Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alfirha Auliyadiqna

Course : TNU 29
NIT : 16032110002

1. Jelaskan fungsi dari monopulse dan jelaskan perbedaan dengan sistem sliding window
2. Jelaskan fungsi dari side lobe supression
3. Jelaskan blok diagram receiver
4. Berapa akurasi altitude dari SSR
5. Jika diketahui time travel T pada sebuah interogasi dimulai dipancarkan hingga diterima
kembali oleh receiver merupakan 3 digit terakhir dari NIT anda, berapa jarak dari target
tersebut ?.
6. Gambar interogasi Mode A dan Mode C lengkap dengan parameter – parameternya
JAWABAN
1. Monopulse merupakan teknik dalam radar dan sistem pelacakan target untuk meningkatkan
akurasi dalam mengukur sudut arah target. Fungsi utama dari monopulse adalah untuk mengurangi
kesalahan dan kekeliruan dalam menentukan posisi target dalam koordinat azimuth (horizontal) dan
elevasi (vertikal). Cara kerja monopulse adalah dengan menggunakan beberapa sinyal yang diterima dari
antena yang memiliki pola radiasi yang khusus. Biasanya, terdapat tiga saluran dalam monopulse. Saluran
utama (sum channel), saluran selisih (difference channel), dan saluran referensi (reference channel).
PERBEDAAN
Monopulse: a. Mengukur sudut arah (azimuth dan elevasi) dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi.
b. Umumnya digunakan dalam radar dan sistem pelacakan target.
c. Untuk meningkatkan ketepatan dalam menentukan posisi dan pergerakan target.
d. : Menggunakan teknik perbandingan sinyal dari saluran-saluran khusus untuk
mendapatkan nilai sudut arah yang lebih akurat.
e. Menghasilkan informasi sudut arah yang lebih tepat dari target.
Sliding Window: a. Digunakan untuk pengolahan sinyal untuk menghasilkan informasi spektral atau
temporal dari suatu data.
b. Digunakan dalam berbagai bidang seperti pemrosesan sinyal audio, citra, video, dan
data berurutan (time-series data).
c. Untuk analisis data berurutan dan mengidentifikasi pola atau tren dalam data.
d. Memproses data dengan memindahkan jendela (window) yang berukuran tetap atau
variabel secara berurutan untuk mendapatkan informasi dari setiap segmen data.
e. Menghasilkan informasi spektral atau temporal dari data, seperti spektrum frekuensi
atau tren waktu.
KESIMPULAN, Monopulse lebih berfokus pada akurasi penentuan sudut arah target dalam radar,
sementara sistem sliding window lebih berfokus pada analisis data berurutan untuk menghasilkan
informasi spektral atau temporal dari data yang diberikan.
2. Side lobe suppression atau penghamburan gelombang samping adalah teknik yang digunakan
dalam desain antena untuk mengurangi atau menekan intensitas gelombang samping dari pola radiasi
antena. Pola radiasi antena idealnya harus memiliki beam (bima) utama yang mengarah ke arah target
atau sasaran yang diinginkan. Namun, selain beam utama, pola radiasi antena juga mencakup daerah-
daerah lain di sekitarnya yang disebut sebagai gelombang samping atau side lobe.
Fungsi dari side lobe suppression adalah
Mengurangi Interferensi: Side lobe yang tidak diinginkan dapat menyebabkan interferensi dengan sistem
lain, baik dalam sistem komunikasi maupun radar. Dengan mengurangi intensitas gelombang samping,
potensi interferensi dengan sistem lain dapat diminimalkan.
Meningkatkan Isolasi: Dalam sistem yang menggunakan lebih dari satu antena, side lobe yang kuat dapat
menyebabkan pengaruh saling-menyaling antara antena-antena tersebut. Dengan menghambat side lobe,
isolasi antena dapat ditingkatkan sehingga saluran komunikasi atau pelacakan target menjadi lebih
terisolasi dan akurat.
Meningkatkan Keamanan: Dengan mengurangi penyebaran energi gelombang samping, antena menjadi
lebih sulit dideteksi oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Hal ini dapat meningkatkan keamanan
sistem komunikasi atau radar.
Mengurangi Konsumsi Daya: Penghamburan gelombang samping yang tinggi juga berarti sebagian energi
dipancarkan ke arah yang tidak diinginkan, yang dapat mengakibatkan pemborosan daya. Dengan
menghambat side lobe, efisiensi energi pada antena dapat ditingkatkan.
Meningkatkan Presisi: Side lobe yang kuat dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam penentuan sudut
atau lokasi target. Dengan mengurangi side lobe, antena dapat memberikan hasil yang lebih presisi dalam
menentukan arah atau lokasi target.
3.

Antena: Antena berfungsi untuk menangkap sinyal elektromagnetik yang datang dari transmitter atau dari
sumber sinyal lainnya. Sinyal yang ditangkap oleh antena kemudian diteruskan ke tahap selanjutnya
dalam proses penerimaan.
Penguat RF: Setelah sinyal ditangkap oleh antena, biasanya sinyal tersebut memiliki level daya yang
sangat rendah. Penguat RF berfungsi untuk menguatkan sinyal dengan tingkat kebisingan yang rendah
agar dapat diolah dengan lebih baik dalam tahap selanjutnya.
Mixer: Mixer berfungsi untuk mengubah frekuensi sinyal menjadi frekuensi yang lebih rendah, sehingga
sinyal dapat diolah lebih efisien pada tahap selanjutnya.
OSC (Osilator Lokal) : berfungsi unutk mebangkitkan getaran frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi
sinyal keluaran RF. Dimana hasilnya akan diteruskan ke blok Mixer.
Intermediate Frequency (IF) Amplifier: IF amplifier digunakan untuk menguatkan sinyal yang telah
dikonversi ke frekuensi antara (intermediate frequency). Penguatan sinyal pada tahap ini membantu
meningkatkan rasio sinyal-ke-kebisingan (signal-to-noise ratio) dan mempersiapkan sinyal untuk tahap
demodulasi selanjutnya.
Demodulator: Demodulator berfungsi untuk mengubah sinyal modulasi (misalnya sinyal modulasi
amplitudo, frekuensi, atau fase) menjadi bentuk asli sinyal informasi. Tahap ini sangat penting untuk
sistem komunikasi dan berbagai aplikasi yang memodulasi data pada sinyal transmisi.
Audio Amplifier (Opsional): Jika sinyal yang diterima adalah audio, blok audio amplifier digunakan
untuk menguatkan sinyal audio sebelum dikirim ke speaker atau perangkat output suara.
Speaker (pengeras suara) digunakan untuk mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi AF menjadi
getaran suara yang dapat didengar oleh telinga manusia.
4. Akurasi altitude dari Secondary Surveillance Radar (SSR) dapat bervariasi tergantung pada tipe sistem
SSR yang digunakan, pemrosesan data, kalibrasi perangkat transponder pada pesawat, dan faktor-faktor
lingkungan. Secara umum, akurasi altitude dari SSR dapat mencapai beberapa ratus kaki hingga beberapa
puluh kaki.
Untuk mode SSR yang paling umum digunakan:
Mode A: Mode A hanya memberikan informasi identifikasi dari pesawat, tanpa menyediakan informasi
altitude. Oleh karena itu, mode ini tidak memberikan akurasi altitude.
Mode C: Mode C memberikan informasi identifikasi pesawat serta data altitude yang diberikan oleh
transponder pesawat. Akurasi altitude dari Mode C biasanya berada dalam kisaran beberapa ratus kaki,
mungkin sekitar ±200 kaki hingga ±500 kaki.
Mode S: Mode S adalah mode SSR yang lebih canggih, yang memungkinkan pertukaran data lebih
banyak dengan pesawat. Akurasi altitude dari Mode S dapat lebih baik dibandingkan Mode C dan bisa
mencapai sekitar ±100 kaki hingga ±200 kaki.

5. Untuk menghitung jarak dari target berdasarkan waktu tempuh (time travel) , kita juga dapat
menggunakan prinsip bahwa sinyal elektromagnetik memiliki kecepatan cahaya yang tetap.
Jarak dari target dapat dihitung menggunakan rumus:
Jarak = (Kecepatan Cahaya) x (Waktu Tempuh)
Dalam kasus ini, waktu tempuh Top yang diketahui adalah 0.05 detik (diberikan sebagai 005 dalam
satuan detik). Kita juga akan menggunakan kecepatan cahaya yang tetap sekitar 299,792 kilometer per
detik.
Mari kita hitung jarak dari target:
Jarak = 299,792 km/detik * 0.05 detik
Jarak = 14.9896 km
Jadi, jarak dari target tersebut sekitar 14.9896 kilometer atau dapat dibulatkan menjadi
sekitar 15 kilometer.

6.

Mode A: Mode A hanya mentransmisikan kode squawk empat digit. Berguna untuk mengidentifikasi
pesawat terbang dan posisinya, tetapi tidak banyak lagi.
Mode C: Mode C memberikan informasi ketinggian tekanan pesawat. Dikombinasikan dengan mode A,
ATC dan pesawat lain dapat menerima kode squawk, posisi, dan ketinggian unik pesawat.

Anda mungkin juga menyukai