa pun yang mereka inginkan. Hal ini
mengorbankan tanaman pangan, membahayakan ketahanan pangan dan merugikan
petani karena mereka tidak menerima manfaat yang cukup dari tanaman mereka.
Misalnya saja di Pulau Jawa pada tahun 1830, Belanda menerapkan sistem tanam
paksa yang berujung pada kelaparan dan kematian massal di beberapa daerah.
 Kebijakan ekonomi liberal, kebijakan negara kolonial yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk menyewa atau membeli tanah di wilayah kolonial dan
menjalankan perusahaan perkebunan, pertambangan atau perdagangan. Individu
atau perseorangan bisa berasal dari negara kolonial, negara lain atau masyarakat
adat yang mempunyai modal. Hal ini meningkatkan dominasi dan keuntungan
kapitalis asing dan domestik, namun juga menyebabkan persaingan dan kesenjangan
ekonomi. Misalnya saja pada tahun 1870, Belanda menghapuskan sistem tanam
paksa dan menggantinya dengan kebijakan ekonomi liberal yang memperbolehkan
sektor swasta mengembangkan usaha perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan
tebu.
 Kebijakan ekonomi etis, kebijakan negara kolonial yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan penduduk asli dengan memberikan
bantuan modal, kredit, irigasi, dan sekolah. Kebijakan ini dianggap sebagai tanggung
jawab moral negara kolonial terhadap negara yang didudukinya. Namun kebijakan ini
tetap berada dalam kerangka kepentingan kolonial, karena tujuannya adalah untuk
menciptakan pasar baru, tenaga kerja terampil, dan elit lokal yang loyal. Hal ini
melahirkan golongan terpelajar dan nasionalis yang kemudian menuntut
kemerdekaan. Contohnya, Belanda menerapkan kebijakan ekonomi etis pada tahun
1901, yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk asli yang bersekolah,
bekerja di sektor modern, dan terlibat dalam organisasi politik dan sosial.

4. Pemikiran Adam Smith tentang mekanisme pasar


 Adam Smith memandang pasar bebas sebagai mekanisme yang efektif untuk
penentuan harga dan alokasi sumber daya yang efisien. Menurutnya, jika pasar bisa
berfungsi tanpa campur tangan pemerintah, maka akan terjadi persaingan yang
sehat antara produsen dan konsumen, menciptakan harga yang adil dan
keseimbangan antara penawaran dan permintaan.

 Adam Smith juga berpendapat bahwa pasar bebas akan membawa manfaat optimal
bagi masyarakat dan negara tidak perlu melakukan intervensi terhadap pasar kecuali
untuk menjamin keadilan dan keamanan. Ia menjelaskan, keuntungan merupakan
insentif utama bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya, namun juga
menekankan pentingnya persaingan yang sehat agar keuntungan tidak menjadi alat
penyalahgunaan kekuasaan atau monopoli.

 Adam Smith juga mengemukakan konsep “tangan tak kasat mata”, artinya pasar
bebas akan mengatur kepentingan individu dan sosial secara harmonis. Ia
mengatakan bahwa setiap individu yang berupaya memaksimalkan utilitasnya
sendiri, tanpa menyadarinya, juga berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Sebab, pasar bebas akan mengarahkan sumber daya ke sektor-
sektor yang paling diminati masyarakat dan meningkatkan produksi serta
pendapatan nasional.

 Adam Smith juga menjelaskan konsep “pembagian kerja,” yang mana pekerjaan
dibagi menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan terspesialisasi, sehingga
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Ia juga mengajukan teori “harga tenaga
kerja yang adil”, yang berarti bahwa upah harus memenuhi kebutuhan dasar pekerja
dan keluarganya.

 Adam Smith juga berpendapat bahwa perdagangan bebas internasional akan


membawa manfaat ekonomi bagi semua negara yang terlibat dan bahwa
perdagangan adalah salah satu cara untuk menciptakan perdamaian antar negara.
Dinyatakan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional didasarkan pada
perbedaan biaya produksi antara dua negara. Ia juga mengkritik langkah-langkah
proteksionis yang membatasi impor dan menaikkan tarif, karena menganggapnya
sebagai hambatan bagi kemajuan ekonomi.

Sumber referensi :

- https://tanwir.id/pemikiran-ekonomi-islam-abu-yusuf-melihat-kitab-al-kharaj/
- https://islami.co/abu-yusuf-ulama-dan-ekonom-pendamping-pemerintah/
- https://ekonomi-islam.com/pokok-pokok-pemikiran-imam-abu-yusuf-113-182-h-731-798-m/
- https://an-nur.ac.id/esy/adam-smith-pemikiran-ekonomi-dan-pengaruhnya-dalam-
perekonomian-dunia.html
- https://www.gramedia.com/literasi/kolonialisme-dan-imperialisme/
- https://www.donisetyawan.com/ciri-ciri-kolonialisme/
- BMP PENGANTR EKONOMI MAKRO ISLAM EKSA4104

Anda mungkin juga menyukai