Anda di halaman 1dari 159

Salinan

NO : 1/LD/2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU


NOMOR : 1 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH TENTANG
KABUPATEN INDRAMAYU
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1 KABUPATEN INDRAMAYU
TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PERATURAN DAERAH
KABUPATEN INDRAMAYU BUPATI INDRAMAYU,

NOMOR : 1 TAHUN 2012


Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan
pembangunan di daerah
TENTANG dengan memanfaatkan
ruang wilayah secara
RENCANA TATA RUANG WILAYAH berdayaguna, berhasilguna,
KABUPATEN INDRAMAYU serasi, selaras, seimbang,
TAHUN 2011 - 2031
dan berkelanjutan dalam
rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
BAGIAN HUKUM dan pertahanan keamanan,
SETDA KABUPATEN INDRAMAYU perlu disusun Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW);
2012
2 3
b. bahwa dalam rangka 2. Undang-Undang Nomor 14
mewujudkan dinamisasi dan Tahun 1950 tentang
keterpaduan pembangunan Pembentukan Daerah-
antar sektor, daerah, dan daerah Kabupaten dalam
masyarakat, serta untuk Lingkungan Provinsi Jawa
penyesuaian sistem Barat (Berita Negara
penataan ruang Republik Indonesia Tahun
sebagaimana diatur dalam 1950) sebagaimana telah
Undang-Undang Nomor 26 diubah dengan Undang-
Tahun 2007 tentang undang Nomor 4 Tahun
penataan ruang; 1968 tentang Pembentukan
c. bahwa berdasarkan Kabupaten Purwakarta dan
pertimbangan sebagiamana Kabupaten Subang dengan
dimaksud dalam huruf a mengubah Undang-undang
dan huruf b, perlu Nomor 14 Tahun 1950
membentuk Peraturan tentang Pembentukan
Daerah tentang Rencana Daerah-daerah Kabupaten
Tata Ruang Wilayah dalam Lingkungan Provinsi
Kabupaten Indramayu Jawa Barat (Lembaran
Tahun 2011 – 2031; Negera Republik Indonesia
Tahun 1968 Nomor 31,
Tambahan Lembaran
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang -
Negara Republik Indonesia
Undang Dasar Negara
Nomor 2851);
Republik Indonesia Tahun
1945;
4 5
3. Undang-Undang Nomor 5 6. Undang-Undang Nomor 36
Tahun 1960 tentang Tahun 1999 tentang
Peraturan Dasar Pokok- Telekomunikasi (Lembaran
pokok Agraria (lembaran Negara Republik Indonesia
Negara Republik Tahun 1999 Nomor 129,
IndonesiaTahun 1960 Tambahan Lembaran
Nomor 104, Tambahan Negara Republik Indonesia
Lembaran Negara Republik Nomor 3881);
Indonesia Nomor 2043); 7. Undang-Undang Nomor 41
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Tahun 1984 tentang Kehutanan (Lembaran
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana
Nomor 3274); telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 19
5. Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2004 tentang
Tahun 1990 tentang
Penetapan Peraturan
Konservasi Sumber Daya
Pemerintah Pengganti
Alam Hayati dan
Undang-Undang Nomor 1
Ekosistemnya (Lembaran
Tahun 2004 tentang
Negara Republik Indonesia
Perubahan Atas Undang-
Tahun 1990 Nomor 49,
Undang Nomor 41 Tahun
Tambahan Lembaran
1999 tentang Kehutanan
Negara Republik Indonesia
menjadi Undang - undang
Nomor 3419);
6 7
(Lembaran Negara Republik 11. Undang-Undang Nomor 7
Indonesia Tahun 2004 Tahun 2004 tentang
Nomor 86, Tambahan Sumber Daya Air (lembaran
Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia
Indonesia Nomor 4412); Tahun 2004 Nomor 32,
8. Undang-Undang Nomor 22 Tambahan Lembaran
Tahun 2001 tentang Negara Republik Indonesia
Minyak dan Gas Bumi Nomor 3477);
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 12. Undang-Undang Nomor 18
Nomor 136, Tambahan Tahun 2004 tentang
Lembaran Negara Republik Perkebunan (Lembaran
Indonesia Nomor 4152); Negara Republik Indonesia
9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Nomor 32,
Tahun 2002 tentang Tambahan Lembaran
Pertahanan Negara Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik
Nomor 4377);
Indonesia Tahun 2002
Nomor 3, Tambahan 13. Undang-Undang Nomor 25
Lembaran Negara Republik Tahun 2004 tentang Sistem
Indonesia Nomor 4169); Perencanaan Pembangunan
10. Undang-Undang Nomor 28 Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2002 tentang Republik Indonesia Tahun
Bangunan Gedung 2004 Nomor 104,
(Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran
Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Negara Republik Indonesia
Lembaran Negara Republik Nomor 4421);
Indonesia Nomor 4247);
8 9
14. Undang-Undang Nomor 32 16. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Daerah Perkeretaapian (Lembaran
(Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia
Indonesia Tahun 2004 Tahun 2007 Nomor 65,
Nomor 125, Tambahan Tambahan Lembaran
Lembaran Negara Republik Negara Nomor 4722);
Indonesia Nomor 4437) 17. Undang-Undang Nomor 24
sebagaimana telah diubah Tahun 2007 tentang
keduakalinya dengan Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Nomor 12 (Lembaran Negara Republik
Tahun 2008 (Lembaran Indonesia Tahun 2007
Negara Republik Indonesia Nomor 66, Tambahan
Tahun 2008 Nomor 59, Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Indonesia Nomor 4723);
Negara Republik Indonesia
18. Undang-Undang Nomor 25
Nomor 4844);
Tahun 2007 tentang
15. Undang-Undang Nomor 38 Penanaman Modal
Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
Indonesia Nomor 4725);
10 11
19. Undang-Undang Nomor 26 22. Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2007 tentang Tahun 2008 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Pengelolaan Sampah
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Tahun 2007 Nomor 68, Indonesia Tahun 2008
Tambahan Lembaran Nomor 69, Tambahan
Negara Republik Indonesia Lembaran Negara Republik
Nomor 4725); Indonesia Nomor 69);
20. Undang-Undang Nomor 27 23. Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2007 tentang Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir Pertambangan Mineral dan
dan Pulau-Pulau Kecil Batubara (Lembaran Negara
(Lembaran Negara Republik Republik Indonesia Tahun
Indonesia Tahun 2007 2009 Nomor 4, Tambahan
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
Indonesia Nomor 4739); 24. Undang-Undang Nomor 10
21. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Tahun 2008 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
Nomor 4899);
12 13
25. Undang-Undang Nomor 18 28. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Perlindungan dan
Hewan (Lembaran Negara Pengelolaan Lingkungan
Republik Indonesia Tahun Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 19, Tambahan
2009 Nomor 140,
Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran
Indonesia Nomor 4974); Negara Republik Indonesia
26. Undang-Undang Nomor 22 Nomor 5059);
Tahun 2009 tentang Lalu 29. Undang-Undang Nomor 41
Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan
(Lembaran Negara Republik
Pertanian Pangan
Indonesia Tahun 2009 Berkelanjutan (Lembaran
Nomor 96, Tambahan Negara Republik Indonesia
Lembaran Negara Nomor Tahun 2009 Nomor 149,
5025); Tambahan Lembaran
27. Undang-Undang Nomor 30 Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);
Tahun 2009 Tentang
30. Undang-Undang Nomor 45
Ketenagalistrikan
Tahun 2009 tentang
(Lembaran Negara Republik Perikanan (Lembaran
Indonesia Tahun 2009 Negara Republik Indonesia
Nomor 133, Tambahan Tahun 2009 Nomor 154,
Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran
Indonesia Nomor 5052); Negara Republik Indonesia
Nomor 5073);
14 15
31. Undang-Undang Nomor 11 34. Peraturan Pemerintah
Tahun 2010 Tentang Cagar Nomor 6 Tahun 1988
Budaya (Lembaran Negara tentang Koordinasi Kegiatan
Republik Indonesia Tahun Instansi Vertikal di Daerah
2010 Nomor 130, (Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Indonesia Tahun 1988
Negara Republik Indonesia Nomor 10, Tambahan
Nomor 5168); Lembaran Negara Republik
32. Undang-Undang Nomor 1 Indonesia Nomor 3373);
Tahun 2011 tentang 35. Peraturan Pemerintah
Perumahan dan Kawasan Nomor 36 Tahun 1998
Permukiman (Lembaran tentang Penertiban dan
Negara Republik Indonesia Pendayagunaan Tanah
Tahun 2011 Nomor 7, Terlantar (Lembaran Negara
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Tahun
Negara Republik Indonesia 1998 Nomor 52, Tambahan
Nomor 5188); Lembaran negara Republik
33. Undang-Undang Nomor 12 Indonesia Nomor 3747);
Tahun 2011 tentang 36. Peraturan Pemerintah
Pembentukan Peraturan Nomor 27 Tahun 1999
Perundangan-undangan tentang Analisa Dampak
(Lembaran Negara Republik Lingkungan Hidup
Indonesia Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik
Nomor 82, Tambahan Indonesia Tahun 1999
Lembaran Negara Republik Nomor 59, Tambahan
Indonesia Nomor 5234); Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3838);
16 17
37. Peraturan Pemerintah 40. Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 2000 Nomor 44 Tahun 2004
tentang Tingkat Ketelitian tentang Perencanaan
Peta untuk Penataan Ruang Kehutanan (Lembaran
Wilayah (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Tahun Tahun 2004 Nomor 146,
2000 Nomor 20, Tambahan Tambahan Lembaran
Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia
Indonesia 3934); Nomor 4452);
38. Peraturan Pemerintah 41. Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2002 Nomor 45 Tahun 2004
tentang Hutan Kota tentang Perlindungan
(Lembaran Negara Republik Hutan (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2002 Republik Indonesia Tahun
Nomor 119, Tambahan 2004 Nomor 147,
Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran
Indonesia Nomor 4242); Negara Republik Indonesia
39. Peraturan Pemerintah Nomor 4453), senagaimana
Nomor 16 Tahun 2003 telah diubah dengan
tentang Penatagunaan Peraturan Pemerintah
Tanah (Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 2009
Republik Indonesia Tahun tentang Perubahan Atas
2004 Nomor 45, Tambahan Peraturan Pemerintah
Lembaran Negara Republik Nomor 45 Tahun 2004
Indonesia Nomor 4385); Tentang Perlindungan
Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 137,
18 19
Tambahan Lembaran 44. Peraturan Pemerintah
Negara Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2005
Nomor 5056);
tentang Peraturan
42. Peraturan Pemerintah
Pelaksanaan Undang-
Nomor 15 Tahun 2005
tentang Jalan Tol Undang Nomor 28 Tahun
(Lembaran Negara Republik 2002 tentang Bangunan
Indonesia Tahun 2005 Gedung (Lembaran Negara
Nomor 32, Tambahan Republik Indonesia Tahun
Lembaran Negara Republik 2005 Nomor 83, Tambahan
Indonesia Nomor 4489), Lembaran Negara Republik
sebagaimana telah diubah
Indonesia Nomor 4532);
dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 44 45. Peraturan Pemerintahan
Tahun 2009 tentang
Nomor 79 Tahun 2005
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 15 tentang Pedoman
Tahun 2005 Tentang Jalan Pembinaan dan
Tol (Lembaran Negara Pengawasan
Republik Indonesia Tahun Penyelenggaraan
2005 Nomor 88, Tambahan Pemerintahan Daerah
Lembaran Negara Republik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5019);
Indonesia Tahun 2005 Noor
43. Peraturan Pemerintah 165, Tamabhan Lembaran
Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Negara Republik Indonesia
Sistem Penyediaan Air Nomor 4593);
Minum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4490);
20 21
46. Peraturan Pemerintah sebagaimana telah diubah
Nomor 20 Tahun 2006 dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun
tentang Irigasi (Lembaran
2008 (Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun
Tahun 2006 Nomor 46, 2008 Nomor 16, Tambahan
Tambahan Lembaran Lembaran Negara Republik
Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 4818);
Nomor 4624); 49. Peraturan Pemerintah
47. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan
Nomor 34 Tahun 2006 Pemerintahan antara
tentang Jalan (Lembaran Pemerintah, Pemerintahan
Negara Republik Indonesia Daerah Provinsi dan
Tahun 2006 Nomor 86, Pemerintahan Daerah
Tambahan Lembaran Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82,
Nomor 4655);
Tambahan Lembaran
48. Peraturan Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2007 Nomor 4737);
tentang Tata Hutan dan 50. Peraturan Pemerintah
Penyusunan Rencana Nomor 26 Tahun 2008
Pengelolaan Hutan serta tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Pemanfataan Hutan
(Lembaran Negara Republik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Indonesia Tahun 2007 Nomor 48, Tambahan
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
Indonesia 4366),
22 23
51. Peraturan Pemerintah 54. Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2008 Nomor 10 Tahun 2010
tentang Pedoman tentang Tata Cara
Pemberian Insentif dan Perubahan Peruntukan dan
Pemberian Kemudahan
Fungsi Kawasan Hutan
Penanaman Modal di
(Lembaran Negara Republik
Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun Indonesia Tahun 2010
2008 Nomor 119, Nomor 15, Tambahan
Tambahan Lembaran Lembaran Negara Republik
Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 5097);
Nomor 4139); 55. Peraturan Pemerintah
52. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Penertiban dan
tentang Jalan Tol Pendayagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Terlantar (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2009
Republik Indonesia Tahun
Nomor 88, Tambahan
2010 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5019); Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5098);
53. Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2009 56. Peraturan Pemerintah
Tentang Kepelabuhanan Nomor 15 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik tentang Penyelenggaraan
Indonesia Tahun 2009 Tata Ruang (Lembaran
Nomor 151, Tambahan Negara Republik Indonesia
Lembaran Negara Republik Tahun 2010, Tambahan
Indonesia Nomor 5070);
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
24 25
57. Peraturan Pemerintah 60. Peraturan Daerah Provinsi
Nomor 68 Tahun 2010 Jawa Barat Nomor 8 Tahun
tentang Bentuk dan Tata 2005 tentang Sempadan
Cara Peran Serta Sumber Air (Lembaran
masyarakat dalam Daerah Provinsi Jawa Barat
Penataan Ruang (Lembaran Tahun 2005 Nomor 2 Seri
Negara Republik Indonesia E);
Tahun 2010 Nomor 118, 61. Peraturan Daerah Provinsi
Tambahan Lembaran Jawa Barat Nomor 22
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 tentang
Nomor 5160); Rencana Tata Ruang
58. Peraturan Pemerintah Wilayah Provinsi Jawa
Nomor 28 Tahun 2011 Barat Tahun 2009 – 2029
tentang Pengelolaan (Lembaran Daerah Provinsi
Kawasan Suaka Alam dan Jawa Barat Tahun 2010
Kawasan Pelestarian Alam Nomor 22 Seri E, Tambahan
(Lembaran Negara Republik Lembaran Daerah Nomor
Indonesia Tahun 2011 86);
Nomor 56, Tambahan 62. Peraturan Daerah
Lembaran Negara Republik Kabupaten Indramayu
Indonesia Nomor 5217); Nomor 3 Tahun 2006
59. Peraturan Daerah Provinsi tentang Tata Cara
Jawa Barat Nomor 3 Tahun Pembuatan Peraturan
2002 tentang Pengelolaan Daerah Kabupaten
Lingkungan Geologi Indramayu (Lembaran
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Kabupaten
Jawa Barat Tahun 2002 Indramayu Nomor 3 Tahun
Nomor 2 Seri E); 2006 Seri. E.2);
26 27
66. Peraturan Daerah
63. Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu
Nomor 8 Tahun 2008
Nomor 4 Tahun 2007
tentang Dinas Daerah
tentang Pokok-pokok
Kabupaten Indramayu
Pengelolaan Keuangan
(Lembaran Daerah
Daerah di Kabupaten
Kabupaten Indramayu
Indramayu (Lembaran
Nomor 8 Tahun 2008 Seri.
Daerah Kabupaten
D.4);
Indramayu Nomor 4 Tahun
67. Peraturan Daerah
2007 Seri A. 2);
Kabupaten Indramayu
64. Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2008
Kabupaten Indramayu
tentang Lembaga Teknis
Nomor 6 Tahun 2008
Daerah dan Satuan Polisi
tentang Urusan
Pamong Praja Kabupaten
Pemerintahan Kabupaten
Indramayu (Lembaran
Indramayu (Lembaran
Daerah Kabupaten
Daearah Kabupaten
Indramayu Nomor 9 Tahun
Indramayu Nomor 6 Tahun
2008 Seri. D.5);
2008 Seri. D.2);
68. Peraturan Daerah
65. Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Indramayu
Nomor 10 Tahun 2008
Nomor 7 Tahun 2008
tentang Kecamatan dan
tentang Sekretariat Daerah
Kelurahan di Lingkungan
dan Sekretariat DPRD
Pemerintah Kabupaten
Kabupaten Indramayu
Indramayu (Lembaran
(Lembaran Daerah
Daerah Kabupaten
Kabupaten Indramayu
Indramayu Nomor 10
Nomor 7 Tahun 2008 Seri.
Tahun 2008 Seri. D.6);
D.3);
28 29
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan
Dengan Persetujuan Bersama
Perangkat Daerah sebagai unsur
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH penyelenggara Pemerintahan Daerah.
KABUPATEN INDRAMAYU
3. Bupati adalah Bupati Indramayu.
dan 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
BUPATI INDRAMAYU, Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Indramayu sebagai unsur penyelengara
MEMUTUSKAN :
Pemerintahan Daerah.
Menetapkan : PERATURAN DAERAH 5. Provinsi adalah Provinsi Jawa Barat.
TENTANG RENCANA TATA
6. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur.
RUANG WILAYAH
KABUPATEN INDRAMAYU 7. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut
TAHUN 2011 - 2031. Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
BAB I Undang Dasar Negara Republik Indonesia
KETENTUAN UMUM Tahun 1945.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang
Pasal 1 darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
dengan : hidup, melakukan kegiatan dan memelihara
1. Daerah adalah Kabupaten Indramayu. kelangsungan hidupnya.
9. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan
pola ruang.
30 31
10. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat 15. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
permukiman dan sistem jaringan prasarana mengurangi resiko bencana, baik melalui
dan sarana berfungsi sebagai pendukung pembangunan fisik maupun penyadaran dan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang peningkatan kemampuan menghadapi
secara hirarkis memiliki hubungan ancaman bencana.
fungsional. 16. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
11. Pola ruang adalah distribusi peruntukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi dan pengendalian pemanfaatan ruang.
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan 17. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembianaan, pelaksanaan, dan pengawasan
12. Ruang Investasi adalah wilayah perkotaan
dan pedesaan yang diarahkan untuk kegiatan penataan ruang.
ekonomi yang dapat menarik investasi untuk 18. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya
pengembangan wilayah. pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
13. Infrastruktur strategis adalah infrastruktur
masyarakat dalam penataan ruang.
wilayah yang diprioritaskan
pembangunannya, memiliki skala pelayanan 19. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya
nasional/regional, dan dikembangkan dalam untuk meningkatkan kinerja penataan ruang
rangka mempercepat perwujudan struktur yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
ruang. Pemerintah Daerah dan masyarakat.
20. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya
14. Ruang untuk Ketahanan Pangan adalah
pencapaian tujuan penataan ruang melalui
lahan-lahan pertanian yang dialokasikan
pelaksanaan perencanaan tata ruang,
untuk kegiatan budidaya tanaman pangan
pemanfaatan ruang dan pengendalian
untuk mendukung ketahanan pangan
pemanfaatan ruang.
provinsi dan nasional.
32 33
21. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya 28. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi
agar penyelenggaraan penataan ruang dapat utama lindung atau budidaya.
diwujudkan sesuai dengan ketentuan 29. Kawasan Lindung adalah wilayah yang
perundang-undangan. ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
22. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
untuk menentukan struktur ruang dan pola sumber daya alam dan sumber daya buatan
ruang yang meliputi penyusunan dan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna
penetapan rencana tata ruang. kepentingan pembangunan berkelanjutan.
23. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk 30. Kawasan yang memberikan perlindungan
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang terhadap kawasan bawahnya adalah kawasan
sesuai dengan rencana tata ruang melalui yang mempunyai fungsi pokok sebagai
penyusunan dan pelaksanaan program perlindungan sistem penyangga kehidupan
beserta pembiayaannya. untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
24. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah mengendalikan erosi, mencegah instrusi air
upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. laut dan memelihara kesuburan tanah.

25. Rencana Tata Ruang adalah hasil 31. Kawasan rawan bencana adalah kawasan
perencanaan tata ruang. yang pernah atau berpontesi tinggi mengalami
bencana, seperti tanah longsor, banjir,
26. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
gelombang pasang, abrasi, dan letusan
Indramayu yang selanjutnya disebut RTRWK
gunung berapi, yang perlu dikelola agar dapat
adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah
menghindarkan masyarakat dari ancaman
Kabupaten Indramayu.
bencana.
27. Wilayah adalah ruang yang merupakan
32. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang
kesatuan geografis beserta segenap unsur
ditetapkan dengan fungsi utama untuk
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
berdasarkan aspek administratif dan/atau
sumber daya alam, sumber daya manusia,
aspek fungsional.
dan sumber daya buatan.
34 35
33. Kawasan Permukiman adalah bagian dari 37. Kawasan Strategis Kabupaten yang
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, selanjutnya disebut KSK adalah wilayah yang
baik berupa kawasan perkotaan maupun penataan ruangnya diprioritaskan karena
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan mempunyai pengaruh sangat penting dalam
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan lingkup daerah terhadap ekonomi, sosial,
tempat kegiatan yang mendukung budaya, dan/atau lingkungan.
perikehidupan dan penghidupan. 38. Prajapolitan adalah konsep pembangunan
34. Kawasan Perdesaan adalah kawasan dengan perkotaan sebagai pusat pemerintahan daerah
kegiatan utama pertanian, pengelolaan berbasis wilayah dengan pendekatan dan
sumber daya alam dengan fungsi kawasan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-
sebagai tempat permukiman perdesaan, prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan akselerasi.
sosial, dan kegiatan ekonomi. 39. Agropolitan adalah kota pertanian, desa-desa
35. Kawasan Perkotaan adalah kawasan dengan sentra produksi pertanian dan desa peyangga
kegiatan utama bukan pertanian, dengan yang ada di sekitarnya yang mampu memacu
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman berkembangnya sistem dan usaha agribisnis,
perkotaan, pusat dan distribusi pelayanan sehingga dapat melayani, mendorong,
jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan menarik, dan menghela kegiatan
kegiatan ekonomi. pembangunan pertanian di wilayah
36. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya sekitarnya.
disebut KSP adalah wilayah yang penataan 40. Minapolitan merupakan konsep
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pembangunan kelautan dan perikanan
pengaruh sangat penting secara provinsi berbasis wilayah dengan pendekatan dan
terhadap kedaulatan provinsi, pertahanan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-
keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan
dan/ atau lingkungan. akselerasi.
36 37
41. Wanapolitan adalah konsep pembangunan 46. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya
kehutanan dan perkebunan berbasis wilayah disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
dengan pendekatan dan sistem manajemen berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kawasan dengan prinsip-prinsip, integrasi, kabupaten atau beberapa kecamatan.
efisiensi, kualitas, dan akselerasi. 47. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang
42. Kawasan Sempadan Sungai adalah daerah selanjutnya disebut PKLp adalah pusat
sepanjang aliran sungai (pada kedua sisi kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian
sungai) yang diperuntukkan bagi pengamanan hari ditetapkan sebagai PKL.
dan kelestarian lingkungan sekitar aliran 48. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya
sungai. disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang
43. Kawasan sekitar waduk/danau adalah berfungsi untuk melayani kegiatan skala
daratan sepanjang tepian waduk/danau yang kecamatan atau beberapa desa.
lebarnya proporsional dengan bentuk dan 49. Pusat Pelayanan Lingkungan yang
kondisi fisik waduk/danau sekurang- selanjutnya disebut PPL adalah pusat
kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke permukiman yang berfungsi untuk melayani
arah darat. kegiatan skala antar desa.
44. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disebut 50. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan
CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh hutan yang mempunyai fungsi pokok
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian memproduksi hasil hutan.
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, 51. Hutan Produksi Tetap adalah kawasan hutan
pengaliran dan pelepasan air tanah dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah,
berlangsung. dan intensitas hujan setelah masing-masing
45. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya dikalikan dengan angka penimbang
disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang mempunyai nilai di bawah 125 (seratus dua
berfungsi untuk melayani kegiatan skala puluh lima), di luar kawasan hutan lindung,
provinsi atau beberapa kabupaten/ kota. hutan suaka alam, hutan pelestarian alam,
dan taman buru.
38 39
52. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di 57. Kawasan budidaya perkebunan adalah
atas tanah yang dibebani hak milik maupun kawasan yang memiliki potensi untuk
hak lainya, dengan ketentuan luas minimum dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada
0,25 (nol koma dua lima) hektar, penutupan lahan basah dan atau lahan kering untuk
tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman komoditas perkebunan.
lainnya lebih dari 50 (lima puluh) persen. 58. Kawasan budidaya peternakan adalah
kawasan yang secara khusus diperuntukkan
53. Kawasan hutan rakyat adalah kawasan hutan
untuk kegiatan peternakan atau terpadu
yang berada pada lahan-lahan masyarakat
dengan komponen usaha tani (berbasis
dan dikelola oleh masyarakat yang
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
atau perikanan) berorientasi ekonomi dan
akan hasil hutan.
berakses dan hulu sampai hilir.
54. Kawasan peruntukan pertanian adalah
59. Kawasan Perikanan adalah kawasan yang
kawasan yang dialokasikan dan memenuhi
diperuntukan bagi perikanan, baik berupa
kritenia untuk budidaya tanaman pangan,
pertambakan/kolam dan perairan darat
hortikultura, perkebunan dan peternakan.
lainnya.
55. Kawasan budidaya tanaman pangan adalah
60. Kawasan Peruntukan Industri adalah tanah
kawasan lahan basah beririgasi, rawa pasang
yang diperuntukan bagi kegiatan industri
surut dan lebak dan lahan basah tidak
berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang
beririgasi serta lahan kering potensial untuk
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
pemanfaatan dan pengembangan tanaman
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
pangan.
61. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan
56. Kawasan budidaya hortikultura adalah
luas tertentu yang dibangun atau disediakan
kawasan lahan kering potensial untuk
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
pemanfaatan dan pengembangan tanaman
hortikultura secara monokultur maupun
tumpang sari.
40 41
62. Kawasan Permukiman adalah bagian dari 66. Tanah Terlantar adalah tanah yang sudah
lingkungan hidup diluar kawasan lindung diberikan hak oleh Negara beruapa hak milik,
baik berupa kawasan perkotaan maupun hak guna usaha, hak guna bangunan, hak
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan pakai, hak pengelolaan, atau dasar
tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat penguasaan atas tanah yang tidak
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak
penghidupan. dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau
63. Kawasan pertahanan dan keamanan Negara sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar
adalah kawasan yang ditetapkan dengan penguasaannya.
fungsi utama untuk kepentingan kegiatan 67. Lahan Kritis adalah lahan yang telah
pertahanan dan keamanan. terdegradasi atau mengalami kerusakan,
64. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah sehingga kehilangan atau berkurang
yang ditetapkan secara nasional yang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan
digunakan untuk kepentingan pertahanan. atau diharapkan.
65. Kawasan pertambangan adalah wilayah yang
memiliki potensi sumberdaya bahan tambang 68. Jalan adalah prasarana transportasi darat
yang berwujud padat, cair, atau gas yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
berdasarkan peta/ data geologi dan bangunan pelengkap dan perlengkapannya
merupakan tempat dilakukannya sebagian yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan berada pada permukaan tanah, di atas
yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, permukaan tanah, di bawah permukaan
eksplorasi, operasi produksi/ eksploitasi dan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
pasca tambang, baik di wilayah daratan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh jalan kabel.
penggunaan lahan, baik kawasan budidaya
maupun kawasan lindung.
42 43
69. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan 72. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya
ruas jalan yang saling menghubungkan dan disebut RTH adalah area memanjang/jalur
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
wilayah yang berada dalam pengaruh lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
pelayanannya dalam satu hubungan tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
hierarkis. maupun yang sengaja ditanam.
70. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS 73. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang
adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
daya air dalam satu atau lebih daerah aliran ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 yang penetapan zonanya dalam perencanaan
(dua ribu) km2 (kilometer persegi). rinci tata ruang.
71. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya 74. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang
disebut DAS adalah suatu wilayah daratan dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
yang merupakan satu kesatuan dengan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
sungai dan anak-anak sungainya, yang perUndang-Undangan.
berfungsi menampung, menyimpan dan 75. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Perangkat
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan Pemerintah Daerah dalam memelihara dan
ke danau atau ke laut secara alami, yang menyelenggarakan ketenteraman dan
batas di darat marupakan pemisah topografis ketertiban umum serta menegakkan
dan batas di laut sampai dengan daerah Peraturan Daerah.
perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. 76. Masyarakat adalah orang perseorangan,
kelompok orang termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
44 45
a. wilayah daratan seluas 209.942 (dua ratus
77. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif
sembilan ribu sembilan ratus empat puluh
masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
dua) hektar;
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
b. wilayah pesisir dan laut dengan panjang
pemanfaatan ruang.
pantai 147 (seratus empat puluh tujuh)
78. Bentuk peran masyarakat adalah kilometer dimana sejauh 4 (empat) mil dari
kegiatan/aktivitas yang dilakukan masyarakat pantai merupakan kewenangan Kabupaten;
dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan c. wilayah udara; dan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. d. wilayah dalam bumi.
79. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (2) Batas koordinat Daerah adalah 107052’ -
yang selanjutnya disebut BKPRD adalah 108036’ Bujur Timur dan 06015’ - 06040’
badan bersifat adhoc yang dibentuk untuk Lintang Selatan.
mendukung pelaksanaan Undang-Undang
(3) Batas-batas wilayah Daerah terdiri atas:
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
a. sebelah utara berbatasan dengan Laut
Ruang di Kabupaten Indramayu dan
Jawa;
mempunyai fungsi membantu tugas Bupati
b. sebelah timur meliputi:
dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
1. Kabupaten Cirebon; dan
2. Laut Jawa.

BAB II
c. sebelah selatan meliputi:
LUAS DAN BATAS WILAYAH KABUPATEN
1. Kabupaten Majalengka;
Pasal 2 2. Kabupaten Sumedang; dan
3. Kabupaten Cirebon.
(1) Lingkup wilayah RTRWK meliputi batas yang d. sebelah barat berbatasan dengan
ditentukan berdasarkan aspek administratif Kabupaten Subang.
mencakup:
46 47
BAB III e. pengembangan kawasan peruntukan
TUJUAN, KEBIJAKAN, pariwisata terpadu berbasis potensi alam;
f. pengembangan usaha pertambangan mineral,
DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
minyak dan gas bumi;
WILAYAH KABUPATEN g. pengembangan kawasan peruntukan
permukiman;
Bagian Pertama h. pengembangan pusat-pusat pelayanan;
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten i. pengembangan sistem jaringan prasarana
wilayah;
Pasal 3 j. pengendalian dan pelestarian kawasan
Penataan ruang di wilayah Daerah bertujuan lindung;
mewujudkan pemerataan pembangunan k. pengembangan kawasan strategis sesuai
kepentingan fungsi daya dukung lingkungan;
terintegrasi di seluruh wilayah Daerah berbasis
l. pengembangan kawasan strategis sesuai
pertanian, perikanan, kehutanan, serta industri. kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
m. peningkatan fungsi kawasan untuk
Bagian Kedua pertahanan dan keamanan negara.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Kabupaten Paragaf 2
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Paragaf 1
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Pasal 5

Pasal 4 (1) Strategi untuk pengendalian dan


pengembangan pemanfaatan lahan pertanian
Kebijakan penataan ruang wilayah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
meliputi:
a meliputi:
a. pengendalian dan pengembangan pemanfaatan
lahan pertanian;
b. pengoptimalan produktivitas kawasan
peruntukan perikanan;
c. pengelolaan dan pemanfaatan potensi hutan;
d. pengembangan kawasan peruntukan industri;
48 49
a. mengendalikan alih fungsi lahan c. memanfaatkan potensi tanah terlantar
pertanian; dan lahan kritis.
b. mengembangkan produktivitas pertanian; (4) Strategi untuk pengembangan kawasan
c. meningkatkan sarana dan prasarana industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pendukung kegiatan pertanian; 4 huruf d meliputi:
d. mengembangkan irigasi pertanian; a. mengembangkan kawasan peruntukkan
e. mengoptimalkan kawasan pertanian industri dan menarik investasi;
lahan basah; b. mengembangkan industri kecil dan
f. mengoptimalkan kawasan pertanian menengah; dan
lahan kering; c. mengembangkan pusat promosi dan
g. menetapkan kawasan lahan pertanian pemasaran hasil industri kecil dan
pangan berkelanjutan; dan menengah.
h. mengembangkan kawasan pusat
(5) Strategi untuk pengembangan kawasan
pengembangan agropolitan.
pariwisata terpadu berbasis potensi alam
(2) Strategi untuk pengoptimalan produktivitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
kawasan peruntukan perikanan e meliputi:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a. mengembangkan kawasan obyek wisata
b meliputi: unggulan;
a. mengembangkan perikanan tangkap dan b. mengembangkan zona wisata terpadu di
budidaya;
bagian utara wilayah Daerah; dan
b. mengoptimalkan produktivitas kawasan
peruntukan perikanan; c. mengembangkan sarana dan prasarana
c. mengembangkan minapolitan; dan penunjang kepariwisataan.
d. mengembangkan industri pengolahan (6) Strategi untuk pengembangan usaha
hasil perikanan. pertambangan mineral, minyak dan gas
(3) Strategi untuk pengelolaan dan pemanfaatan bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
potensi hutan sebagaimana dimaksud dalam huruf f meliputi:
Pasal 4 huruf c meliputi: a. mengoptimalkan usaha pertambangan
a. mengelola potensi sumber daya hutan; mineral, minyak dan gas bumi; dan
b. meningkatkan produksi mutu dan
tanaman perkebunan; dan
50 51
b. menata dan mengendalikan usaha b. mengembangkan dan memantapkan
pertambangan mineral, minyak dan gas jaringan jalan dalam mendukung sistem
bumi. perkotaan, mendorong pertumbuhan dan
(7) Strategi untuk pengembangan kawasan pemerataan wilayah;
permukiman sebagaimana dimaksud dalam
c. mengembangkan infrastruktur
Pasal 4 huruf g meliputi:
pendukung pertumbuhan wilayah;
a. menjamin ketersediaan sarana dan
d. mengoptimalkan dan mengembangkan
prasarana permukiman;
jaringan kereta api;
b. meningkatkan kualitas sarana dan
e. meningkatkan jangkauan pelayanan dan
prasarana permukiman;
c. menata kawasan permukiman; dan mutu sistem jaringan telekomunikasi;
d. mengendalikan pertumbuhan f. meningkatkan sistim dan optimalisasi
permukiman. sistem jaringan sumber daya air;
(8) Strategi untuk pengembangan pusat-pusat g. mengembangkan pelayanan prasarana
pelayanan sebagaimana dimaksud dalam energi;
Pasal 4 huruf h meliputi: h. mengembangkan prasarana pengelolaan
a. membentuk pusat kegiatan yang lingkungan; dan
terintegrasi dan berhirarki; dan i. menetapkan jalur evakuasi kawasan
b. meningkatkan interaksi antara pusat rawan bencana.
kegiatan perdesaan dan perkotaan secara (10) Strategi untuk pengendalian dan pelestarian
sinergis. kawasan lindung sebagaimana dimaksud
(9) Strategi untuk pengembangan sistem
dalam Pasal 4 huruf j meliputi:
jaringan prasarana wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf i meliputi: a. memulihkan fungsi lindung;
b. mencegah perkembangan kegiatan
a. mengembangkan prioritas jaringan
budidaya di kawasan lindung;
sarana dan prasarana wilayah dalam c. meningkatkan kerjasama antara
mendukung kegiatan pertanian, pemerintah, masyarakat, dan swasta
perikanan, kehutanan dan industri; dalam pengelolaan kawasan; dan
52 53
d. menghindari kawasan yang rawan (13) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk
bencana sebagai kawasan terbangun. pertahanan dan keamanan negara
(11) Strategi untuk pengembangan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
strategis sesuai kepentingan fungsi daya m meliputi:
dukung lingkungan sebagaimana dimaksud a. mendukung penetapan kawasan strategis
dalam Pasal 4 huruf k meliputi: nasional dengan fungsi khusus
a. meningkatkan kegiatan yang mendorong Pertahanan dan Keamanan;
pengembalian fungsi lindung; b. mengembangkan kegiatan budidaya
b. menjaga kawasan lindung dari kegiatan secara selektif di dalam dan di sekitar
budidaya; kawasan strategis nasional untuk
c. mempertahankan luasan kawasan menjaga fungsi pertahanan dan
lindung; keamanan;
d. meningkatkan keanekaragaman hayati c. mengembangkan kawasan lindung
kawasan lindung; dan dan/atau kawasan budidaya tidak
e. mengembangkan ruang terbuka hijau terbangun di sekitar kawasan strategis
(RTH) perkotaan. nasional yang mempunyai fungsi khusus
(12) Strategi untuk pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan; dan
strategis sesuai kepentingan pertumbuhan d. turut serta menjaga dan memelihara
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal aset-aset pertahanan dan keamanan
4 huruf l meliputi: negara.
a. mengembangkan kegiatan ekonomi skala
besar; BAB IV
b. menyediakan prasarana dan sarana RENCANA STRUKTUR RUANG
penunjang kegiatan ekonomi; WILAYAH KABUPATEN
c. menetapkan hierarki simpul-simpul
Bagian Pertama
pertumbuhan ekonomi wilayah;
d. mengembangkan kerjasama dalam Umum
penyediaan tanah; dan
e. memanfaatkan potensi tanah terlantar Pasal 6
dan lahan kritis. (1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten
meliputi:
54 55
a. sistem pusat kegiatan; dan b. PKL;
b. sistem jaringan prasarana wilayah c. PKLp; dan
kabupaten. d. PPK.
(2) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud (2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada ayat (1) huruf a meliputi: huruf a berada di Kecamatan Indramayu.
a. sistem perkotaan; dan
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. sistem perdesaan. huruf b meliputi:
(3) Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten a. PKL Jatibarang berada di Kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Jatibarang;
meliputi: b. PKL Losarang berada di Kecamatan
a. sistem jaringan prasarana utama; dan Losarang;
b. sistem jaringan prasarana lainnya. c. PKL Haurgeulis berada di Kecamatan
Haurgeulis;
(4) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten
d. PKL Karangampel berada di Kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Karangampel;
digambarkan dalam peta dengan tingkat
e. PKL Patrol berada di Kecamatan Patrol;
ketelitian minimal 1 : 50.000 sebagaimana
f. PKL Kandanghaur berada di Kecamatan
tercantum dalam Lampiran I dan merupakan
Kandanghaur; dan
bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah
g. PKL Gantar berada di Kecamatan Gantar.
ini.
(4) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Bagian kedua huruf c meliputi:
Sistem Perkotaan a. PKLp Tukdana berada di Kecamatan
Tukdana; dan
Pasal 7 b. PKLp Terisi berada di Kecamatan Terisi.
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud (5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a terdiri atas: huruf d meliputi:
a. PKW; a. PPK Anjatan berada di Kecamatan Anjatan;
56 57
b. PPK Widasari berada di Kecamatan Bagian Ketiga
Widasari; Sistem Perdesaan
c. PPK Sukra berada di Kecamatan Sukra;
Pasal 8
d. PPK Arahan berada di Kecamatan Arahan;
e. PPK Cantigi berada di Kecamatan Cantigi; (1) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud
f. PPK Pasekan berada di Kecamatan dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b berupa PPL.
Pasekan;
(2) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
g. PPK Kedokanbunder berada di Kecamatan
meliputi:
Kedokanbunder;
a. Pusat permukiman Desa Sanca berada di
h. PPK Sliyeg berada di Kecamatan Sliyeg;
Kecamatan Gantar;
i. PPK Bangodua berada di Kecamatan
b. Pusat permukiman Desa Sukaslamet
Bangodua;
berada di Kecamatan Kroya;
j. PPK Sukagumiwang berada di Kecamatan
c. Pusat permukiman Desa Jayamulya berada
Sukagumiwang;
di Kecamatan Kroya;
k. PPK Lelea berada di Kecamatan Lelea;
d. Pusat permukiman Desa Babakanjaya
l. PPK Cikedung berada di Kecamatan
berada di Kecamatan Gabuswetan;
Cikedung;
m. PPK Gabuswetan berada di Kecamatan e. Pusat permukiman Desa Kedokangabus
Gabuswetan; berada di Kecamatan Gabuswetan;
n. PPK Kroya berada di Kecamatan Kroya; f. Pusat permukiman Desa Loyang berada di
o. PPK Bongas berada di Kecamatan Bongas; Kecamatan Cikedung;
p. PPK Juntinyuat berada di Kecamatan g. Pusat permukiman Desa Karangasem
Juntinyuat; berada di Kecamatan Terisi;
q. PPK Krangkeng berada di Kecamatan h. Pusat permukiman Desa Manggungan
Krangkeng; berada di Kecamatan Terisi;
r. PPK Lohbener berada di Kecamatan i. Pusat permukiman Desa Telagasari berada
Lohbener; dan di Kecamatan Lelea;
s. PPK Kertasemaya berada di Kecamatan j. Pusat permukiman Desa Tempel Kulon
Kertasemaya. berada di Kecamatan Lelea;
58 59
k. Pusat permukiman Desa Wanasari berada x. Pusat permukiman Desa Kiajaran Kulon
di Kecamatan Bangodua; berada di Kecamatan Lohbener;
l. Pusat permukiman Desa Tenajar berada di y. Pusat permukiman Desa Cidempet berada
Kecamatan Kertasemaya; di Kecamatan Arahan;
m. Pusat permukiman Desa Bondan berada di z. Pusat permukiman Desa Jumbleng berada
Kecamatan Sukagumiwang; di Kecamatan Losarang;
n. Pusat permukiman Desa Singakerta berada aa. Pusat permukiman Desa Wirakanan berada
di Kecamatan Krangkeng; di Kecamatan Kandanghaur;
o. Pusat permukiman Desa Kapringan berada bb. Pusat permukiman Desa Kertamulya
di Kecamatan Krangkeng; berada di Kecamatan Bongas;
p. Pusat permukiman Desa Dukuhjati berada cc. Pusat permukiman Desa Cipedang berada
di Kecamatan Krangkeng; di Kecamatan Bongas;
q. Pusat permukiman Desa Kedokanbunder dd. Pusat permukiman Desa Kedungwungu
Wetan berada di Kecamatan berada di Kecamatan Anjatan;
Kedokanbunder; ee. Pusat permukiman Desa Sumuradem
r. Pusat permukiman Desa Segeran berada di berada di Kecamatan Sukra; dan
Kecamatan Juntinyuat; ff. Pusat permukiman Desa Bugel berada di
s. Pusat permukiman Desa Dadap berada di Kecamatan Patrol.
Kecamatan Juntinyuat;
t. Pusat permukiman Desa Tugu berada di Bagian Keempat
Kecamatan Sliyeg; Sistem Prasarana Utama
u. Pusat permukiman Desa Lobener berada di
Kecamatan Jatibarang; Pasal 9
v. Pusat permukiman Desa Panyingkiran Lor (1) Sistem jaringan prasarana utama
berada di Kecamatan Cantigi; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
w. Pusat permukiman Desa Karanganyar huruf a terdiri atas:
berada di Kecamatan Pasekan; a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan perkeretaapian; dan
60 61
c. sistem jaringan transportasi laut. (4) Sistem jaringan jalan primer sebagaimana
(2) Sistem jaringan prasarana utama dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan
digambarkan dalam peta dengan tingkat sistem jaringan jalan dengan peranan
ketelitian minimal 1 : 50.000 tercantum dalam pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
Lampiran II dan merupakan bagian tidak pengembangan semua wilayah di tingkat
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan.
Paragraf 1
(5) Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana
Sistem Jaringan Transportasi Darat
dimaksud pada ayat (3) huruf b merupakan
Pasal 10 sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
(1) Sistem jaringan transportasi darat
masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf a berupa jaringan lalu lintas dan (6) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud
angkutan jalan. pada ayat (3) meliputi:
a. jaringan jalan arteri primer status
(2) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan
Nasional meliputi:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
1. Ruas Sewo – Lohbener;
atas:
a. sistem jaringan jalan; 2. Ruas Lohbener – Jatibarang;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan 3. Ruas Jatibarang – Langut; dan
angkutan jalan; dan 4. Ruas Jatibarang – Cadangpinggan
c. jaringan pelayanan lalu lintas dan (batas Indramayu-Cirebon).
angkutan jalan. b. jaringan jalan kolektor primer (1) status
Nasional meliputi:
(3) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud
1. Ruas Lohbener – Batas Kota
pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
Indramayu;
a. sistem jaringan jalan primer; dan
2. Jalan Soekarno-Hatta;
b. sistem jaringan jalan sekunder.
62 63
3. Jalan Mulia Asri; 1. Ruas Jalan Letjend. MT. Haryono;
4. Ruas Lingkar Indramayu – 2. Ruas Jalan Letjend. S. Parman;
Karangampel; dan 3. Ruas Jalan R.A Kartini;
5. Ruas Karangampel – Singakerta (batas 4. Ruas Jalan Jend. Sudirman;
Indramayu-Cirebon). 5. Ruas Jalan Ir. H. Djuanda;
c. jaringan jalan kolektor primer (2) status 6. Ruas Jalan Letjend. Suprapto;
Provinsi meliputi: 7. Ruas Jalan Jend. A. Yani; dan
1. Ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani 8. Ruas Jalan Jend. Gatot Subroto.
(dalam Perkotaan Jatibarang); f. jaringan jalan kolektor sekunder (2)
2. Ruas Jalan Mayor Dasuki (dalam dalam Perkotaan Indramayu status
Perkotaan Jatibarang); Kabupaten meliputi:
3. Ruas Jalan Siliwangi (dalam 1. Ruas Jalan Pahlawan; dan
Perkotaan Jatibarang); 2. Ruas Jalan Laksamana Yos Sudarso.
4. Ruas Jalan Letnan Joni (dalam g. jaringan jalan kolektor sekunder (3)
Perkotaan Jatibarang); dalam Perkotaan Indramayu status
5. Ruas Jalan Karangampel – Jatibarang; Kabupaten berupa ruas Jalan Oto
6. Ruas Jalan Bodas (batas Majalengka) - Iskandardinata;
Widasari (Jatibarang); h. jaringan jalan lokal sekunder (1) dalam
7. Ruas Jalan Cijelag – Cikamurang; dan Perkotaan Indramayu status Kabupaten
meliputi:
8. Ruas Jalan Bantarwaru -
Cikamurang (batas Sumedang- 1. Ruas Jalan R.E Martadinata;
Indramayu). 2. Ruas Jalan Veteran;
d. jaringan jalan kolektor primer (3) status 3. Ruas Jalan Tanjung Pura;
Provinsi berupa Jalan Jangga – 4. Ruas Jalan Kapten Arya;
Cikamurang; 5. Ruas Jalan Letnan Purbadi;
e. jaringan jalan kolektor sekunder (1) 6. Ruas Jalan Pasarean;
dalam Perkotaan Indramayu status 7. Ruas Jalan Pendidikan;
Kabupaten meliputi: 8. Ruas Jalan Golf;
64 65
9. Ruas Jalan Mayjend. Sutojo; 36. Ruas Jalan Karangsawah I;
10. Ruas Jalan Mayor Sastra Atmaja; 37. Ruas Jalan Karangsawah II;
11. Ruas Jalan Kapten Piere Tendean; 38. Ruas Jalan Sasak Kembar;
12. Ruas Jalan Wiralodra; 39. Ruas Jalan Kirancang;
13. Ruas Jalan Letnan Wargana; 40. Ruas Jalan Anggasara;
14. Ruas Jalan Lemahabang; 41. Ruas Jalan Ki Gendis;
15. Ruas Jalan Tembaga Raya; 42. Ruas Jalan Sidomukti;
16. Ruas Jalan Pembangunan; 43. Ruas Jalan Sidamulya;
17. Ruas Jalan Kerukunan; 44. Ruas Jalan Sidoasri;
18. Ruas Jalan Siapem I; 45. Ruas Jalan Stasiun;
19. Ruas Jalan Siapem II; 46. Ruas Jalan Paoman Utara;
20. Ruas Jalan Siapem III; 47. Ruas Jalan Kopral Yahya;
21. Ruas Jalan Sudibyo; 48. Ruas Jalan Paoman Asri Raya;
22. Ruas Jalan Kopral Dali; 49. Ruas Jalan Kalen Yamin;
23. Ruas Jalan Tridaya I; 50. Ruas Jalan Rasamala;
24. Ruas Jalan Tridaya II; 51. Ruas Jalan Gardu;
25. Ruas Jalan Tridaya III; 52. Ruas Jalan Cimanuk Timur;
26. Ruas Jalan Pasar Baru; 53. Ruas Jalan Islamic Centre;
27. Ruas Jalan Istiqomah; 54. Ruas Jalan Cimanuk Barat;
28. Ruas Jalan Pahlawan I; 55. Ruas Jalan Murah Nara;
29. Ruas Jalan Pahlawan II; 56. Ruas Jalan Singalodra;
30. Ruas Jalan Pahlawan III; 57. Ruas Jalan Endang Darma Ayu;
31. Ruas Jalan Pahlawan IV; 58. Ruas Jalan P. Dharma Kusuma;
32. Ruas Jalan Karya; 59. Ruas Jalan KH. Agus Salim;
33. Ruas Jalan Letnan Sutejo; 60. Ruas Jalan Manunggal;
34. Ruas Jalan Letnan Sutejo I; 61. Ruas Jalan KH. Ahmad Dahlan;
35. Ruas Jalan Telepon; 62. Ruas Jalan Nyi Resik;
66 67
63. Ruas Jalan Marngali; 2. Ruas Jalan Siliwangi; dan
64. Ruas Jalan Rumah Sakit; 3. Ruas Jalan Bima Basuki.
65. Ruas Jalan Sindang Citra Raya; j. jaringan jalan lokal sekunder (3) dalam
66. Ruas Jalan Babar Layar; Perkotaan Indramayu status Kabupaten
67. Ruas Jalan Sampurna; meliputi:
68. Ruas Jalan Bojongsari; 1. Ruas Jalan Tentara Pelajar;
69. Ruas Jalan Pepabri Utama; 2. Ruas Jalan Tambak Raya;
70. Ruas Jalan Griya Ayu Utama; 3. Ruas Jalan Cimanuk;
71. Ruas Jalan Griya Asri Utama I; 4. Ruas Jalan Letjend. D.I Panjaitan;
72. Ruas Jalan Griya Asri Utama II; 5. Ruas Jalan Perjuangan;
73. Ruas Jalan Bumi Mekar Raya; 6. Ruas Jalan Olahraga; dan
7. Ruas Jalan Mayor Dasuki.
74. Ruas Jalan Cinde Raya Utama;
k. jaringan jalan lokal sekunder (1) dalam
75. Ruas Jalan Citra Dharma Ayu Raya;
Perkotaan Jatibarang status Kabupaten
76. Ruas Jalan Pabean Kencana Raya;
meliputi:
77. Ruas Jalan Pabean;
1. Ruas Jalan Mayor Sangu;
78. Ruas Jalan Wirapermoda;
2. Ruas Jalan Jukri;
79. Ruas Jalan Jaka Mukamad;
3. Ruas Jalan Sindupraja;
80. Ruas Jalan Radio;
4. Ruas Jalan Kebulen;
81. Ruas Jalan Pekandangan Jaya; 5. Ruas Jalan Ampera;
82. Ruas Jalan Sutajaya; 6. Ruas Jalan Jatibarang Indah Raya;
83. Ruas Jalan Pasar Lama; 7. Ruas Jalan Suci;
84. Ruas Jalan Prajagumiwang; dan 8. Ruas Jalan Pendowo;
85. Ruas Jalan Tanggul Terusan. 9. Ruas Jalan Dariah;
i. jaringan jalan lokal sekunder (2) dalam 10. Ruas Jalan Kulit;
Perkotaan Indramayu status Kabupaten 11. Ruas Jalan PDAM; dan
meliputi: 12. Ruas Jalan Tanggul Kali Sojar.
1. Ruas Jalan Ir. Sutami;
68 69
l. jaringan jalan lokal sekunder (3) dalam 8. Ruas Jalan Kehutanan; dan
Perkotaan Jatibarang status Kabupaten 9. Ruas Jalan Pemuda.
meliputi: o. jaringan jalan kolektor primer (4) luar
1. Ruas Jalan Serma Jubaedi; Perkotaan Indramayu status Kabupaten
2. Ruas Jalan Klasi Daim; meliputi:
3. Ruas Jalan Praka Aan; dan 1. Ruas Jalan Patrol – Haurgeulis;
4. Ruas Jalan Sojar. 2. Ruas Jalan Haurgeulis –
m. jaringan jalan lokal sekunder (1) dalam Karangtumaritis;
Perkotaan Haurgeulis status Kabupaten 3. Ruas Jalan Haurgeulis – Bantarwaru;
meliputi: 4. Ruas Jalan Sanca – Pasirangin;
1. Ruas Jalan Siliwangi Dalam; 5. Ruas Jalan Tulungagung –
2. Ruas Jalan Terusan KH. A. Dahlan; Ciranggong; dan
3. Ruas Jalan Manggungan; 6. Ruas Jalan Bondan – Kedungdongkal.
4. Ruas Jalan KH. Dewantara; p. jaringan jalan lokal primer (1) luar
5. Ruas Jalan Sukajadi; Perkotaan Indramayu status Kabupaten
6. Ruas Jalan Cipancuh – Kertanegara; meliputi:
dan 1. Ruas Jalan Kopyah – Bugis;
7. Ruas Jalan Sumur Bandung. 2. Ruas Jalan Bugis – Salamdarma;
n. jaringan jalan lokal sekunder (3) dalam 3. Ruas Jalan Sukra – Bugis;
Perkotaan Haurgeulis status Kabupaten 4. Ruas Jalan Bugis – Wanguk;
meliputi: 5. Ruas Jalan Haurgeulis – Gantar;
1. Ruas Jalan KH. Ahmad Dahlan; 6. Ruas Jalan Gantar – Bantarhuni;
2. Ruas Jalan Alun-alun Barat; 7. Ruas Jalan Gabuskulon – Wanguk;
3. Ruas Jalan Alun-alun Selatan; 8. Ruas Jalan Babakan Dampyang –
4. Ruas Jalan Kauman Raya; Gantar;
5. Ruas Jalan KH. Agus Salim; 9. Ruas Jalan Plawangan – Lempuyang;
6. Ruas Jalan Panggoro; 10. Ruas Jalan Kroya – Sukaslamet;
7. Ruas Jalan Lengkeng; 11. Ruas Jalan Sukaslamet – Gantar;
70 71
12. Ruas Jalan Anjatan – Cilandak; 35. Ruas Jalan Margamulya –
13. Ruas Jalan Cipancuh – Jayamulya; Nyamplung;
14. Ruas Jalan SP. Sukra – SP Cilandak; 36. Ruas Jalan Sukaslamet – SP.
15. Ruas Jalan Bugel – Arjasari; Cikamurang;
16. Ruas Jalan Baleraja – Kiarakurung; 37. Ruas Jalan Kertamulya – Bongas;
17. Ruas Jalan Patrol Baru – Mekarsari; 38. Ruas Jalan Terisi – Tugu;
18. Ruas Jalan Sukra – Bogor; 39. Ruas Jalan Cikedung – Jatimulya;
19. Ruas Jalan Legok – Margamulya; 40. Ruas Jalan Jatisura – Rawabolang;
20. Ruas Jalan Margamulya – Cipedang; 41. Ruas Jalan Larangan – Tugu;
21. Ruas Jalan Karangsinom – 42. Ruas Jalan Telagasari – SP. Terisi;
Gabuskulon; 43. Ruas Jalan Widasari – Telakop;
22. Ruas Jalan Muntur – Manggungan; 44. Ruas Jalan SP. Cikedung –
23. Ruas Jalan Manggungan – Mundakjaya;
Kedokangabus; 45. Ruas Jalan Wanasari – Tugu;
24. Ruas Jalan Rajasinga – Kroya; 46. Ruas Jalan Curug – Bangodua;
25. Ruas Jalan Gabuskulon – Kroya; 47. Ruas Jalan Bangodua – Tukdana;
26. Ruas Jalan Cipedang – Jayamulya; 48. Ruas Jalan Sukaperna – Rancajawat;
27. Ruas Jalan Kertajaya – Cipedang; 49. Ruas Jalan Kerticala – SP. Tugu;
28. Ruas Jalan Gembreng – Sidamulya; 50. Ruas Jalan Kerticala – Sumber;
29. Ruas Jalan Drunten Wetan – 51. Ruas Jalan SP. Tukdana – SP.
Kedungdawa; Sukamulya;
30. Ruas Jalan Kandanghaur – Curug 52. Ruas Jalan Lobener – Majasih;
Kandanghaur; 53. Ruas Jalan Pekandangan –
31. Ruas Jalan Pejaten – Temiyangsari; Jatibarang;
32. Ruas Jalan Manggungan – 54. Ruas Jalan Tegalurung – Tambi;
Gabuswetan; 55. Ruas Jalan Sudikampiran –
33. Ruas Jalan Ciberang – Manggungan; Gadingan;
34. Ruas Jalan Wirakanan – 56. Ruas Jalan SP Sudikampiran –
Rancamulya; Kliwed;
72 73
57. Ruas Jalan Kertasemaya – 76. Ruas Jalan Juntinyuat – Pondoh;
Jayawinangun; 77. Ruas Jalan Pringgacala – Tanjakan;
58. Ruas Jalan SP. Gadingan – Segeran; 78. Ruas Jalan SP. Bencirong –
59. Ruas Jalan Lobener – Tanggul; Luwunggesik;
60. Ruas Jalan Kalensari – Malangsari; 79. Ruas Jalan Bencirong – Srengseng;
61. Ruas Jalan Sudimampir – 80. Ruas Jalan Srengseng – Kapringan;
Tinumpuk; 81. Ruas Jalan Srengseng –
62. Ruas Jalan Sambimaya – Tugu; Kedokanbunder;
63. Ruas Jalan SP. Kliwed – Sukawera; 82. Ruas Jalan Singakerta – Kapringan;
64. Ruas Jalan Gunungsari – 83. Ruas Jalan Kiajaran Kulon –
Ujunggebang; Cangkring;
65. Ruas Jalan Kedaton – Purwajaya; 84. Ruas Jalan Bangkir – Cemara;
66. Ruas Jalan Panyindangan Kidul – 85. Ruas Jalan Panyingkiran – Cantigi
Lamarantarung; Kulon;
67. Ruas Jalan SP. Balongan – Kali 86. Ruas Jalan SP. Bangkir –
Manggis; Telukagung;
68. Ruas Jalan Cangkingan – 87. Ruas Jalan Sindangkerta –
Kedokanbunder; Tawangsari;
69. Ruas Jalan Kedokanbunder – 88. Ruas Jalan Legok – Lelea;
Tanjungsari; 89. Ruas Jalan Sindang – Pecuk;
70. Ruas Jalan Mundu – Gopala; 90. Ruas Jalan Pagirikan – Totoran;
71. Ruas Jalan SP. Cangkingan – 91. Ruas Jalan Pasekan – Karanganyar;
Segeran; 92. Ruas Jalan SP. Kenanga –
72. Ruas Jalan Segeran – SP. Mundu; Rambatan;
73. Ruas Jalan Lombang – Segeran; 93. Ruas Jalan Rambatan Wetan –
74. Ruas Jalan SP. Juntinyuat – SP. Pecuk;
Juntikebon; 94. Ruas Jalan Pekandangan –
75. Ruas Jalan Juntikebon – SP. Sukaurip;
Segeran; 95. Ruas Jalan Singaraja – Balongan;
74 75
96. Ruas Jalan Balongan – SP. Wisma t. jalan bebas hambatan ruas Cikopo –
Jati; Palimanan sepanjang kurang lebih 19
97. Ruas Jalan Tanjakan – Kalianyar; (sembilan belas) kilometer melewati
98. Ruas Jalan Totoran – Karanganyar; Kecamatan Gantar dan Kecamatan Terisi;
99. Ruas Jalan Curug Kandanghaur – dan
Drunten Wetan; dan u. jembatan lintas sungai meliputi :
100. Ruas Jalan SP. Kertamulya – SP. 1. Sungai Cimanuk;
Kertajaya. 2. Sungai Cipanas;
q. jaringan jalan lokal primer (2) luar 3. Sungai Cipunegara;
Perkotaan Indramayu status Kabupaten 4. Sungai Cilalanang;
meliputi : 5. Sungai Pangkalan;
1. Ruas Jalan Sukra – Tegaltaman; 6. Sungai Kumpulkuista;
2. Ruas Jalan Ujunggebang – TPI; 7. Sungai Pamengkang; dan
3. Ruas Jalan Eretan Wetan – TPI;
8. Sungai Cimanis.
4. Ruas Jalan TPI Glayem – TPI;
5. Ruas Jalan Lingkar Tirtamaya; (7) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan
6. Ruas Jalan Karangampel – jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Juntikebon; huruf b terdiri atas:
7. Ruas Jalan Benda – Tegalagung; dan a. terminal penumpang;
8. Ruas Jalan Cangkring – TPI. b. jembatan timbang; dan
r. jaringan jalan kolektor sekunder (1) luar c. unit pengujian kendaraan bermotor.
perkotaan Indramayu status Kabupaten (8) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud
berupa ruas Jalan Singaraja – Majakerta; pada ayat (7) huruf a meliputi:
s. jaringan jalan lingkungan menyebar pada a. pembangunan terminal penumpang tipe B
setiap kecamatan; berada di Kecamatan Lohbener;
b. pengoptimalan terminal penumpang tipe
C meliputi:
1. PKL Jatibarang;
76 77
2. PKL Karangampel; a. layanan angkutan umum antar kota antar
3. PKL Patrol; dan provinsi (AKAP) dengan trayek Indramayu
4. PKL Haurgeulis. – Jakarta;
b. layanan angkutan umum antar kota
c. pembangunan terminal penumpang tipe C
dalam provinsi (AKDP) meliputi:
meliputi:
1. trayek Indramayu – Cirebon;
1. PKL Losarang; 2. trayek Indramayu – Pamanukan; dan
2. PKL Kandanghaur; 3. trayek Indramayu – Bandung.
3. PKL Gantar; c. layanan angkutan umum lokal
4. PKLp Tukdana; dan dikembangkan di setiap wilayah layanan
5. PKLp Terisi. PKL; dan
d. layanan angkutan umum perkotaan
(9) Jembatan timbang sebagaimana dimaksud dikembangkan di PKW.
pada ayat (7) huruf b berada di kecamatan
(13) Jaringan lintas angkutan barang
Losarang.
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b
(10) Unit pengujian kendaraan bermotor berada pada jaringan jalan primer meliputi
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf c jalan arteri, kolektor, dan lokal.
berada di Kecamatan Sindang. (14) Setiap pengembangan suatu kawasan yang
(11) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu
jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lintas harus disertai dengan dokumen
huruf c terdiri atas: analisa dampak lalu lintas.
a. jaringan trayek angkutan penumpang;
dan Paragraf 2
b. jaringan lintas angkutan barang. Sistem Jaringan Perkeretaapian
(12) Jaringan trayek angkutan penumpang Pasal 11
sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf
Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana
a meliputi: dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b terdiri
atas:
78 79
a. pengembangan jaringan rel kereta api jalur c. pembangunan dan peningkatan sistem
lintas utara yang menghubungkan Cirebon – jaringan jalur KA (kereta api) lintas utara-
Jakarta meliputi: selatan yang menghubungkan Kecamatan
1. Kecamatan Haurgeulis; Indramayu – Kecamatan Jatibarang;
2. Kecamatan Kroya; d. pembangunan jaringan jalur KA meliputi:
3. Kecamatan Terisi; 1. Terminal Khusus Batubara Kecamatan
4. Kecamatan Cikedung; Sukra; dan
5. Kecamatan Lelea; 2. Pelabuhan Pengumpul Kecamatan
6. Kecamatan Widasari; Losarang.
7. Kecamatan Jatibarang; dan e. pembangunan dan peningkatan sistem
8. Kecamatan Kertasmaya. jaringan jalur KA (kereta api) lintas utara-
b. pengembangan stasiun kereta api meliputi: selatan yang menghubungkan Perkotaan
1. Stasiun kereta api Haurgeulis berada di Jatibarang – Bandara Udara Kertajati yang
Kecamatan Haurgeulis; melewati:
2. Stasiun kereta api Cilegeh berada di 1. Kecamatan Jatibarang;
Kecamatan Kroya; 2. Kecamatan Widasari;
3. Stasiun kereta api Kedokangabus berada di 3. Kecamatan Bangodua; dan
Kecamatan Gabuswetan; 4. Kecamatan Tukdana.
4. Stasiun kereta api Terisi berada di
Kecamatan Terisi;
5. Stasiun kereta api Telagasari berada di Paragraf 3
Kecamatan Lelea; Sistem Jaringan Transportasi Laut
6. Stasiun kereta api Jatibarang berada di Pasal 12
Kecamatan Jatibarang; dan
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
7. Stasiun kereta api Kertasemaya berada di
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c
Kecamatan Kertasmaya.
meliputi:
a. tatanan kepelabuhan; dan
80 81
b. alur pelayaran.
(2) Sistem prasarana lainnya digambarkan dalam
(2) Tatanan kepelabuhan sebagaimana dimaksud peta dengan tingkat ketelitian minimal 1 :
pada ayat (1) huruf a meliputi: 50.000 sebagaimana tercantum dalam
a. pengembangan terminal khusus meliputi: Lampiran III dan merupakan bagian tak
1. terminal khusus minyak dan gas bumi terpisahkan dalam Peraturan Daerah ini.
berada di Kecamatan Balongan; dan
2. terminal khusus batubara berada di Paragraf 1
Kecamatan Sukra. Sistem Jaringan Energi
b. pembangunan pelabuhan pengumpul
Pasal 14
berada di Kecamatan Losarang.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada (1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf b meliputi: dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. alur pelayaran di laut; dan a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. alur pelayaran sungai. b. pembangkit tenaga listrik; dan
c. jaringan transmisi tenaga listrik.
(2) Jaringan pipa minyak dan gas bumi
Bagian Kelima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
Sistem Prasarana Lainnya berupa pengembangan areal jaringan meliputi:
a. Kecamatan Balongan;
Pasal 13 b. Kecamatan Juntinyuat;
(1) Sistem prasarana lainnya sebagaimana c. Kecamatan Karangampel;
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) d. Kecamatan Kertasemaya;
huruf b terdiri atas: e. Kecamatan Kedokanbunder;
a. sistem jaringan energi; f. Kecamatan Lohbener;
b. sistem jaringan telekomunikasi; g. Kecamatan Losarang;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan h. Kecamatan Kandanghaur;
i. Kecamatan Gabuswetan;
d. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
j. Kecamatan Kroya;
82 83
k. Kecamatan Bongas; (4) Jaringan tenaga transmisi energi listrik
l. Kecamatan Anjatan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
m. Kecamatan Haurgeulis; meliputi:
n. Kecamatan Patrol; dan a. jaringan listrik untuk penyediaan energi
o. Kecamatan Sukra. listrik di setiap kecamatan untuk
(3) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana kebutuhan rumah tangga dan non rumah
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: tangga;
a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga b. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi
Uap (PLTU) yang telah ada berada di Desa (SUTT) 150 (seratus lima puluh) kilovolt
Sumuradem Timur Kecamatan sukra; dan sistem distribusinya 20 (dua puluh)
b. pembangunan PLTU meliputi: kilovolt;
1. Desa Mekarsari Kecamatan Patrol; c. jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra
2. Desa Patrol Kecamatan Patrol; dan Tinggi (SUTET) berada di Kecamatan
3. Desa Patrol Lor Kecamatan Patrol; Sukra;
c. pengembangan gardu induk listrik d. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi
meliputi: (SUTT) dengan lokasi meliputi:
1. Desa Singajaya Kecamatan Indramayu; 1. Kecamatan Sukagumiwang;
2. Desa Tambi Kecamatan Sliyeg; 2. Kecamatan Kertasemaya;
3. Desa Plosokerep Kecamatan Terisi; dan 3. Kecamatan Jatibarang;
4. Desa Cipancuh Kecamatan Haurgeulis. 4. Kecamatan Indramayu;
d. pengembangan pemanfaatan batubara 5. Kecamatan Widasari;
untuk industri dan pembangkit listrik. 6. Kecamatan Lelea;
e. pengembangan instalasi dan jaringan 7. Kecamatan Cikedung;
distribusi listrik melalui desa mandiri 8. Kecamatan Terisi;
energi untuk meningkatkan pasokan 9. Kecamatan Gabuswetan;
listrik ke seluruh wilayah; dan 10. Kecamatan Kroya; dan
f. pengembangan sumber energi alternatif. 11. Kecamatan Haurgeulis;
e. jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah
(SUTR) berada di setiap kecamatan; dan
84 85
f. areal konservasi pada jaringan SUTT Paragraf 3
meliputi kurang lebih 20 (dua puluh) Sistem Jaringan Sumber Daya Air
meter pada setiap sisi jaringan.
Pasal 16

Paragraf 2 Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana


Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c
meliputi:
Pasal 15
a. peningkatan pengelolaan wilayah sungai;
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana b. peningkatan pengelolaan cekungan air tanah;
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b c. peningkatan pengelolaan sistem jaringan
terdiri atas: irigasi;
a. jaringan teresterial; dan d. pengembangan jaringan air baku untuk air
b. jaringan satelit. bersih;
e. pengembangan jaringan air minum kepada
(2) Jaringan teresterial sebagaimana dimaksud
kelompok pengguna; dan
pada ayat (1) huruf a berupa jaringan kabel
f. pengembangan sistem pengendalian daya
telepon yang tersebar setiap kecamatan.
rusak air.
(3) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berupa telekomunikasi di
Pasal 17
kawasan hutan atau terpencil.
(4) Rencana penataan menara telekomunikasi (1) Peningkatan pengelolaan wilayah sungai
serta pengembangan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf
telekomunikasi dan informatika untuk a diarahkan untuk:
penyelenggaraan pemerintahan diatur dengan a. pengembangan prasarana pengendali daya
Peraturan Bupati. rusak air;
b. pengembangan jaringan irigasi;
86 87
c. pengembangan waduk dalam rangka (6) Waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
konservasi dan pendayagunaan huruf d dimanfaatkan untuk pengairan areal
sumberdaya air; dan pertanian dan sebagai sumber air baku
d. rehabilitasi kawasan hutan dan lahan kritis meliputi:
di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis a. Waduk Cipancuh berada di Kecamatan
dan sangat kritis. Haurgeulis; dan
(2) Peningkatan pengelolaan wilayah sungai b. Waduk Bojongsari berada di Kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: Indramayu.
a. wilayah sungai lintas provinsi; (7) Situ sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
b. wilayah sungai lintas kabupaten; huruf e dimanfaatkan untuk pengairan areal
c. wilayah sungai dalam satu kabupaten; pertanian dan sebagai sumber air baku
d. waduk; dan meliputi:
e. situ. a. Situ Brahim berada di Kecamatan Sindang;
(3) Wilayah sungai lintas provinsi sebagaimana b. Situ Jangkar berada di Kecamatan Sindang;
dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa c. Situ Sindang berada di Kecamatan Sindang;
Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung. d. Situ Bolang berada di kecamatan Cikedung;
e. Situ Kesambi berada di Kecamatan
(4) Wilayah sungai lintas kabupaten sebagaimana
Cikedung; dan
dimaksud pada ayat (2) huruf b berupa
f. Situ Buburgadung berada di Kecamatan
Wilayah Sungai Citarum.
Cikedung.
(5) Wilayah sungai dalam satu kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
meliputi 73 (tujuh puluh tiga) aliran sungai Pasal 18
kecil yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi
(1) Peningkatan pengelolaan cekungan air tanah
areal pertanian dengan sistem pompanisasi.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf
b diarahkan untuk:
a. penataan dan penyusunan sistem informasi
air tanah;
88 89
b. peningkatan prasarana dan sarana a. pengaturan dalam bentuk kerjasama
konservasi air tanah ; dan dengan proporsi yang seimbang; dan
c. penataan dan peningkatan prasarana dan b. pengaturan kebutuhan irigasi dan
sarana pendayagunaan air tanah. komposisi antar wilayah.
(2) Peningkatan pengelolaan cekungan air tanah (3) Jaringan irigasi yang berada di seluruh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa wilayah Daerah meliputi:
cekungan air tanah (CAT) lintas kabupaten. a. Daerah Irigasi (DI) menjadi kewenangan
Pemerintah meliputi:
(3) Cekungan air tanah lintas (CAT) kabupaten
1. DI Rentang dengan luas kurang lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
66.692 (enam puluh enam ribu enam
meliputi:
ratus sembilan puluh dua) hektar;
a. cekungan air tanah Subang;
2. DI Jatiluhur dengan luas kurang lebih
b. cekungan air tanah Indramayu; dan
24.511 (dua puluh empat ribu lima
c. cekungan air tanah Sumber-Cirebon.
ratus sebelas) hektar;
3. DI Cipancuh dengan luas kurang lebih
Pasal 19
6.319 (enam ribu tiga ratus
(1) Peningkatan pengelolaan sistem jaringan sembilanbelas) hektar;
irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 4. DI Cipanas I dengan luas kurang lebih
huruf c dilakukan dengan cara: 3.963 (tiga ribu sembilan ratus enam
a. meningkatkan kualitas saluran irigasi; puluh tiga) hektar; dan
b. melakukan perlindungan terhadap daerah 5. DI Cipanas II dengan luas kurang lebih
aliran air; 3.265 (tiga ribu dua ratus enam puluh
c. melakukan pembangunan dan perbaikan lima) hektar.
pintu-pintu air; dan b. Daerah Irigasi (DI) menjadi kewenangan
d. mencegah terjadinya pendangkalan Pemerintah Provinsi meliputi:
terhadap saluran irigasi. 1. DI Cipanas II dengan luas kurang lebih
(2) Pemanfaatan sumberdaya air untuk 2.855 (dua ribu delapan ratus lima
kepentingan irigasi dilakukan dengan cara: puluh lima) hektar; dan
90 91
2. DI Pedati dengan luas kurang lebih 10. DI Sumbermas dengan luas kurang
1.499 (seribu empat ratus sembilan lebih 382 (tiga ratus delapan puluh
puluh sembilan) hektar. dua) hektar.
c. Daerah Irigasi (DI) menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah meliputi: Pasal 20
1. DI Cibelerang dengan luas kurang (1) Pengembangan jaringan air baku untuk air
lebih 325 (tiga ratus dua puluh lima) bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
hektar; huruf d diarahkan untuk mengoptimalkan
2. DI Cilalanang dengan luas kurang pemanfaatan air permukaan.
lebih 597 (lima ratus sembilan puluh (2) Penanganan ketersediaan air baku dilakukan
tujuh) hektar; dengan cara:
3. DI Cipapan dengan luas kurang lebih
a. pengembangan sistem longstorage
240 (dua ratus empat puluh) hektar; Indramayu di Sungai Cipanas;
4. DI Cipondoh dengan luas kurang b. perlindungan terhadap daerah resapan air;
lebih 700 (tujuh ratus) hektar; dan
5. DI Lebiah dengan luas kurang lebih c. perluasan daerah tangkapan air.
217 (dua ratus tujuhbelas) hektar;
6. DI Legeh dengan luas kurang lebih (3) Pemanfaatan sumber air baku dilakukan
408 (empat ratus delapan) hektar; dengan memanfaatkan sungai yang berada di
7. DI Niwo dengan luas kurang lebih Daerah meliputi:
173 (seratus tujuh puluh tiga) hektar; a. Sungai Cimanuk;
8. DI Sangkep dengan luas kurang lebih b. Sungai Cipanas;
98 (sembilan puluh delapan) hektar; c. Sungai Cipunegara;
9. DI Situbolang dengan luas kurang d. Sungai Cilalanang;
lebih 365 (tiga ratus enam puluh e. Sungai Kumpulkuista;
lima) hektar; dan f. Sungai Pamengkang; dan
g. Sungai Cimanis.
92 93
Pasal 21 18. Kecamatan Tukdana;
19. Kecamatan Lelea;
(1) Pengembangan jaringan air minum kepada
20. Kecamatan Losarang;
kelompok pengguna sebagaimana dimaksud
21. Kecamatan Kandanghaur;
dalam Pasal 16 huruf e berupa peningkatan
22. Kecamatan Patrol;
pelayanan dan pengelolaan air minum.
23. Kecamatan Sukra;
(2) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air 24. Kecamatan Anjatan; dan
minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 25. Kecamatan Gabuswetan.
dilakukan melalui : b. pemasangan sambungan langganan baru
a. peningkatan kapasitas sambungan untuk wilayah kecamatan yang belum
langganan dengan lokasi meliputi: terlayani meliputi:
1. Kecamatan Indramayu; 1. Kecamatan Cikedung;
2. Kecamatan Sindang; 2. Kecamatan Terisi;
3. Kecamatan Pasekan; 3. Kecamatan Bongas;
4. Kecamatan Cantigi; 4. Kecamatan Kroya;
5. Kecamatan Balongan; 5. Kecamatan Haurgeulis; dan
6. Kecamatan Lohbener; 6. Kecamatan Gantar.
7. Kecamatan Arahan;
8. Kecamatan Juntinyuat; Pasal 22
9. Kecamatan Karangampel;
10. Kecamatan Krangkeng; Pengembangan sistem pengendalian daya rusak
11. Kecamatan Kedokanbunder; air sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 huruf
12. Kecamatan Sliyeg; f meliputi:
13. Kecamatan Jatibarang; a. normalisasi sungai meliputi:
14. Kecamatan Kertasemaya; 1. wilayah sungai lintas provinsi;
15. Kecamatan Sukagumiwang; 2. wilayah sungai lintas kabupaten; dan
16. Kecamatan Widasari; 3. wilayah sungai dalam satu kabupaten.
17. Kecamatan Bangodua;
94 95
b. pembangunan dan pengembangan tembok d. sistem jaringan air minum perkotaan;
penahan tanah (tanggul); dan
c. mengendalikan pengambilan air tanah; e. jalur dan ruang evakuasi bencana.
d. meningkatkan jumlah imbuhan air tanah (3) Sistem jaringan persampahan sebagaimana
untuk menghambat atau mengurangi laju dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
penurunan muka air tanah; a. pengembangan sistem pengangkutan
e. pembangunan dan pengembangan pintu air; diprioritaskan pada kawasan
f. pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman perkotaan dan pusat
permukiman; kegiatan masyarakat;
g. penyediaan embung pengendali banjir di setiap b. pengembangan sistem komposing pada
kawasan permukiman mandiri; dan kawasan perdesaan dan permukiman
h. penanaman pohon di sempadan sungai, situ, berkepadatan rendah;
waduk, dan lahan-lahan kritis. c. pengembangan Tempat Pengolahan dan
Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS)
meliputi :
Paragraf 4 1. TPPAS Pecuk seluas kurang lebih 8
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya (delapan) hektar berada di Desa
Panyindangan Kulon Kecamatan
Pasal 23
Sindang;
(1) Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya 2. TPPAS Kebulen seluas kurang lebih 1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (satu) hektar berada di Desa Kebulen
(1) huruf d berupa jaringan prasarana Kecamatan Jatibarang;
lingkungan. 3. TPPAS Kertawinangun seluas kurang
lebih 2 (dua) hektar berada di Desa
(2) Jaringan prasarana lingkungan sebagaimana
Kertawinangun Kecamatan
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
Kandanghaur; dan
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air limbah;
c. sistem jaringan drainase;
96 97
4. TPPAS Mekarjati seluas kurang lebih 1 c. mengoptimalkan dan memadukan fungsi
(satu) hektar berada di Desa Mekarjati saluran besar, sedang, dan kecil;
Kecamatan Haurgeulis. d. pengembangan sistem drainase yang
d. peningkatan sistem pengelolaan dengan terintegrasi dengan sistem DAS dan sub
sanitary landfiil pada TPPAS dan dengan DAS untuk kawasan perdesaan;
sistem 3R, yaitu pengurangan (Reduce), e. Pengembangan sistem drainase terpadu
penggunaan kembali (Re-use), dan daur untuk kawasan perkotaan yang rentan
ulang (Recycle). banjir;
f. penanganan sistem mikro meliputi:
(4) Sistem jaringan air limbah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b 1. pembangunan tanggul penahan banjir
meliputi: dan saluran baru;
a. non domestik berupa pembangunan 2. perbaikan inlet saluran air hujan dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) jalan ke saluran;
dan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja 3. perbaikan dan normalisasi saluran
(IPLT) pada kegiatan industri, rumah dari endapan lumpur dan sampah;
sakit, hotel, dan restoran yang berada di dan
seluruh wilayah Daerah; dan 4. memperlebar dimensi saluran.
b. domestik berupa pembangunan jamban g. penanganan sistem makro dilakukan
umum dan mandi cuci kakus (MCK) pada melalui perbaikan dan normalisasi badan
kawasan permukiman. air dari endapan lumpur dan sampah;
dan
h. pengelolaan drainase diprioritaskan di
(5) Sistem jaringan drainase sebagaimana
sepanjang sisi jalan kolektor dan lokal.
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
(6) Sistem jaringan air minum perkotaan
a. mengembangkan saluran drainase pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
kawasan terbangun;
meliputi:
b. melakukan pemeliharaan dan
a. pengembangan jaringan perpipaan air
pembangunan saluran-saluran primer,
minum meliputi:
sekunder, dan tersier;
98 99
1. Perkotaan Indramayu; 1. Perkotaan Cikedung;
2. Perkotaan Sindang; 2. Perkotaan Terisi;
3. Perkotaan Balongan; 3. Perkotaan Bongas;
4. Perkotaan Pasekan; 4. Perkotaan Kroya;
5. Perkotaan Arahan; 5. Perkotaan Haurgeulis; dan
6. Perkotaan Cantigi; 6. Perkotaan Gantar.
7. Perkotaan Lohbener; c. pemberdayaan kelompok pengelola air
8. Perkotaan Juntinyuat; minum mandiri.
9. Perkotaan Karangampel; (7) Jalur dan ruang evakuasi bencana
10. Perkotaan Krangkeng; sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e
11. Perkotaan Kedokanbunder; meliputi:
12. Perkotaan Sliyeg; a. jalur evakuasi rawan bencana banjir dan
13. Perkotaan Jatibarang; gelombang pasang; dan
14. Perkotaan Kertasemaya; b. ruang evakuasi bencana alam.
(8) Jalur evakuasi rawan bencana banjir dan
15. Perkotaan Sukagumiwang;
gelombang pasang sebagaimana dimaksud
16. Perkotaan Widasari;
pada ayat (7) huruf a diarahkan pada
17. Perkotaan Bangodua;
jaringan jalan terdekat menuju ruang
18. Perkotaan Tukdana;
evakuasi bencana meliputi:
19. Perkotaan Lelea;
a. Ruas Sewo – Lohbener;
20. Perkotaan Losarang;
b. Ruas Lohbener – Batas Kota Indramayu;
21. Perkotaan Kandanghaur; c. Jalan Mulia Asri;
22. Perkotaan Patrol; d. Ruas Lingkar Indramayu – Karangampel;
23. Perkotaan Sukra; e. Ruas Karangampel – Singakerta (batas
24. Perkotaan Anjatan; dan Indramayu-Cirebon);
25. Perkotaan Gabuswetan. f. Ruas Karangampel – Jatibarang;
b. pengembangan jaringan non perpipaan g. Ruas Jangga – Cikamurang;
air minum meliputi: h. Ruas Jalan Jend. Gatot Subroto;
100 101
i. Ruas Jalan Laksamana Yos Sudarso; (10) Sistem jaringan prasarana lingkungan
j. Ruas Jalan R.E Martadinata; digambarkan dalam peta dengan tingkat
k. Ruas Jalan Patrol – Haurgeulis; ketelitian minimal 1 : 50.000 sebagaimana
l. Ruas Jalan Haurgeulis – Gantar; tercantum dalam Lampiran IV dan
m. Ruas Jalan Gabuskulon – Wanguk; merupakan bagian tak terpisahkan dari
n. Ruas Jalan Legok – Margamulya; Peraturan Daerah ini.
o. Ruas Jalan Margamulya – Cipedang;
p. Ruas Jalan Karangsinom – Gabuskulon;
q. Ruas Jalan Muntur – Manggungan; BAB V
r. Ruas Jalan Rajasinga – Kroya; RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
s. Ruas Jalan Terisi – Tugu;
t. Ruas Jalan Larangan – Tugu; Bagian Pertama
u. Ruas Jalan Pekandangan – Jatibarang;
Umum
v. Ruas Jalan Bangkir – Cemara;
w. Ruas Jalan Kiajaran Kulon – Cangkring; Pasal 24
x. Ruas Jalan Sindang – Pecuk; (1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten terdiri
y. Ruas Jalan Pagirikan – Totoran; atas :
z. Ruas Jalan Pasekan – Karanganyar; a. kawasan lindung; dan
aa. Ruas Jalan Tanjakan – Karanganyar; b. kawasan budidaya.
bb. Ruas Jalan Sukra – Tegaltaman; dan
(2) Rencana Pola ruang wilayah kabupaten
cc. Ruas Jalan Ujunggebang – TPI.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(9) Ruang evakuasi bencana sebagaimana
digambarkan dalam peta dengan tingkat
dimaksud pada ayat (7) huruf b meliputi
ketelitian minimal 1 : 50.000 sebagaimana
ruang terbuka yang terkonsentrasi di suatu
tercantum dalam lampiran V dan merupakan
wilayah, gedung pemerintah, gedung
bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah
sekolah, gedung pertemuan, gedung
ini.
olahraga, dan bangunan lainnya yang
memungkinkan sebagai ruang evakuasi
bencana pada daerah rawan bencana.
102 103
Bagian Kedua c. mempertahankan kawasan resapan air
Rencana Kawasan Lindung atau kawasan yang berfungsi hidrologis
untuk menjamin ketersediaan sumberdaya
Wilayah Kabupaten
air; dan
Pasal 25 d. mengendalikan pemanfaatan ruang
kawasan lindung yang berada di luar
(1) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada kawasan hutan sehingga tetap berfungsi
Pasal 24 ayat (1) huruf a terdiri atas: lindung.
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan Paragraf 1
terhadap kawasan bawahannya; Kawasan Hutan Lindung
c. kawasan perlindungan setempat; Pasal 26
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud
cagar budaya; dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a seluas kurang
e. kawasan rawan bencana alam; lebih 8.023 (delapan ribu dua puluh tiga) hektar
f. kawasan lindung geologi; dan
meliputi:
g. kawasan lindung lainnya.
a. Kecamatan Losarang;
(2) Arahan pengembangan kawasan lindung b. Kecamatan Cantigi; dan
meliputi: c. Kecamatan Pasekan.
a. menetapkan kawasan lindung Daerah
sebesar 14 (empat belas) persen dari luas Paragraf 2
seluruh wilayah Daerah yang meliputi Kawasan Yang Memberikan Perlindungan
kawasan lindung berupa kawasan hutan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 27
dan kawasan lindung di luar kawasan
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan
hutan, yang ditargetkan untuk dicapai
terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
pada tahun 2031;
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf b
b. mempertahankan kawasan hutan minimal berupa kawasan resapan air.
30 (tiga puluh) persen dari luas Daerah
Aliran Sungai (DAS);
104 105
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud (2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana
pada ayat (1) seluas kurang lebih 8.805 disebutkan pada ayat (1) huruf a seluas
(delapan ribu delapan ratus lima) hektar kurang lebih 7.458 (tujuh ribu empat ratus
meliputi: lima puluh delapan) hektar sepanjang 147
a. Kecamatan Gantar; (seratus empat puluh tujuh) kilometer
b. Kecamatan Kroya; meliputi:
c. Kecamatan Terisi; a. Kecamatan Krangkeng;
d. Kecamatan Cikedung; b. Kecamatan Karangampel;
e. Kecamatan Lelea; c. Kecamatan Juntinyuat;
f. Kecamatan Widasari; d. Kecamatan Balongan;
g. Kecamatan Bangodua; dan e. Kecamatan Indramayu;
h. Kecamatan Tukdana. f. Kecamatan Cantigi;
g. Kecamatan Pasekan;
Paragraf 3 h. Kecamatan Losarang;
Kawasan Perlindungan Setempat i. Kecamatan Kandanghaur;
j. Kecamatan Patrol; dan
Pasal 28 k. Kecamatan Sukra.
(1) Kawasan perlindungan setempat
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat
dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas
(1) huruf c terdiri atas:
kurang lebih 1.917 (seribu sembilan ratus
a. kawasan sempadan pantai;
tujuh belas) hektar meliputi:
b. kawasan sempadan sungai;
a. Sungai Cimanuk;
c. kawasan sekitar waduk dan situ;
b. Sungai Cipanas;
d. kawasan sempadan jaringan irigasi; dan
c. Sungai Cipunegara;
e. kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
d. Sungai Cilalanang;
perkotaan.
e. Sungai Pangkalan;
f. Sungai Kumpulkuista;
g. Sungai Pamengkang; dan
106 107
h. Sungai Cimanis. (6) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
(4) Kawasan sekitar waduk dan situ perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c (1) huruf e seluas kurang lebih 1.722 (seribu
seluas kurang lebih 738 (tujuh ratus tiga tujuh ratus duapuluh dua) hektar atau 30
puluh delapan) hektar meliputi: (tiga puluh) persen dari luasan kawasan
a. Situ Bolang berada di kecamatan perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan
Cikedung; terdiri atas:
b. Situ Buburgadung berada di Kecamatan a. RTH privat seluas 1.148 (seribu seratus
Cikedung; empat puluh delapan) hektar atau 20
c. Rawa Bedahan berada di Kecamatan (dua puluh) persen dari luasan kawasan
Cikedung; perkotaan terdiri atas:
d. Rawa Cirakit berada di Kecamatan 1. RTH pekarangan meliputi pekarangan
Cikedung; rumah tinggal, halaman perkantoran,
e. Rawa Sinang berada di Kecamatan pertokoan, dan tempat usaha, serta
Cikedung; taman atap bangunan;
f. Rawa Bacin berada di Kecamatan 2. RTH taman dan hutan kota meliputi
Tukdana; taman RT, taman RW, taman
g. Waduk Bojongsari berada di Kecamatan kelurahan, dan taman kecamatan; dan
Indramayu; dan 3. RTH jalur hijau jalan meliputi pulau
h. Waduk Cipancuh berada di Kecamatan jalan dan median jalan, serta jalur
Haurgeulis. pejalan kaki.
(5) Kawasan sempadan jaringan irigasi b. RTH publik seluas 574 (lima ratus tujuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf empat) hektar atau 10 (sepuluh) persen
d tersebar di setiap kecamatan. dari luasan kawasan perkotaan terdiri
atas:
108 109
1. RTH taman dan hutan kota meliputi (2) Kawasan suaka margasatwa sebagimana
taman RT, taman RW, taman dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang
kelurahan, taman kecamatan, taman lebih 4 (empat) hektar berada di Desa Bulak
kota, hutan kota, dan sabuk hijau Kecamatan Jatibarang;
(green belt);
2. RTH jalur hijau jalan meliputi pulau (3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
jalan dan median jalan, jalur pejalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
kaki; dan meliputi:
a. Kawasan Pulau Biawak seluas kurang lebih
3. RTH fungsi tertentu meliputi RTH
15.540 (lima belas ribu lima ratus empat
sempadan rel kereta api, jalur hijau
puluh) hektar berada di Kecamatan
jaringan listrik tegangan tinggi, RTH
Pasekan;
sempadan sungai, RTH sempadan
b. 12 (dua belas) situs seluas kurang lebih 12
pantai, RTH pengamanan sumber air
(dua belas) hektar tersebar di wilayah
baku, lapangan olahraga, dan Taman
Daerah; dan
Pemakaman.
c. mangrove centre seluas kurang lebih 5
Paragraf 4 (lima) hektar berada di Desa Pabean Ilir
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, Kecamatan Pasekan.

dan Cagar Budaya Paragraf 5


Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 29
Pasal 30
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan
cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam (1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana
Pasal 25 ayat (1) huruf d terdiri atas: dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf e
a. kawasan suaka margasatwa; dan terdiri atas:
b. kawasan cagar budaya dan ilmu a. kawasan rawan gelombang pasang; dan
pengetahuan. b. kawasan rawan banjir.
110 111
(2) Kawasan rawan gelombang pasang h. Kecamatan Sindang;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a i. Kecamatan Indramayu;
meliputi: j. Kecamatan Balongan;
a. Kecamatan Sukra; k. Kecamatan Juntinyuat;
b. Kecamatan Patrol; l. Kecamatan Karangampel;
c. Kecamatan Kandanghaur; m. Kecamatan Krangkeng;
d. Kecamatan Losarang; n. Kecamatan Pasekan;
e. Kecamatan Cantigi; o. Kecamatan Cikedung;
f. Kecamatan Pasekan; p. Kecamatan Terisi;
g. Kecamatan Indramayu; q. Kecamatan Bongas;
h. Kecamatan Balongan; r. Kecamatan Gabuswetan;
i. Kecamatan Juntinyuat; s. Kecamatan Lelea;
j. Kecamatan Karangampel; dan t. Kecamatan Widasari;
k. Kecamatan Krangkeng. u. Kecamatan Bangodua;
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud v. Kecamatan Tukdana;
pada ayat (1) huruf b meliputi: w. Kecamatan Gantar;
a. wilayah pesisir utara Daerah; x. Kecamatan Haurgeulis; dan
b. sekitar Daerah Aliran Sungai; dan y. Kecamatan Jatibarang.
c. sekitar daerah sekitar waduk.
(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud
Paragraf 6
pada ayat (3) meliputi:
Kawasan Lindung Geologi
a. Kecamatan Sukra;
b. Kecamatan Patrol; Pasal 31
c. Kecamatan Kandanghaur;
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana
d. Kecamatan Losarang;
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf f
e. Kecamatan Cantigi;
meliputi:
f. Kecamatan Arahan;
a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
g. Kecamatan Lohbener;
112 113
b. kawasan yang memberikan perlindungan (5) kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah. terhadap air tanah sebagaimana dalam ayat (1)
(2) Kawasan rawan bencana alam geologi huruf b berupa kawasan yang memberikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a perlindungan terhadap air tanah di daerah
meliputi: imbuhan air tanah pada cekungan air tanah
a. kawasan rawan abrasi; dan (CAT) Indramayu seluas kurang lebih 29.890
b. kawasan rawan gerakan tanah. (dua puluh sembilan ribu delapan ratus
sembilan puluh) hektar meliputi:
(3) Kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud
a. Kecamatan Indramayu;
pada ayat (2) huruf a seluas kurang lebih
b. Kecamatan Sindang;
1.653 (seribu enam ratus lima puluh tiga)
c. Kecamatan Pasekan;
hektar meliputi:
d. Kecamatan Cantigi;
a. Kecamatan Krangkeng;
e. Kecamatan Arahan;
b. Kecamatan Karangampel;
f. Keamatan Lohbener;
c. Kecamatan Juntinyuat;
g. Kecamatan Widasari;
d. Kecamatan Balongan;
h. Kecamatan Jatibarang;
e. Kecamatan Indramayu;
i. Kecamatan Bangodua;
f. Kecamatan Pasekan;
j. Kecamatan Tukdana;
g. Kecamatan Cantigi;
k. Kecamatan Cikedung;
h. Kecamatan Losarang;
l. Kecamatan Terisi;
i. Kecamatan Kandanghaur;
m. Kecamatan Kroya; dan
j. Kecamatan Patrol; dan
n. Kecamatan Gantar.
k. Kecamatan Sukra.
(4) Kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas kurang
lebih 14 (empat belas) hektar berada di
Kecamatan Gantar.
114 115
Paragraf 7 Bagian Ketiga
Kawasan Lindung Lainnya Rencana Kawasan Budidaya Wilayah Kabupaten
Pasal 32 Pasal 33
(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf g
Pasal 24 ayat (1) huruf b terdiri atas:
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
a. kawasan perlindungan plasma-nutfah; dan
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
b. kawasan terumbu karang.
c. kawasan peruntukan pertanian;
(2) Kawasan perlindungan plasma-nutfah
d. kawasan peruntukan perikanan;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
e. kawasan peruntukan pertambangan;
meliputi:
f. kawasan peruntukan industri;
a. Muara Cimanuk berada di Kecamatan
g. kawasan peruntukan pariwisata;
Pasekan; dan
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
b. Pulau Biawak berada di Kecamatan
i. kawasan peruntukan budidaya lainnya.
Pasekan.
(3) Kawasan terumbu karang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: Paragraf 1
a. Pantai Majakerta berada di Kecamatan Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Balongan; dan
Pasal 34
b. Kawasan Pulau Biawak berada di
Kecamatan Pasekan. (1) Kawasan peruntukan hutan produksi
sebagaimana dimaksud pada pasal 33 huruf a
berupa hutan produksi tetap seluas 32.004
(tiga puluh dua ribu empat puluh) hektar
meliputi:
a. Kecamatan Haurgeulis;
b. Kecamatan Gantar;
c. Kecamatan Terisi;
116 117
d. Kecamatan Kroya; b. kawasan sempadan sungai; dan
e. Kecamatan Cikedung; dan c. kawasan sekitar waduk dan situ.
f. Kecamatan Tukdana.
Paragraf 3
(2) Rencana pengembangan hutan produksi dapat Kawasan Peruntukan Pertanian
dialihfungsi menjadi kawasan perkebunan
Pasal 36
dengan memanfaatkan secara optimal tanah
terlantar dan lahan kritis yang ditetapkan (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana
berdasarkan hasil studi kelayakan dan daya dimaksud dalam Pasal 33 huruf c meliputi:
dukung lingkungan dengan mengacu pada a. kawasan tanaman pangan;
ketentuan peraturan perundang-undangan. b. kawasan hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
Paragraf 2 (2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas 92.370
Pasal 35 (sembilan puluh dua ribu tiga ratus tujuh
puluh) hektar berada di setiap kecamatan.
(1) Kawasan peruntukan hutan rakyat
sebagaimana dimaksud pada pasal 33 huruf (3) Kawasan tanaman pangan sebagaimana pada
b seluas kurang lebih 38.516 (tiga puluh ayat (2) ditetapkan sebagai lahan pertanian
delapan ribu lima ratus enam) hektar berada pangan berkelanjutan.
di setiap kecamatan. (3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b seluas kurang lebih
(2) Pengembangan kawasan peruntukan hutan
3.407 (tiga ribu empat ratus tujuh) hektar
rakyat dapat memanfaatkan kawasan lain
meliputi:
berdasarkan daya dukung lingkungan dan
a. sayur-sayuran tersebar di setiap
nilai ekonomis.
kecamatan;
(3) Kawasan lain sebagaimana dimaksud pada b. buah-buahan tersebar di setiap kecamatan;
ayat (2) meliputi: c. tanaman hias tersebar di setiap kecamatan;
a. kawasan sempadan pantai; dan
118 119
d. tanaman obat tersebar di setiap kecamatan. 8. Kecamatan Cikedung;
(4) kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud 9. Kecamatan Widasari;
pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 10. Kecamatan Kertasemaya;
1.155 (seribu seratus lima puluh lima) hektar 11. Kecamatan Karangampel; dan
meliputi: 12. Kecamatan Pasekan.
a. Kecamatan Cikedung; b. kambing dan domba tersebar di wilayah
b. Kecamatan Lelea; Daerah dengan sentra pengembangan
c. Kecamatan Tukdana; dan komoditas kambing-domba meliputi:
d. Kecamatan Bangodua. 1. Kecamatan Haurgeulis;
(5) Rencana pengembangan kawasan perkebunan 2. Kecamatan Gantar;
akan dilakukan secara optimal dengan 3. Kecamatan Kroya;
memanfaatkan alih fungsi kawasan hutan 4. Kecamatan Cikedung;
produksi yang ditetapkan lebih lanjut 5. Kecamatan Tukdana;
berdasarkan hasil studi kelayakan dan daya 6. Kecamatan Cantigi;
dukung lingkungan dengan mengacu pada 7. Kecamatan Anjatan; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Kecamatan Kandanghaur.
(6) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud c. sapi potong tersebar di wilayah Daerah
pada ayat (1) huruf d meliputi: dengan daerah pengembangan komoditas
a. itik tersebar di wilayah Daerah dengan sapi potong meliputi:
sentra pengembangan komoditas itik
1. Kecamatan Haurgeulis;
meliputi:
2. Kecamatan Gantar;
1. Kecamatan Haurgeulis;
3. Kecamatan Cikedung;
2. Kecamatan Krangkeng;
4. Kecamatan Terisi;
3. Kecamatan Jatibarang;
5. Kecamatan Lelea;
4. Kecamatan Sindang;
6. Kecamatan Tukdana;
5. Kecamatan Anjatan;
7. Kecamatan Kertasemaya;
6. Kecamatan Gantar;
8. Kecamatan Juntinyuat; dan
7. Kecamatan Terisi;
120 121
9. Kecamatan Anjatan. 11. Kecamatan Kedokanbunder;
d. kerbau tersebar di wilayah Daerah dengan 12. Kecamatan Lohbener;
daerah pengembangan komoditas kerbau 13. Kecamatan Kandanghaur;
meliputi: 14. Kecamatan Bongas; dan
1. Kecamatan Gantar; 15. Kecamatan Anjatan.
2. Kecamatan Cikedung; dan g. ayam buras pedaging tersebar di setiap
3. Kecamatan Terisi. kecamatan.
e. kuda tersebar di wilayah Daerah dengan h. ayam buras petelur tersebar di setiap
daerah pengembangan komoditas kuda kecamatan.
meliputi:
1. Kecamatan Cikedung; Paragraf 4
2. Kecamatan Lelea; Kawasan Peruntukan Perikanan
3. Kecamatan Widasari; dan Pasal 37
4. Kecamatan Kandanghaur.
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
f. ayam ras pedaging di wilayah Daerah dimaksud dalam Pasal 33 huruf d terdiri atas:
dengan sentra pengembangan komoditas a. kawasan perikanan tangkap;
ayam ras pedaging meliputi: b. kawasan perikanan budidaya;
1. Kecamatan Haurgeulis; c. kawasan pengolahan; dan
2. Kecamatan Gantar; d. kawasan minapolitan.
3. Kecamatan Kroya;
(2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana
4. Kecamatan Gabuswetan;
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
5. Kecamatan Terisi;
a. kawasan perikanan tangkap di laut sejauh
6. Kecamatan Lelea; 4 (empat) mil; dan
7. Kecamatan Kertasemaya; b. kawasan perikanan tangkap di perairan
8. Kecamatan Sukagumiwang; umum meliputi:
9. Kecamatan Krangkeng; 1. waduk;
10. Kecamatan Karangampel; 2. sungai;
122 123
3. rawa; dan (6) Kawasan perikanan budidaya laut
4. kolam. sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
(3) Kawasan perikanan budidaya sebagaimana meliputi:
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. kawasan pesisir mencakup 38 (tiga puluh
a. kawasan perikanan budidaya air payau; delapan) desa di 11 (sebelas) kecamatan
b. kawasan perikanan budidaya air tawar; dan dengan laut sejauh 4 (empat) mil sepanjang
c. kawasan perikanan budidaya laut. 147 (seratus empat puluh tujuh) kilometer;
dan
(4) Kawasan perikanan budidaya air payau
b. kawasan peruntukan pelabuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
pendaratan perikanan meliputi:
seluas kurang lebih 14.083 (empat belas ribu
1. pelabuhan samudera Karangsong yang
delapan puluh tiga) hektar meliputi:
dilengkapi tempat pelelangan ikan
a. Kecamatan Krangkeng;
berada di Kecamatan Indramayu;
b. Kecamatan Karangampel;
2. pelabuhan perikanan pantai Dadap dan
c. Kecamatan Juntinyuat;
tempat pelelangan ikan Dadap berada di
d. Kecamatan Balongan;
Kecamatan Juntinyuat;
e. Kecamatan Indramayu;
3. pelabuhan pendaratan ikan Eretan
f. Kecamatan Sindang;
Wetan dan Eretan Kulon yang dilengkapi
g. Kecamatan Pasekan;
tempat pelelangan ikan berada di
h. Kecamatan Cantigi;
Kecamatan Kandanghaur;
i. Kecamatan Kandanghaur;
4. pelabuhan pendaratan ikan Glayem
j. Kecamatan Patrol;
yang dilengkapi tempat pelelangan ikan
k. Kecamatan Sukra; dan
berada di Kecamatan Juntinyuat;
l. Kecamatan Losarang.
5. pelabuhan pendaratan ikan Tegalagung
(5) Kawasan perikanan budidaya air tawar yang dilengkapi tempat pelelangan ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b berada di Kecamatan Sukra;
seluas kurang lebih 405 (empat ratus lima)
hektar tersebar di setiap kecamatan.
124 125
6. pelabuhan pendaratan ikan d. Desa Kenanga Kecamatan Sindang;
Ujunggebang yang dilengkapi tempat e. Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu;
pelelangan ikan berada di Kecamatan f. Desa Eretan Wetan Kecamatan
Sukra; Kandanghaur;
7. pelabuhan pendaratan ikan Bugel g. Desa Eretan Kulon Kecamatan
berada di Kecamatan Patrol; Kandanghaur; dan
8. pelabuhan pendaratan ikan Cemara h. Desa Ujunggebang Kecamatan Sukra.
berada di Kecamatan Losarang; (8) Kawasan minapolitan sebagaimana dimaksud
9. pelabuhan pendaratan ikan Cangkring pada ayat (1) huruf d meliputi:
berada di Kecamatan Cantigi; a. minapolitan garam berada di Desa Santing
10. pelabuhan pendaratan ikan Majakerta Kecamatan Losarang;
berada di Kecamatan Balongan; b. minapolitan perikanan tangkap berada di
11. pelabuhan pendaratan ikan Lombang Desa Karangsong Kecamatan Indramayu;
yang dilengkapai tempat pelelangan c. minapolitan perikanan budidaya meliputi:
ikan berada di Kecamatan Juntinyuat; 1. Desa Karanganyar Kecamatan Pasekan;
12. pelabuhan pendaratan ikan dan
Limbangan yang dilengkapi tempat 2. Desa Krimun Kecamatan Losarang.
pelelangan ikan berada di Kecamatan d. minapolitan pengolahan hasil perikanan
Juntinyuat; dan berada di Desa Kenanga Kecamatan
13. pelabuhan pendaratan ikan Sindang.
Juntinyuat berada di Kecamatan
Juntinyuat.
Paragraf 5
(7) Kawasan pengolahan sebagaimana dimaksud Kawasan Peruntukan Pertambangan
pada ayat (1) huruf c berupa industri
pengolahan hasil perikanan meliputi: Pasal 38
a. Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat; (1) kawasan peruntukan pertambangan
b. Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf
c. Desa Karangsong Kecamatan Indramayu; e meliputi:
126 127
a. kawasan pertambangan mineral; dan g. Kecamatan Losarang;
b. kawasan pertambangan minyak dan gas h. Kecamatan Lohbener;
bumi. i. Kecamatan Kandanghaur;
j. Kecamatan Sukra;
(2) Kawasan pertambangan mineral sebagaimana
k. Kecamatan Anjatan;
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
l. Kecamatan Bongas;
a. mineral bukan logam; dan
m. Kecamatan Kroya;
b. batuan.
n. Kecamatan Gabuswetan;
(3) Mineral bukan logam sebagaimana dimaksud
o. Kecamatan Patrol;
pada ayat (2) huruf a berupa tanah liat
p. Kecamatan Haurgeulis; dan
tersebar di setiap kecamatan.
q. Kecamatan Balongan.
(4) Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi:
Paragraf 6
a. sirtu berada di Desa Bantarwaru
Kawasan Peruntukan Industri
Kecamatan Gantar; dan
b. pasir urug meliputi: Pasal 39
1. Kecamatan Gantar; (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana
2. Kecamatan Lohbener; dimaksud dalam Pasal 33 huruf f terdiri atas:
3. Kecamatan Arahan; dan a. industri besar;
4. Kecamatan Sukagumiwang. b. industri menengah; dan
(5) Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi c. industri kecil dan mikro.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b (2) Industri besar sebagaimana dimaksud pada
meliputi: ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 1.000
a. Kecamatan Krangkeng; (seribu) hektar berada di Kecamatan Balongan.
b. Kecamatan Karangampel;
(3) Industri menengah sebagaimana dimaksud
c. Kecamatan Sliyeg;
pada ayat (1) huruf b seluas kurang lebih
d. Kecamatan Kedokanbunder;
1.000 (seribu) hektar meliputi :
e. Kecamatan Kertasemaya;
a. Kecamatan Losarang;
f. Kecamatan Jatibarang;
128 129
b. Kecamatan Kandanghaur; i. industri tenun gedogan dan waring berada
c. Kecamatan Patrol; dan di Kecamatan Juntinyuat;
d. Kecamatan Sukra. j. industri ayaman bambu dan pandan
(4) Industri kecil dan mikro sebagaimana meliputi:
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: 1. Kecamatan Sliyeg;
a. industri krupuk ikan dan udang berada di 2. Kecamatan Arahan; dan
Desa Kenanga Kecamatan Sindang; 3. Kecamatan Lelea.
b. industri batik meliputi: k. industri kecap meliputi:
1. Kelurahan Paoman Kecamatan 1. Kecamatan Lohbener;
Indramayu; 2. Kecamatan Jatibarang; dan
2. Desa Pabean Udik Kecamatan 3. Kecamatan Juntinyuat.
Indramayu; l. industri keripik mangga berada di
3. Desa Penganjang Kecamatan Sindang; Kecamatan Lohbener;
4. Desa Terusan Kecamatan Sindang; dan m. industri rajungan meliputi:
5. Desa Babadan Kecamatan Sindang; 1. Desa Eretan Wetan Kecamatan
c. industri gitar mini berada di Desa Lelea Kandanghaur; dan
Kecamatan Lelea; 2. Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat.
d. industri kain bordir berada di Desa n. industri bandeng tanpa duri berada di
Sukawera Kecamatan Kertasemaya; Kecamatan Indramayu; dan
e. industri dodol berada di Kecamatan o. industri makanan lumpia kering berada di
Karangampel; Kecamatan Lohbener.
f. industri keripik melinjo berada di
Kecamatan Karangampel; Paragraf 7
g. industri gerabah/keramik berada di Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kecamatan Kandanghaur; Pasal 40
h. industri kerajinan topeng berada di (1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana
Kecamatan Sliyeg; dimaksud dalam Pasal 33 huruf g terdiri atas:
a. pariwisata budaya;
130 131
b. pariwisata alam ; f. Pantai Balongan berada di Kecamatan
c. pariwisata buatan; dan Balongan;
d. pariwisata minat khusus. g. agrowisata mangga seluas kurang lebih 110
(2) Pariwisata budaya sebagaimana dimaksud (seratus sepuluh) hektar meliputi:
pada ayat (1) huruf a meliputi: 1. Kecamatan Jatibarang; dan
a. Situs Sejarah Wiralodra Indramayu seluas 2. Kecamatan Widasari.
kurang lebih 2 (dua) hektar berada di Desa h. minawisata sentra garam seluas kurang
Sindang Kecamatan Sindang; dan lebih 1.576 (seribu lima ratus tujuh puluh
b. Cagar budaya Batu Wadon, Batu Lanang, enam) hektar meliputi:
dan rumah adat kayu seluas kurang lebih 3 1. Kecamatan Krangkeng;
(tiga) hektar berada di Desa Cikawung 2. Kecamatan Losarang; dan
Kecamatan Terisi. 3. Kecamatan Kandanghaur.
(3) Pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada i. wisata flora Rafflesia Arnoldi berada di
Desa Pawidean Kecamatan Jatibarang.
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Situ Bolang berada di Kecamatan (4) Pariwisata buatan sebagaimana dimaksud
Cikedung; pada ayat (1) huruf c meliputi:
b. Taman wisata alam laut Pulau Biawak a. Waterboom Bojongsari dan Waduk
seluas kurang lebih 15.540 (lima belas ribu Bojongsari seluas kurang lebih 15 (lima
lima ratus empat puluh) hektar berada di belas) hektar berada di Kelurahan
Kecamatan Pasekan; Bojongsari Kecamatan Indramayu; dan
c. Pantai Tirtamaya seluas kurang lebih 9 b. Kampung Wisata Air seluas kurang lebih 10
(sembilan) hektar berada di Kecamatan (sepuluh) hektar berada di Desa Wanantara
Juntinyuat; Kecamatan Sindang.
d. Pantai Glayem berada di Kecamatan (5) Pariwisata minat khusus sebagaimana
Juntinyuat; dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
e. Pantai Ujunggebang berada di Kecamatan a. Pondok Pesantren Al-Zaytun seluas kurang
Sukra; lebih 1.200 (seribu dua ratus) hektar
berada di Kecamatan Gantar;
132 133
b. Mangrove centre seluas kurang lebih 5 7. Pesta adat Mapag Sri tersebar di setiap
(lima) hektar berada di Desa Pabean Ilir kecamatan.
Kecamatan Pasekan; e. wisata kuliner tersebar di setiap
c. kerajinan batik di Kelurahan Paoman kecamatan; dan
Kecamatan Indramayu; f. wisata tempat pemancingan tersebar di
d. upacara adat istiadat meliputi: setiap kecamatan.
1. Upacara Ngarot berada Kecamatan
Lelea; Paragraf 8
2. Pesta laut Nadran meliputi: Kawasan Peruntukan Permukiman
a) Desa Eretan Wetan Kecamatan
Kandanghaur; Pasal 41
b) Desa Eretan Kulon Kecamatan (1) Kawasan peruntukan permukiman
Kandanghaur; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf
c) Desa Karangsong Kecamatan h terdiri atas :
Indramayu; a. permukiman perkotaan; dan
d) Desa Limbangan Kecamatan b. permukiman perdesaan.
Juntinyuat; (2) Kawasan peruntukan permukiman
e) Desa Lombang Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluas
Juntinyuat; dan kurang lebih 17.837 (tujuh belas ribu delapan
f) Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat. ratus tiga puluh tujuh) hektar meliputi:
3. Pesta Sedekah Bumi tersebar di setiap a. permukiman perkotaan seluas kurang lebih
kecamatan; 5.249 (lima ribu dua ratus empat puluh
4. Pesta Ngunjungan tersebar di setiap sembilan) hektar yang meliputi 81 (delapan
kecamatan; puluh satu) desa dan kelurahan tersebar di
5. Jaringan berada di Kecamatan PKW, PKL, PKLp, dan PPK; dan
Kandanghaur;
6. Pesta Mapag Tamba tersebar di setiap
kecamatan; dan
134 135
b. permukiman perdesaan seluas kurang lebih j. pengembangan kegiatan perdagangan
12.590 (dua belas ribu lima ratus sembilan modern berada di PKW, PKL, dan PKLp;
puluh) hektar yang meliputi 235 (dua ratus k. pembangunan dan pengembangan sarana
tiga puluh lima) desa. dan prasarana pendidikan di PKW, PKL,
(3) Pengembangan kawasan permukiman PKLp, dan PPK;
perkotaan meliputi: l. pembangunan dan pengembangan sarana
a. mengembangkan kawasan permukiman dan prasarana peribadatan di PKW, PKL,
vertikal pada kawasan perkotaan dengan PKLp, dan PPK; dan
intensitas pemanfaatan ruang menengah m. pengembangan pemakaman umum
hingga tinggi; sebagai ruang terbuka hijau.
b. mengendalikan kawasan permukiman (4) Pengembangan kawasan permukiman
horizontal pada kawasan perkotaan dengan perdesaan meliputi:
intensitas pemanfaatan ruang menengah; a. pengembangan ruang permukiman
c. penataan permukiman kumuh perkotaan; horizontal mencakup kegiatan pertanian,
d. pembangunan Rumah Sakit Tipe B di PKW kehutanan, perikanan, pengelolaan
dan Rumah Sakit Tipe C di PKL; sumberdaya alam, pelayanan jasa
e. pembangunan dan pengembangan pemerintahan, pelayanan sosial, dan
Puskesmas di PKL, PKLp dan PPK; kegiatan ekonomi;
f. pembangunan pusat kebudayaan di PKW; b. penataan permukiman kumuh perdesaan;
g. pembangunan kawasan olahraga terpadu di c. pembangunan dan pengembangan
PKW dan sarana olahraga di PKL, PKLp, Puskesmas Pembantu;
dan PPK; d. pembangunan dan pengembangan Pasar
h. pembangunan dan pengembangan Pasar Lingkungan;
Induk Beras Regional berada di Kecamatan e. pembangunan dan pengembangan sarana
Losarang; dan prasarana peribadatan;
i. pengembangan kegiatan perdagangan dan f. pembangunan dan pengembangan sarana
jasa di PKW, PKL, PKLp, dan PPK; dan prasarana pendidikan dasar;
136 137
g. pembangunan dan pengembangan sarana d. Markas Sub Detasemen Polisi Militer III/3-
dan prasarana lapangan olahraga; 3 yang berlokasi di Kecamatan Indramayu;
h. pembangunan dan pengembangan sarana e. Markas Sub Detasemen Zeni Bangunan
dan prasarana peribadatan; 073/III Indramayu berada di Kecamatan
i. pembangunan dan pengembangan taman Indramayu;
bermain; dan f. Markas Polisi Resor Indramayu berada di
j. pengembangan pemakaman umum sebagai Kecamatan Indramayu;
ruang terbuka hijau. g. Markas Polisi Sektor tersebar di seluruh
kecamatan;
Paragraf 9 h. Pos TNI Angkatan Laut Dadap berada di
Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya Kecamatan Juntinyuat;
Pasal 42 i. Pos TNI Angkatan Laut Eretan berada di
Kecamatan Kandanghaur;
(1) Kawasan peruntukan budidaya lainnya
j. Sub Pos Polair Dadap berada di
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
Kecamatan Juntinyuat; dan
huruf i berupa kawasan peruntukan
k. Sub Pos Polair Eretan berada di
pertahanan dan keamanan negara.
Kecamatan Kandanghaur.
(2) Kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi: BAB VI
a. Markas Batalion Tempur Tentara Nasional PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Indonesia Arhanudse Batere R berada di KABUPATEN
Desa Sukamelang Kecamatan Kroya;
b. Markas satuan teritorial Komando Distrik Pasal 43
Militer 0616/Indramayu berada di
(1) Kawasan strategis wilayah kabupaten terdiri
Kecamatan Indramayu;
atas:
c. Markas satuan teritorial Komando Rayon
a. Kawasan Strategis Provinsi; dan
Militer yang berlokasi tersebar di 17 (tujuh
b. Kawasan Strategis Kabupaten.
belas) kecamatan;
138 139
(2) Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana (4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: pertumbuhan ekonomi sebagaimana
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:
pertumbuhan ekonomi berupa KSP Kilang a. KSK Prajapolitan berada di PKW
Minyak Balongan di Kecamatan Balongan; Indramayu;
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan b. KSK Minapolitan dengan lokasi meliputi:
pertumbuhan ekonomi berupa KSP 1. Minapolitan Ujunggebang berada di
pertanian berlahan basah dan beririgasi Kecamatan Sukra;
teknis Pantura Jawa Barat berada di 2. Minapolitan Eretan berada di
setiap kecamatan; dan Kecamatan Kandanghaur;
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan 3. Minapolitan Dadap berada di
fungsi dan daya dukung dukung Kecamatan Juntinyuat;
lingkungan hidup berupa Pesisir Pantura 4. Minapolitan Karangsong berada di
meliputi: Kecamatan Indramayu; dan
1. Kecamatan Cantigi; 5. Minapolitan Cemara berada di
2. Kecamatan Pasekan; Kecamatan Cantigi.
3. Kecamatan Losarang; c. KSK Agropolitan dengan fungsi utama
4. Kecamatan Kandanghaur; dan sebagai wilayah usaha berbasis pertanian,
5. Kecamatan Juntinyuat. perkebunan, dan peternakan meliputi:
(3) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) 1. Agropolitan Widasari berada di
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Kecamatan Widasari;
meliputi: 2. Agropolitan Kerticala berada di
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan Kecamatan Tukdana; dan
pertumbuhan ekonomi; dan 3. Agropolitan Cipancuh berada di
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan Kecamatan Haurgeulis.
fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup.
140 141
(5) Kawasan strategis dari sudut kepentingan c. indikasi waktu pelaksanaan;
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup d. indikasi sumber pendanaan; dan
berupa KSK Wanapolitan dengan fungsi e. indikasi pelaksana kegiatan.
utama sebagai kawasan resapan air dan (2) Indikasi program utama sebagaimana
usaha berbasis kehutanan meliputi: dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Wanapolitan Sanca berada di Kecamatan a. perwujudan struktur ruang;
Gantar; dan
b. perwujudan pola ruang; dan
b. Wanapolitan Cikawung berada di
c. perwujudan kawasan strategis.
Kecamatan Terisi.
(3) Indikasi lokasi sebagaimana dimaksud pada
(6) Rencana kawasan strategis kabupaten
ayat (1) huruf b meliputi lokasi yang berada
sebagaimana dimaksud ayat (1) digambarkan
pada lingkup wilayah Daerah.
dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal
(4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana
skala 1 : 50.000 sebagaimana tercantum
dimaksud pada ayat (1) huruf c sampai
dalam lampiran VI dan merupakan bagian
dengan tahun 2031 dibagi ke dalam 4 (empat)
tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
tahap meliputi :
a. tahap pertama tahun 2011 sampai dengan
BAB VII tahun 2015;
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH b. tahap kedua tahun 2016 sampai dengan
KABUPATEN tahun 2020;
c. tahap ketiga tahun 2021 sampai dengan
Bagian Pertama tahun 2025; dan
Umum d. tahap keempat tahun 2026 sampai dengan
Pasal 44 2031.
(5) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
Kabupaten terdiri atas:
a. dana Pemerintah;
a. indikasi program utama;
b. dana Pemerintah Provinsi;
b. indikasi lokasi;
142 143
c. dana Pemerintah Kabupaten; (2) Perwujudan sistem pusat kegiatan
d. dana BUMN; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
e. dana swasta; dan meliputi:
f. dana masyarakat. a. mendorong pengembangan pusat kegiatan
(6) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana wilayah Indramayu melalui:
dimaksud pada ayat (1) huruf e 1. penyusunan dan/atau revisi Rencana
meliputi: Detail Tata Ruang PKW Indramayu; dan
a. Pemerintah; 2. pengembangan dan peningkatan
b. Pemerintah Provinsi; prasarana perkotaan.
c. Pemerintah Kabupaten; b. mendorong pengembangan pusat kegiatan
d. BUMN; lokal dilakukan melalui:
e. swasta; dan 1. penyusunan dan/atau revisi Rencana
f. masyarakat. Detail Tata Ruang pada kawasan
(7) Rincian tahapan pelaksanaan program- perkotaan yang ditetapkan sebagai PKL;
program pemanfaatan ruang sebagaimana dan
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam 2. pengembangan dan peningkatan
Lampiran VII dan merupakan bagian tidak prasarana perkotaan.
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. c. pengembangan pusat kegiatan lokal
promosi Tukdana dan Terisi melalui:
Bagian Kedua 1. penyusunan dan/atau revisi Rencana
Perwujudan Struktur Ruang Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Tukdana dan Terisi; dan
Pasal 45 2. pengembangan dan peningkatan
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur prasarana perkotaan.
ruang sebagaimana yang dimaksud dalam d. pengembangan pusat pelayanan kawasan
Pasal 44 ayat (2) huruf a terdiri atas: melalui:
a. perwujudan sistem pusat kegiatan; dan
b. perwujudan sistem prasarana wilayah.
144 145
1. penyusunan dan/atau revisi Rencana a. perwujudan sistem jaringan transportasi
Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan darat dilakukan melalui program:
Ibukota Kecamatan; 1. pengembangan jaringan jalan arteri
2. koordinasi pengelolaan kawasan primer status Nasional;
perkotaan; 2. pengembangan jaringan jalan kolektor
3. pengembangan dan peningkatan fasilitas primer 1 status Nasional;
perkotaan; dan 3. pengembangan jaringan jalan kolektor
4. pengembangan dan peningkatan primer 2 status Provinsi;
prasarana perkotaan. 4. pengembangan jaringan jalan kolektor
e. pengembangan pusat pelayanan primer 3 status Provinsi;
lingkungan melalui: 5. pengembangan jaringan jalan kolektor
1. program pengembangan tata ruang sekunder 1 dalam Perkotaan Indramayu
kawasan pusat perdesaan melalui status Kabupaten;
penyusunan Kawasan Terpilih Pusat 6. pengembangan jaringan jalan kolektor
Pengembangan Desa (KTP2D); sekunder 2 dalam Perkotaan Indramayu
2. program pengembangan pusat status Kabupaten;
pelayanan perdesaan; dan 7. pengembangan jaringan jalan kolektor
3. penyediaan sarana minimum. sekunder 3 dalam Perkotaan Indramayu
(3) Indikasi program utama perwujudan sistem status Kabupaten;
prasarana wilayah sebagaimana dimaksud 8. pengembangan jaringan jalan lokal
pada ayat (1) huruf b meliputi: sekunder 1 dalam Perkotaan Indramayu
a. perwujudan sistem jaringan prasarana status Kabupaten;
utama; dan 9. pengembangan jaringan jalan lokal
b. perwujudan sistem jaringan prasarana sekunder 2 dalam Perkotaan Indramayu
lainnya. status Kabupaten;
(4) Perwujudan sistem jaringan prasarana utama 10. pengembangan jaringan jalan lokal
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a sekunder 3 dalam Perkotaan Indramayu
dilakukan melalui program: status Kabupaten;
146 147
11. pengembangan jaringan jalan lokal 21. pemeliharaan jaringan jalan seluruh
sekunder 1 dalam Perkotaan Jatibarang Daerah;
status Kabupaten; 22. pengembangan pemasangan rambu-
12. pengembangan jaringan jalan lokal rambu lalu lintas dan marka jalan;
sekunder 3 dalam Perkotaan Jatibarang 23. pembangunan jalan bebas hambatan
status Kabupaten; ruas Cikopo – Palimanan sepanjang
13. pengembangan jaringan jalan lokal kurang lebih 19 (sembilan belas)
sekunder 1 dalam Perkotaan Haurgeulis kilometer;
status Kabupaten; 24. pembangunan dan pemeliharaan
14. pengembangan jaringan jalan lokal jembatan;
sekunder 3 dalam Perkotaan Haurgeulis 25. pembangunan terminal penumpang tipe
status Kabupaten; B;
15. pengembangan jaringan jalan kolektor 26. penataan terminal penumpang tipe C;
primer 4 luar Perkotaan Indramayu 27. pembangunan terminal penumpang tipe
status Kabupaten; C;
16. pengembangan jaringan lokal primer 1 28. peningkatan kelaikan pengoperasian
luar Perkotaan Indramayu status kendaraan bermotor;
Kabupaten; 29. pengembangan jembatan timbang;
17. pengembangan jaringan lokal primer 2 30. pengembangan angkutan dalam
luar Perkotaan Indramayu status perkotaan;
Kabupaten; 31. pengembangan sistem transportasi
18. pengembangan jaringan kolektor massal;
sekunder 1 luar Perkotaan Indramayu 32. pengembangan rute dan jumlah armada
status Kabupaten; angkutan umum; dan
19. pembangunan jaringan jalan startegis 33. pengembangan angkutan umum
Kabupaten; pedesaan.
20. pembangunan dan peningkatan jalan b. perwujudan sistem jaringan perkeretaapian
lingkungan; dilakukan melalui pogram:
148 149
1. peningkatan jaringan rel yang ada; 7. penambahan gardu listrik pada desa-
2. pengembangan baru jalur rel; dan desa yang belum terlayani; dan
3. penataan dan peningkatan stasiun 8. pengembangan dan pemanfaatan
kereta api. sumber energi alternatif.
c. perwujudan sistem transportasi laut b. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
dilakukan melalui pogram: dilakukan melalui program :
1. penataan terminal khusus batubara 1. rehabilitasi jaringan telekomunikasi;
serta minyak dan gas bumi; dan 2. peningkatan cakupan layanan dan
2. pembangunan pelabuhan pengumpul. kualitas infrastruktur telekomunikasi;
(5) Perwujudan sistem jaringan prasarana 3. penataan menara telekomunikasi secara
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersama; dan
huruf b dilakukan melalui program: 4. pengembangan telepon nirkabel.
a. perwujudan sistem jaringan energi c. perwujudan sistem jaringan sumber daya
dilakukan melalui program: air dilakukan melalui program :
1. pengembangan pembangkit listrik 1. pengelolaan dan konservasi daerah
tenaga uap; aliran sungai (DAS);
2. pengoptimalan sumur-sumur minyak 2. pengelolaan alur Sungai Cimanuk
dan gas bumi; Lama;
3. rehabilitasi jaringan pipa minyak dan 3. pengendaliaan pemanfaatan air tanah;
gas bumi; 4. pengembangan jaringan irigasi;
4. peningkatan cakupan layanan dan 5. revitalisasi jaringan irigasi teknis;
kualitas infrastruktur energi dan 6. peningkatan jaringan irigasi setengah
kelistrikan; teknis menjadi teknis;
5. rehabilitasi jaringan transmisi tenaga 7. pemeliharaan jaringan irigasi;
listrik seluruh Daerah; 8. pemeliharaan dan penataan kawasan
6. pengembangan jaringan Saluran Udara sekitar situ;
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 (seratus 9. pembangunan longstrorage Sungai
lima puluh) kilovolt; Cipanas;
150 151
10. pemeliharaan waduk dan embung; 8. peningkatan kapasitas dan distribusi
11. peningkatan pelayanan dan pengelolaan pelayanan air minum perkotaan dengan
air minum; jaringan perpipaan;
12. normalisasi sungai; dan 9. pembangunan sistem pelayanan air
13. pembangunan dan rehabilitasi tanggul minum non-perpipaan;
kritis. 10. penetapan jalur evakuasi bencana; dan
d. perwujudan sistem jaringan prasarana 11. penyediaan ruang evakuasi bencana.
wilayah lainnya dilakukan melalui
program: Bagian Ketiga
1. peningkatan prasarana dan sarana Perwujudan Pola Ruang
persampahan; Pasal 46
2. peningkatan pengelolaan persampahan; Indikasi program perwujudan pola ruang
3. pembangunan Instalasi Pengolahan Air sebagaimana yang dimaksud pada pasal 44 ayat
Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan (2) huruf b terdiri atas:
Limbah Tinja (IPLT); a. perwujudan kawasan lindung; dan
4. pembangunan jamban umum dan b. perwujudan kawasan budidaya.
mandi cuci kakus (MCK) pada kawasan
permukiman;
5. pengembangan prasarana pengolahan Paragraf 1
limbah industri, limbah medis, limbah Perwujudan Kawasan Lindung
bahan berbahaya dan beracun (B3)
secara mandiri; Pasal 47
6. pembangunan dan pemeliharaan (1) Indikasi program perwujudan kawasan
saluran drainase; lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7. peningkatan kapasitas saluran 46 huruf a meliputi:
drainase; a. perwujudan kawasan hutan lindung;
152 153
b. perwujudan kawasan yang memberi c. pemantauan secara rutin untuk mencegah
perlindungan terhadap kawasan terjadinya penebangan liar dan kebakaran
bawahannya; hutan;
c. perwujudan kawasan perlindungan d. pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang
setempat; mampu memberikan perlindungan
d. perwujudan kawasan suaka alam, terhadap permukaan tanah dan mampu
pelestarian alam, dan cagar budaya; meresapkan air ke dalam tanah; dan
e. perwujudan kawasan rawan bencana alam; e. pembatasan pendirian bangunan yang
f. perwujudan kawasan lindung geologi; dan menutup tanah.
g. perwujudan kawasan lindung lainnya. (4) Perwujudan kawasan perlindungan setempat
(2) Perwujudan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui program:
dilakukan melalui program: a. pemulihan kawasan pesisir pantai Daerah
a. konservasi kawasan hutan lindung yang terhadap alih fungsi lahan;
rusak; b. penanaman vegetasi yang berkayu pada
b. pemantapan batas dan pematokan kawasan kawasan sempadan pantai;
hutan lindung; dan c. pengelolaan tanah timbul sebagai kawasan
c. pengembangan vegetasi untuk hutan lindung sempadan pantai;
lindung. d. perlindungan sekitar sungai terhadap alih
(3) Perwujudan kawasan yang memberi fungsi lindung;
perlindungan terhadap kawasan bawahannya e. perlindungan sekitar waduk dan situ
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terhadap kegiatan alih fungsi dan kegiatan
dilakukan melalui program: yang menyebabkan kerusakan kualitas
a. rehabilitasi lahan kritis di kawasan resapan sumber air;
air; f. membatasi penggunaan lahan secara
b. pembatasan pendirian bangunan baru; langsung untuk bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi waduk
dan situ;
154 155
g. penanaman tanaman perdu dan tanaman d. pembangunan barak –barak pengungsi dan
tegakan tinggi pada kawasan sekitar tempat penampungan sementara;
jaringan irigasi; e. perbaikan dan pembangunan jalur-jalur
h. peningkatan kawasan sekitar jaringan evakuasi;
irigasi; f. penanaman vegetasi yang berkayu dengan
i. penataan RTH perkotaan; dan tegakan tinggi;
j. perluasan RTH perkotaan. g. pemantauan hutan secara berkala;
(5) Perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian h. pengaturan bangunan dan daerah hijau;
alam, dan cagar budaya sebagaimana dan
dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan i. peningkatan distribusi air utama yang
melalui program: berasal dari sumber-sumber air terdekat.
a. pengembangan dan pelestarian kawasan (7) Perwujudan kawasan lindung geologi
suaka margasatwa yang berada di Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
Bulak Kecamatan Jatibarang; dilakukan melalui program:
b. pengelolaan kawasan konservasi laut a. identifikasi dan inventarisasi kawasan
daerah dan penataan fungsi Kawasan Pulau rawan bencana geologi;
Biawak; b. mitigasi bencana alam geologi;
c. pengembangan dan pelestarian 12 (dua c. penetapan kawasan lindung geologi; dan
belas) situs; dan d. pelestarian kawasan air tanah.
d. pengelolaan dan pengembangan mangrove (8) Perwujudan kawasan lindung lainnya
centre. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
(6) Perwujudan kawasan rawan bencana alam dilakukan melalui program:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e a. perlindungan dan pelestarian plasma-
dilakukan melalui program: nutfah; dan
a. penanaman tanaman lindung; b. perlindungan dan pelestarian terumbu
b. penataan drainase; karang.
c. peningkatan kawasan konservasi;
156 157
Paragraf 2 a. intensifikasi produksi hasil hutan;
Perwujudan Kawasan Budidaya b. intensifikasi dan ekstensifikasi hasil
Pasal 48 hutan non kayu;
c. penerapan konservasi tanah; dan
(1) Indikasi program perwujudan kawasan d. pemanfaatan tanah terlantar dan lahan
budidaya sebagaimana dimaksud dalam kritis yang mengacu pada ketentuan
Pasal 46 huruf b terdiri atas: peraturan perundang-undangan.
a. perwujudan kawasan peruntukan hutan
(3) Perwujudan kawasan peruntukan hutan
produksi;
rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. perwujudan kawasan peruntukan hutan
huruf b dilakukan melalui program:
rakyat;
a. inventarisasi kawasan hutan rakyat;
c. perwujudan kawasan peruntukan
b. pemanfaatan tanah terlantar dan lahan
pertanian;
kritis yang mengacu pada ketentuan
d. perwujudan kawasan peruntukan
peraturan perundang-undangan;
perikanan;
c. pengembangan pola tanam hutan rakyat;
e. perwujudan kawasan peruntukan
dan
pertambangan;
d. diversifikasi tanaman hutan.
f. perwujudan kawasan peruntukan
industri; (4) Perwujudan kawasan peruntukan pertanian
g. perwujudan kawasan peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
pariwisata; dilakukan melalui program:
h. perwujudan kawasan peruntukan a. revitalisasi dan peningkatan pertanian
permukiman; dan tanaman pangan;
i. perwujudan kawasan peruntukan b. peningkatan produktivitas tanaman
pertahanan dan keamanan negara. pangan;
c. intensifikasi dan ekstensifikasi
(2) Perwujudan kawasan peruntukan hutan
hortikultura;
produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan melalui program:
158 159
d. penetapan kawasan peruntukan d. eksplorasi potensi migas di pantai utara
perkebunan; Daerah.
e. peningkatan produktivitas tanaman (7) Perwujudan kawasan peruntukan industri
perkebunan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
f. peningkatan kualitas ternak; dan dilakukan melalui program:
g. diversifikasi jenis ternak dan hasilnya. a. penetapan sentra-sentra industri kecil-
(5) Perwujudan kawasan peruntukan perikanan menengah;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d b. pengembangan lembaga pemasaran;
dilakukan melalui program: c. penetapan kawasan industri;
a. pengembangan sarana prasarana d. pengawasan limbah industri; dan
pendukung perikanan; e. pengembangan kawasan peruntukan
b. pengembangan industri pengolahan hasil industri.
perikanan;
(8) Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata
c. intensifikasi produksi perikanan darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
dan laut;
dilakukan melalui program:
d. pembangunan dan peningkatan TPI; dan a. penyediaan infrastruktur pendukung
e. penataan KSK minapolitan. kegiatan wisata;
(6) Perwujudan kawasan peruntukan b. pengembangan pemasaran pariwisata;
pertambangan sebagaimana dimaksud pada c. pembinaan sadar wisata;
ayat (1) huruf e dilakukan melalui program: d. penataan obyek wisata alam;
a. penertiban kegiatan pertambangan sirtu e. penataan obyek wisata budaya; dan
dan pasir urug; f. penataan obyek wisata minat khusus.
b. penetapan kawasan peruntukan
(9) Perwujudan kawasan peruntukan
pertambangan;
permukiman sebagaimana dimaksud pada
c. eksploitasi migas di pantai utara Daerah;
ayat (1) huruf h meliputi:
dan
a. penataan kawasan peruntukan
permukiman;
160 161
b. pengendalian pertumbuhan p. pembangunan dan pengembangan sarana
pembangunan permukiman; dan prasarana pendidikan;
c. penataan dan rehabilitasi kawasan q. pembangunan dan pengembangan sarana
permukiman; dan prasarana peribadatan;
d. peningkatan sanitasi lingkungan r. pengembangan pemakaman umum
permukiman; sebagai ruang terbuka hijau;
e. penataan permukiman kumuh perkotaan; s. penataan permukiman kumuh perdesaan;
f. pembangunan Rumah Sakit Tipe B dan t. pembangunan dan pengembangan taman
Rumah Sakit Tipe C; bermain;
g. pembangunan dan pengembangan u. pengembangan sarana dan prasarana
Puskesmas; permukiman; dan
h. pembangunan dan pengembangan v. pembangunan perumahan penunjang
Puskesmas Pembantu; kawasan industri.
i. pembangunan pusat kebudayaan; (10) Perwujudan kawasan peruntukan
j. pembangunan dan pengembangan pertahanan dan keamanan negara
kawasan olahraga terpadu dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i
olahraga; dilakukan melalui program penetapan
k. pembangunan dan pengembangan sarana kawasan pertahanan dan keamanan negara.
dan prasarana lapangan olahraga;
l. pembangunan dan pengembangan Pasar
Bagian Keempat
Induk Beras Regional;
Perwujudan Kawasan Strategis
m. pengembangan kegiatan perdagangan dan
jasa; Pasal 49
n. pengembangan kegiatan perdagangan (1) Indikasi program perwujudan kawasan
modern; strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
o. pembangunan dan pengembangan pasar 44 ayat (2) huruf c terdiri atas:
lingkungan; a. pengembangan kawasan strategis provinsi;
dan
162 163
b. pengembangan kawasan strategis a. pengembangan perkotaan Indramayu
kabupaten. sebagai KSK Prajapolitan;
(2) Pengembangan kawasan strategis provinsi b. pengembangan perkotaan Sukra sebagai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a KSK Minapolitan Ujunggebang;
meliputi: c. pengembangan perkotaan Kandanghaur
a. pengembangan kawasan strategis dari sebagai KSK Minapolitan Eretan;
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi d. pengembangan perkotaan Juntinyuat
berupa KSP Kilang Minyak Balongan; sebagai KSK Minapolitan Dadap;
b. pengembangan kawasan strategis dari e. pengembangan perkotaan Cantigi sebagai
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi KSK Minapolitan Cemara;
berupa KSP pertanian berlahan basah dan f. pengembangan perkotaan Indramayu
beririgasi teknis Pantura Jawa Barat; dan sebagai KSK Minapolitan Karangsong;
c. pengembangan kawasan strategis dari g. pengembangan perkotaan Widasari sebagai
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung KSK Agropolitan Widasari;
lingkungan hidup berupa Pesisir Pantura. h. pengembangan perkotaan Tukdana sebagai
KSK Agropolitan Kerticala; dan
(3) Pengembangan kawasan strategis kabupaten
i. pengembangan perkotaan Haurgeulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
sebagai KSK Agropolitan Cipancuh.
meliputi:
a. perwujudan kawasan strategis dari sudut (5) Perwujudan kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan kepentingan fungsi dan daya dukung
b. perwujudan kawasan strategis dari sudut lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
kepentingan fungsi dan daya dukung pada ayat (3) huruf c dilakukan melalui
lingkungan hidup. program:
a. pengembangan perkotaan Gantar sebagai
(4) Perwujudan kawasan strategis dari sudut
KSK Wanapolitan Sanca; dan
kepentingan pertumbuhan ekonomi
b. pengembangan perkotaan Terisi sebagai
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
KSK Wanapolitan Cikawung.
dilakukan melalui program:
164 165
BAB VIII b. ketentuan umum peraturan zonasi pola
KETENTUAN PENGENDALIAN ruang; dan
PEMANFAATAN RUANG c. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan strategis.
Bagian Kesatu
(2) Ketentuan peraturan zonasi sebagaimana
Umum
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Pasal 50 Lampiran VIII dan merupakan bagian tidak
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi; Paragraf 1
b. ketentuan perizinan; Ketentuan Umum Peraturan
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan Zonasi Struktur Ruang
d. arahan pengenaan sanksi. Pasal 52
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam
Daerah dalam menerbitkan perizinan. Pasal 51 ayat (1) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
perkotaan;
Bagian Kedua
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
perdesaan;
Pasal 51 c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar jaringan jalan;
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat sekitar jaringan perkeretaapian;
(1) huruf a meliputi: e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur sekitar jaringan transportasi laut;
ruang;
166 167
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan c. tidak diperbolehkan melakukan pemanfaatan
sekitar jaringan energi; ruang yang dapat menyebabkan gangguan
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan terhadap berfungsinya sistem perkotaan.
sekitar jaringan telekomunikasi;
h. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Pasal 54
sekitar jaringan sumber daya air;
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
sekitar jaringan persampahan; perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
j. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan 52 huruf b dengan ketentuan:
sekitar jaringan air limbah; a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
k. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan disekitar jaringan prasarana untuk
sekitar jaringan drainase; mendukung berfungsinya sistem perdesaan;
l. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan b. diperbolehkan melakukan peningkatan
sekitar jaringan air minum perkotaan; dan kegiatan perdesaan dengan didukung fasilitas
m. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan dan infrastruktur;
sekitar jalur dan ruang evakuasi bencana. c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang
agar tidak mengganggu fungsi sistem
Pasal 53 perdesaan; dan
d. tidak diperbolehkan melakukan pemanfaatan
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 berfungsinya sistem perdesaan.
huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
Pasal 55
di sekitar jaringan prasarana yang mendukung
berfungsinya sistem perkotaan; Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang sekitar jaringan jalan sebagaimana dimaksud
dengan intensitas tinggi agar tidak dalam Pasal 52 huruf c dengan ketentuan:
mengganggu fungsi sistem perkotaan; dan a. diperbolehkan penyediaan jalur pejalan kaki;
168 169
b. diperbolehkan bersyarat melakukan a. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di
pengembangan prasarana pelengkap jalan sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dengan
sesuai dengan kondisi dan kelas jalan; intensitas menengah hingga tinggi;
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di b. diperbolehkan bersyarat menempatkan
sepanjang garis sempadan jalan yang tingkat fasilitas operasi kereta api serta bangunan
intensitas pengembangan ruangnya menengah pelengkap lainnya pada ruang manfaat jalur
hingga tinggi; kereta api;
d. diperbolehkan bersyarat pengembangan c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang
kawasan budidaya dengan memperhatikan yang peka terhadap dampak lingkungan akibat
ruang milik jalan, ruang manfaat jalan, dan lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta
ruang pengawasan jalan maupun garis api;
sempadan jalan; d. diperbolehkan bersyarat perlintasan sebidang
e. diperbolehkan bersyarat pergerakan lokal pada antara jaringan jalur kereta api dan jalan; dan
jaringan jalan arteri primer dan kolektor e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang
primer dengan adanya pemisahan antara jalur pengawasan jalur kereta api yang dapat
cepat dan lambat; mengganggu kepentingan operasi dan
f. tidak diperbolehkan akses langsung dari keselamatan transportasi perkeretaapian.
bangunan ke jalan; dan
g. tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi Pasal 57
lahan yang berfungsi lindung di sepanjang
garis sempadan jalan. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf e dengan
Pasal 56 ketentuan:
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
sekitar jaringan perkeretaapian sebagaimana kebutuhan operasional pelabuhan laut;
dimaksud dalam Pasal 52 huruf d dengan
ketentuan:
170 171
b. diperbolehkan pemanfaatan ruang di sekitar a. diperbolehkan jaringan melintasi tanah milik
pelabuhan laut sesuai dengan kebutuhan dan/atau dikuasai pemerintah;
pengembangan pelabuhan laut berdasarkan b. diperbolehkan bersyarat kegiatan
ketentuan peraturan perundang-undangan; pembangunan menara telekomunikasi
dan bersama; dan
c. diperbolehkan bersyarat pembangunan yang c. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di
digunakan untuk transportasi laut. sekitar menara telekomunikasi dalam radius
bahaya keamanan dan keselamatan.
Pasal 58

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Pasal 60


sekitar jaringan energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 huruf f dengan ketentuan: Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. diperbolehkan jaringan melintasi tanah milik sekitar jaringan sumber daya air sebagaimana
dan/atau dikuasai pemerintah; dimaksud dalam Pasal 52 huruf h dengan
ketentuan:
b. tidak diperbolehkan melakukan pemanfaatan
ruang di sekitar pembangkit listrik yang tidak a. diperbolehkan kegiatan pertanian dengan
memperhitungkan jarak aman dari kegiatan syarat tidak merusak tatanan lingkungan dan
lain; dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas
maupun kuantitas air;
c. tidak diperbolehkan melakukan pemanfaatan
ruang bebas di sepanjang jalur transmisi. b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di
sekitar wilayah sungai, waduk dan situ agar
tetap dapat dijaga kelestarian lingkungan dan
Pasal 59 fungsi lindung kawasan;
c. tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
ruang dan kegiatan di sekitar sumber daya air
sekitar jaringan telekomunikasi sebagaimana
yang dapat mengganggu kualitas sumber daya
dimaksud dalam Pasal 52 huruf g dengan
air;
ketentuan:
172 173
d. tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan c. diperbolehkan bersyarat kegiatan daur ulang
ruang dan kegiatan di sekitar daerah irigasi sampah sepanjang tidak merusak lingkungan
yang dapat mengganggu kualitas sumber daya dan bentang alam maupun perairan setempat;
air; d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan
e. tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan kegiatan di sekitar wilayah pengelolaan
ruang dan kegiatan di sekitar waduk dan persampahan; dan
bendungan yang dapat mengganggu kualitas e. tidak diperbolehkan lokasi TPA berdekatan
sumber daya air; dan dengan kawasan permukiman.
f. tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan
ruang dan kegiatan di sekitar sistem Pasal 62
pengendali banjir.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar jaringan air limbah sebagaimana
Pasal 61 dimaksud dalam Pasal 52 huruf j dengan
ketentuan:
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar jaringan persampahan sebagaimana a. diperbolehkan mendirikan bangunan
dimaksud dalam Pasal 52 huruf i dengan pendukung jaringan pengolahan limbah;
ketentuan: b. diperbolehkan untuk kegiatan industri dengan
a. diperbolehkan mendirikan bangunan syarat menyiapkan prasarana pengelolaan
mendukung jaringan persampahan; limbah tersendiri;
b. diperbolehkan mendirikan bangunan c. diperbolehkan penyediaan prasarana
penunjang pengolahan sampah berupa kantor penunjang pengelolaan limbah;
pengelola, gudang atau garasi kendaraan d. tidak diperbolehkan pembuangan limbah
pengangkut dan alat-alat berat, pos industri ke badan sungai; dan
keamanan, bangunan TPS dan tempat mesin e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan
pengolah sampah; kegiatan di sekitar pengelolaan limbah.
174 175
a. diperbolehkan kegiatan pertanian sepanjang
Pasal 63 tidak merusak tatanan lingkungan dan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan bentang alam;
sekitar jaringan drainase sebagaimana dimaksud b. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan
dalam Pasal 52 huruf k dengan ketentuan: kegiatan di sekitar sumber air minum; dan
a. diperbolehkan mendirikan bangunan c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di
mendukung jaringan drainase; sekitar sumber air minum dengan tidak
b. diperbolehkan bersyarat pengembangan merubah fungsi utama.
kegiatan perkotaan dengan didukung jaringan
drainase;
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di Pasal 65
sekitar prasarana jaringan drainase dengan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
tidak merubah fungsi utama; sekitar jalur dan ruang evakuasi bencana
d. diperbolehkan bersyarat membangun jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf m
drainase dengan sistem tertutup pada kegiatan dengan ketentuan:
perkotaan dengan tidak merubah fungsi a. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di
utama; dan sekitar ruang terbuka dengan tidak merubah
e. tidak diperbolehkan memanfaatkan saluran fungsi utama;
drainase sebagai tempat pembuangan sampah, b. diperbolehkan bersyarat keberadaan ruang
air limbah atau material padat lainnya. terbuka sepanjang tidak merusak tatanan
lingkungan dan bentang alam yang akan
mengganggu kualitas lingkungan; dan
Pasal 64 c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan kegiatan di ruang terbuka.
sekitar jaringan air minum perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf l
dengan ketentuan:
176 177
Paragraf 2 g. ketentuan umum peraturan zonasi
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pasal 66 perkotaan;
h. ketentuan umum peraturan zonasi
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang kawasan suaka margasatwa;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat
i. ketentuan umum peraturan zonasi
(1) huruf b meliputi:
kawasan cagar budaya dan ilmu
a. ketentuan umum peraturan zonasi
pengetahuan;
kawasan lindung; dan
j. ketentuan umum peraturan zonasi
b. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan rawan gelombang pasang;
kawasan budidaya.
k. ketentuan umum peraturan zonasi
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
kawasan rawan banjir;
lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
l. ketentuan umum peraturan zonasi
huruf a meliputi:
kawasan rawan abrasi;
a. ketentuan umum peraturan zonasi
m. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan hutan lindung;
kawasan yang memberikan perlindungan
b. ketentuan umum peraturan zonasi
terhadap air tanah;
kawasan resapan air;
n. ketentuan umum peraturan zonasi
c. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan perlindungan plasma-nutfah; dan
sempadan pantai;
o. ketentuan umum peraturan zonasi
d. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan terumbu karang.
kawasan sekitar sungai;
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
e. ketentuan umum peraturan zonasi
budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kawasan sekitar waduk dan situ;
huruf b meliputi:
f. ketentuan umum peraturan zonasi
a. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan sekitar jaringan irigasi;
kawasan peruntukan hutan produksi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan peruntukan hutan rakyat;
178 179
c. ketentuan umum peraturan zonasi a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
kawasan peruntukan tanaman pangan; untuk wisata alam tanpa mengubah bentang
d. ketentuan umum peraturan zonasi alam;
kawasan peruntukan hortikultura; b. diperbolehkan bersyarat pembangunan non
e. ketentuan umum peraturan zonasi kehutanan diluar pertambangan terbuka; dan
kawasan peruntukan perkebunan; c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
f. ketentuan umum peraturan zonasi berpotensi mengurangi luas kawasan hutan
kawasan peruntukan peternakan; dan tutupan vegetasi.
g. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan peruntukan perikanan; Pasal 68
h. ketentuan umum peraturan zonasi
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
kawasan peruntukan pertambangan;
resapan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
i. ketentuan umum peraturan zonasi
66 ayat (2) huruf b dengan ketentuan:
kawasan peruntukan industri;
a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
j. ketentuan umum peraturan zonasi
yang tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan peruntukan pariwisata;
kawasan;
k. ketentuan umum peraturan zonasi
b. diperbolehkan melakukan kegiatan pertanian
kawasan peruntukan permukiman; dan
tanaman semusim atau tahunan yang disertai
l. ketentuan umum peraturan zonasi
tindakan konservasi dan agrowisata;
kawasan pertahanan dan keamanan
c. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
negara.
untuk RTH;
d. diperbolehkan pembangunan sumur resapan
Pasal 67
pada lahan terbangun;
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan e. diperbolehkan bersyarat kegiatan pemanfaatan
hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam ruang untuk kegiatan budidaya terbangun
Pasal 66 ayat (2) huruf a dengan ketentuan: penunjang kawasan;
180 181
f. diperbolehkan bersyarat mendirikan bangunan d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang
yang menunjang fungsi kawasan dan atau bagi kegiatan rekreasi, wisata bahari, dan
bangunan merupakan bagian dari suatu ekowisata dengan tidak mendirikan bangunan
jaringan atau transmisi bagi kepentingan permanen;
umum; e. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang
g. tidak diperbolehkan melakukan pengambilan untuk hutan rakyat;
air tanah pada semua kedalaman kecuali f. tidak diperbolehkan membuang secara
untuk keperluan air minum rumah tangga langsung limbah padat, limbah cair, limbah
penduduk setempat; gas dan limbah B3; dan
h. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang g. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat
dapat mengurangi daya serap tanah terhadap menurunkan fungsi ekologis dan estetika
air; dan kawasan dengan mengubah dan/atau
i. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan merusak bentang alam, kelestarian fungsi
budidaya yang bersifat menutupi infiltrasi air pantai dan akses terhadap kawasan sempadan
ke dalam tanah. pantai.

Pasal 70
Pasal 69
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar sungai sebagaimana dimaksud dalam
sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (2) huruf d dengan ketentuan:
Pasal 66 ayat (2) huruf c dengan ketentuan:
a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk RTH,
untuk RTH;
pertahanan dan keamanan, dan perhubungan;
b. diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat
b. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
memperkuat fungsi perlindungan sempadan
kepentingan adat dan kearifan lokal;
sungai;
c. diperbolehkannya pengembangan struktur
alami dan struktur buatan untuk mencegah
abrasi, akresi dan intrusi air laut;
182 183
c. diperbolehkan bersyarat mendirikan bangunan 5. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
yang menunjang fungsi sempadan sungai budidaya termasuk mendirikan bangunan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian kecuali bangunan yang diperlukan untuk
dari suatu jaringan atau transmisi bagi menunjang fungsi waduk dan/atau
kepentingan umum; bangunan yang merupakan bagian dari
d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang suatu jaringan atau transmisi bagi
untuk hutan rakyat; dan kepentingan umum.
e. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang b. ketentuan umum peraturan zonasi pada
secara sengaja dan jelas menghambat arah kawasan sekitar situ meliputi:
dan intensitas aliran air. 1. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
RTH sekitar situ;
Pasal 71 2. diperbolehkan bersyarat melakukan
kegiatan budidaya perikanan air tawar;
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan
sekitar waduk dan situ sebagaimana dimaksud
ruang untuk hutan rakyat;
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf e dengan
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
ketentuan:
yang merusak daerah tangkapan air situ;
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada
5. tidak diperbolehkan mendirikan bagunan
kawasan sekitar waduk meliputi:
permanen untuk hunian dan tempat usaha;
1. diperbolehkan melakukan pemanfaatan
6. tidak diperbolehkan membuang secara
ruang untuk RTH;
langsung limbah padat, limbah cair, limbah
2. diperbolehkan bersyarat melakukan
gas dan limbah B3; dan
kegiatan budidaya perikanan air tawar;
7. tidak diperbolehkan kegiatan pemanfaatan
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan
ruang yang dapat mengganggu kelestarian
ruang untuk hutan rakyat;
sumberdaya air, keseimbangan fungsi
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
lindung, serta kelestarian flora dan fauna.
yang dapat merusak kualitas waduk,
kondisi fisik tepi dan dasar waduk; dan
184 185
Pasal 72 Pasal 74
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Ketentuan zonasi kawasan suaka margasatwa
sekitar jaringan irigasi sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf f dengan ketentuan: huruf h dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan a. diperbolehkan pemanfaatan kawasan suaka
mendukung jaringan irigasi; alam dan suaka margasatwa, sebagai fungsi
b. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang ekologis, sosial, estetika dan edukasi;
untuk RTH; dan b. diperbolehkan kegiatan yang menunjang
c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum disekitar
secara sengaja dan jelas menghambat arah kawasan suaka alam dan suaka margasatwa
dan intensitas aliran air. dengan syarat mengikuti pengaturan pendirian
bangunan; dan
Pasal 73 c. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengubah
dan/atau merusak kawasan suaka alam dan
Ketentuan umum peraturan zonasi RTH suaka margasatwa.
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (2) huruf g dengan ketentuan:
a. diperbolehkan melakukan kegiatan perkotaan Pasal 75
berupa kegiatan rekreasi dan olahraga alam; Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
b. diperbolehkan bersyarat melakukan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
pengembangan jenis tanaman semusim; dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
c. tidak diperbolehkan melakukan penebangan huruf i dengan ketentuan:
pohon tanpa seizin instansi atau pejabat yang a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
berwenang. pendidikan, penelitian, dan pariwisata;
b. tidak diperbolehkan kegiatan dan pendirian
bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan;
186 187
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat Pasal 77
merusak kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan; Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal
mengubah bentukan geologi tertentu yang 66 ayat (2) huruf k dengan ketentuan:
mempunyai manfaat untuk pengembangan a. diperbolehkan pembuatan sumur resapan;
ilmu pengetahuan; b. diperbolehkan penetapan jalur evakuasi dari
e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang permukiman penduduk;
mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar c. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan untuk kepentingan pemantauan ancaman
f. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat bencana dan kepentingan umum;
mengganggu upaya pelestarian budaya d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan dataran
masyarakat setempat. banjir bagi ruang terbuka hijau dan
pembangunan fasilitas umum dengan
kepadatan rendah; dan
Pasal 76 e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang bagi
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan kegiatan permukiman dan fasilitas umum
rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud penting lainnya.
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf j dengan ketentuan:
a. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang Pasal 78
dengan mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana; dan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
b. diperbolehkan pendirian bangunan untuk rawan abrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kepentingan pemantauan ancaman bencana 66 ayat (2) huruf l dengan ketentuan:
dan kepentingan umum. a. diperbolehkan untuk kegiatan ruang terbuka
hijau;
b. diperbolehkan penyediaan jalur evakuasi;
188 189
c. diperbolehkan bersyarat pengembangan a. tidak diperbolehkan kegiatan dan pendirian
kegiatan budidaya dengan syarat konstruksi bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
yang sesuai; dan kawasan;
d. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan b. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
untuk kepentingan pemantauan ancaman dapat mengganggu fungsi kawasan dalam
bencana dan kepentingan umum. melindungi plasma dan/atau genetik di
kawasan perlindungan plasma nutfah; dan
Pasal 79 c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang dapat mengganggu arsitektur bentang alam.
memberikan perlindungan terhadap air tanah
Pasal 81
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
huruf m dengan ketentuan: Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. diperbolehkan bersyarat dikembangkan perlindungan terumbu karang sebagaimana
menjadi kawasan budidaya dengan dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf o dengan
memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan ketentuan:
fungsi kawasan imbuhan air; a. tidak diperbolehkan kegiatan dan pendirian
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan air bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
tanah dengan memperhatikan besarnya kawasan;
cadangan air tanah serta kelestarian b. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
lingkungan hidup kawasan sekitarnya; dan dapat mengganggu fungsi kawasan dalam
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat melindungi terumbu karang; dan
menimbulkan pencemaran. c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
dapat mengganggu arsitektur bentang alam.
Pasal 80
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan plasma-nutfah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf n dengan
ketentuan:
190 191
Pasal 82 e. tidak diperbolehkan pengembangan budidaya
lainnya yang mengurangi luas hutan.
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf a dengan Pasal 84
ketentuan: Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. diperbolehkan bersyarat kegiatan pemanfaatan peruntukan tanaman pangan sebagaimana
hasil hutan; dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf c dengan
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan pendirian ketentuan:
bangunan untuk menunjang kegiatan a. diperbolehkan melakukan pembuatan
pemanfaatan hasil hutan; dan pematang, teras, dan saluran drainase;
c. diperbolehkan alih fungsi hutan produksi. b. diperbolehkan melakukan pola tanam
monokultur, tumpangsari, dan campuran
Pasal 83 tumpang gilir;
c. tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan
peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud pertanian pangan berkelanjutan;
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf b dengan
d. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
ketentuan:
dapat merusak kelestarian sumber air untuk
a. diperbolehkan pengembangan hutan secara kepentingan irigasi; dan
berkelanjutan;
e. diperbolehkan pembangunan sistem jaringan
b. diperbolehkan melakukan penghijauan dan prasarana wilayah kabupaten untuk
rehabilitasi hutan; kepentingan umum.
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan hasil
hutan;
d. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan
hanya untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan; dan
192 193
Pasal 85 b. diperbolehkan permukiman perdesaan bagi
penduduk yang bekerja disektor perkebunan;
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
c. tidak diperbolehkan penanaman jenis
kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana
tanaman perkebunan bersifat menyerap air;
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf d dengan
d. tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman
ketentuan:
perkebunan bagi kawasan perkebunan besar
a. diperbolehkan melakukan pola tanam
yang tidak sesuai dengan perizinan;
monokultur, tumpangsari, dan tumpang gilir;
e. diperbolehkan bangunan pendukung kegiatan
b. diperbolehkan melakukan tindakan konservasi
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah;
berkaitan dengan vegetatif dan sipil teknis,
dan
yaitu pembuatan pematang, terasering, dan
f. diperbolehkan alih fungsi kawasan
saluran drainase;
peruntukan perkebunan menjadi fungsi
c. diperbolehkan bersyarat konversi lahan sawah
lainnya.
beririgasi non teknis untuk keperluan
infrastruktur strategis; dan
d. tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi Pasal 87
lahan sawah beririgasi teknis yang telah Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud
berkelanjutan, kecuali untuk pembangunan dalam Pasal 66 ayat (3) huruf f dengan ketentuan:
sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten. a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
Pasal 86 untuk permukiman di sekitar kawasan;
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan b. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah
peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dan bangunan pendukung kegiatan
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf e dengan peternakan;
ketentuan: c. tidak diperbolehkan pengembangan kawasan
a. diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya peternakan yang dibebani fungsi pariwisata
peternakan, perikanan, permukiman, dan merusak fungsi pariwisata; dan
kegiatan pariwisata;
194 195
d. tidak diperbolehkan mengakibatkan Pasal 89
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan pertambangan sebagaimana
Pasal 88 dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf h dengan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ketentuan:
peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud a. diperbolehkan pengembangan kawasan
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf g dengan permukiman pendukung kegiatan
ketentuan: pertambangan;
a. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah b. diperbolehkan bersyarat percampuran
dan bangunan pendukung kegiatan perikanan; kegiatan pertambangan dengan fungsi
b. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang kawasan lain sejauh mendukung atau tidak
untuk pembudidayaan ikan air tawar dan merubah fungsi utama kawasan;
jaring apung; c. diperbolehkan bersyarat penambangan pasir
c. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang atau sirtu di dalam badan sungai hanya pada
untuk permukiman di sekitar kawasan; ruas-ruas tertentu yang dianggap tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap
d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan sumber
lingkungan;
daya perikanan tidak boleh melebihi potensi
lestari; d. diperbolehkan bersyarat pengeboran
eksplorasi dan/atau eksploitasi minyak dan
e. diperbolehkan bersyarat kegiatan perikanan
gas bumi pada kawasan lindung atau lahan
tangkap dan budidaya perikanan dengan
pertanian pangan berkelanjutan;
memperhatikan kelestarian lingkungan;
e. tidak diperbolehkan kegiatan penambangan di
f. tidak diperbolehkan pengembangan kawasan
luar kawasan pertambangan;
perikanan yang dibebani fungsi wisata
merusak fungsi pariwisata; dan f. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
penambangan yang dapat menimbulkan
g. tidak diperbolehkan kegiatan yang
kerusakan lingkungan;
mengakibatkan pencemaran air dan
kerusakan lingkungan lainnya. g. tidak diperbolehkan penambangan di dalam
kawasan lindung;
196 197
h. tidak diperbolehkan kegiatan penambangan e. tidak diperbolehkan kegiatan yang
terbuka di dalam kawasan lindung; memberikan dampak merusak dan
i. tidak diperbolehkan kegiatan penambangan di menurunkan kualitas lingkungan;
kawasan rawan bencana dengan tingkat f. diperbolehkan bersyarat kegiatan industri
kerentanan tinggi; dan dengan memiliki sistem pengolahan limbah
j. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pada dan/atau limbah B3;
kawasan perkotaan. g. diperbolehkan bersyarat kegiatan industri
pada lokasi yang berdekatan dengan memiliki
pengelolaan limbah terpadu;
Pasal 90
h. diperbolehkan bersyarat pengembangan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan kawasan peruntukan industri pada sepanjang
peruntukan industri sebagaimana dimaksud jalan arteri atau kolektor dengan dilengkapi
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf i dengan ketentuan: jalan frontage road; dan
a. diperbolehkan pembangunan perumahan i. diperbolehkan pembangunan dan
baru sekitar kawasan peruntukan industri pengembangan industri baru pada kawasan
dengan syarat tidak mengganggu fungsi industri.
utama dan hanya untuk perumahan
karyawan industri;
Pasal 91
b. diperbolehkan melakukan pengelolaan sesuai
dengan manajemen kawasan peruntukan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
industri dan memperhatikan dampak peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
lingkungan; dalam Pasal 66 ayat (3) huruf j dengan ketentuan:
c. diperbolehkan melakukan pengembangan a. diperbolehkan pemanfaatan kawasan fungsi
kegiatan industri yang ditunjang ketersediaan lindung untuk kegiatan wisata;
sarana dan prasarana pendukungnya; b. diperbolehkan kegiatan penelitian dan
d. diperbolehkan kegiatan industri yang tidak pendidikan;
mengakibatkan kerusakan atau alih fungsi c. diperbolehkan pemanfaatan lahan-lahan tidur
kawasan lindung; untuk kegiatan pariwisata;
198 199
d. diperbolehkan melakukan kegiatan yang tidak c. diperbolehkan adanya kegiatan industri skala
mengubah dan mengganggu bentuk arsitektur rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi
setempat, bentang alam, dan pandangan lainnya dengan skala pelayanan lingkungan;
visual; d. diperbolehkan bersyarat pembangunan
e. diperbolehkan melakukan pengembangan pemukiman dengan menyediakan kelengkapan
wisata alam dan wisata minat khusus yang keselamatan bangunan dan lingkungan;
tidak mengganggu fungsi kawasan lindung; e. diperbolehkan bersyarat pembangunan
f. diperbolehkan melakukan pemanfaatan pemukiman dengan menetapkan jenis dan
potensi alam dan budaya masyarakat; syarat penggunaan bangunan;
g. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan f. diperbolehkan bersyarat pembangunan
hotel dan fasilitas penunjang pariwisata pemukiman dengan menyediakan drainase,
dengan menerapkan kearifan lokal; dan sumur resapan, dan penampungan air hujan;
h. diperbolehkan bersyarat pembangunan g. diperbolehkan bersyarat pembangunan
sarana dan prasarana penunjang wisata pemukiman dengan menyediakan fasilitas
dengan tidak mengganggu fungsi kawasan parkir;
lindung. h. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan air
tanah dalam dan/atau sumur bor;
Pasal 92 i. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu
fungsi permukiman dan kelangsungan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
kehidupan sosial masyarakat; dan
peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf k dengan j. tidak diperbolehkan mengembangkan
ketentuan: permukiman terutama pada tikungan sungai,
dan alur sungai kering di kawasan rawan
a. diperbolehkan pengambilan air baku dari air
longsor dengan tingkat kerawanan tinggi.
permukaan;
b. diperbolehkan melakukan menyediakan
sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana
perdagangan dan niaga, kebutuhan sarana
ruang terbuka, taman dan lapangan olahraga;
200 201
Pasal 93 b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan daya dukung lingkungan hidup.
pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf l dengan
ketentuan: Pasal 95
a. diperbolehkan penetapan kawasan pertahanan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
dan keamanan negara; strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan budidaya di ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan huruf a dengan ketentuan:
negara dengan tidak mengganggu fungsi a. diperbolehkan pengembangan sarana dan
utama; dan prasarana penunjang guna menimbulkan
c. diperbolehkan penyediaan infrastruktur minat investasi;
pendukung kawasan pertahanan dan b. diperbolehkan perubahan fungsi ruang
keamanan negara. minimal melalui arahan bangunan vertikal
sesuai kondisi kawasan;
Paragraf 3 c. diperbolekan penyediaan ruang terbuka hijau;
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan d. diperbolehkan bersyarat perubahan atau
Strategis penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang
terbuka di kawasan ini; dan
Pasal 94
e. tidak diperbolehkan perubahan fungsi dasar.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
strategis sebagaimana dimaksud pada Pasal 51 Pasal 96
ayat (1) huruf c meliputi:
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
dukung lingkungan hidup sebagaimana
ekonomi; dan
dimaksud dalam Pasal 94 huruf b dengan
ketentuan:
202 203
a. diperbolehkan kegiatan rehabilitasi lahan pada d. pemanfaatan yang optimal atas tanah
kerusakan lingkungan; terlantar dan lahan kritis dengan mengacu
b. diperbolehkan pembuatan sumur resapan pada ketentuan peraturan perundang-
pada kawasan dengan kemampuan tanah undangan.
meresapkan air; dan (3) Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada
c. diperbolehkan penambahan bangunan calon pengguna ruang yang akan melakukan
penunjang kepentingan pariwisata. kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu
kawasan berdasarkan rencana tata ruang.
Bagian Ketiga
(4) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang di
Ketentuan Perizinan
Daerah meliputi:
Pasal 97 a. izin lingkungan;
b. izin perencanaan dan pembangunan; dan
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud c. izin kegiatan.
dalam Pasal 50 ayat (1) huruf b merupakan
acuan bagi pejabat yang berwenang dalam (5) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada
pemberian izin pemanfaatan ruang ayat (4) huruf a meliputi:
berdasarkan rencana struktur dan pola a. izin Gangguan atau Hinder Ordonasi (HO);
ruang yang ditetapkan dalam Peraturan dan
Daerah ini. b. izin persetujuan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk: Lingkungan (UPL), dan Analisis Mengenai
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai Dampak Lingkungan (AMDAL).
dengan rencana tata ruang, peraturan
zonasi, dan standar pelayanan minimal (6) Izin perencanaan dan pembangunan
bidang penataan ruang; sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan b meliputi:
ruang; a. izin prinsip;
c. melindungi kepentingan umum dan b. izin peruntukan penggunaan lahan;
masyarakat luas; dan c. izin lokasi; dan
204 205
d. izin mendirikan bangunan (IMB).
(11) Izin kegiatan sebagaimana dimaksud pada
(7) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c meliputi:
ayat (6) huruf a dipakai sebagai kelengkapan a. izin usaha kawasan industri;
persyaratan teknis permohonan izin b. izin Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP);
peruntukan penggunaan lahan, izin lokasi, dan
dan izin mendirikan bangunan. c. izin keramaian.
(8) Izin peruntukan penggunaan lahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b Pasal 98
dengan ketentuan lokasi yang diajukan Izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan
kurang dari 1 (satu) hektar meliputi: pemanfaatan sumber daya alam diatur dengan
a. industri rumah tangga; peraturan bupati sesuai dengan ketentuan
b. perkantoran; peraturan perundang-undangan.
c. perdagangan dan jasa; dan
d. pariwisata buatan.
Pasal 99
(9) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana
(6) huruf c dengan ketentuan lokasi yang
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (1) disertai dengan
diajukan sama atau lebih dari 1 (satu) hektar
persyaratan teknis dan persyaratan administratif
meliputi:
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
a. kawasan industri;
undangan.
b. industri besar;
c. industri sedang;
d. perkantoran; dan Pasal 100
e. perdagangan dan jasa.
(1) Pemberian izin diberikan oleh pejabat yang
(10) Izin mendirikan bangunan (IMB) berwenang dengan mengacu pada rencana tata
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d ruang dan/atau peraturan zonasi.
diberikan berdasarkan rencana detail tata
ruang.
206 207
(2) Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi (3) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud
dengan memperhatikan kewenangan dan pada ayat (1) berupa insentif dari pemerintah
kepentingan berbagai instansi terkait. kabupaten kepada masyarakat umum meliputi:
a. pemberian kompensasi;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur
pemberian izin pemanfaatan ruang diatur b. pengurangan retribusi;
dengan peraturan Bupati. c. imbalan;
d. sewa ruang dan urun saham;
e. penyediaan prasarana dan sarana;
Bagian Keempat
f. penghargaan; dan
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif
g. kemudahan perizinan.
Pasal 101
(4) Ketentuan insentif dilengkapi besaran dan
(1) Ketentuan pemberian insentif sebagaimana jenis kompensasi yang dapat diberikan.
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf c
mengatur pemberian imbalan terhadap (5) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
kegiatan yang didorong dalam rencana tata dalam peraturan daerah.
ruang.
Pasal 102
(2) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa insentif dari pemerintah (1) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana
kabupaten kepada pemerintah desa meliputi: dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf c
a. pemberian kompensasi; mengatur bentuk pengenaan kompensasi
b. subsidi silang; dalam pemanfaatan ruang.
c. penyediaan sarana dan prasarana; dan (2) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud
d. publisitas atau promosi daerah pada ayat (1) berupa disinsentif dari
pemerintah kabupaten kepada pemerintah
desa meliputi:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan
208 209
b. pembatasan penyediaan sarana dan (2) Arahan pengenaan sanksi mengatur sanksi
prasarana. administratif kepada pelanggar pemanfaatan
(3) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud ruang meliputi:
pada ayat (1) berupa disinsentif dari a. melanggar ketentuan arahan peraturan
pemerintah kabupaten kepada masyarakat zonasi di Daerah;
umum meliputi: b. memanfaatkan ruang tanpa izin dan/atau
a. pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tidak sesuai dengan izin berdasarkan RTRW
tinggi; Kabupaten;
b. pemberian persyaratan khusus dalam c. melanggar ketentuan yang ditetapkan
proses perizinan; dan dalam persyaratan izin yang diterbitkan
c. pembatasan penyediaan sarana dan berdasarkan RTRW Kabupaten;
prasarana infrastruktur. d. memanfaatkan ruang dengan izin yang
diperoleh dengan prosedur yang tidak
(4) Ketentuan disinsentif dilengkapi besaran dan
benar;
jenis kompensasi yang dapat diberikan.
e. memanfaatkan ruang yang menghalangi
(5) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud
akses terhadap kawasan yang oleh
pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
ketentuan peraturan perundang-undangan
dalam peraturan daerah.
dinyatakan sebagai milik umum;
f. melakukan kegiatan penambangan terbuka
Bagian Kelima
di dalam kawasan lindung;
Arahan Pengenaan Sanksi
g. melakukan kegiatan penambangan di
Pasal 103
kawasan rawan bencana dengan tingkat
(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini kerentanan tinggi;
dikenakan sanksi administrasi dan atau h. melakukan kegiatan penambangan yang
sanksi pidana. menimbulkan kerusakan lingkungan;
i. melakukan kegiatan penambangan pada
kawasan perkotaan;
210 211
j. melakukan alih fungsi lahan yang berfungsi s. melakukan kegiatan yang dapat
lindung; menurunkan fungsi ekologis dan estetika
k. memanfaatkan ruang bebas di sepanjang kawasan dengan mengubah dan/atau
jalur transmisi sistem jaringan energi; merusak bentang alam, serta kelestarian
l. melakukan pemanfaatan ruang yang fungsi mata air termasuk akses terhadap
menyebabkan gangguan terhadap fungsi kawasan mata air;
sistem perkotaan dan sistem infrastruktur t. melakukan kegiatan yang mengubah
wilayah Nasional, Provinsi, dan Daerah; dan/atau merusak, kondisi fisik kawasan
m. melakukan kegiatan yang berpotensi mata air, serta kelestarian mata air;
mengurangi luas kawasan hutan dan u. melakukan kegiatan yang mengubah
tutupan vegetasi; dan/atau merusak RTH;
n. memanfaatkan hasil tegakan di kawasan v. melakukan kegiatan di atas tanah timbul,
resapan air; kecuali untuk perluasan kawasan lindung;
o. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang w. secara melawan hukum menguasai tanah
yang dapat mengganggu bentang alam, yang berasal dari tanah timbul, baik berupa
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi daratan yang terbentuk secara alami
hidrologi, kelestarian flora, dan fauna, serta maupun buatan karena proses
fungsi lingkungan hidup di kawasan pengendapan di sungai, situ, dan/atau
lindung; waduk;
p. merusak koleksi tumbuhan dan satwa di x. melakukan kegiatan dan pendirian
kawasan pelestarian alam dan/atau bangunan yang tidak sesuai dan merusak
Kawasan Pulau Biawak; fungsi kawasan cagar budaya dan ilmu
q. melakukan kegiatan yang merusak kualitas pengetahuan;
dan kuantitas air, kondisi fisik kawasan,
dan daerah tangkapan air;
r. membuang secara langsung limbah padat,
limbah cair, limbah gas, dan limbah B3;
212 213
y. memanfaatkan ruang yang mengganggu (4) Tata cara pengenaan sanksi administratif
kelestarian lingkungan di sekitar cagar sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
budaya dan ilmu pengetahuan meliputi meliputi:
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi,
a. peringatan tertulis dapat dilaksanakan
serta wilayah dengan bentukan geologi
dengan prosedur bahwa Pejabat yang
tertentu;
berwenang dalam penertiban pelanggaran
z. melakukan kegiatan yang dapat pemanfaatan ruang dapat memberikan
mengganggu fungsi kawasan dalam peringatan tertulis melalui penertiban surat
melindungi plasma/genetik di kawasan peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3
perlindungan plasma nutfah; dan (tiga) kali;
aa. mengubah dan/atau merusak bentuk
b. penghentian sementara kegiatan dapat
arsitektur setempat, bentang alam, dan
dilakukan melalui:
pemandangan visual di kawasan
1. penertiban surat perintah penghentian
pariwisata.
kegiatan sementara dari pejabat yang
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berwenang melakukan penertiban
pada ayat (1) dalam bentuk : pelanggaran pemanfaatan ruang;
a. peringatan tertulis; 2. apabila pelanggar mengabaikan perintah
b. penghentian sementara kegiatan; penghentian kegiatan sementara,
c. penghentian sementara pelayanan umum; pejabat yang berwenang melakukan
d. penutupan lokasi; penertiban dengan menerbitkan surat
e. pencabutan izin; keputusan pengenaan sanksi
f. pembatalan izin; penghentian sementara secara paksa
g. pembongkaran bangunan; terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
214 215
3. pejabat yang berwenang melakukan 1. penertiban surat pemberitahuan
tindakan penertiban dengan penghentian sementara pelayanan
memberitahukan kepada pelanggar umum dari pejabat yang berwenang
mengenai pengenaan sanksi melakukan penertiban pelanggaran
penghentian kegiatan pemanfaatan pemanfaatan ruang (membuat surat
ruang dan akan segera dilakukan pemberitahuan penghentian sementara
tindakan penertiban oleh aparat pelayanan umum);
penertiban; 2. apabila pelanggar mengabaikan surat
4. berdasarkan surat keputusan pemberitahuan yang disampaikan,
pengenaan sanksi, pejabat yang pejabat yang berwenang melakukan
berwenang melakukan penertiban penertiban dengan menerbitkan surat
dengan bantuan aparat penertiban keputusan pengenaan sanksi
melakukan penghentian kegiatan penghentian sementara pelayanan
pemanfaatan ruang secara paksa; dan umum kepada pelanggar dengan
5. setelah kegiatan pemanfaatan ruang memuat rincian jenis-jenis pelayanan
dihentikan, pejabat yang berwenang umum yang akan diputus;
melakukan pengawasan agar kegiatan 3. pejabat yang berwenang melakukan
pemanfaatan ruang yang dihentikan tindakan penertiban dengan
tidak beroperasi kembali sampai dengan memberitahukan kepada pelanggar
terpenuhinya kewajiban pelanggar mengenai pengenaan sanksi
untuk menyesuaikan pemanfaatan penghentian sementara pelayanan
ruangnya dengan rencana tata ruang umum yang akan segera dilaksanakan,
dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan disertai rincian jenis-jenis pelayanan
ruang yang berlaku. umum yang akan diputus;
c. penghentian sementara pelayanan umum
dapat dilakukan melalui:
216 217
4. pejabat yang berwenang menyampaikan 3. pejabat yang berwenang melakukan
perintah kepada penyedia jasa tindakan penertiban dengan
pelayanan umum untuk menghentikan memberitahukan kepada pelanggar
pelayanan kepada pelanggar, disertai mengenai pengenaan sanksi penutupan
penjelasan secukupnya; lokasi yang akan segera dilaksanakan;
5. penyedia jasa pelayanan umum 4. berdasarkan surat keputusan
menghentikan pelayanan kepada pengenaan sanksi, pejabat yang
pelanggar; dan berwenang dengan bantuan aparat
6. pengawasan terhadap penerapan sanksi penertiban melakukan penutupan lokasi
penghentian sementara pelayanan secara paksa; dan
umum dilakukan untuk memastikan 5. pengawasan terhadap penerapan sanksi
tidak terdapat pelayanan umum kepada penutupan lokasi untuk memastikan
pelanggar sampai dengan pelanggar lokasi yang ditutup tidak dibuka
memenuhi kewajibannya untuk kembali sampai dengan pelanggar
menyesuaikan pemanfaatan ruangnya memenuhi kewajibannya untuk
dengan rencana tata ruang dan menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
ketentuan teknis pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan
yang berlaku. ketentuan teknis pemanfaatan ruang
yang berlaku.
d. penutupan lokasi dapat dilakukan melalui:
1. penertiban surat perintah penutupan e. pencabutan izin dapat dilakukan melalui:
lokasi dari pejabat yang berwenang 1. menerbitkan surat pemberitahuan
melakukan penertiban pelanggaran sekaligus pencabutan izin oleh pejabat
pemanfaatan ruang; yang berwenang melakukan penertiban
2. apabila pelanggar mengabaikan surat pelanggaran pemanfaatan ruang;
perintah yang disampaikan pejabat yang
berwenang menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penutupan
lokasi kepada pelanggar;
218 219
2. apabila pelanggar mengabaikan surat 7. apabila pelanggar mengabaikan perintah
pemberitahuan yang disampaikan, untuk menghentikan kegiatan
pejabat yang berwenang menerbitkan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya,
surat keputusan pengenaan sanksi pejabat yang berwenang melakukan
pencabutan izin pemanfaatan ruang; penertiban kegiatan tanpa izin sesuai
3. pejabat yang berwenang peraturan perundang-undangan.
memberitahukan kepada pelanggar f. pembatalan izin dilakukan melalui:
mengenai pengenaan sanksi pencabutan
1. membuat lembar evaluasi yang berisikan
izin;
dengan arahan pola pemanfaatan ruang
4. pejabat yang berwenang melakukan dalam rencana tata ruang yang berlaku;
tindakan penertiban mengajukan
2. memberitahukan kepada pihak yang
permohonan pencabutan izin kepada
memanfaatkan ruang perihal rencana
pejabat yang memiliki kewenangan
pembatalan izin, agar yang
untuk melakukan pencabutan izin;
bersangkutan dapat mengambil
5. pejabat yang memiliki kewenangan langkah-langkah yang diperlukan untuk
untuk melakukan pencabutan izin mengantisipasi hal-hal akibat
menerbitkan keputusan pencabutan pembatalan izin;
izin;
3. menerbitkan surat keputusan
6. memberitahukan kepada pemanfaat pembatalan izin oleh pejabat yang
ruang mengenai status izin yang telah berwenang melakukan penertiban
dicabut, sekaligus perintah untuk pelanggaran pemanfaatan ruang;
menghentikan kegiatan pemanfaatan
4. memberitahukan kepada pemegang izin
ruang secara permanen yang telah
tentang keputusan pembatalan izin;
dicabut izinnya; dan
5. menerbitkan surat keputusan
pembatalan izin dari pejabat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan
pembatalan izin; dan
220 221
6. memberitahukan kepada pemanfaat h. pemulihan fungsi ruang dapat dilakukan
ruang mengenai status izin yang telah melalui:
dibatalkan.
g. pembongkaran bangunan dilakukan 1. menetapkan ketentuan pemulihan
melalui: fungsi ruang yang berisi bagian-bagian
1. menerbitkan surat pemberitahuan yang harus dipulihkan fungsinya dan
perintah pembongkaran bangunan dari cara pemulihannya;
pejabat yang berwenang melakukan 2. pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan penertiban pelanggaran pemanfaatan
ruang; ruang menerbitkan surat pemberitahuan
2. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah pemulihan fungsi ruang;
pemberitahuan yang disampaikan, 3. apabila pelanggar mengabaikan surat
pejabat yang berwenang melakukan pemberitahuan yang disampaikan,
penertiban mengeluarkan surat pejabat yang berwenang melakukan
keputusan pengenaan sanksi penertiban mengeluarkan surat
pembongkaran bangunan; keputusan pengenaan sanksi pemulihan
3. pejabat yang berwenang melakukan fungsi ruang;
tindakan penertiban memberitahukan 4. pejabat yang berwenang melakukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan tindakan penertiban, memberitahukan
sanksi pembongkaran bangunan yang kepada pelanggar mengenai pengenaan
akan segera dilaksanakan; dan sanksi pemulihan fungsi ruang yang
4. berdasar surat keputusan pengenaan harus dilaksanakan pelanggar dalam
sanksi, pejabat yang berwenang jangka waktu tertentu;
melakukan tindakan penertiban dengan
bantuan aparat penertiban melakukan
pembongkaran bangunan secara paksa.
222 223
j. ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria
5. pejabat yang berwenang melakukan dan tata cara pengenaan sanksi
tindakan penertiban melakukan adminstratif diatur lebih lanjut dalam
pengawasan pelaksanaan kegiatan peraturan daerah.
pemulihan fungsi ruang;
6. apabila sampai jangka waktu yang
ditentukan pelanggar belum Pasal 104
melaksanakan pemulihan fungsi ruang, Setiap orang yang melakukan pelanggaran
pejabat yang bertanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
melakukan tindakan penertiban dapat Daerah ini dikenakan sanksi pidana sesuai
melakukan tindakan paksa untuk dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
7. apabila pelanggar pada saat itu dinilai
tidak mampu membiayai kegiatan Pasal 105
pemulihan fungsi ruang, pemerintah Penegakan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
dapat mengajukan penetapan Satuan Polisi Pamong Praja dan Penyidik Pegawai
pengadilan agar pemulihan dilakukan Negeri Sipil (PPNS) sesuai dengan
oleh pemerintah atas beban pelanggar di kewenangannya, berkoordinasi dengan
kemudian hari. Kepolisian, berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
i. denda administratif dapat dikenakan secara
tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif; dan
224 225

BAB IX a. mentaati rencana tata ruang yang telah


HAK, KEWAJIBAN,
ditetapkan;
DAN PERAN MASYARAKAT
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang;
Pasal 106
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan
(1) Dalam penataan ruang setiap orang berhak: dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
a. mengetahui rencana tata ruang; d. memberikan akses terhadap kawasan yang
b. menikmati pertambahan nilai ruang oleh ketentuan peraturan perundang-
sebagai akibat dari penataan ruang; undangan dinyatakan sebagai milik umum;
c. memperoleh penggantian yang layak atas dan
kerugian yang timbul akibat pelaksanaan e. memaksimalkan pemanfaatan ruang yang
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dimiliki.
dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang
Pasal 107
berwenang terhadap pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang; (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan
penghentian pembangunan yang tidak peran masyarakat.
sesuai dengan rencana tata ruang kepada (2) Peran masyarakat dalam penataan ruang
pejabat berwenang; dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
f. mengajukan pemanfaatan ruang yang lebih dilakukan pada tahap:
optimal. a. perencanaan tata ruang;
(2) Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib b. pemanfaatan ruang; dan
untuk: c. pengendalian pemanfaatan ruang.
226 227

(3) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan c. kegiatan memanfaatakan ruang yang sesuai
tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat dengan kearifan lokal dan rencana tata
(2) huruf a berupa: ruang yang telah ditetapkan;
a. masukan mengenai: d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan
1. persiapan penyusunan rencana tata keserasian dalam pemanfaatan ruang
ruang; darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang
2. penentuan arah pengembangan wilayah di dalam bumi dengan memperhatikan
atau kawasan; kearifan lokal serta seusai dengan
3. pengidentifikasian potensi dan masalah ketentuan peraturan perundang-undangan;
pembangunan wilayah atau kawasan; e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan
4. perumusan konsep rencana tata ruang; kemanan serta memelihara serta
dan meningkatkan kelestarian fungsi
5. penetapan rencana tata ruang. lingkungan hidup dan sumberdaya alam;
b. kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah dan
Daerah, dan/atau sesama unsur f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan
masyarakat dalam perencanaan tata ruang. ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(4) Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan


tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian
(2) huruf b berupa: pemanfaatan tata ruang sebagaimana
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa:
ruang;
b. kerjasama dengan pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
228 229

BAB X
a. masukan terkait arahan dan/atau
KELEMBAGAAN
peraturan zonasi perizinan, pemberian
insentif, dan disinsentif serta pengenaan Pasal 108
sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan (1) Dalam rangka mengkoordinasikan
mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang penyelenggaraan penataan ruang dan
yang telah ditetapkan; kerjasama antar sektor/antar daerah bidang
c. pelaporan kepada instansi dan/atau penataan ruang dibentuk BKPRD.
pejabat yang berwenang dalam hal (2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja
menemukan dugaan penyimpangan atau BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang diatur dengan Keputusan Bupati.
yang melanggar rencana tata ruang yang
telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan BAB XI
pejabat yang berwenang terhadap KETENTUAN LAIN-LAIN
pembangunan yang dianggap tidak sesuai
dengan rencana tata ruang. Pasal 109

(6) Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang (1) RTRW Kabupaten memiliki jangka waktu
peran masyarakat dalam penataan ruang di adalah 20 (dua puluh) tahun sejak ditetapkan
daerah dilakukan sesuai dengan peraturan dalam Peraturan Daerah.
perundang-undangan. (2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu
yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas teritorial
wilayah Daerah yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan, RTRW
Kabupaten dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
230 231
(3) Peninjauan kembali dilakukan juga apabila b. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
terjadi perubahan kebijakan nasional dan terdiri atas:
strategi yang mempengaruhi pemanfaatan 1. Perkotaan Indramayu;
ruang Daerah dan/atau dinamika internal 2. Perkotaan Sindang;
Daerah. 3. Perkotaan Pasekan;
(4) Peninjauan kembali rencana tata ruang 4. Perkotaan Balongan;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat 5. Perkotaan Arahan;
menghasilkan rekomendasi berupa: 6. Perkotaan Cantigi;
a. RTRW Kabupaten tetap berlaku sesuai 7. Perkotaan Lohbener;
dengan masa berlakunya; atau 8. Perkotaan Juntinyuat;
b. RTRW Kabupaten perlu direvisi. 9. Perkotaan Karangampel;
(5) Dalam hal peninjauan kembali RTRW 10. Perkotaan Krangkeng;
Kabupaten menghasilkan rekomendasi 11. Perkotaan Kedokanbunder;
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, 12. Perkotaan Sliyeg;
revisi RTRW Kabupaten dilaksanakan dengan 13. Perkotaan Jatibarang;
tetap menghormati hak yang dimiliki orang 14. Perkotaan Kertasemaya;
dan/atau Badan, sesuai ketentuan peraturan 15. Perkotaan Sukagumiwang;
perundang-undangan. 16. Perkotaan Tukdana;
(6) Revisi RTRW Kabupaten sebagaimana 17. Perkotaan Bangodua;
dimaksud pada ayat (4) huruf b dan ayat (5) 18. Perkotaan Widasari;
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 19. Perkotaan Lelea;
(7) RTRW Kabupaten menjadi pedoman dalam 20. Perkotaan Cikedung;
penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang 21. Perkotaan Terisi;
Kabupaten. 22. Perkotaan Losarang;
(8) Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten 23. Perkotaan Kandanghaur;
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) meliputi: 24. Perkotaan Gabuswetan;
a. Rencana Tata Ruang KSK; dan 25. Perkotaan Kroya;
26. Perkotaan Bongas;
232 233
27. Perkotaan Patrol;
28. Perkotaan Sukra; 2. untuk yang sudah dilaksanakan
29. Perkotaan Anjatan; pembangunannya, dilakukan penyesuaian
30. Perkotaan Haurgeulis; dan dengan masa transisi paling lambat 3 (tiga)
31. Perkotaan Gantar. tahun berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
(9) Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten
3. untuk yang sudah dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
pembangunannya dan tidak
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
memungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan
BAB XII berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin
KETENTUAN PERALIHAN yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai
Pasal 110 akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian yang layak.
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis
a. izin pemanfaatan ruang yang telah
dan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini
dikeluarkan dan telah sesuai dengan
dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku
Daerah ini;
sesuai dengan masa berlakunya;
d. pemanfaatan ruang yang diselenggarakan
b. izin pemanfaatan ruang yang telah
tanpa izin dan bertentangan dengan ketentuan
dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
ketentuan :
e. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
1. untuk yang belum dilaksanakan
ketentuan Peraturan Daerah ini, agar
pembangunannya, izin tersebut
dipercepat untuk mendapatkan izin yang
disesuaikan dengan fungsi kawasan
diperlukan.
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
234 235
Pasal 111 Pasal 114
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka diundangkan.
semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan
Agar setiap orang mengetahuinya,
dengan penataan ruang daerah yang telah ada memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak ini dengan penempatannya dalam Lembaran
bertentangan dengan dan belum diganti Daerah Kabupaten Indramayu.
berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Ditetapkan di Indramayu
Pada tanggal 16 - 1 - 2012
BAB XIII BUPATI INDRAMAYU
KETENTUAN PENUTUP
Cap/ttd
Pasal 112 ANNA SOPHANAH
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Diundangkan di Indramayu
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1996 tentang pada tanggal 20 - 1 - 2012
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
Indramayu (Lembaran Daerah Tahun 1996 Cap/ttd
Nomor 33 Seri D.23), dicabut dan dinyatakan
CECEP NANA SURYANA TOYIB
tidak berlaku.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
Pasal 113 NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1

Paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA
berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan
KABUPATEN INDRAMAYU
Bupati tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan
Daerah harus telah ditetapkan.

MAMAN KOSTAMAN, SH
Pembina Tk I
NIP. 19620610 1999103 1 006
235 235
Pasal 1 Pasal 1
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Indramayu. Daerah Kabupaten Indramayu.

Ditetapkan di Indramayu Ditetapkan di Indramayu


Pada tanggal 16 - 1 - 2012 Pada tanggal 16 - 1 - 2012
BUPATI INDRAMAYU BUPATI INDRAMAYU
Cap/ttd Cap/ttd
ANNA SOPHANAH ANNA SOPHANAH
Diundangkan di Indramayu Diundangkan di Indramayu
pada tanggal 20 - 1 - 2012 pada tanggal 20 - 1 - 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
Cap/ttd Cap/ttd
CECEP NANA SURYANA TOYIB CECEP NANA SURYANA TOYIB
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1 NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1
Salinan sesuai dengan aslinya Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA
KABUPATEN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU

MAMAN KOSTAMAN, SH MAMAN KOSTAMAN, SH


Pembina Tk I Pembina Tk I
NIP. 19620610 1999103 1 006 NIP. 19620610 1999103 1 006
235 235
Pasal 114 Pasal 114
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Indramayu. Daerah Kabupaten Indramayu.

Ditetapkan di Indramayu Ditetapkan di Indramayu


pada tanggal pada tanggal

BUPATI INDRAMAYU BUPATI INDRAMAYU

Cap/ttd Cap/ttd

ANNA SOPHANAH ANNA SOPHANAH

Diundangkan di Indramayu Diundangkan di Indramayu


pada tanggal pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

CECEP NANA SURYANA TOYIB CECEP NANA SURYANA TOYIB


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
NOMOR : TAHUN SERI : NOMOR : TAHUN SERI :
236 237
PENJELASAN sumberdaya buatan dengan memperhatikan
sumberdaya manusia, serta perlindungan
ATAS
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
NOMOR : 1 TAHUN 2012 ruang, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan
penataan ruang, yaitu mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman,
TENTANG
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
Untuk itu, dalam rangka menyelaraskan dan
KABUPATEN INDRAMAYU
menjabarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
TAHUN 2011-2031
Nasional (RTRWN) yang telah ditetapkan
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26
I. UMUM Tahun 2008 diperlukan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten (RTRWK) Indramayu yang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 mengakomodasikan kepentingan nasional,
tentang Penataan Ruang telah regional dan lokal dalam satu kesatuan
mengamanatkan asas penyelenggaraan penataan ruang.
penataan ruang, yaitu keterpaduan,
Ruang Wilayah Daerah adalah wadah yang
keserasian, keselarasan dan keseimbangan,
meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara
keberlanjutan, keberdayagunaan dan
dan termasuk juga ruang di dalam bumi,
keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan
sebagai tempat masyarakat Daerah
dan kemitraan, perlindungan kepentingan
melakukan kegiatan dan memelihara
umum, kepastian hukum dan keadilan, serta
kelangsungan hidupnya, serta merupakan
akuntabilitas. Penetapan asas tersebut
suatu sumberdaya yang harus ditingkatkan
tentunya dilaksanakan demi mencapai dan
upaya pengelolaannya secara bijaksana.
mewujudkan keharmonisan antara
Dengan demikian RTRWK sangatlah strategis
lingkungan alam dan buatan, keterpaduan
dalam penggunaan sumberdaya alam dan
238 239
untuk menjadi pedoman dalam Sehubungan dengan itu, dalam proses
penyelenggaraan penataan ruang, serta untuk penyusunannya tidak terlepas dari hasil
menjaga kegiatan pembangunan agar tetap evaluasi pelaksanaan Peraturan Daerah
sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan Kabupaten Indramayu Nomor 1 Tahun 1996
berkelanjutan, sekaligus mampu mewujudkan tentang RTRW Kabupaten Indramayu, sebagai
tata ruang wilayah kabupaten yang aman, dasar dalam perumusan strategi dan rencana
nyaman, produktif, dan berkelanjutan yang tata ruang ke depan. Hal ini terutama
berbasis pada 4 sektor unggulan, yaitu dikaitkan dengan kinerja penataan ruang,
pertanian, perikanan, kehutanan serta yang pada kenyataannya masih terdapat
minyak dan gas bumi. penyimpangan, baik dalam aspek struktur
maupun pola ruang. Selanjutnya dari sisi
Hal ini ditegaskan pula oleh Rencana
dinamika pembangunan, telah diperhatikan
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
pula beberapa perubahan yang perlu
(RPJPN) yang menetapkan kedudukan
diantisipasi dan direspon dalam suatu
Rencana Tata Ruang sebagai acuan utama
substansi rencana tata ruang yang mampu
pembangunan sektoral dan wilayah, dan telah
menjamin keberlangsungan pelaksanaannya
ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah
di lapangan, serta terlebih penting lagi dalam
Kabupaten Indramayu Nomor 1 Tahun 2008
rangka pencapaian tujuan pembangunan
tentang Rencana Pembangunan Jangka
jangka panjang.
Panjang Daerah Kabupaten Indramayu Tahun
2005-2025. Sebagai matra spasial Perlunya pengaturan mengenai
pembangunan, maka RTRWK disusun penyelenggaraan penataan ruang didasarkan
berdasarkan pencermatan terhadap pada pertimbangan antara lain:
kepentingan-kepentingan jangka panjang,
Pertama, ruang wilayah Kabupaten Indramayu
serta dengan memperhatikan dinamika yang menghadapi tantangan dan permasalahan
terjadi, baik dalam lingkup eksternal maupun terutama karena:
internal.
240 241
a. terletak pada jalan Pantura Pulau Jawa dan dalam mengatasi berbagai tantangan dan
rencana jalan bebas hambatan ruas Cikopo permasalahan yang dihadapi secara terpadu,
– Palimanan yang menuntut perlunya serasi, selaras, seimbang, efisien, dan efektif.
mendorong daya saing perekonomian;
b. terletak pada dataran rendah kawasan Ketiga, berkembangnya pemikiran dan
pantai yang mengakibatkan rawan bencana kesadaran di tengah masyarakat untuk
alam sehingga menuntut prioritisasi meningkatkan kinerja penyelenggaraan
pertimbangan aspek mitigasi bencana; penataan ruang yang lebih menyentuh hal-hal
c. meningkatnya intensitas kegiatan yang terkait langsung dengan permasalahan
pemanfaatan ruang terkait eksploitasi kehidupan masyarakat, terutama dengan
sumber daya alam yang mengancam meningkatnya bencana banjir, bertambahnya
kelestarian lingkungan termasuk perumahan kumuh, berkurangnya ruang
pemanasan global; dan publik dan ruang terbuka hijau di kawasan
d. makin menurunnya kualitas permukiman, perkotaan, serta kurang seimbangnya
meningkatnya alih fungsi lahan yang tidak pembangunan kawasan perkotaan dan
terkendali, dan tingginya kesenjangan antar perdesaan. Hal tersebut menuntut adanya
dan di dalam wilayah. pengaturan yang lebih tegas dan jelas
mengenai aspek-aspek penyelenggaraan
Kedua, penyelenggaraan penataan ruang penataan ruang yang terkait langsung dengan
masih menghadapi berbagai kendala, antara kehidupan masyarakat.
lain pengaturan penataan ruang yang masih
belum lengkap, pelaksanaan pembinaan Dalam Peraturan Daerah ini diatur mengenai
penataan ruang yang masih belum efektif, pengaturan penataan ruang, pembinaan
pelaksanaan penataan ruang yang masih penataan ruang, pelaksanaan perencanaan
belum optimal, dan pengawasan penataan tata ruang, pelaksanaan pemanfaatan ruang,
ruang yang masih lemah. Untuk itu pelaksanaan pengendalian pemanfaatan
diperlukan pengaturan mengenai ruang, dan pengawasan penataan ruang, di
penyelenggaraan penataan ruang yang lebih seluruh wilayah Kabupaten Indramayu.
lengkap dan rinci serta dapat dijadikan acuan Untuk mewujudkan pengaturan mengenai
242 243
penyelenggaraan penataan ruang yang lebih d. Pelaksanaan pemanfaatan ruang yang
komprehensif dan dapat diterapkan secara mengatur ketentuan mengenai penyusunan
efektif, Peraturan Daerah ini memuat dan pelaksanaan program pemanfaatan
pengaturan penyelenggaraan penataan ruang ruang beserta pembiayaannya. Pelaksanaan
wilayah dan kawasan, yang mencakup: pemanfaatan ruang melalui sinkronisasi
a. Pengaturan penataan ruang yang meliputi program yang dituangkan ke dalam rencana
ketentuan tentang peraturan yang harus pembangunan jangka panjang, rencana
ditetapkan pada masing-masing tingkatan pembangunan jangka menengah, dan
pemerintahan untuk memberikan landasan rencana pembangunan tahunan, serta
hukum yang kuat bagi penyelenggaraan pelaksanaan pembangunan yang sesuai
penataan ruang.
dengan rencana tata ruang.
b. Pembinaan penataan ruang yang mengatur
e. Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan
tentang bentuk dan tata cara pembinaan
ruang untuk mewujudkan tertib tata ruang
penataan ruang dari dari pemerintah
daerah kabupaten kepada masyarakat. yang mengatur ketentuan mengenai
Pembinaan penataan ruang bertujuan peraturan zonasi yang merupakan
untuk meningkatkan kemampuan dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang,
menumbuhkan kemandirian pemerintah perizinan yang merupakan syarat untuk
daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang,
penyelenggaraan penataan ruang. pemberian insentif dan disinsentif, serta
c. Pelaksanaan perencanaan tata ruang yang pengenaan sanksi, yang keseluruhannya
mengatur ketentuan mengenai penyusunan merupakan perangkat untuk mendorong
dan penetapan rencana tata ruang wilayah terwujudnya rencana tata ruang sekaligus
dan rencana tata ruang kawasan termasuk untuk mencegah terjadinya pelanggaran
kawasan strategis, kawasan perkotaan, dan
penataan ruang.
kawasan perdesaan, yang dilaksanakan
melalui prosedur untuk menghasilkan
rencana tata ruang yang berkualitas dan
dapat diimplementasikan.
244 245
f. Pengawasan penataan ruang yang meliputi II. PASAL DEMI PASAL
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
merupakan upaya untuk menjaga Pasal 1
kesesuaian penyelenggaraan penataan Istilah yang dirumuskan dalam pasal ini
ruang dengan ketentuan peraturan dimaksudkan agar terdapat keseragaman
perundang-undangan, yang dilaksanakan pengertian dalam Peraturan Daerah ini.
baik oleh pemerintah daerah maupun
masyarakat. Pasal 2
Cukup Jelas
Berdasarkan penjelasan di atas, perumusan
substansi RTRWK yang memuat tujuan,
kebijakan dan strategi, rencana, arahan Pasal 3
pemanfaatan dan pengendalian, ditujukan Cukup Jelas
untuk dapat menjaga sinkronisasi dan
konsistensi pelaksanaan penataan ruang Pasal 4
serta mengurangi penyimpangan Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten
implementasi indikasi program utama yang Indramayu merupakan arah tindakan yang
ditetapkan yang diharapkan akan lebih harus ditetapkan untuk mencapai tujuan
mampu merespon tantangan dan menjamin penataan ruang wilayah Kabupaten
keberlanjutan pembangunan, melalui Indramayu.
berbagai pembenahan serta pembangunan
Pasal 5
ruang yang produktif dan berdaya saing
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten
tinggi, demi terwujudnya masyarakat yang
merupakan penjabaran kebijakan penataan
lebih sejahtera.
ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-
langkah operasional untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Ayat (1)
Cukup jelas
246 247
Ayat (2) Sistem perkotaan adalah kerangka
Cukup jelas tata ruang yang tersusun atas
Ayat (3) konstelasi pusat-pusat kegiatan
Cukup jelas sosial, ekonomi dan budaya yang
Ayat (4) satu sama lain saling berkaitan
Cukup jelas membentuk sistem pelayanan
Ayat (5) perkotaan secara berjenjang.
Cukup jelas Huruf b
Ayat (6) Sistem perdesaan adalah kerangka
Cukup jelas tata ruang kawasan perdesaan yang
Ayat (7) tersusun atas pusat-pusat kegiatan
Cukup jelas desa yang saling berkaitan
Ayat (8) membentuk sistem pelayanan
Cukup jelas perdesaan.
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10) Ayat (3)
Cukup jelas Sistem jaringan prasarana wilayah
Ayat (11) kabupaten merupakan elemen yang
Cukup jelas menghubungkan antar pusat kegiatan
Ayat (12) yang terdiri dari sistem prasarana
Cukup jelas transportasi, energi, telekomunikasi, dan
Ayat (13) sumberdaya air yang mengintegrasikannya
Cukup jelas dan memberikan layanan bagi fungsi
Pasal 6 kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.
Ayat (1) Huruf a
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
248 249
Sistem jaringan prasarana utama Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
adalah sistem jaringan yang maksudnya pusat pelayanan yang
merupakan pokok pembentuk dipandang dari posisi pelayanan
struktur ruang yang terdiri dari wilayah dalam lingkup regional dan
jaringan transportasi darat, laut dan nasional. Perkotaan Indramayu
udara. ditetapkan sebagai PKW di Provinsi
Huruf b Jawa Barat.
Sistem jaringan prasarana lainnya Huruf b
adalah sistem jaringan yang terdiri Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
dari sistem jaringan maksudnya pusat pelayanan yang
energi/kelistrikan, telekomunikasi, melayani dalam lingkup beberapa
sumberdaya air, dan prasarana kecamatan dalam kabupaten.
lingkungan. Huruf c
Ayat (4) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Cukup jelas maksudnya pusat pelayanan yang
dipromosikan untuk kemudian hari
Pasal 7 ditetapkan sebagai PKL.
Ayat (1) Huruf d
Rencana struktur ruang wilayah Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
kabupaten merupakan kerangka tata maksudnya kawasan pusat
ruang wilayah kabupaten yang tersusun pelayanan perkotaan yang melayani
atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
berhierarki satu sama lain yang
dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten terutama
jaringan transportasi.
Huruf a
250 251
Ayat (2) sebagian Kecamatan Lohbener yang
PKW Indramayu, meliputi Kelurahan terdiri dari Desa Rambatan Kulon,
Paoman, Kelurahan Margadadi, Kelurahan Desa Sindangkerta, Desa Pamayahan,
Lemahabang, Kelurahan Lemahmekar, Desa Lohbener, Desa Legok, Desa
Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Waru dan Desa Bojongslawi;
Karangmalang, Kelurahan Kepandean, Huruf b
Kelurahan Bojongsari, Desa Pekandangan, PKL Losarang berupa kawasan
Desa Singaraja, Desa Singajaya, Desa perkotaan Losarang yang mencakup
Sindang, Desa Dermayu, Desa Penganjang, Desa Jangga, Desa Puntang, Desa
Desa Tegalurung, dan Desa Balongan Krimun dan Desa Losarang dengan
dengan wilayah layanan seluruh wilayah layanan Kecamatan
kabupaten. Losarang, Kecamatan Arahan,
PKW Indramayu melekat fungsi PKL sebagian Kecamatan Lelea meliputi
Indramayu dengan wilayah layanan Desa Cempeh, Desa Lelea, Desa
meliputi Kecamatan Indramayu, Tamansari, Desa Panguban, Desa
Kecamatan Sindang, Kecamatan Balongan, Telagasari dan Desa Langengsari,
Kecamatan Pasekan, dan Kecamatan sebagian Kecamatan Lohbener yang
Cantigi. terdiri dari Desa Kiajaran Kulon,
Ayat (3) Kiajaran Wetan, Desa Langut, Desa
Huruf a Larangan dan Desa Lanjan;
PKL Jatibarang berupa kawasan Huruf c
perkotaan Jatibarang yang mencakup PKL Haurgeulis berupa kawasan
Desa Jatibarang Baru, Desa perkotaan Haurgeulis yang mencakup
Jatibarang dan Desa Bulak dengan Desa Haurgeulis, Desa Cipancuh,
wilayah layanan Kecamatan Desa Sukajati, Desa Wanakaya, Desa
Jatibarang, Kecamatan Sliyeg, Kertanegara, Desa Mekarjati dan
Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Desa Karangtumaritis dengan wilayah
Widasari, Desa Cadangpinggan layanan Kecamatan Haurgeulis,
Kecamatan Sukagumiwang dan sebagian Kecamatan Anjatan yang
252 253
terdiri dari Desa Bugis, Desa Huruf e
Lempuyang, Desa Mangunjaya, Desa PKL Patrol berupa kawasan
Salamdarma, Desa Bugistua, Desa perkotaan Patrol yang mencakup
Kedungwung dan Desa Wanguk, Desa Patrol, Desa Patrol Lor dan Desa
sebagian Kecamatan Bongas yang Patrol Baru dengan wilayah layanan
terdiri dari Desa Cipaat, Desa Kecamatan Patrol, Kecamatan Sukra,
Bongas, Desa Sidamulya, dan Desa dan sebagian Kecamatan Anjatan
Cipedang, serta sebagian Kecamatan meliputi Desa Cilandak Lor, Desa
Kroya yang terdiri dari Desa Anjatan Utara, Desa Cilandak, Desa
Jayamulya, Desa Sukamelang, Desa Anjatan, Desa Anjatan Baru dan Desa
Temiyang dan Desa Temiyangsari; Kopyah;
Huruf d Huruf f
PKL Karangampel berupa kawasan PKL Kandanghaur berupa kawasan
perkotaan Karangampel yang perkotaan Kandanghaur yang
mencakup Desa Karangampel, Desa mencakup Desa Eretan Wetan, Desa
Sendang, Desa Karangampel Kidul, Eretan Kulon, Desa Bulak dan Desa
Desa Mundu, Desa Dukuhjeruk dan Pareangirang dengan wilayah layanan
Desa Dukuhtengah dengan wilayah Kecamatan Kandanghaur, sebagian
layanan Kecamatan Karangampel, Kecamatan Gabuswetan meliputi
Kecamatan Juntinyuat, Kecamatan Desa Babakanjaya, Desa
Krangkeng dan Kecamatan Kedungdawa, Desa Gabuskulon,
Kedokanbunder; Desa Sekarmulya, Desa Rancamulya,
Desa Rancahan, Desa Gabuswetan,
Desa Drunten Wetan dan Desa
Drunten Kulon, sebagian Kecamatan
Bongas meliputi Desa Plawangan,
Desa Kertamulya, Desa Kertajaya dan
Desa Margamulya;
254 255
Huruf g Ayat (5)
PKL Gantar berupa kawasan Huruf a
perkotaan Gantar yang mencakup PPK Anjatan berupa kawasan
Desa Gantar dengan wilayah layanan perkotaan Anjatan yang mencakup
Kecamatan Gantar, sebagian Desa Anjatan Utara, Desa Bugis,
Kecamatan Kroya meliputi Desa Desa Anjatan, Desa Anjatan Baru,
Kroya, Desa Tanjungkerta, Desa Desa Mangunjaya, Desa Salamdarma
Sukaslamet dan Desa Sumbon;
dan Desa Bugistua dengan wilayah
Ayat (4)
layanan Kecamatan Anjatan;
Huruf a
PKLp Tukdana berupa kawasan
perkotaan Tukdana yang mencakup
Desa Tukdana dan Desa Lajer dengan Huruf b
wilayah layanan Kecamatan PPK Widasari berupa kawasan
Tukdana, Kecamatan Bangodua dan perkotaan Widasari yang mencakup
sebagian Kecamatan Sukagumiwang Desa Ujungjaya, Desa Ujunggaris,
meliputi Desa Cibeber, Desa Desa Widasari dan Desa Kongsijaya
Gunungsari dan Desa dengan wilayah layanan Kecamatan
Sukagumiwang; dan Widasari;
Huruf b Huruf c
PKLp Terisi berupa kawasan PPK Sukra berupa kawasan
perkotaan Terisi yang mencakup
perkotaan Sukra yang mencakup
Desa Rajasinga, Desa Karangasem
Desa Sukra dan Desa Sukra Wetan
dan Desa Cibereng dengan wilayah
layanan Kecamatan Terisi, dengan wilayah layanan di
Kecamatan Cikedung, Desa Kecamatan Sukra;
Kedokangabus Kecamatan Huruf d
Gabuswetan dan sebagian kecamatan PPK Arahan berupa kawasan
Lelea meliputi Desa Tugu, Desa perkotaan Arahan yang mencakup
Tugulpayung, Desa Tempel Kulon Desa Arahan Lor dengan wilayah
dan Desa Nunuk. layanan Kecamatan Arahan;
256 257
Huruf e Huruf j
PPK Cantigi berupa kawasan PPK Sukagumiwang berupa kawasan
perkotaan Cantigi yang mencakup perkotaan Sukagumiwang yang
Desa Panyingkiran kidul dengan mencakup Desa Sukagumiwang
wilayah layanan Kecamatan Cantigi; dengan wilayah layanan Kecamatan
Huruf f Sukagumiwang;
PPK Pasekan berupa kawasan Huruf k
perkotaan Pasekan yang mencakup PPK Lelea berupa kawasan perkotaan
Desa Pasekan dengan wilayah Lelea yang mencakup Desa
layanan Kecamatan Pasekan; Tamansari dan Desa Lelea dengan
Huruf g wilayah layanan Kecamatan Lelea;
PPK Kedokanbunder berupa kawasan Huruf l
perkotaan Kedokanbunder yang PPK Cikedung berupa kawasan
mencakup Desa Kedokanbunder perkotaan Cikedung yang mencakup
dengan wilayah layanan Kecamatan Desa Cikedung Lor dengan wilayah
Kedokanbunder; layanan Kecamatan Cikedung;
Huruf h Huruf m
PPK Sliyeg berupa kawasan PPK Gabuswetan berupa kawasan
perkotaan Sliyeg yang mencakup perkotaan Gabuswetan yang
Desa Sliyeg dengan wilayah layanan mencakup Desa Gabuswetan dengan
Kecamatan Sliyeg; wilayah layanan Kecamatan
Huruf i Gabuswetan;
PPK Bangodua berupa kawasan Huruf n
perkotaan Bangodua yang mencakup PPK Kroya berupa kawasan
Desa Tegalgirang dengan wilayah perkotaan Kroya yang mencakup
layanan kecamatan Bangodua; Desa Kroya dengan wilayah layanan
Kecamatan Kroya;
258 259
Huruf o Pasal 8
PPK Bongas berupa kawasan Ayat (1)
perkotaan Bongas yang mencakup Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Desa Margamulya dengan wilayah maksudnya pusat pelayanan yang hanya
layanan Kecamatan Bongas; melayani lingkup desa.
Huruf p Ayat (2)
PPK Juntinyuat berupa kawasan Cukup jelas
perkotaan Juntinyuat yang
mencakup Desa Juntinyuat dengan Pasal 9
wilayah layanan Kecamatan Ayat (1)
Juntinyuat; Cukup jelas
Huruf q Ayat (2)
PPK Krangkeng berupa kawasan Cukup jelas
perkotaan Krangkeng yang mencakup
Desa Krangkeng dengan wilayah Pasal 10
layanan Kecamatan Krangkeng; Ayat (1)
Huruf r Cukup jelas
PPK Lohbener berupa kawasan Ayat (2)
perkotaan Lohbener yang mencakup Cukup jelas
Desa Lohbener dan Desa Pamayahan Ayat (3)
dengan wilayah layanan Kecamatan Cukup jelas
Lohbener; dan Ayat (4)
Huruf s Cukup jelas
PPK Kertasemaya berupa kawasan Ayat (5)
perkotaan Kertasemaya yang Cukup jelas
mencakup Desa Tulungagung dan Ayat (6)
Desa Kertasemaya dengan wilayah Huruf a
layanan Kecamatan Kertasemaya. Cukup jelas
260 261
Huruf b Huruf p
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf c Huruf q
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf d Huruf r
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf e Huruf s
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf f Huruf t
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf g Huruf u
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf h Ayat (7)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf i Ayat (8)
Cukup jelas Huruf a
Huruf j Cukup jelas
Cukup jelas Huruf b
Huruf k Cukup jelas
Cukup jelas Huruf c
Huruf l Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (9)
Huruf m Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (10)
Huruf n Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (11)
Huruf o Cukup jelas
Cukup jelas
262 263
Ayat (12) Pasal 12
Huruf a Ayat (1)
Cukup jelas Huruf a
Huruf b Tatanan Kepelabuhanan adalah
Cukup jelas suatu sistem kepelabuhanan yang
Huruf c memuat peran, fungsi, jenis, hierarki
Cukup jelas pelabuhan, Rencana Induk
Huruf d Pelabuhan, dan lokasi pelabuhan
Cukup jelas serta keterpaduan intra-dan
Ayat (13) antarmoda serta keterpaduan dengan
Cukup jelas sektor lainnya.
Ayat (14) Huruf b
Cukup jelas Alur pelayaran adalah perairan dari
segi kedalaman, lebar, dan bebas
Pasal 11 hambatan pelayaran lainnya
Huruf a dianggap aman dan selamat untuk
Cukup jelas dilayari.
Huruf b Ayat (2)
Cukup jelas Huruf a
Terminal Khusus adalah terminal
Huruf c yang terletak di luar Daerah
Cukup jelas Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan
Huruf d
yang merupakan bagian dari
Cukup jelas pelabuhan terdekat untuk melayani
Huruf e kepentingan sendiri sesuai dengan
Cukup jelas usaha pokoknya.
264 265
Huruf b Ayat (4)
Pelabuhan pengumpul adalah Cukup jelas
pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani kegiatan angkutan laut Pasal 15
dalam negeri, alih muat angkutan Ayat (1)
laut dalam negeri dalam jumlah Cukup jelas
menengah, dan sebagai tempat asal Ayat (2)
tujuan penumpang dan/atau barang, Cukup jelas
serta angkutan penyeberangan Ayat (3)
dengan jangkauan pelayanan antar Cukup jelas
provinsi. Ayat (4)
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 16
Pasal 13 Cukup jelas
Ayat (1)
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (2)
Ayat (1)
Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (2)
Pasal 14 Cukup jelas
Ayat (1) Ayat (3)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2) Ayat (4)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (3) Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
266 267
Ayat (6) Pasal 21
Cukup jelas Ayat (1)
Ayat (7) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Pasal 22
Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Pasal 23
Cukup jelas Ayat (1)
Cukup jelas
Pasal 19 Ayat (2)
Ayat (1) Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (2) Ayat (3)
Cukup jelas Huruf a
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas Huruf b
Cukup jelas
Pasal 20 Huruf c
Ayat (1) Tempat Pengolahan dan Pemrosesan
Cukup jelas Akhir Sampah (TPPAS) adalah tempat
Ayat (2) untuk mengubah karakteristik,
Cukup jelas komposisi, dan jumlah sampah serta
Ayat (3) memroses dan mengembalikan
Cukup jelas sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
268 269
Huruf d Ayat (10)
Pengelolaan persampahan di Cukup jelas
permukiman dapat dilakukan melalui
konsep pengelolaan 3 R, yaitu reduce Pasal 24
(mengurangi volume), reuse Ayat (1)
(menggunakan kembali) dan recycle Pola ruang wilayah kabupaten merupakan
(mendaur ulang). Konsep 3 R ini gambaran pemanfaatan ruang wilayah
bersifat melengkapi atau kabupaten, baik untuk pemanfaatan yang
menyempurnakan konsep berfungsi lindung maupun budi daya yang
pengelolaan sampah yang dilakukan belum ditetapkan dalam Rencana Tata
oleh Pemerintah sehingga diperoleh Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata
hasil yang optimal. Kombinasi konsep ruang wilayah provinsi.
3 R dapat mengembangkan
paradigma pengelolaan sampah Huruf a
menjadi meminimalkan, Kawasan Lindung adalah suatu
mengumpulkan, memilah, kawasan yang ditetapkan dengan
mengangkut dan membuang sisanya. fungsi utama melindungi kelestarian
Ayat (4) lingkungan hidup yang mencakup
Cukup jelas sumber alam, sumber daya buatan
Ayat (5) dan nilai sejarah serta budaya
Cukup jelas bangsa guna kepentingan
Ayat (6) pembangunan yang berkelanjutan.
Cukup jelas Huruf b
Ayat (7) Kawasan budidaya adalah wilayah
Cukup jelas yang ditetapkan dengan fungsi utama
Ayat (8) untuk dibudidayakan atas dasar
Cukup jelas kondisi dan potensi sumber daya
Ayat (9) alam, sumber daya manusia, dan
Cukup jelas sumber daya buatan.
270 271
Kawasan budidaya memiliki beberapa Pasal 27
jenis pemanfaatan antara lain sebagai Ayat (1)
kawasan hutan produksi, hutan Yang dimaksud dengan kawasan resapan
rakyat, pertanian, perikanan, air adalah kawasan yang mempunyai
pariwisata, pertambangan, kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat
perindustrian, permukiman, dan
pengisian air bumi (akifer) yang berguna
kawasan budidaya lainnya. Kegiatan sebagai sumber air. Perlindungan terhadap
ini pada umumnya dilakukan dengan kawasan resapan air, dilakukan untuk
motivasi pembangunan di bidang memberikan ruang yang cukup bagi
perekonomian dan harus tetap peresapan air hujan pada daerah tertentu
memperhatikan pemeliharaan untuk keperluan penyediaan kebutuhan air
kualitas lingkungan. tanah dan pengendalian banjir, baik untuk
kawasan bawahannya maupun kawasan
Ayat (2)
yang bersangkutan.
Cukup jelas Kriteria kawasan resapan air adalah :
1. Kawasan dengan curah hujan rata-rata
Pasal 25 lebih dari 1.000 mm per tahun;
Ayat (1) 2. Lapisan tanahnya berupa pasir halus
Cukup jelas berukuran minimal 1/16 mm;
Ayat (2) 3. Mempunyai kemampuan meluluskan air
Cukup jelas dengan kecepatan lebih dari 1 meter per
hari;
Pasal 26 4. Kedalaman muka air tanah lebih dari 10
Cukup jelas meter terhadap muka tanah setempat;
5. Kelerengan kurang dari 15 persen;
6. Kedudukan muka air tanah dangkal
lebih tinggi dari kedudukan muka air
tanah dalam.
272 273
Ayat (2) 3. perlindungan sumberdaya buatan
Cukup jelas di pesisir dari badai, banjir dan
bencana alam;
Pasal 28 4. perlindungan terhadap ekosistem
Ayat (1) pesisir seperti lahan basah,
Huruf a mangrove, terumbu karang,
Sempadan pantai adalah kawasan padang lamun, gumuk pasir
tertentu sepanjang pantai yang estuaria dan delta;
mempunyai manfaat penting untuk 5. pengaturan akses publik; dan
mempertahankan kelestarian fungsi 6. pengaturan untuk saluran air
pantai. Perlindungan terhadap limbah.
sempadan pantai dilakukan untuk Huruf b
melindungi wilayah pantai dari Sempadan sungai adalah kawasan
kegiatan yang mengganggu sepanjang kiri kanan sungai,
kelestarian fungsi pantai. termasuk sungai
Kriteria sempadan pantai adalah buatan/kanal/saluran irigasi primer,
daratan sepanjang tepian pantai yang yang mempunyai manfaat penting
lebarnya proporsional dengan bentuk untuk mempertahankan kelestarian
dan kondisi fisik pantai, sekurang- fungsi sungai.
kurangnya 100 meter dari titik Kriteria sempadan sungai adalah :
pasang tertinggi ke arah darat. 1. Sekurang-kurangnya 5 meter di
Kawasan sempadan pantai mengikuti sebelah luar sepanjang kaki
aturan : tanggul di luar kawasan
1. perlindungan terhadap gempa perkotaan dan 3 meter di sebelah
dan/atau tsunami; luar sepanjang kaki tanggul di
2. perlindungan pantai dari erosi dalam kawasan perkotaan;
dan abrasi;
274 275
2. Sekurang-kurangnya 100 meter 7. Perlindungan terhadap sempadan
di kanan kiri sungai besar dan 50 sungai dilakukan untuk
meter di kanan kiri sungai kecil melindungi fungsi sungai dari
yang tidak bertanggul di luar kegiatan budidaya yang dapat
kawasan perkotaan; mengganggu dan merusak
3. Sekurang-kurangnya 10 meter kondisi sungai dan
dari tepi sungai untuk sungai mengamankan aliran sungai.
yang mempunyai kedalaman Huruf c
tidak lebih dari 3 meter; Kawasan sekitar waduk/situ adalah
4. Sekurang-kurangnya 15 meter kawasan tertentu di sekeliling waduk
dari tepi sungai untuk sungai atau danau/situ yang mempunyai
yang mempunyai kedalaman lebih manfaat penting untuk
dari 3 meter sampai dengan 20 mempertahankan kelestarian fungsi
meter; waduk/situ. Perlindungan terhadap
5. Sekurang-kurangnya 30 meter kawasan sekitar waduk /situ
dari tepi sungai untuk sungai dilakukan untuk melindungi
yang mempunyai kedalaman lebih waduk/situ dari kegiatan budidaya
dari 20 meter; yang dapat mengganggu kelestarian
6. Sekurang-kurangnya 100 meter fungsinya.
dari tepi sungai untuk sungai Kriteria kawasan sekitar waduk/situ
yang terpengaruh pasang surut adalah daratan sepanjang tepian
air laut, dan berfungsi sebagai waduk/situ yang lebarnya
jalur hijau. proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik waduk/situ, sekurang-
kurangnya 50 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.
276 277
Huruf d 4. Pada kawasan konservasi ini
Kriteria penetapan sempadan dimungkinkan adanya jalan
jaringan irigasi sebagai berikut: inspeksi untuk pengontrolan
1. Garis sempadan air untuk saluran dengan lebar jalan
bangunan, diukur dari tepi atas minimum 3 meter.
samping saluran atau dari luar
kaki tangkis saluran atau Huruf e
bangunannya dengan jarak : 5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
(lima) meter untuk saluran irigasi perkotaan dengan proporsi luas 30 %
dan pembuangan dengan dari luas kawasan perkotaan.
kemampuan 4 m /detik atau
3 RTH berfungsi sebagai konservasi
lebih, 3 (tiga) meter untuk saluran lingkungan, peningkatan keindahan
irigasi dan pembuangan dengan kota, rekreasi, dan sebagai
kemampuan 1 sampai 4 m3/detik, penyeimbang guna lahan industri
2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan permukiman.
dan pembuangan dengan Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
kemampuan kurang dari 1 perkotaan terdiri atas:
m3/detik.
c. RTH privat seluas 20 % dari
2. Pada kawasan konservasi ini
luasan kawasan perkotaan terdiri
dimungkinkan adanya jalan
atas:
inspeksi untuk pengontrolan
4. RTH pekarangan meliputi
saluran dengan lebar jalan
pekarangan rumah tinggal,
minimum 4 meter;
halaman perkantoran,
3. Perlindungan pada irigasi
pertokoan, dan tempat usaha,
sekunder baik di dalam maupun
serta taman atap bangunan;
diluar permukiman ditetapkan
minimum 6 meter kiri-kanan
saluran; serta
278 279
5. RTH taman dan hutan kota Ayat (2)
meliputi taman RT, taman RW, Cukup jelas
taman kelurahan, dan taman Ayat (3)
kecamatan; dan Cukup jelas
6. RTH jalur hijau jalan meliputi Ayat (4)
pulau jalan dan median jalan, Cukup jelas
serta jalur pejalan kaki. Ayat (5)
Cukup jelas
d. RTH publik seluas 10 % dari
Ayat (6)
luasan kawasan perkotaan terdiri
Huruf a
atas:
Yang dimaksud dengan RTH privat
4. RTH taman dan hutan kota
adalah RTH milik institusi tertentu
meliputi taman RT, taman RW,
atau orang perseorangan yang
taman kelurahan, taman
pemanfaatannya untuk kalangan
kecamatan, taman kota, hutan
terbatas antara lain berupa kebun
kota, dan sabuk hijau (green
atau halaman rumah/gedung milik
belt);
masyarakat/swasta yang ditanami
5. RTH jalur hijau jalan meliputi
tumbuhan.
pulau jalan dan median jalan,
jalur pejalan kaki; dan
Huruf b
6. RTH fungsi tertentu meliputi
Yang dimaksud dengan RTH publik
RTH sempadan rel kereta api,
adalah RTH yang dimiliki dan dikelola
jalur hijau jaringan listrik
oleh Pemerintah Daerah yang
tegangan tinggi, RTH
digunakan untuk kepentingan
sempadan sungai, RTH
masyarakat secara umum.
sempadan pantai, RTH
pengamanan sumber air baku,
lapangan olahraga, dan Taman
Pemakaman.
280 281
Pasal 29 Huruf b
Ayat (1) Perlindungan terhadap kawasan
Huruf a cagar budaya dilakukan untuk
Kawasan suaka margasatwa adalah melindungi kekayaan budaya bangsa
kawasan suaka alam yang ditunjuk berupa peninggalan sejarah,
merupakan tempat hidup dan bangunan arkeologi, bangunan
perkembangbiakan dari suatu jenis monumental dan adat istiadat yang
satwa yang perlu dilakukan upaya berguna untuk pengembangan ilmu
konservasinya, memiliki pengetahuan dari ancaman
keanekaragaman dan populasi satwa kepunahan yang disebabkan oleh
yang tinggi, dan/atau merupakan kegiatan alam maupun manusia.
tempat dan kehidupan jenis satwa Kriteria kawasan cagar budaya
migran tertentu. adalah :
Kriteria kawasan suaka margasatwa 1. Benda buatan manusia, bergerak
adalah : atau tidak bergerak yang berupa
1. Kawasan yang ditunjuk kesatuan atau kelompok, atau
merupakan tempat hidup dan bagian-bagiannya atau sisa-
perkembangan dari suatu jenis sisanya, yang berumur sekurang-
satwa yang perlu dilakukan upaya kurangnya 50 tahun atau
konservasinya; mewakili masa gaya yang khas
2. Memiliki keanekaragaman dan sekurang-kurangnya 50
dan/atau keunikan satwa; dan tahun serta dianggap mempunyai
3. Mempunyai luas yang cukup nilai penting bagi sejarah, ilmu
sebagai habitat jenis satwa yang pengetahuan dan kebudayaan;
bersangkutan. 2. Lokasi yang mengandung atau
diduga mengandung benda cagar
budaya.
282 283
Perlindungan terhadap kawasan ilmu 2. Komplek makam Raden Aya
pengetahuan berupa mangrove centre Wiralodra I berada di Kelurahan
dilakukan untuk melindungi bentang
Lemahabang Kecamatan
alam dan gejala alam yang menarik
dan indah, baik secara alamiah Indramayu;
maupun buatan bagi kepentingan 3. Komplek makam Nyi Resik II
penelitian, pendidikan, dan wisata berada di Desa Sindang
alam. Kecamatan Sindang;
Ayat (2) 4. Komplek makam Selawi berada di
Cukup jelas Desa Dermayu Kecamatan
Ayat (3) Sindang;
Huruf a 5. Komplek makam Habib Keling
Luas Kawasan Pulau Biawak kurang berada di Desa Tanjakan
lebih 15.540 hektar, yang terdiri dari Kecamatan Krangkeng;
:
6. Komplek makam Kyai Arsyad
 luas wilayah perairan kurang lebih berada di Kecamatan
14.798 hektar; dan Karangampel;
 luas wilayah daratan kurang lebih 7. Komplek Kanjeng Jlari berada di
742 hektar meliputi : Desa Singaraja Kecamatan
1. Pulau Biawak seluas kurang Indramayu;
lebih 130 hektar;
8. Prahu Kuno berada di Kecamatan
2. Pulau Gosong seluas kurang
Juntinyuat;
lebih 312 hektar; dan
9. Pedati Kuno berada di Desa
3. Pulau Candikian seluas kurang
Bondang Kecamatan
lebih 300 hektar.
Sukagumiwang;
Huruf b
10. Setu Buyut Tambi berada di Desa
12 (dua belas) situs meliputi :
Tambi Kecamatan Sliyeg;
1. Komplek makam Raden Arya
Wiralodra berada di Desa Sindang
Kecamatan Sindang;
284 285
11. Situs Komplek Buyut Banjar Ayat (2)
berada di Desa Bulak Kecamatan Cukup jelas
Jatibarang; dan Ayat (3)
12. Koloni Kera Bulak berada di Desa Cukup jelas
Bulak Kecamatan Jatibarang. Ayat (4)
Huruf c Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 31
Pasal 30
Ayat (1)
Ayat (1)
Huruf a Cukup jelas
Kriteria kawasan rawan gelombang Ayat (2)
pasang adalah kawasan sekitar Cukup jelas
pantai yang rawan terhadap Ayat (3)
gelombang pasang dengan kecepatan Cukup jelas
antara 10 sampai dengan 100 Ayat (4)
kilometer per jam yang timbul akibat Cukup jelas
angin kencang atau gravitasi bulan Ayat (5)
atau matahari. Cukup jelas

Huruf b
Pasal 32
Kawasan rawan banjir adalah
Ayat (1)
kawasan yang diidentifikasi sering
dan berpotensi tinggi terjadi banjir. Huruf a
Perlindungan terhadap kawasan Perlindungan terhadap kawasan
rawan banjir dilakukan untuk perlindungan plasma nutfah
mengatur kegiatan manusia pada dilakukan untuk melindungi dan
kawasan rawan banjir untuk mengembangkan jenis plasma nutfah
menghindari terjadinya bencana tertentu di luar kawasan suaka alam
akibat perbuatan manusia. dan kawasan pelestarian alam.
286 287
Huruf b Pasal 34
Kriteria kawasan terumbu karang Ayat (1)
adalah: Kawasan peruntukan hutan produksi
1. Berupa kawasan yang berbentuk dimaksudkan untuk menyediakan
dari koloni masif dari hewan kecil komoditas hasil hutan untuk memenuhi
yang secara bertahap membentuk kebutuhan untuk keperluan industri,
terumbu karang; sekaligus untuk melindungi kawasan hutan
2. Terdapat di sepanjang pantai yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan
dengan kedalaman paling dalam hutan konservasi dari kerusakan akibat
40 meter; dan pengambilan hasil hutan yang tidak
3. Dipisahkan oleh laguna dengan terkendali.
kedalaman antara 40 sampai Kriteria kawasan hutan produksi adalah:
dengan 75 meter. 1. Memiliki faktor kemiringan lereng, jenis
Ayat (2) tanah, dan intensitas hujan dengan
Cukup jelas jumlah skor paling besar 174; dan
Ayat (3) 2. Merupakan kawasan yang apabila
Cukup jelas dikonversi mampu mempertahankan
daya dukung dan daya tampung
Pasal 33 lingkungan.
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
288 289
Ayat (3) Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 36 Cukup jelas
Ayat (1) Ayat (4)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2) Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (3) Ayat (6)
Lahan pertanian pangan berkelanjutan Cukup jelas
adalah lahan yang dikelola untuk budiaya Ayat (7)
pertanian ramah lingkungan yang mampu Cukup jelas
mencapai produktivitas dan keuntungan Ayat (8)
optimal dengan tetap selalu menjaga Cukup jelas
kelestarian sumberdaya lahan dan
lingkungan. Pasal 38
Ayat (1)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Ayat (5) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (3)
Ayat (6) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 37 Ayat (5)
Ayat (1) Cukup jelas
Cukup jelas
290 291
Ayat (3)
Pasal 39
Cukup jelas
Ayat (1)
Ayat (4)
Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Pasal 42
Cukup jelas Ayat (1)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Huruf a
Pasal 40 Cukup jelas
Ayat (1) Huruf b
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2) Huruf c
Cukup jelas 17 (tujuh belas) Komando Rayon
Ayat (3) Militer meliputi:
Cukup jelas 1. Kecamatan Indramayu;
Ayat (4) 2. Kecamatan Sindang;
Cukup jelas 3. Kecamatan Lohbener;
Ayat (5) 4. Kecamatan Jatibarang;
Cukup jelas 5. Kecamatan Bangodua;
6. Kecamatan Kertasemaya;
Pasal 41 7. Kecamatan Sliyeg;
Ayat (1) 8. Kecamatan Karangampel;
Cukup jelas 9. Kecamatan Krangkeng;
Ayat (2) 10. Kecamatan Juntinyuat;
Cukup jelas 11. Kecamatan Losarang;
12. Kecamatan Lelea;
292 293
13. Kecamatan Anjatan; Ayat (3)
14. Kecamatan Cikedung; Kawasan strategis kabupaten adalah
15. Kecamtan Haurgeulis; wilayah yang penataan ruangnya
16. Kecamatan Kandanghaur; dan diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
17. Kecamatan Gabuswetan. yang sangat penting dalam lingkup
Huruf d Kabupaten ditinjau dari bidang
Cukup jelas pemerintahan kabupaten, pertumbuhan
Huruf e ekonomi, bidang sosial dan budaya, bidang
Cukup jelas fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Huruf f Ayat (4)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf g Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf h Ayat (6)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas Pasal 44
Huruf j Ayat (1)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf k Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 43 Cukup jelas
Ayat (1) Ayat (4)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2) Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
294 295
Ayat (6) Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (7) Ayat (6)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (7)
Pasal 45 Cukup jelas
Ayat (1) Ayat (8)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 48
Ayat (3) Ayat (1)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (4) Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (5) Ayat (3)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (4)
Pasal 46 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 47 Ayat (6)
Ayat (1) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (7)
Ayat (2) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (8)
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (9)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas
296 297
Ayat (10) amplop ruang (koefisien dasar ruang
Cukup jelas hijau, koefisien dasar bangunan,
koefisien lantai bangunan, dan garis
Pasal 49 sempadan bangunan), penyediaan
Ayat (1) sarana dan prasarana, serta
Cukup jelas ketentuan lain yang dibutuhkan
Ayat (2) untuk mewujudkan ruang yang
Cukup jelas aman, nyaman, produktif, dan
Ayat (3) berkelanjutan.
Cukup jelas Huruf b
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas Huruf c
Ayat (5) Cukup jelas
Cukup jelas Huruf d
Cukup jelas
Pasal 50 Ayat (2)
Ayat (1) Cukup jelas
Huruf a
Peraturan zonasi merupakan
Pasal 51
ketentuan yang mengatur
Ayat (1)
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur
Cukup jelas
pengendalian yang disusun untuk
Ayat (2)
setiap zona peruntukan sesuai
Cukup jelas
dengan rencana rinci tata ruang.
Peraturan zonasi berisi ketentuan
Pasal 52
yang diperbolehkan, diperbolehkan
Cukup jelas
bersyarat dan tidak diperbolehkan
pada zona pemanfaatan ruang yang
dapat terdiri atas ketentuan tentang
298 299
Pasal 53 Pasal 62
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 63
Pasal 54
Cukup jelas
Cukup jelas

Pasal 64
Pasal 55
Cukup jelas
Cukup jelas

Pasal 56 Pasal 65
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 57 Pasal 66
Cukup jelas Ayat (1)
Pasal 58 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 59
Cukup jelas
Cukup jelas

Pasal 67
Pasal 60 Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 68
Pasal 61 Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
300 301
Pasal 70 Pasal 80
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 71 Pasal 81
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 72 Pasal 82
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 73 Pasal 83
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 74 Pasal 84
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 75 Pasal 85
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 76 Pasal 86
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 77 Pasal 87
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 78 Pasal 88
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 79 Pasal 89
Cukup jelas Cukup jelas
302 303
Pasal 90 Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 91 Ayat (6)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (7)
Pasal 92 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (8)
Cukup jelas
Pasal 93 Ayat (9)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (10)
Pasal 94 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (11)
Cukup jelas
Pasal 95
Pasal 98
Cukup jelas
Cukup jelas

Pasal 96
Pasal 99
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 97
Ayat (1) Pasal 100
Cukup jelas Ayat (1)
Ayat (2) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (3)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas
304 305
Pasal 101 Pasal 103
Ayat (1) Ayat (1)
Insentif merupakan perangkat atau upaya Cukup jelas
untuk memberikan imbalan terhadap Ayat (2)
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan Cukup jelas
rencana tata ruang. Ayat (3)
Ayat (2) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (4)
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (4) Pasal 104
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 102
Ayat (1) Pasal 106
Disinsentif merupakan perangkat untuk Ayat (1)
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau Cukup jelas
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan Ayat (2)
dengan rencana tata ruang. Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 107
Ayat (3) Ayat (1)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (4) Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (5) Ayat (3)
Cukup jelas Cukup jelas
306 307
Ayat (4) Ayat (3)
Cukup jelas Dinamika internal yang mempengaruhi
Ayat (5) perlunya peninjauan kembali dan/atau
Cukup jelas penyempurnaan RTRWK adalah substansi
Ayat (6) RTRWK yang tidak dapat lagi mewadahi
Cukup jelas
perkembangan dan pertumbuhan kegiatan
sosial ekonomi yang cepat dan dinamis,
Pasal 108
terbatasnya pengertian dan komitmen
Ayat (1)
Cukup jelas aparat yang berkaitan dengan tugas
Ayat (2) penataan ruang mengenai fungsi dan
Cukup jelas kegunaan RTRWK dalam pelaksanaan
Pasal 109 pembangunan, adanya perubahan atau
Ayat (1) pergeseran nilai-nilai yang berlaku di
Cukup jelas masyarakat setempat tentang kualitas tata
Ayat (2) ruang, dan lain-lain.
Peninjauan kembali dan/atau Ayat (4)
penyempurnaan RTRWK dapat dipengaruhi Huruf a
oleh perubahan peraturan atau rujukan Tidak perlu dilakukan revisi karena
baru mengenai sistem penataan ruang,
tidak ada perubahan kebijakan dan
perubahan kebijakan baik yang dilakukan
strategi nasional dan/atau provinsi
oleh Pemerintah, Provinsi, dan Kabupaten
maupun sektor, perubahan-perubahan dan tidak terjadi dinamika internal
dinamis akibat kebijakan maupun kabupaten yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, adanya paradigma pemanfaatan ruang kabupaten secara
baru pembangunan dan/atau penataan mendasar.
ruang, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan bencana alam yang
dapat mengubah struktur dan pola ruang
yang ada.
308 309
Huruf b Pasal 113
Perlu dilakukan revisi karena adanya Cukup jelas
perubahan kebijakan dan strategi
nasional dan/atau provinsi yang Pasal 114
mempengaruhi pemanfaatan ruang Cukup jelas
wilayah kabupaten dan/atau terjadi
dinamika internal kabupaten yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang
kabupaten secara mendasar. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN
Ayat (5) INDRAMAYU NOMOR 1
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas

Pasal 111
Cukup jelas

Pasal 112
Cukup jelas
Salinan Salinan sesuai dengan aslinya
NO : 14/LD/2010
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA
KABUPATEN INDRAMAYU

MAMAN KOSTAMAN, SH
Pembina Tk I
NIP. 19620610 1999103 1 006

Anda mungkin juga menyukai