5332-LD No 1 RTRW
5332-LD No 1 RTRW
NO : 1/LD/2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1
25. Rencana Tata Ruang adalah hasil 31. Kawasan rawan bencana adalah kawasan
perencanaan tata ruang. yang pernah atau berpontesi tinggi mengalami
bencana, seperti tanah longsor, banjir,
26. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
gelombang pasang, abrasi, dan letusan
Indramayu yang selanjutnya disebut RTRWK
gunung berapi, yang perlu dikelola agar dapat
adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah
menghindarkan masyarakat dari ancaman
Kabupaten Indramayu.
bencana.
27. Wilayah adalah ruang yang merupakan
32. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang
kesatuan geografis beserta segenap unsur
ditetapkan dengan fungsi utama untuk
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
berdasarkan aspek administratif dan/atau
sumber daya alam, sumber daya manusia,
aspek fungsional.
dan sumber daya buatan.
34 35
33. Kawasan Permukiman adalah bagian dari 37. Kawasan Strategis Kabupaten yang
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, selanjutnya disebut KSK adalah wilayah yang
baik berupa kawasan perkotaan maupun penataan ruangnya diprioritaskan karena
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan mempunyai pengaruh sangat penting dalam
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan lingkup daerah terhadap ekonomi, sosial,
tempat kegiatan yang mendukung budaya, dan/atau lingkungan.
perikehidupan dan penghidupan. 38. Prajapolitan adalah konsep pembangunan
34. Kawasan Perdesaan adalah kawasan dengan perkotaan sebagai pusat pemerintahan daerah
kegiatan utama pertanian, pengelolaan berbasis wilayah dengan pendekatan dan
sumber daya alam dengan fungsi kawasan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-
sebagai tempat permukiman perdesaan, prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan akselerasi.
sosial, dan kegiatan ekonomi. 39. Agropolitan adalah kota pertanian, desa-desa
35. Kawasan Perkotaan adalah kawasan dengan sentra produksi pertanian dan desa peyangga
kegiatan utama bukan pertanian, dengan yang ada di sekitarnya yang mampu memacu
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman berkembangnya sistem dan usaha agribisnis,
perkotaan, pusat dan distribusi pelayanan sehingga dapat melayani, mendorong,
jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan menarik, dan menghela kegiatan
kegiatan ekonomi. pembangunan pertanian di wilayah
36. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya sekitarnya.
disebut KSP adalah wilayah yang penataan 40. Minapolitan merupakan konsep
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pembangunan kelautan dan perikanan
pengaruh sangat penting secara provinsi berbasis wilayah dengan pendekatan dan
terhadap kedaulatan provinsi, pertahanan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-
keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan
dan/ atau lingkungan. akselerasi.
36 37
41. Wanapolitan adalah konsep pembangunan 46. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya
kehutanan dan perkebunan berbasis wilayah disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
dengan pendekatan dan sistem manajemen berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kawasan dengan prinsip-prinsip, integrasi, kabupaten atau beberapa kecamatan.
efisiensi, kualitas, dan akselerasi. 47. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang
42. Kawasan Sempadan Sungai adalah daerah selanjutnya disebut PKLp adalah pusat
sepanjang aliran sungai (pada kedua sisi kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian
sungai) yang diperuntukkan bagi pengamanan hari ditetapkan sebagai PKL.
dan kelestarian lingkungan sekitar aliran 48. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya
sungai. disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang
43. Kawasan sekitar waduk/danau adalah berfungsi untuk melayani kegiatan skala
daratan sepanjang tepian waduk/danau yang kecamatan atau beberapa desa.
lebarnya proporsional dengan bentuk dan 49. Pusat Pelayanan Lingkungan yang
kondisi fisik waduk/danau sekurang- selanjutnya disebut PPL adalah pusat
kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke permukiman yang berfungsi untuk melayani
arah darat. kegiatan skala antar desa.
44. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disebut 50. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan
CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh hutan yang mempunyai fungsi pokok
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian memproduksi hasil hutan.
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, 51. Hutan Produksi Tetap adalah kawasan hutan
pengaliran dan pelepasan air tanah dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah,
berlangsung. dan intensitas hujan setelah masing-masing
45. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya dikalikan dengan angka penimbang
disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang mempunyai nilai di bawah 125 (seratus dua
berfungsi untuk melayani kegiatan skala puluh lima), di luar kawasan hutan lindung,
provinsi atau beberapa kabupaten/ kota. hutan suaka alam, hutan pelestarian alam,
dan taman buru.
38 39
52. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di 57. Kawasan budidaya perkebunan adalah
atas tanah yang dibebani hak milik maupun kawasan yang memiliki potensi untuk
hak lainya, dengan ketentuan luas minimum dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada
0,25 (nol koma dua lima) hektar, penutupan lahan basah dan atau lahan kering untuk
tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman komoditas perkebunan.
lainnya lebih dari 50 (lima puluh) persen. 58. Kawasan budidaya peternakan adalah
kawasan yang secara khusus diperuntukkan
53. Kawasan hutan rakyat adalah kawasan hutan
untuk kegiatan peternakan atau terpadu
yang berada pada lahan-lahan masyarakat
dengan komponen usaha tani (berbasis
dan dikelola oleh masyarakat yang
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
atau perikanan) berorientasi ekonomi dan
akan hasil hutan.
berakses dan hulu sampai hilir.
54. Kawasan peruntukan pertanian adalah
59. Kawasan Perikanan adalah kawasan yang
kawasan yang dialokasikan dan memenuhi
diperuntukan bagi perikanan, baik berupa
kritenia untuk budidaya tanaman pangan,
pertambakan/kolam dan perairan darat
hortikultura, perkebunan dan peternakan.
lainnya.
55. Kawasan budidaya tanaman pangan adalah
60. Kawasan Peruntukan Industri adalah tanah
kawasan lahan basah beririgasi, rawa pasang
yang diperuntukan bagi kegiatan industri
surut dan lebak dan lahan basah tidak
berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang
beririgasi serta lahan kering potensial untuk
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
pemanfaatan dan pengembangan tanaman
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
pangan.
61. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan
56. Kawasan budidaya hortikultura adalah
luas tertentu yang dibangun atau disediakan
kawasan lahan kering potensial untuk
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
pemanfaatan dan pengembangan tanaman
hortikultura secara monokultur maupun
tumpang sari.
40 41
62. Kawasan Permukiman adalah bagian dari 66. Tanah Terlantar adalah tanah yang sudah
lingkungan hidup diluar kawasan lindung diberikan hak oleh Negara beruapa hak milik,
baik berupa kawasan perkotaan maupun hak guna usaha, hak guna bangunan, hak
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan pakai, hak pengelolaan, atau dasar
tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat penguasaan atas tanah yang tidak
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak
penghidupan. dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau
63. Kawasan pertahanan dan keamanan Negara sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar
adalah kawasan yang ditetapkan dengan penguasaannya.
fungsi utama untuk kepentingan kegiatan 67. Lahan Kritis adalah lahan yang telah
pertahanan dan keamanan. terdegradasi atau mengalami kerusakan,
64. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah sehingga kehilangan atau berkurang
yang ditetapkan secara nasional yang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan
digunakan untuk kepentingan pertahanan. atau diharapkan.
65. Kawasan pertambangan adalah wilayah yang
memiliki potensi sumberdaya bahan tambang 68. Jalan adalah prasarana transportasi darat
yang berwujud padat, cair, atau gas yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
berdasarkan peta/ data geologi dan bangunan pelengkap dan perlengkapannya
merupakan tempat dilakukannya sebagian yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan berada pada permukaan tanah, di atas
yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, permukaan tanah, di bawah permukaan
eksplorasi, operasi produksi/ eksploitasi dan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
pasca tambang, baik di wilayah daratan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh jalan kabel.
penggunaan lahan, baik kawasan budidaya
maupun kawasan lindung.
42 43
69. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan 72. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya
ruas jalan yang saling menghubungkan dan disebut RTH adalah area memanjang/jalur
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
wilayah yang berada dalam pengaruh lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
pelayanannya dalam satu hubungan tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
hierarkis. maupun yang sengaja ditanam.
70. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS 73. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang
adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
daya air dalam satu atau lebih daerah aliran ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 yang penetapan zonanya dalam perencanaan
(dua ribu) km2 (kilometer persegi). rinci tata ruang.
71. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya 74. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang
disebut DAS adalah suatu wilayah daratan dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
yang merupakan satu kesatuan dengan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
sungai dan anak-anak sungainya, yang perUndang-Undangan.
berfungsi menampung, menyimpan dan 75. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Perangkat
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan Pemerintah Daerah dalam memelihara dan
ke danau atau ke laut secara alami, yang menyelenggarakan ketenteraman dan
batas di darat marupakan pemisah topografis ketertiban umum serta menegakkan
dan batas di laut sampai dengan daerah Peraturan Daerah.
perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. 76. Masyarakat adalah orang perseorangan,
kelompok orang termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
44 45
a. wilayah daratan seluas 209.942 (dua ratus
77. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif
sembilan ribu sembilan ratus empat puluh
masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
dua) hektar;
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
b. wilayah pesisir dan laut dengan panjang
pemanfaatan ruang.
pantai 147 (seratus empat puluh tujuh)
78. Bentuk peran masyarakat adalah kilometer dimana sejauh 4 (empat) mil dari
kegiatan/aktivitas yang dilakukan masyarakat pantai merupakan kewenangan Kabupaten;
dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan c. wilayah udara; dan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. d. wilayah dalam bumi.
79. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (2) Batas koordinat Daerah adalah 107052’ -
yang selanjutnya disebut BKPRD adalah 108036’ Bujur Timur dan 06015’ - 06040’
badan bersifat adhoc yang dibentuk untuk Lintang Selatan.
mendukung pelaksanaan Undang-Undang
(3) Batas-batas wilayah Daerah terdiri atas:
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
a. sebelah utara berbatasan dengan Laut
Ruang di Kabupaten Indramayu dan
Jawa;
mempunyai fungsi membantu tugas Bupati
b. sebelah timur meliputi:
dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
1. Kabupaten Cirebon; dan
2. Laut Jawa.
BAB II
c. sebelah selatan meliputi:
LUAS DAN BATAS WILAYAH KABUPATEN
1. Kabupaten Majalengka;
Pasal 2 2. Kabupaten Sumedang; dan
3. Kabupaten Cirebon.
(1) Lingkup wilayah RTRWK meliputi batas yang d. sebelah barat berbatasan dengan
ditentukan berdasarkan aspek administratif Kabupaten Subang.
mencakup:
46 47
BAB III e. pengembangan kawasan peruntukan
TUJUAN, KEBIJAKAN, pariwisata terpadu berbasis potensi alam;
f. pengembangan usaha pertambangan mineral,
DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
minyak dan gas bumi;
WILAYAH KABUPATEN g. pengembangan kawasan peruntukan
permukiman;
Bagian Pertama h. pengembangan pusat-pusat pelayanan;
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten i. pengembangan sistem jaringan prasarana
wilayah;
Pasal 3 j. pengendalian dan pelestarian kawasan
Penataan ruang di wilayah Daerah bertujuan lindung;
mewujudkan pemerataan pembangunan k. pengembangan kawasan strategis sesuai
kepentingan fungsi daya dukung lingkungan;
terintegrasi di seluruh wilayah Daerah berbasis
l. pengembangan kawasan strategis sesuai
pertanian, perikanan, kehutanan, serta industri. kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
m. peningkatan fungsi kawasan untuk
Bagian Kedua pertahanan dan keamanan negara.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Kabupaten Paragaf 2
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Paragaf 1
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Pasal 5
Pasal 70
Pasal 69
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar sungai sebagaimana dimaksud dalam
sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (2) huruf d dengan ketentuan:
Pasal 66 ayat (2) huruf c dengan ketentuan:
a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk RTH,
untuk RTH;
pertahanan dan keamanan, dan perhubungan;
b. diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat
b. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
memperkuat fungsi perlindungan sempadan
kepentingan adat dan kearifan lokal;
sungai;
c. diperbolehkannya pengembangan struktur
alami dan struktur buatan untuk mencegah
abrasi, akresi dan intrusi air laut;
182 183
c. diperbolehkan bersyarat mendirikan bangunan 5. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
yang menunjang fungsi sempadan sungai budidaya termasuk mendirikan bangunan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian kecuali bangunan yang diperlukan untuk
dari suatu jaringan atau transmisi bagi menunjang fungsi waduk dan/atau
kepentingan umum; bangunan yang merupakan bagian dari
d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang suatu jaringan atau transmisi bagi
untuk hutan rakyat; dan kepentingan umum.
e. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang b. ketentuan umum peraturan zonasi pada
secara sengaja dan jelas menghambat arah kawasan sekitar situ meliputi:
dan intensitas aliran air. 1. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
RTH sekitar situ;
Pasal 71 2. diperbolehkan bersyarat melakukan
kegiatan budidaya perikanan air tawar;
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan
sekitar waduk dan situ sebagaimana dimaksud
ruang untuk hutan rakyat;
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf e dengan
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
ketentuan:
yang merusak daerah tangkapan air situ;
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada
5. tidak diperbolehkan mendirikan bagunan
kawasan sekitar waduk meliputi:
permanen untuk hunian dan tempat usaha;
1. diperbolehkan melakukan pemanfaatan
6. tidak diperbolehkan membuang secara
ruang untuk RTH;
langsung limbah padat, limbah cair, limbah
2. diperbolehkan bersyarat melakukan
gas dan limbah B3; dan
kegiatan budidaya perikanan air tawar;
7. tidak diperbolehkan kegiatan pemanfaatan
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan
ruang yang dapat mengganggu kelestarian
ruang untuk hutan rakyat;
sumberdaya air, keseimbangan fungsi
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
lindung, serta kelestarian flora dan fauna.
yang dapat merusak kualitas waduk,
kondisi fisik tepi dan dasar waduk; dan
184 185
Pasal 72 Pasal 74
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Ketentuan zonasi kawasan suaka margasatwa
sekitar jaringan irigasi sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf f dengan ketentuan: huruf h dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan a. diperbolehkan pemanfaatan kawasan suaka
mendukung jaringan irigasi; alam dan suaka margasatwa, sebagai fungsi
b. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang ekologis, sosial, estetika dan edukasi;
untuk RTH; dan b. diperbolehkan kegiatan yang menunjang
c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum disekitar
secara sengaja dan jelas menghambat arah kawasan suaka alam dan suaka margasatwa
dan intensitas aliran air. dengan syarat mengikuti pengaturan pendirian
bangunan; dan
Pasal 73 c. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengubah
dan/atau merusak kawasan suaka alam dan
Ketentuan umum peraturan zonasi RTH suaka margasatwa.
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (2) huruf g dengan ketentuan:
a. diperbolehkan melakukan kegiatan perkotaan Pasal 75
berupa kegiatan rekreasi dan olahraga alam; Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
b. diperbolehkan bersyarat melakukan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
pengembangan jenis tanaman semusim; dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
c. tidak diperbolehkan melakukan penebangan huruf i dengan ketentuan:
pohon tanpa seizin instansi atau pejabat yang a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
berwenang. pendidikan, penelitian, dan pariwisata;
b. tidak diperbolehkan kegiatan dan pendirian
bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan;
186 187
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat Pasal 77
merusak kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan; Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal
mengubah bentukan geologi tertentu yang 66 ayat (2) huruf k dengan ketentuan:
mempunyai manfaat untuk pengembangan a. diperbolehkan pembuatan sumur resapan;
ilmu pengetahuan; b. diperbolehkan penetapan jalur evakuasi dari
e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang permukiman penduduk;
mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar c. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan untuk kepentingan pemantauan ancaman
f. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat bencana dan kepentingan umum;
mengganggu upaya pelestarian budaya d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan dataran
masyarakat setempat. banjir bagi ruang terbuka hijau dan
pembangunan fasilitas umum dengan
kepadatan rendah; dan
Pasal 76 e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang bagi
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan kegiatan permukiman dan fasilitas umum
rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud penting lainnya.
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf j dengan ketentuan:
a. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang Pasal 78
dengan mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana; dan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
b. diperbolehkan pendirian bangunan untuk rawan abrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kepentingan pemantauan ancaman bencana 66 ayat (2) huruf l dengan ketentuan:
dan kepentingan umum. a. diperbolehkan untuk kegiatan ruang terbuka
hijau;
b. diperbolehkan penyediaan jalur evakuasi;
188 189
c. diperbolehkan bersyarat pengembangan a. tidak diperbolehkan kegiatan dan pendirian
kegiatan budidaya dengan syarat konstruksi bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
yang sesuai; dan kawasan;
d. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan b. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
untuk kepentingan pemantauan ancaman dapat mengganggu fungsi kawasan dalam
bencana dan kepentingan umum. melindungi plasma dan/atau genetik di
kawasan perlindungan plasma nutfah; dan
Pasal 79 c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang dapat mengganggu arsitektur bentang alam.
memberikan perlindungan terhadap air tanah
Pasal 81
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
huruf m dengan ketentuan: Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. diperbolehkan bersyarat dikembangkan perlindungan terumbu karang sebagaimana
menjadi kawasan budidaya dengan dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf o dengan
memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan ketentuan:
fungsi kawasan imbuhan air; a. tidak diperbolehkan kegiatan dan pendirian
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan air bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
tanah dengan memperhatikan besarnya kawasan;
cadangan air tanah serta kelestarian b. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
lingkungan hidup kawasan sekitarnya; dan dapat mengganggu fungsi kawasan dalam
c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat melindungi terumbu karang; dan
menimbulkan pencemaran. c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
dapat mengganggu arsitektur bentang alam.
Pasal 80
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan plasma-nutfah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf n dengan
ketentuan:
190 191
Pasal 82 e. tidak diperbolehkan pengembangan budidaya
lainnya yang mengurangi luas hutan.
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf a dengan Pasal 84
ketentuan: Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. diperbolehkan bersyarat kegiatan pemanfaatan peruntukan tanaman pangan sebagaimana
hasil hutan; dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf c dengan
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan pendirian ketentuan:
bangunan untuk menunjang kegiatan a. diperbolehkan melakukan pembuatan
pemanfaatan hasil hutan; dan pematang, teras, dan saluran drainase;
c. diperbolehkan alih fungsi hutan produksi. b. diperbolehkan melakukan pola tanam
monokultur, tumpangsari, dan campuran
Pasal 83 tumpang gilir;
c. tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan
peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud pertanian pangan berkelanjutan;
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf b dengan
d. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang
ketentuan:
dapat merusak kelestarian sumber air untuk
a. diperbolehkan pengembangan hutan secara kepentingan irigasi; dan
berkelanjutan;
e. diperbolehkan pembangunan sistem jaringan
b. diperbolehkan melakukan penghijauan dan prasarana wilayah kabupaten untuk
rehabilitasi hutan; kepentingan umum.
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan hasil
hutan;
d. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan
hanya untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan; dan
192 193
Pasal 85 b. diperbolehkan permukiman perdesaan bagi
penduduk yang bekerja disektor perkebunan;
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
c. tidak diperbolehkan penanaman jenis
kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana
tanaman perkebunan bersifat menyerap air;
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf d dengan
d. tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman
ketentuan:
perkebunan bagi kawasan perkebunan besar
a. diperbolehkan melakukan pola tanam
yang tidak sesuai dengan perizinan;
monokultur, tumpangsari, dan tumpang gilir;
e. diperbolehkan bangunan pendukung kegiatan
b. diperbolehkan melakukan tindakan konservasi
perkebunan dan jaringan prasarana wilayah;
berkaitan dengan vegetatif dan sipil teknis,
dan
yaitu pembuatan pematang, terasering, dan
f. diperbolehkan alih fungsi kawasan
saluran drainase;
peruntukan perkebunan menjadi fungsi
c. diperbolehkan bersyarat konversi lahan sawah
lainnya.
beririgasi non teknis untuk keperluan
infrastruktur strategis; dan
d. tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi Pasal 87
lahan sawah beririgasi teknis yang telah Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud
berkelanjutan, kecuali untuk pembangunan dalam Pasal 66 ayat (3) huruf f dengan ketentuan:
sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten. a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang
Pasal 86 untuk permukiman di sekitar kawasan;
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan b. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah
peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dan bangunan pendukung kegiatan
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf e dengan peternakan;
ketentuan: c. tidak diperbolehkan pengembangan kawasan
a. diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya peternakan yang dibebani fungsi pariwisata
peternakan, perikanan, permukiman, dan merusak fungsi pariwisata; dan
kegiatan pariwisata;
194 195
d. tidak diperbolehkan mengakibatkan Pasal 89
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan pertambangan sebagaimana
Pasal 88 dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf h dengan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ketentuan:
peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud a. diperbolehkan pengembangan kawasan
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf g dengan permukiman pendukung kegiatan
ketentuan: pertambangan;
a. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah b. diperbolehkan bersyarat percampuran
dan bangunan pendukung kegiatan perikanan; kegiatan pertambangan dengan fungsi
b. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang kawasan lain sejauh mendukung atau tidak
untuk pembudidayaan ikan air tawar dan merubah fungsi utama kawasan;
jaring apung; c. diperbolehkan bersyarat penambangan pasir
c. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang atau sirtu di dalam badan sungai hanya pada
untuk permukiman di sekitar kawasan; ruas-ruas tertentu yang dianggap tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap
d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan sumber
lingkungan;
daya perikanan tidak boleh melebihi potensi
lestari; d. diperbolehkan bersyarat pengeboran
eksplorasi dan/atau eksploitasi minyak dan
e. diperbolehkan bersyarat kegiatan perikanan
gas bumi pada kawasan lindung atau lahan
tangkap dan budidaya perikanan dengan
pertanian pangan berkelanjutan;
memperhatikan kelestarian lingkungan;
e. tidak diperbolehkan kegiatan penambangan di
f. tidak diperbolehkan pengembangan kawasan
luar kawasan pertambangan;
perikanan yang dibebani fungsi wisata
merusak fungsi pariwisata; dan f. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
penambangan yang dapat menimbulkan
g. tidak diperbolehkan kegiatan yang
kerusakan lingkungan;
mengakibatkan pencemaran air dan
kerusakan lingkungan lainnya. g. tidak diperbolehkan penambangan di dalam
kawasan lindung;
196 197
h. tidak diperbolehkan kegiatan penambangan e. tidak diperbolehkan kegiatan yang
terbuka di dalam kawasan lindung; memberikan dampak merusak dan
i. tidak diperbolehkan kegiatan penambangan di menurunkan kualitas lingkungan;
kawasan rawan bencana dengan tingkat f. diperbolehkan bersyarat kegiatan industri
kerentanan tinggi; dan dengan memiliki sistem pengolahan limbah
j. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pada dan/atau limbah B3;
kawasan perkotaan. g. diperbolehkan bersyarat kegiatan industri
pada lokasi yang berdekatan dengan memiliki
pengelolaan limbah terpadu;
Pasal 90
h. diperbolehkan bersyarat pengembangan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan kawasan peruntukan industri pada sepanjang
peruntukan industri sebagaimana dimaksud jalan arteri atau kolektor dengan dilengkapi
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf i dengan ketentuan: jalan frontage road; dan
a. diperbolehkan pembangunan perumahan i. diperbolehkan pembangunan dan
baru sekitar kawasan peruntukan industri pengembangan industri baru pada kawasan
dengan syarat tidak mengganggu fungsi industri.
utama dan hanya untuk perumahan
karyawan industri;
Pasal 91
b. diperbolehkan melakukan pengelolaan sesuai
dengan manajemen kawasan peruntukan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
industri dan memperhatikan dampak peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
lingkungan; dalam Pasal 66 ayat (3) huruf j dengan ketentuan:
c. diperbolehkan melakukan pengembangan a. diperbolehkan pemanfaatan kawasan fungsi
kegiatan industri yang ditunjang ketersediaan lindung untuk kegiatan wisata;
sarana dan prasarana pendukungnya; b. diperbolehkan kegiatan penelitian dan
d. diperbolehkan kegiatan industri yang tidak pendidikan;
mengakibatkan kerusakan atau alih fungsi c. diperbolehkan pemanfaatan lahan-lahan tidur
kawasan lindung; untuk kegiatan pariwisata;
198 199
d. diperbolehkan melakukan kegiatan yang tidak c. diperbolehkan adanya kegiatan industri skala
mengubah dan mengganggu bentuk arsitektur rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi
setempat, bentang alam, dan pandangan lainnya dengan skala pelayanan lingkungan;
visual; d. diperbolehkan bersyarat pembangunan
e. diperbolehkan melakukan pengembangan pemukiman dengan menyediakan kelengkapan
wisata alam dan wisata minat khusus yang keselamatan bangunan dan lingkungan;
tidak mengganggu fungsi kawasan lindung; e. diperbolehkan bersyarat pembangunan
f. diperbolehkan melakukan pemanfaatan pemukiman dengan menetapkan jenis dan
potensi alam dan budaya masyarakat; syarat penggunaan bangunan;
g. diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan f. diperbolehkan bersyarat pembangunan
hotel dan fasilitas penunjang pariwisata pemukiman dengan menyediakan drainase,
dengan menerapkan kearifan lokal; dan sumur resapan, dan penampungan air hujan;
h. diperbolehkan bersyarat pembangunan g. diperbolehkan bersyarat pembangunan
sarana dan prasarana penunjang wisata pemukiman dengan menyediakan fasilitas
dengan tidak mengganggu fungsi kawasan parkir;
lindung. h. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan air
tanah dalam dan/atau sumur bor;
Pasal 92 i. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu
fungsi permukiman dan kelangsungan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
kehidupan sosial masyarakat; dan
peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (3) huruf k dengan j. tidak diperbolehkan mengembangkan
ketentuan: permukiman terutama pada tikungan sungai,
dan alur sungai kering di kawasan rawan
a. diperbolehkan pengambilan air baku dari air
longsor dengan tingkat kerawanan tinggi.
permukaan;
b. diperbolehkan melakukan menyediakan
sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana
perdagangan dan niaga, kebutuhan sarana
ruang terbuka, taman dan lapangan olahraga;
200 201
Pasal 93 b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan daya dukung lingkungan hidup.
pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) huruf l dengan
ketentuan: Pasal 95
a. diperbolehkan penetapan kawasan pertahanan Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
dan keamanan negara; strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
b. diperbolehkan bersyarat kegiatan budidaya di ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan huruf a dengan ketentuan:
negara dengan tidak mengganggu fungsi a. diperbolehkan pengembangan sarana dan
utama; dan prasarana penunjang guna menimbulkan
c. diperbolehkan penyediaan infrastruktur minat investasi;
pendukung kawasan pertahanan dan b. diperbolehkan perubahan fungsi ruang
keamanan negara. minimal melalui arahan bangunan vertikal
sesuai kondisi kawasan;
Paragraf 3 c. diperbolekan penyediaan ruang terbuka hijau;
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan d. diperbolehkan bersyarat perubahan atau
Strategis penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang
terbuka di kawasan ini; dan
Pasal 94
e. tidak diperbolehkan perubahan fungsi dasar.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
strategis sebagaimana dimaksud pada Pasal 51 Pasal 96
ayat (1) huruf c meliputi:
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
dukung lingkungan hidup sebagaimana
ekonomi; dan
dimaksud dalam Pasal 94 huruf b dengan
ketentuan:
202 203
a. diperbolehkan kegiatan rehabilitasi lahan pada d. pemanfaatan yang optimal atas tanah
kerusakan lingkungan; terlantar dan lahan kritis dengan mengacu
b. diperbolehkan pembuatan sumur resapan pada ketentuan peraturan perundang-
pada kawasan dengan kemampuan tanah undangan.
meresapkan air; dan (3) Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada
c. diperbolehkan penambahan bangunan calon pengguna ruang yang akan melakukan
penunjang kepentingan pariwisata. kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu
kawasan berdasarkan rencana tata ruang.
Bagian Ketiga
(4) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang di
Ketentuan Perizinan
Daerah meliputi:
Pasal 97 a. izin lingkungan;
b. izin perencanaan dan pembangunan; dan
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud c. izin kegiatan.
dalam Pasal 50 ayat (1) huruf b merupakan
acuan bagi pejabat yang berwenang dalam (5) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada
pemberian izin pemanfaatan ruang ayat (4) huruf a meliputi:
berdasarkan rencana struktur dan pola a. izin Gangguan atau Hinder Ordonasi (HO);
ruang yang ditetapkan dalam Peraturan dan
Daerah ini. b. izin persetujuan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk: Lingkungan (UPL), dan Analisis Mengenai
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai Dampak Lingkungan (AMDAL).
dengan rencana tata ruang, peraturan
zonasi, dan standar pelayanan minimal (6) Izin perencanaan dan pembangunan
bidang penataan ruang; sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan b meliputi:
ruang; a. izin prinsip;
c. melindungi kepentingan umum dan b. izin peruntukan penggunaan lahan;
masyarakat luas; dan c. izin lokasi; dan
204 205
d. izin mendirikan bangunan (IMB).
(11) Izin kegiatan sebagaimana dimaksud pada
(7) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c meliputi:
ayat (6) huruf a dipakai sebagai kelengkapan a. izin usaha kawasan industri;
persyaratan teknis permohonan izin b. izin Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP);
peruntukan penggunaan lahan, izin lokasi, dan
dan izin mendirikan bangunan. c. izin keramaian.
(8) Izin peruntukan penggunaan lahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b Pasal 98
dengan ketentuan lokasi yang diajukan Izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan
kurang dari 1 (satu) hektar meliputi: pemanfaatan sumber daya alam diatur dengan
a. industri rumah tangga; peraturan bupati sesuai dengan ketentuan
b. perkantoran; peraturan perundang-undangan.
c. perdagangan dan jasa; dan
d. pariwisata buatan.
Pasal 99
(9) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana
(6) huruf c dengan ketentuan lokasi yang
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (1) disertai dengan
diajukan sama atau lebih dari 1 (satu) hektar
persyaratan teknis dan persyaratan administratif
meliputi:
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
a. kawasan industri;
undangan.
b. industri besar;
c. industri sedang;
d. perkantoran; dan Pasal 100
e. perdagangan dan jasa.
(1) Pemberian izin diberikan oleh pejabat yang
(10) Izin mendirikan bangunan (IMB) berwenang dengan mengacu pada rencana tata
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d ruang dan/atau peraturan zonasi.
diberikan berdasarkan rencana detail tata
ruang.
206 207
(2) Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi (3) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud
dengan memperhatikan kewenangan dan pada ayat (1) berupa insentif dari pemerintah
kepentingan berbagai instansi terkait. kabupaten kepada masyarakat umum meliputi:
a. pemberian kompensasi;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur
pemberian izin pemanfaatan ruang diatur b. pengurangan retribusi;
dengan peraturan Bupati. c. imbalan;
d. sewa ruang dan urun saham;
e. penyediaan prasarana dan sarana;
Bagian Keempat
f. penghargaan; dan
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif
g. kemudahan perizinan.
Pasal 101
(4) Ketentuan insentif dilengkapi besaran dan
(1) Ketentuan pemberian insentif sebagaimana jenis kompensasi yang dapat diberikan.
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf c
mengatur pemberian imbalan terhadap (5) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
kegiatan yang didorong dalam rencana tata dalam peraturan daerah.
ruang.
Pasal 102
(2) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa insentif dari pemerintah (1) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana
kabupaten kepada pemerintah desa meliputi: dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf c
a. pemberian kompensasi; mengatur bentuk pengenaan kompensasi
b. subsidi silang; dalam pemanfaatan ruang.
c. penyediaan sarana dan prasarana; dan (2) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud
d. publisitas atau promosi daerah pada ayat (1) berupa disinsentif dari
pemerintah kabupaten kepada pemerintah
desa meliputi:
a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan
208 209
b. pembatasan penyediaan sarana dan (2) Arahan pengenaan sanksi mengatur sanksi
prasarana. administratif kepada pelanggar pemanfaatan
(3) Ketentuan disinsentif sebagaimana dimaksud ruang meliputi:
pada ayat (1) berupa disinsentif dari a. melanggar ketentuan arahan peraturan
pemerintah kabupaten kepada masyarakat zonasi di Daerah;
umum meliputi: b. memanfaatkan ruang tanpa izin dan/atau
a. pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tidak sesuai dengan izin berdasarkan RTRW
tinggi; Kabupaten;
b. pemberian persyaratan khusus dalam c. melanggar ketentuan yang ditetapkan
proses perizinan; dan dalam persyaratan izin yang diterbitkan
c. pembatasan penyediaan sarana dan berdasarkan RTRW Kabupaten;
prasarana infrastruktur. d. memanfaatkan ruang dengan izin yang
diperoleh dengan prosedur yang tidak
(4) Ketentuan disinsentif dilengkapi besaran dan
benar;
jenis kompensasi yang dapat diberikan.
e. memanfaatkan ruang yang menghalangi
(5) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud
akses terhadap kawasan yang oleh
pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
ketentuan peraturan perundang-undangan
dalam peraturan daerah.
dinyatakan sebagai milik umum;
f. melakukan kegiatan penambangan terbuka
Bagian Kelima
di dalam kawasan lindung;
Arahan Pengenaan Sanksi
g. melakukan kegiatan penambangan di
Pasal 103
kawasan rawan bencana dengan tingkat
(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini kerentanan tinggi;
dikenakan sanksi administrasi dan atau h. melakukan kegiatan penambangan yang
sanksi pidana. menimbulkan kerusakan lingkungan;
i. melakukan kegiatan penambangan pada
kawasan perkotaan;
210 211
j. melakukan alih fungsi lahan yang berfungsi s. melakukan kegiatan yang dapat
lindung; menurunkan fungsi ekologis dan estetika
k. memanfaatkan ruang bebas di sepanjang kawasan dengan mengubah dan/atau
jalur transmisi sistem jaringan energi; merusak bentang alam, serta kelestarian
l. melakukan pemanfaatan ruang yang fungsi mata air termasuk akses terhadap
menyebabkan gangguan terhadap fungsi kawasan mata air;
sistem perkotaan dan sistem infrastruktur t. melakukan kegiatan yang mengubah
wilayah Nasional, Provinsi, dan Daerah; dan/atau merusak, kondisi fisik kawasan
m. melakukan kegiatan yang berpotensi mata air, serta kelestarian mata air;
mengurangi luas kawasan hutan dan u. melakukan kegiatan yang mengubah
tutupan vegetasi; dan/atau merusak RTH;
n. memanfaatkan hasil tegakan di kawasan v. melakukan kegiatan di atas tanah timbul,
resapan air; kecuali untuk perluasan kawasan lindung;
o. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang w. secara melawan hukum menguasai tanah
yang dapat mengganggu bentang alam, yang berasal dari tanah timbul, baik berupa
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi daratan yang terbentuk secara alami
hidrologi, kelestarian flora, dan fauna, serta maupun buatan karena proses
fungsi lingkungan hidup di kawasan pengendapan di sungai, situ, dan/atau
lindung; waduk;
p. merusak koleksi tumbuhan dan satwa di x. melakukan kegiatan dan pendirian
kawasan pelestarian alam dan/atau bangunan yang tidak sesuai dan merusak
Kawasan Pulau Biawak; fungsi kawasan cagar budaya dan ilmu
q. melakukan kegiatan yang merusak kualitas pengetahuan;
dan kuantitas air, kondisi fisik kawasan,
dan daerah tangkapan air;
r. membuang secara langsung limbah padat,
limbah cair, limbah gas, dan limbah B3;
212 213
y. memanfaatkan ruang yang mengganggu (4) Tata cara pengenaan sanksi administratif
kelestarian lingkungan di sekitar cagar sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
budaya dan ilmu pengetahuan meliputi meliputi:
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi,
a. peringatan tertulis dapat dilaksanakan
serta wilayah dengan bentukan geologi
dengan prosedur bahwa Pejabat yang
tertentu;
berwenang dalam penertiban pelanggaran
z. melakukan kegiatan yang dapat pemanfaatan ruang dapat memberikan
mengganggu fungsi kawasan dalam peringatan tertulis melalui penertiban surat
melindungi plasma/genetik di kawasan peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3
perlindungan plasma nutfah; dan (tiga) kali;
aa. mengubah dan/atau merusak bentuk
b. penghentian sementara kegiatan dapat
arsitektur setempat, bentang alam, dan
dilakukan melalui:
pemandangan visual di kawasan
1. penertiban surat perintah penghentian
pariwisata.
kegiatan sementara dari pejabat yang
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berwenang melakukan penertiban
pada ayat (1) dalam bentuk : pelanggaran pemanfaatan ruang;
a. peringatan tertulis; 2. apabila pelanggar mengabaikan perintah
b. penghentian sementara kegiatan; penghentian kegiatan sementara,
c. penghentian sementara pelayanan umum; pejabat yang berwenang melakukan
d. penutupan lokasi; penertiban dengan menerbitkan surat
e. pencabutan izin; keputusan pengenaan sanksi
f. pembatalan izin; penghentian sementara secara paksa
g. pembongkaran bangunan; terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
214 215
3. pejabat yang berwenang melakukan 1. penertiban surat pemberitahuan
tindakan penertiban dengan penghentian sementara pelayanan
memberitahukan kepada pelanggar umum dari pejabat yang berwenang
mengenai pengenaan sanksi melakukan penertiban pelanggaran
penghentian kegiatan pemanfaatan pemanfaatan ruang (membuat surat
ruang dan akan segera dilakukan pemberitahuan penghentian sementara
tindakan penertiban oleh aparat pelayanan umum);
penertiban; 2. apabila pelanggar mengabaikan surat
4. berdasarkan surat keputusan pemberitahuan yang disampaikan,
pengenaan sanksi, pejabat yang pejabat yang berwenang melakukan
berwenang melakukan penertiban penertiban dengan menerbitkan surat
dengan bantuan aparat penertiban keputusan pengenaan sanksi
melakukan penghentian kegiatan penghentian sementara pelayanan
pemanfaatan ruang secara paksa; dan umum kepada pelanggar dengan
5. setelah kegiatan pemanfaatan ruang memuat rincian jenis-jenis pelayanan
dihentikan, pejabat yang berwenang umum yang akan diputus;
melakukan pengawasan agar kegiatan 3. pejabat yang berwenang melakukan
pemanfaatan ruang yang dihentikan tindakan penertiban dengan
tidak beroperasi kembali sampai dengan memberitahukan kepada pelanggar
terpenuhinya kewajiban pelanggar mengenai pengenaan sanksi
untuk menyesuaikan pemanfaatan penghentian sementara pelayanan
ruangnya dengan rencana tata ruang umum yang akan segera dilaksanakan,
dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan disertai rincian jenis-jenis pelayanan
ruang yang berlaku. umum yang akan diputus;
c. penghentian sementara pelayanan umum
dapat dilakukan melalui:
216 217
4. pejabat yang berwenang menyampaikan 3. pejabat yang berwenang melakukan
perintah kepada penyedia jasa tindakan penertiban dengan
pelayanan umum untuk menghentikan memberitahukan kepada pelanggar
pelayanan kepada pelanggar, disertai mengenai pengenaan sanksi penutupan
penjelasan secukupnya; lokasi yang akan segera dilaksanakan;
5. penyedia jasa pelayanan umum 4. berdasarkan surat keputusan
menghentikan pelayanan kepada pengenaan sanksi, pejabat yang
pelanggar; dan berwenang dengan bantuan aparat
6. pengawasan terhadap penerapan sanksi penertiban melakukan penutupan lokasi
penghentian sementara pelayanan secara paksa; dan
umum dilakukan untuk memastikan 5. pengawasan terhadap penerapan sanksi
tidak terdapat pelayanan umum kepada penutupan lokasi untuk memastikan
pelanggar sampai dengan pelanggar lokasi yang ditutup tidak dibuka
memenuhi kewajibannya untuk kembali sampai dengan pelanggar
menyesuaikan pemanfaatan ruangnya memenuhi kewajibannya untuk
dengan rencana tata ruang dan menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
ketentuan teknis pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan
yang berlaku. ketentuan teknis pemanfaatan ruang
yang berlaku.
d. penutupan lokasi dapat dilakukan melalui:
1. penertiban surat perintah penutupan e. pencabutan izin dapat dilakukan melalui:
lokasi dari pejabat yang berwenang 1. menerbitkan surat pemberitahuan
melakukan penertiban pelanggaran sekaligus pencabutan izin oleh pejabat
pemanfaatan ruang; yang berwenang melakukan penertiban
2. apabila pelanggar mengabaikan surat pelanggaran pemanfaatan ruang;
perintah yang disampaikan pejabat yang
berwenang menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penutupan
lokasi kepada pelanggar;
218 219
2. apabila pelanggar mengabaikan surat 7. apabila pelanggar mengabaikan perintah
pemberitahuan yang disampaikan, untuk menghentikan kegiatan
pejabat yang berwenang menerbitkan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya,
surat keputusan pengenaan sanksi pejabat yang berwenang melakukan
pencabutan izin pemanfaatan ruang; penertiban kegiatan tanpa izin sesuai
3. pejabat yang berwenang peraturan perundang-undangan.
memberitahukan kepada pelanggar f. pembatalan izin dilakukan melalui:
mengenai pengenaan sanksi pencabutan
1. membuat lembar evaluasi yang berisikan
izin;
dengan arahan pola pemanfaatan ruang
4. pejabat yang berwenang melakukan dalam rencana tata ruang yang berlaku;
tindakan penertiban mengajukan
2. memberitahukan kepada pihak yang
permohonan pencabutan izin kepada
memanfaatkan ruang perihal rencana
pejabat yang memiliki kewenangan
pembatalan izin, agar yang
untuk melakukan pencabutan izin;
bersangkutan dapat mengambil
5. pejabat yang memiliki kewenangan langkah-langkah yang diperlukan untuk
untuk melakukan pencabutan izin mengantisipasi hal-hal akibat
menerbitkan keputusan pencabutan pembatalan izin;
izin;
3. menerbitkan surat keputusan
6. memberitahukan kepada pemanfaat pembatalan izin oleh pejabat yang
ruang mengenai status izin yang telah berwenang melakukan penertiban
dicabut, sekaligus perintah untuk pelanggaran pemanfaatan ruang;
menghentikan kegiatan pemanfaatan
4. memberitahukan kepada pemegang izin
ruang secara permanen yang telah
tentang keputusan pembatalan izin;
dicabut izinnya; dan
5. menerbitkan surat keputusan
pembatalan izin dari pejabat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan
pembatalan izin; dan
220 221
6. memberitahukan kepada pemanfaat h. pemulihan fungsi ruang dapat dilakukan
ruang mengenai status izin yang telah melalui:
dibatalkan.
g. pembongkaran bangunan dilakukan 1. menetapkan ketentuan pemulihan
melalui: fungsi ruang yang berisi bagian-bagian
1. menerbitkan surat pemberitahuan yang harus dipulihkan fungsinya dan
perintah pembongkaran bangunan dari cara pemulihannya;
pejabat yang berwenang melakukan 2. pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan penertiban pelanggaran pemanfaatan
ruang; ruang menerbitkan surat pemberitahuan
2. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah pemulihan fungsi ruang;
pemberitahuan yang disampaikan, 3. apabila pelanggar mengabaikan surat
pejabat yang berwenang melakukan pemberitahuan yang disampaikan,
penertiban mengeluarkan surat pejabat yang berwenang melakukan
keputusan pengenaan sanksi penertiban mengeluarkan surat
pembongkaran bangunan; keputusan pengenaan sanksi pemulihan
3. pejabat yang berwenang melakukan fungsi ruang;
tindakan penertiban memberitahukan 4. pejabat yang berwenang melakukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan tindakan penertiban, memberitahukan
sanksi pembongkaran bangunan yang kepada pelanggar mengenai pengenaan
akan segera dilaksanakan; dan sanksi pemulihan fungsi ruang yang
4. berdasar surat keputusan pengenaan harus dilaksanakan pelanggar dalam
sanksi, pejabat yang berwenang jangka waktu tertentu;
melakukan tindakan penertiban dengan
bantuan aparat penertiban melakukan
pembongkaran bangunan secara paksa.
222 223
j. ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria
5. pejabat yang berwenang melakukan dan tata cara pengenaan sanksi
tindakan penertiban melakukan adminstratif diatur lebih lanjut dalam
pengawasan pelaksanaan kegiatan peraturan daerah.
pemulihan fungsi ruang;
6. apabila sampai jangka waktu yang
ditentukan pelanggar belum Pasal 104
melaksanakan pemulihan fungsi ruang, Setiap orang yang melakukan pelanggaran
pejabat yang bertanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
melakukan tindakan penertiban dapat Daerah ini dikenakan sanksi pidana sesuai
melakukan tindakan paksa untuk dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
7. apabila pelanggar pada saat itu dinilai
tidak mampu membiayai kegiatan Pasal 105
pemulihan fungsi ruang, pemerintah Penegakan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
dapat mengajukan penetapan Satuan Polisi Pamong Praja dan Penyidik Pegawai
pengadilan agar pemulihan dilakukan Negeri Sipil (PPNS) sesuai dengan
oleh pemerintah atas beban pelanggar di kewenangannya, berkoordinasi dengan
kemudian hari. Kepolisian, berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
i. denda administratif dapat dikenakan secara
tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif; dan
224 225
(3) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan c. kegiatan memanfaatakan ruang yang sesuai
tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat dengan kearifan lokal dan rencana tata
(2) huruf a berupa: ruang yang telah ditetapkan;
a. masukan mengenai: d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan
1. persiapan penyusunan rencana tata keserasian dalam pemanfaatan ruang
ruang; darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang
2. penentuan arah pengembangan wilayah di dalam bumi dengan memperhatikan
atau kawasan; kearifan lokal serta seusai dengan
3. pengidentifikasian potensi dan masalah ketentuan peraturan perundang-undangan;
pembangunan wilayah atau kawasan; e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan
4. perumusan konsep rencana tata ruang; kemanan serta memelihara serta
dan meningkatkan kelestarian fungsi
5. penetapan rencana tata ruang. lingkungan hidup dan sumberdaya alam;
b. kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah dan
Daerah, dan/atau sesama unsur f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan
masyarakat dalam perencanaan tata ruang. ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB X
a. masukan terkait arahan dan/atau
KELEMBAGAAN
peraturan zonasi perizinan, pemberian
insentif, dan disinsentif serta pengenaan Pasal 108
sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan (1) Dalam rangka mengkoordinasikan
mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang penyelenggaraan penataan ruang dan
yang telah ditetapkan; kerjasama antar sektor/antar daerah bidang
c. pelaporan kepada instansi dan/atau penataan ruang dibentuk BKPRD.
pejabat yang berwenang dalam hal (2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja
menemukan dugaan penyimpangan atau BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang diatur dengan Keputusan Bupati.
yang melanggar rencana tata ruang yang
telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan BAB XI
pejabat yang berwenang terhadap KETENTUAN LAIN-LAIN
pembangunan yang dianggap tidak sesuai
dengan rencana tata ruang. Pasal 109
(6) Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang (1) RTRW Kabupaten memiliki jangka waktu
peran masyarakat dalam penataan ruang di adalah 20 (dua puluh) tahun sejak ditetapkan
daerah dilakukan sesuai dengan peraturan dalam Peraturan Daerah.
perundang-undangan. (2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu
yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas teritorial
wilayah Daerah yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan, RTRW
Kabupaten dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
230 231
(3) Peninjauan kembali dilakukan juga apabila b. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
terjadi perubahan kebijakan nasional dan terdiri atas:
strategi yang mempengaruhi pemanfaatan 1. Perkotaan Indramayu;
ruang Daerah dan/atau dinamika internal 2. Perkotaan Sindang;
Daerah. 3. Perkotaan Pasekan;
(4) Peninjauan kembali rencana tata ruang 4. Perkotaan Balongan;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat 5. Perkotaan Arahan;
menghasilkan rekomendasi berupa: 6. Perkotaan Cantigi;
a. RTRW Kabupaten tetap berlaku sesuai 7. Perkotaan Lohbener;
dengan masa berlakunya; atau 8. Perkotaan Juntinyuat;
b. RTRW Kabupaten perlu direvisi. 9. Perkotaan Karangampel;
(5) Dalam hal peninjauan kembali RTRW 10. Perkotaan Krangkeng;
Kabupaten menghasilkan rekomendasi 11. Perkotaan Kedokanbunder;
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, 12. Perkotaan Sliyeg;
revisi RTRW Kabupaten dilaksanakan dengan 13. Perkotaan Jatibarang;
tetap menghormati hak yang dimiliki orang 14. Perkotaan Kertasemaya;
dan/atau Badan, sesuai ketentuan peraturan 15. Perkotaan Sukagumiwang;
perundang-undangan. 16. Perkotaan Tukdana;
(6) Revisi RTRW Kabupaten sebagaimana 17. Perkotaan Bangodua;
dimaksud pada ayat (4) huruf b dan ayat (5) 18. Perkotaan Widasari;
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 19. Perkotaan Lelea;
(7) RTRW Kabupaten menjadi pedoman dalam 20. Perkotaan Cikedung;
penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang 21. Perkotaan Terisi;
Kabupaten. 22. Perkotaan Losarang;
(8) Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten 23. Perkotaan Kandanghaur;
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) meliputi: 24. Perkotaan Gabuswetan;
a. Rencana Tata Ruang KSK; dan 25. Perkotaan Kroya;
26. Perkotaan Bongas;
232 233
27. Perkotaan Patrol;
28. Perkotaan Sukra; 2. untuk yang sudah dilaksanakan
29. Perkotaan Anjatan; pembangunannya, dilakukan penyesuaian
30. Perkotaan Haurgeulis; dan dengan masa transisi paling lambat 3 (tiga)
31. Perkotaan Gantar. tahun berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
(9) Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten
3. untuk yang sudah dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
pembangunannya dan tidak
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
memungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan
BAB XII berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin
KETENTUAN PERALIHAN yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai
Pasal 110 akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian yang layak.
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis
a. izin pemanfaatan ruang yang telah
dan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini
dikeluarkan dan telah sesuai dengan
dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku
Daerah ini;
sesuai dengan masa berlakunya;
d. pemanfaatan ruang yang diselenggarakan
b. izin pemanfaatan ruang yang telah
tanpa izin dan bertentangan dengan ketentuan
dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
ketentuan :
e. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
1. untuk yang belum dilaksanakan
ketentuan Peraturan Daerah ini, agar
pembangunannya, izin tersebut
dipercepat untuk mendapatkan izin yang
disesuaikan dengan fungsi kawasan
diperlukan.
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
234 235
Pasal 111 Pasal 114
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka diundangkan.
semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan
Agar setiap orang mengetahuinya,
dengan penataan ruang daerah yang telah ada memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak ini dengan penempatannya dalam Lembaran
bertentangan dengan dan belum diganti Daerah Kabupaten Indramayu.
berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Ditetapkan di Indramayu
Pada tanggal 16 - 1 - 2012
BAB XIII BUPATI INDRAMAYU
KETENTUAN PENUTUP
Cap/ttd
Pasal 112 ANNA SOPHANAH
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Diundangkan di Indramayu
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1996 tentang pada tanggal 20 - 1 - 2012
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
Indramayu (Lembaran Daerah Tahun 1996 Cap/ttd
Nomor 33 Seri D.23), dicabut dan dinyatakan
CECEP NANA SURYANA TOYIB
tidak berlaku.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
Pasal 113 NOMOR : 1 TAHUN 2012 SERI : D.1
Paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA
berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan
KABUPATEN INDRAMAYU
Bupati tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan
Daerah harus telah ditetapkan.
MAMAN KOSTAMAN, SH
Pembina Tk I
NIP. 19620610 1999103 1 006
235 235
Pasal 1 Pasal 1
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Indramayu. Daerah Kabupaten Indramayu.
Cap/ttd Cap/ttd
Huruf b
Pasal 32
Kawasan rawan banjir adalah
Ayat (1)
kawasan yang diidentifikasi sering
dan berpotensi tinggi terjadi banjir. Huruf a
Perlindungan terhadap kawasan Perlindungan terhadap kawasan
rawan banjir dilakukan untuk perlindungan plasma nutfah
mengatur kegiatan manusia pada dilakukan untuk melindungi dan
kawasan rawan banjir untuk mengembangkan jenis plasma nutfah
menghindari terjadinya bencana tertentu di luar kawasan suaka alam
akibat perbuatan manusia. dan kawasan pelestarian alam.
286 287
Huruf b Pasal 34
Kriteria kawasan terumbu karang Ayat (1)
adalah: Kawasan peruntukan hutan produksi
1. Berupa kawasan yang berbentuk dimaksudkan untuk menyediakan
dari koloni masif dari hewan kecil komoditas hasil hutan untuk memenuhi
yang secara bertahap membentuk kebutuhan untuk keperluan industri,
terumbu karang; sekaligus untuk melindungi kawasan hutan
2. Terdapat di sepanjang pantai yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan
dengan kedalaman paling dalam hutan konservasi dari kerusakan akibat
40 meter; dan pengambilan hasil hutan yang tidak
3. Dipisahkan oleh laguna dengan terkendali.
kedalaman antara 40 sampai Kriteria kawasan hutan produksi adalah:
dengan 75 meter. 1. Memiliki faktor kemiringan lereng, jenis
Ayat (2) tanah, dan intensitas hujan dengan
Cukup jelas jumlah skor paling besar 174; dan
Ayat (3) 2. Merupakan kawasan yang apabila
Cukup jelas dikonversi mampu mempertahankan
daya dukung dan daya tampung
Pasal 33 lingkungan.
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
288 289
Ayat (3) Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 36 Cukup jelas
Ayat (1) Ayat (4)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2) Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (3) Ayat (6)
Lahan pertanian pangan berkelanjutan Cukup jelas
adalah lahan yang dikelola untuk budiaya Ayat (7)
pertanian ramah lingkungan yang mampu Cukup jelas
mencapai produktivitas dan keuntungan Ayat (8)
optimal dengan tetap selalu menjaga Cukup jelas
kelestarian sumberdaya lahan dan
lingkungan. Pasal 38
Ayat (1)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Ayat (5) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (3)
Ayat (6) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 37 Ayat (5)
Ayat (1) Cukup jelas
Cukup jelas
290 291
Ayat (3)
Pasal 39
Cukup jelas
Ayat (1)
Ayat (4)
Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Pasal 42
Cukup jelas Ayat (1)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Huruf a
Pasal 40 Cukup jelas
Ayat (1) Huruf b
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2) Huruf c
Cukup jelas 17 (tujuh belas) Komando Rayon
Ayat (3) Militer meliputi:
Cukup jelas 1. Kecamatan Indramayu;
Ayat (4) 2. Kecamatan Sindang;
Cukup jelas 3. Kecamatan Lohbener;
Ayat (5) 4. Kecamatan Jatibarang;
Cukup jelas 5. Kecamatan Bangodua;
6. Kecamatan Kertasemaya;
Pasal 41 7. Kecamatan Sliyeg;
Ayat (1) 8. Kecamatan Karangampel;
Cukup jelas 9. Kecamatan Krangkeng;
Ayat (2) 10. Kecamatan Juntinyuat;
Cukup jelas 11. Kecamatan Losarang;
12. Kecamatan Lelea;
292 293
13. Kecamatan Anjatan; Ayat (3)
14. Kecamatan Cikedung; Kawasan strategis kabupaten adalah
15. Kecamtan Haurgeulis; wilayah yang penataan ruangnya
16. Kecamatan Kandanghaur; dan diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
17. Kecamatan Gabuswetan. yang sangat penting dalam lingkup
Huruf d Kabupaten ditinjau dari bidang
Cukup jelas pemerintahan kabupaten, pertumbuhan
Huruf e ekonomi, bidang sosial dan budaya, bidang
Cukup jelas fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Huruf f Ayat (4)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf g Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf h Ayat (6)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas Pasal 44
Huruf j Ayat (1)
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf k Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 43 Cukup jelas
Ayat (1) Ayat (4)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2) Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
294 295
Ayat (6) Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (7) Ayat (6)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (7)
Pasal 45 Cukup jelas
Ayat (1) Ayat (8)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 48
Ayat (3) Ayat (1)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (4) Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (5) Ayat (3)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (4)
Pasal 46 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 47 Ayat (6)
Ayat (1) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (7)
Ayat (2) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (8)
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (9)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas
296 297
Ayat (10) amplop ruang (koefisien dasar ruang
Cukup jelas hijau, koefisien dasar bangunan,
koefisien lantai bangunan, dan garis
Pasal 49 sempadan bangunan), penyediaan
Ayat (1) sarana dan prasarana, serta
Cukup jelas ketentuan lain yang dibutuhkan
Ayat (2) untuk mewujudkan ruang yang
Cukup jelas aman, nyaman, produktif, dan
Ayat (3) berkelanjutan.
Cukup jelas Huruf b
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas Huruf c
Ayat (5) Cukup jelas
Cukup jelas Huruf d
Cukup jelas
Pasal 50 Ayat (2)
Ayat (1) Cukup jelas
Huruf a
Peraturan zonasi merupakan
Pasal 51
ketentuan yang mengatur
Ayat (1)
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur
Cukup jelas
pengendalian yang disusun untuk
Ayat (2)
setiap zona peruntukan sesuai
Cukup jelas
dengan rencana rinci tata ruang.
Peraturan zonasi berisi ketentuan
Pasal 52
yang diperbolehkan, diperbolehkan
Cukup jelas
bersyarat dan tidak diperbolehkan
pada zona pemanfaatan ruang yang
dapat terdiri atas ketentuan tentang
298 299
Pasal 53 Pasal 62
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 63
Pasal 54
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 64
Pasal 55
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 56 Pasal 65
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 57 Pasal 66
Cukup jelas Ayat (1)
Pasal 58 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pasal 59
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 67
Pasal 60 Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 68
Pasal 61 Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
300 301
Pasal 70 Pasal 80
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 71 Pasal 81
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 72 Pasal 82
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 73 Pasal 83
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 74 Pasal 84
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 75 Pasal 85
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 76 Pasal 86
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 77 Pasal 87
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 78 Pasal 88
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 79 Pasal 89
Cukup jelas Cukup jelas
302 303
Pasal 90 Ayat (5)
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 91 Ayat (6)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (7)
Pasal 92 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (8)
Cukup jelas
Pasal 93 Ayat (9)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (10)
Pasal 94 Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (11)
Cukup jelas
Pasal 95
Pasal 98
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 96
Pasal 99
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 97
Ayat (1) Pasal 100
Cukup jelas Ayat (1)
Ayat (2) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (2)
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (3)
Ayat (4) Cukup jelas
Cukup jelas
304 305
Pasal 101 Pasal 103
Ayat (1) Ayat (1)
Insentif merupakan perangkat atau upaya Cukup jelas
untuk memberikan imbalan terhadap Ayat (2)
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan Cukup jelas
rencana tata ruang. Ayat (3)
Ayat (2) Cukup jelas
Cukup jelas Ayat (4)
Ayat (3) Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (4) Pasal 104
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 102
Ayat (1) Pasal 106
Disinsentif merupakan perangkat untuk Ayat (1)
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau Cukup jelas
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan Ayat (2)
dengan rencana tata ruang. Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 107
Ayat (3) Ayat (1)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (4) Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas
Ayat (5) Ayat (3)
Cukup jelas Cukup jelas
306 307
Ayat (4) Ayat (3)
Cukup jelas Dinamika internal yang mempengaruhi
Ayat (5) perlunya peninjauan kembali dan/atau
Cukup jelas penyempurnaan RTRWK adalah substansi
Ayat (6) RTRWK yang tidak dapat lagi mewadahi
Cukup jelas
perkembangan dan pertumbuhan kegiatan
sosial ekonomi yang cepat dan dinamis,
Pasal 108
terbatasnya pengertian dan komitmen
Ayat (1)
Cukup jelas aparat yang berkaitan dengan tugas
Ayat (2) penataan ruang mengenai fungsi dan
Cukup jelas kegunaan RTRWK dalam pelaksanaan
Pasal 109 pembangunan, adanya perubahan atau
Ayat (1) pergeseran nilai-nilai yang berlaku di
Cukup jelas masyarakat setempat tentang kualitas tata
Ayat (2) ruang, dan lain-lain.
Peninjauan kembali dan/atau Ayat (4)
penyempurnaan RTRWK dapat dipengaruhi Huruf a
oleh perubahan peraturan atau rujukan Tidak perlu dilakukan revisi karena
baru mengenai sistem penataan ruang,
tidak ada perubahan kebijakan dan
perubahan kebijakan baik yang dilakukan
strategi nasional dan/atau provinsi
oleh Pemerintah, Provinsi, dan Kabupaten
maupun sektor, perubahan-perubahan dan tidak terjadi dinamika internal
dinamis akibat kebijakan maupun kabupaten yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, adanya paradigma pemanfaatan ruang kabupaten secara
baru pembangunan dan/atau penataan mendasar.
ruang, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan bencana alam yang
dapat mengubah struktur dan pola ruang
yang ada.
308 309
Huruf b Pasal 113
Perlu dilakukan revisi karena adanya Cukup jelas
perubahan kebijakan dan strategi
nasional dan/atau provinsi yang Pasal 114
mempengaruhi pemanfaatan ruang Cukup jelas
wilayah kabupaten dan/atau terjadi
dinamika internal kabupaten yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang
kabupaten secara mendasar. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN
Ayat (5) INDRAMAYU NOMOR 1
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas
Salinan Salinan sesuai dengan aslinya
NO : 14/LD/2010
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA
KABUPATEN INDRAMAYU
MAMAN KOSTAMAN, SH
Pembina Tk I
NIP. 19620610 1999103 1 006