Anda di halaman 1dari 2

SKENARIO DRAMA UJIAN PRAKTEK

Penyusun Skenario : R. Laudya Aisyah Nurhaliza

Novel : Multatuli Max Havelaar

Judul : Mengorbankan Jabatan

BABAK 1

PROLOG :

"Saja rasa itu wadjar, tapi jang pasti ialah bahwa djendera! van Damme tidak biasa dengan jang
sematjam itu. Karena itu saja pun banjak menderita akibat perkara itu. 0, tidak, Verbrugge, saja tahu apa
jang anda hendak katakan, saja tidak pemah menjesal karena itu..

DIALOG :

Verbrugge : "Dan bagaimana djadinja dengan kontelir jang anda gantikan itu ?

Havelaar : Untunglah ia sudah berangkat ke Djawa sebelum djenderal kembali di Padang. Rupanja ia
berhasil memberikan pertanggungandjawab kepada pemerintah, "Tentu sadja. Maka benarlah apa jang
saja katakan dalam sadjak sindiran saja bahwa gubemur "memerintah sambil memetjat" •

Verbrugge : "Dan apa djadinja dengan semua pedjabat-pedjabat jang dibebastugaskan itu ?

Havelaar : 0, jang dibebastugaskan lebih banjak dari itu. Semuanja, jang seorang demi jang lain,
dikembalikan dalam djabatannja. Beberapa daripadanja kemudian menduduki djabatan-djabatan jang
penting.

Verbrugge : "Dan Sutan Salim ?

Havelaar : "Sang djenderal membawanja sebagai tahanan ke Padang, dan dari sana ia dikirim sebagai
orang buangan kepulau Djawa

BABAK 2

PROLOG :

Kami melihat orang jang dipanggil oleh opas itu, menudju kepadanja, dan rupanja njonja Slotering
memadjukan pertanjaan-pertanjaan jang achirnja tidak dapat didjawab dengan baik oleh orang itu.
Artinja, ia berbalik dan keluar lagi dari pekarangan.

DIALOG :

Tine : Sajang sekali, kata Tine, barangkali orang itu hendak mendjual ajam atau sajur; saja belum punja
apa-apa dirumah."

Havelaar : Suruh sadja orang membelinja, kata Havelaar, anda tahu bahwa wanita bumiputera suka
berkuasa

Havelaar : Masih tahukah kau, apa jang kulakukan di Tjiandjur, Tine?"

Tine : "Tidak, Max, aku sudah lupa sama sekali."

Havelaar : "Memang kita tidak bisa ingat segala-galanja...... saja disana kawin.
BABAK 3

PROLOG :

Pikiran ini memang menimbulkan keogahan djuga dalam hati saja karena disini ada soal pemalsuan
keterangan, tapi saja tidak marah seperti halnja djika saja mengetahui bahwa disini sang djenderal sama
sekali bukan hendak menjelamatkan seorang jang tidak bersalah, tapi mempunjai maksud untuk
membinasakan bukti-bukti jang merugikan bagi sang djenderal, dan hal itu dilakukannja dengan
mengorbankan kehormatan dan keselamatan pedjabat jang mendahului saja

DIALOG :

Duclari : tapi , , karena anda sudah mulai bertjerita, benarkah bahwa anda di Padang sering berduel?

Havelaar : Ja, sering sekali. Banjak sebabnja. Sudah saja katakan kepada anda bahwa dipos luar seperti
itu sikap gubemur kepada kitalah jang mendjadi ukuran apakah orang menjenangi kita atau tidak.

EPILOG :

Dengan demikian pertjakapan mengenai duel itu berpindah kepada kupu-kupu, kepada orang baik jang
mengasihani ternaknja, kepada hal mengganggu binatang kepada "loi Grammont" 6), kepada rapat
nasional di Paris dimana undang-undang diterima, kepada republik, dan entah apa lagi ! Achimja
Havelaar berdiri. Ia minta maaf kepada tamu-tamunja, minta diri karena banjak pekerdjaannja. Ketika
kontelir keesokan harinja mengundjunginja dikantomja, ia tidak mengetahui bahwa asisten residen baru
itu sehari sebelumnja sesudah bitjara-bitjara diserambi keluar dengan keretanja pergi ke Parangkudjang,
dan baru pagi itu kembali dari sana.

Anda mungkin juga menyukai