Anda di halaman 1dari 11

Demography Journal of Sriwijaya (DeJoS)

Vol 2, No 2, Juli 2018


p-issn: 2355-4738
http://ejournal-pps.unsri.ac.id/index.php/dejos/index

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH


MELALUI BANK SAMPAH DI KABUPATEN PURBALINGGA

Andi Cahyadi1, Sriati2, Andy Al Fatih3


1’2’3
Magister Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya

Email : andy_chemistry@yahoo.com

Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki implementasi kebijakan pengelolaan


sampah melalui bank sampah di Kabupaten Purbalingga serta untuk menggambarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, menggunakan model implementasi yang diusulkan oleh
Ripley dan Franklin. Temuan menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pengelolaan sampah
melalui bank sampah di Kabupaten Purbalingga, sesuai dengan tingkat kepatuhan, kelancaran
fungsi, kinerja dan dampak dari bank sampah, masih belum menunjukkan hasil yang optimal
sehingga tidak dapat dianggap berhasil dilaksanakan. Karena itu, perlu perbaikan, dukungan
dari semua pihak, dan pembuat kebijakan dari Kabupaten Purbalingga. Beberapa hal; Namun,
berhasil dilaksanakan seperti fakta bahwa: bank sampah mampu mendidik masyarakat untuk
tidak membakar sampah dan sampah di halaman atau sungai yang berpotensi merusak
lingkungan; bank sampah dapat memungkinkan masyarakat mendaur ulang sampah dengan
memilih dan mengumpulkannya dari penyimpanan limbah, dan bank sampah mengubah pikiran
orang bahwa sampah bukan hanya bahan yang tidak diinginkan, tetapi secara ekonomi
berharga. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengelolaan sampah
melalui bank sampah di Kabupaten Purbalingga adalah partisipasi masyarakat, keterlibatan
perempuan dalam mengelola limbah, dukungan dan bantuan dari pemerintah desa / kelurahan,
tingkat layanan pengangkutan sampah, dan kondisi sosial serta politik dari daerah di mana
bank sampah ada.

Kata kunci: Implementasi, Bank Sampah, Kabupaten Purbalingga, Ripley dan Franklin

Abstract, This research purposes to investigate the policy implementation of waste


management through waste banks in Purbalingga Regency as well as to portray factors
affecting the policy implementation. The research method used in this study was qualitative
descriptive, employing implementation model proposed by Ripley and Franklin. The findings
show that the policy implementation of waste management through waste banks in Purbalingga
Regency, according to degree of compliance, smoothly functioning routines, performance and
impacts of waste bank, still does not show optimal results and thus cannot be considered
successfully implemented. Therefore, it needs improvement, support from all parties, and policy
makers from Purbalingga Regency. Several things; however, are successfully implemented such
as the fact that: waste banks are able to educate the society not to combust waste and litter in
the yard or river that can potentially damage the environment; waste banks are able to allow
the society to recycle the waste by selecting and collecting them from the waste depository,
and waste banks change people’s mind that waste is not just unwanted material, but it is
economically valuable. Factors affecting the policy implementation of waste management
through waste banks in Purbalingga Regency are public participation, women’s involvement in
managing the waste, support and assistance from village/urban village government, extent of
waste-transporting service, and social as well as political conditions of the areas in which the
waste banks exist.

Keywords: Implementation, Waste Bank, Purbalingga Regency, Ripley and Franklin

25

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


PENDAHULUAN berbagai kelurahan dan desa di Kabupaten
purbalingga. Tercatat hingga akhir tahun
Kehidupan manusia tidak pernah 2016 setidaknya sudah ada 13 bank sampah
terlepas dari masalah sampah karena setiap yang sudah berdiri di Kabupaten Purbalingga.
hari manusia menghasilkan sampah. Seiring Bank sampah yang telah terbentuk di
dengan bertambahnya jumlah penduduk serta Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada
meningkatnya aktivitas penduduk, maka Tabel 1.
jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya
juga ikut bertambah. Volume sampah dan Tabel 1. Bank Sampah di Kabupaten
jenis yang dihasilkan tergantung dari pola Purbalingga.
komsumsi suatu masyarakat dalam suatu
wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan No Nama Alamat
masyarakat tersebut maka semakin tinggi Bank Sampah
volume sampah dan semakin banyak pula 1 Sampah Sahabatku Desa Muntang Kec.
jenis sampah yang dihasilkan. Kemangkon
2 Maju Jaya Desa Karanglewas
Data Badan Pusat Statistik (2013: Kec. Kutasari
100) dalam publikasi Statistik Lingkungan 3 Karangtalun Desa Karangtalun
Kec.Bobotsari
Hidup Indonesia 2013, menyatakan bahwa
sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga 4 Sejahtera Mandiri Kelurahan
Purbalingga Lor
belum bisa terangkut sepenuhnya oleh Kec. Purbalingga
petugas kebersihan. Untuk itu diperlukan
5 Sami Maju Kelurahan
peran serta dari masyarakat dalam mengatasi Purbalingga Kidul
masalah sampah dengan berperilaku pro Kec. Purbalingga
lingkungan, seperti mengurangi volume 6 Mitra Sejahtera Kelurahan Wirasana
sampah yang dihasilkan atau mendaur ulang Kec. Purbalingga
sampah. Keterlibatan masyarakat di setiap 7 Berkah Limbah RT.03 RW.02
jenjang dalam proses pengambilan Kelurahan
keputusan merupakan salah satu faktor yang Kembaran Kulon
Kec. Purbalingga
menentukan keberadaan good governance.
Dengan melibatkan anggota masyarakat, 8 Karya Nyata Kelurahan Bancar
Kec. Purbalingga
kegiatan pengelolaan sampah dan sumber
9 Gringsing Djoyo Kelurahan
daya alam akan menjadi semacam aktivitas Penambongan Kec.
pendukung pengelolaan (co-management) Purbalingga
yang terdiri atas suara rakyat dan tindakan- 10 Runtah Kencana RT.01/VII
tindakan responsif pemerintah (Nopyandri, Kelurahan
2014: 82). Wujud pengelolaan sampah Purbalingga Wetan
berbasis masyarakat salah satunya melalui Kec. Purbalingga
pembentukan bank sampah. 11 Resik Mandiri Desa Sumampir
Kec. Rembang
Kementerian Lingkungan Hidup dalam 12 Candra Kusuma Kelurahan Bojong
Kec. Bukateja
buku Implementasi 3R melalui Bank Sampah
(2014: 4) mengatakan, pelaksanaan bank
13 Bersih Sehat Desa Karangbanjar
Mandiri Kec. Bojongsari
sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa Sumber : DLH Kabupaten Purbalingga Tahun
sosial (social engineering) untuk mengajak 2016
masyarakat memilah sampah. Mengajak
masyarakat memilah sampah adalah Walaupun telah didirikan Bank
pekerjaan yang sangat sulit karena Sampah di berbagai kelurahan dan desa di
menyangkut kebiasaan, budaya, dan Kabupaten Purbalingga, namun tetap masih
kepedulian sebagian besar masyarakat yang banyak sampah yang menumpuk di berbagai
sangat rendah. Melalui bank sampah, Tempat Penampungan Sementara (TPS)
akhirnya ditemukan satu solusi inovatif untuk sampah di Kabupaten Purbalingga. Jumlah
'memaksa' masyarakat memilah sampah. sampah yang diangkut ke TPA juga tetap
meningkat seiring dengan pertambahan
Begitu juga halnya di kota-kota lain, jumlah penduduk.
Bank Sampah mulai dikembangkan di

26

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


Menurut Riyadi (2015: 206), bank mengimplementasikan dalam bentuk program
sampah dianggap merupakan terobosan yang atau melalui formulasi turunan dari kebijakan
memiliki multi-solusi terkait penelitian tentang publik tersebut.
sampah. Manfaat yang dapat langsung
dirasakan adalah peningkatan kebersihan Model Implementasi Kebijakan Ripley
lingkungan dan terbukanya lapangan dan Franklin
pekerjaan. Namun demikian, kenyataan di
lapangan menunjukkan adanya kesenjangan Randall. B. Ripley and Grace A.
fakta dimana di satu sisi telah didirikannya Franklin (1986 : 232-33), dalam bukunya
Bank Sampah namun pada sisi lain yang berjudul Policy Implementation and
problematika sampah seolah belum Bureaucracy, menulis tentang three
terselesaikan. conceptions relating to successful
implementation. Menurut Ripley dan Franklin
Berdasarkan fenomena-fenomena ada tiga cara yang dominan bagi suksesnya
yang terjadi di Kabupaten Purbalingga dalam implementasi kebijakan, yaitu:
mengembangkan bank sampah, peneliti
menganggap bahwa upaya ilmiah untuk 1. Tingkat kepatuhan pada ketentuan yang
membahas tema “Implementasi Kebijakan berlaku (the degree of compliance on the
Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di statute), tingkat keberhasilan
Kabupaten Purbalingga” serta faktor-faktor implementasi kebijakan dapat diukur
yang mempengaruhi implementasi kebijakan dengan melihat tingkat kepatuhan
adalah penting untuk dilakukan. terhadap isi kebijakan dengan mandat
yang telah diatur.
TINJAUAN PUSTAKA 2. Lancarnya pelaksanaan rutinitas fungsi,
(smoothly functioning routine and the
Implementasi Kebijakan Publik absence of problem), keberhasilan
implementasi kebijakan dapat ditandai
Menurut Nugroho (2014), dengan lancarnya rutinitas fungsi dan
implementasi kebijakan pada prinsipnya tidak adanya masalah yang dihadapi.
adalah cara agar sebuah kebijakan dapat 3. Terwujudnya kinerja dan dampak yang
mencapai tujuannya. Dalam praktiknya dikehendaki (the leading of the desired
implementasi kebijakan merupakan suatu performance and impact), bahwa dengan
proses yang begitu kompleks bahkan tidak adanya kinerja dan dampak yang baik
jarang bermuatan politis dengan adanya merupakan wujud keberhasilan
intervensi berbagai kepentingan (Agustino, implementasi kebijakan
2014: 138). 4. Ketiga perspektif tersebut digunakan
untuk mengukur keberhasilan
Ripley dan Franklin dalam Winarno implementasi kebijakan, sehingga
(2008: 145) berpendapat bahwa implementasi menjadi lebih mudah untuk
adalah apa yang terjadi setelah undang- diidentifikasi.
undang ditetapkan yang memberikan otoritas
program, kebijakan,keuntungan (benefit), Kebijakan Pengelolaan Sampah melalui
atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible Bank Sampah
output). Istilah implementasi menunjuk pada
sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan Landasan utama kebijakan
maksud tentang tujuan-tujuan program dan pengelolaan sampah adalah Undang-Undang
hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
pemerintah. Implementasi mencakup Sampah. Amanat utama pengelolaan sampah
tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) dalam undang-undang ini adalah mengubah
oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, paradigma pengelolaan sampah dari kumpul-
yang dimaksudkan untuk membuat program angkut-buang menjadi pengurangan di
berjalan. Untuk mengimplementasikan sumber (reduce at source) dan daur ulang
kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sumberdaya (resources recycle).
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan.
Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, Kebijakan operasional dari UU Nomor
ada dua pilihan yaitu langsung 18 Tahun 2008 yang mengatur tentang

27

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


pedoman dan pelaksanaan pengelolaan bank mana ada 3 (tiga) dimensi yang
sampah adalah Peraturan Menteri Negara mempengaruhi keberhasilan implementasi
Lingkungan Hidup (Permen LH) Nomor 13 yakni tingkat kepatuhan pada ketentuan yang
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan berlaku, kelancaran rutinitas fungsi, kinerja
Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank dan dampak yang diinginkan.
Sampah. Bank sampah dalam hal ini dianggap
merupakan salah satu strategi penerapan 3R Tingkat Kepatuhan
(reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan
sampah di tingkat masyarakat dimana Menurut Ripley dan Franklin
pelaksanaan prinsip kelola sampah dengan 3R (1986:232-233), keberhasilan suatu
masih belum menjadi budaya dan kebiasaan implementasi diukur dengan tingkat
orang kebanyakan. Misi utama dari adanya kepatuhan implementor pada mandat khusus
kebijakan mengenai bank sampah adalah: yang terkandung dalam peraturan perundang-
mengurangi jumlah timbulan sampah yang undangan. Tingkat kepatuhan implementor
diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), bank sampah terhadap ketentuan Permen LH
mendayagunakan sampah menjadi barang No.13 Tahun 2012 tentang Pedoman
bermanfaat sehingga mempunyai nilai Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle
ekonomi, mengubah perilaku masyarakat melalui Bank Sampah meliputi: kepatuhan
dalam mengelola sampah secara benar dan terhadap persyaratan konstruksi bank
ramah lingkungan, dan menciptakan sampah, kepengurusan bank sampah,
lingkungan yang bersih dan sehat. kelembagaan dan legalitas bank sampah, dan
sistem penggajian/insentif.
METODE PENELITIAN
a. Persyaratan Bangunan Bank
Jenis penelitian yang digunakan Sampah
dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan Kebutuhan akan infrastruktur
kualitatif. Deskriptif kualitatif dipilih karena bangunan fisik bank sampah menjadi penting
peneliti ingin memperoleh kedalaman karena bank sampah yang belum memiliki
informasi dari fenomena-fenomena yang bangunan fisik bank sampah umumnya
terjadi di lapangan. Fokus penelitian ini memanfaatkan rumah/ halaman rumah warga
adalah: (1) Tingkat kepatuhan implementor untuk tempat penampungan dan pemilahan
bank sampah terhadap Permen LH No 13 sampah. Hasil penelitian menunjukkan, semua
Tahun 2012; (2) Kelancaran rutinitas fungsi bank sampah yang menjadi objek penelitian
pengelolaan sampah melalui bank sampah; memenuhi kepatuhan terhadap persyaratan
(3) Kinerja dan dampak yang diinginkan bangunan bank sampah. Hanya saja temuan
dengan adanya bank sampah. Lokasi di lapangan menunjukkan masih ada bank
penelitian di Kabupaten Purbalingga sampah yang menggunakan rumah pribadi
sedangkan unit analisis dilakukan di Dinas sebagai tempat kegiatan bank sampah,
Lingkungan Hidup (DLH) dan bank sampah di sehingga ada potensi gangguan lingkungan
Kabupaten Purbalingga. Bank sampah yang sekitar rumah yang menjadi area bank
menjadi objek penelitian adalah bank sampah sampah.
dari 4 desa/kelurahan di Kabupaten
Purbalingga. Pengumpulan data dilakukan Menurut Permen LH No. 13 tahun
melalui observasi, wawancara dan 2012, keberadaan bangunan fisik bank
dokumentasi. Analisis data menggunakan sampah yang memenuhi persyaratan
model interaktif menurut Miles dan Huberman konstruksinya merupakan kewajiban yang
yaitu reduksi data, penyajian data dan harus dipenuhi oleh penyelenggara bank
penarikan kesimpulan. sampah di wilayah, baik oleh pengurus bank
sampah maupun dari desa/kelurahan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi cakupan wilayah pelayanan bank
sampah. Pengurus bank sampah dan
Keberhasilan Implementasi Kebijakan perangkat desa/kelurahan wajib untuk
Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di mengusahakan keberadaan bangunan fisik
Kabupaten Purbalingga dianalisis bank sampah baik melalui alokasi dana desa
menggunakan teori Ripley dan Franklin di ataupun melalui usulan di Musrenbangdes

28

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


(Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan tentang pembentukan dan kepengurusan
Desa), termasuk mangajukan proposal ke bank sampah, hampir semua bank sampah
instansi terkait. dapat memenuhinya. Akan tetapi untuk
kewajiban kelembagaan yang berbadan
b. Kepengurusan Bank Sampah hukum masih jauh dari harapan. Hal ini justru
akan mengakibatkan kerugian bagi bank
Adanya pelaksana/pengelola bank sampah itu sendiri akibat bantuan dari
sampah adalah salah satu persyaratan dalam instansi terkait seperti DLH atau instansi
Standar Manajemen Bank Sampah. Menurut vertikal di atasnya menjadi tidak bisa
lampiran I Permen LH No.13 tahun 2012, tersalurkan dan hanya mengandalkan bantuan
terdapat persyaratan Standar Sistem alokasi dana dari desa/kelurahan di mana
Manajemen Bank Sampah untuk pelaksana bank sampah tersebut berada.
bank sampah, yaitu: direktur bank sampah
berpendidikan paling rendah SMA/sederajat, d. Penggajian/insentif
pelaksana bank sampah telah mengikuti
pelatihan bank sampah, jumlah pengelola Salah satu persyaratan dalam sistem
harian paling sedikit 5 (lima) orang, pelaksana manajemen bank sampah adalah pengelola
bank sampah melakukan monitoring dan bank sampah mendapat gaji/insentif yang
evaluasi (monev) paling sedikit 1 (bulan). dibayarkan rutin setiap bulannya. Karena
keberlanjutan bank sampah tergantung
Berdasarkan hasil penelitian, seberapa jauh bank sampah mampu
kepatuhan implementor terhadap persyaratan membiayai operasional kegiatannya, salah
kepengurusan bank sampah pada prinsipnya satunya adalah memberikan gaji/insentif
sudah dapat dipenuhi. Walaupun seiring kepada karyawannya.
dengan waktu, banyak juga pengurus yang
sudah tidak aktif lagi karena menganggap jadi Berdasarkan hasil penelitian,
pengurus bank sampah tidak ada insentifnya. kepatuhan terhadap sistem penggajian/
Untuk kewajiban melaksanakan monitoring insentif tidak dilaksanakan dengan baik. Hal
dan evaluasi bulanan belum sepenuhnya ini menunjukkan bahwa bank-bank sampah di
dapat rutin dilakukan. Hal ini sangat Purbalingga masih dianggap belum mampu
bergantung pada keberlanjutan kegiatan yang membayar upah karyawannya termasuk
ada di bank sampah. Sedangkan untuk pengurusnya sendiri secara layak, karena
kewajiban pelatihan bank sampah terhadap lebih mengedepankan pendekatan sosial,
pengurus bank sampah juga sangat sukarela, serta kepedulian terhadap
tergantung dari faktor ekternal, yaitu ada atau lingkungan. Pada awal bank sampah
tidaknya kegiatan pelatihan atau studi terbentuk, semangat tersebut baik untuk
banding yang diselenggarakan oleh DLH memotivasi pengurus dan karyawan termasuk
Kabupaten Purbalingga atau instansi vertikal masyarakat untuk terlibat dalam mengelola
di atasnya. Sehingga yang terjadi adalah sampahnya sendiri. Akan tetapi dalam jangka
banyak pengurus bank sampah di Kabupaten panjang, perlu pembenahan dari sisi
Purbalingga yang menjalankan kegiatan bank manajemen dan koordinasi dengan instansi
sampah tanpa dibekali pengetahuan melalui terkait demi menjaga keberlanjutan bank
pelatihan-pelatihan bank sampah. sampah.

c. Kelembagaan dan Legalitas Kelancaran Rutinitas Fungsi

Kelembagaan penting dalam upaya Perspektif kedua dari teori Ripley dan
agar bank sampah dapat lebih berkembang. Franklin menyatakan bahwa keberhasilan
Selain itu, adanya kelembagaan juga implementasi ditandai dengan lancarnya
memudahkan bank sampah untuk pelaksanaan rutinitas fungsi dan tidak ada
mendapatkan status badan hukum. Hasil masalah-masalah yang dihadapi. Adapun
penelitian menunjukkan, kepatuhan terhadap kelancaran rutinitas fungsi dalam penelitian ini
persyaratan bentuk dan legalitas bank meliputi: pendanaan, sosialisasi, pelayanan
sampah masih belum optimal. Hanya saja, bank sampah, dan pemasaran produk bank
terkait legalitas dalam bentuk Surat sampah.
Keputusan (SK) kepala wilayah (kades/lurah)

29

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


a. Pendanaan masyarakat.
Secara umum sosialisasi bank sampah
Yang dimaksud dengan pendanaan yang dilakukan beberapa pihak yang
dalam penelitian ini adalah ketersediaan dana berkepentingan di Purbalingga masih belum
untuk operasional bank sampah dan dana optimal dalam rangka memperbanyak jumlah
untuk sarana dan prasarana (Sarpras) bank bank sampah di sisi pemerintah kabupaten,
sampah. Sampai saat ini tidak ada bantuan dan dalam rangka memperbanyak jumlah
alokasi dana untuk operasional rutin bank nasabah dari sisi pengurus bank sampah dan
sampah dalam bentuk uang baik itu dari unsur wilayah (desa/kelurahan). Sosialisasi
pemerintah kabupaten atau instansi terkait oleh pemerintah hanya terbatas di awal
lainnya, termasuk dari desa/kelurahan di pembentukan bank sampah, sehingga
mana bank sampah berada. Dana operasional pengurus bank sampah sering merasa
tergantung dari manajemen pengurus bank “ditinggalkan” karena minimnya
sampah untuk mengatur keseimbangan pendampingan selama bank sampah berjalan.
antara keuntungan dari penjualan sampah Dari sisi pemerintah desa/kelurahan, masih
dan produk daur ulang sampah dengan biaya ada kesan keengganan dalam membantu
yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan pengurus bank sampah melakukan sosialisasi
bank sampah. Sedangkan untuk dana sarpras ke masyarakat untuk memperbanyak jumlah
bank sampah, sudah ada bantuan nasabah.
pembiayaan sarana dan prasarana bank
sampah dari DLH Purbalingga, akan tetapi Menurunnya jumlah nasabah
sifatnya belum merata kepada seluruh bank seringkali memicu beberapa bank sampah di
sampah di Purbalingga. Kabupaten Purbalingga menjadi “mangkrak”
karena minimnya kegiatan di bank sampah.
Fakta diatas menunjukkan bahwa
sampai saat ini pendanaan untuk bank c. Pelayanan Bank Sampah
sampah masih belum optimal dan masih
menjadi kendala untuk menjamin Setidaknya ada 3 (tiga) pelayanan
keberlanjutan kegiataan bank sampah. dasar bank sampah kepada masyarakat dalam
Kemandirian bank sampah untuk mencukupi rangka melaksanakan mekanisme kerja
kebutuhannya sendiri sebagaimana harapan tersebut di wilayah cakupan pelayanan bank
untuk menjadi bank sampah yang profesional sampah, yaitu pelayanan penarikan sampah,
masih jauh dari yang diinginkan. Akan tetapi pemilahan, dan tabungan sampah
semangat yang tinggi dari pengurus bank
sampah terutama untuk bank-bank sampah Berdasarkan hasil wawancara dan
yang baru terbentuk menjadi modal awal data-data yang tersedia, kelancaran rutinitas
untuk mengedukasi masyarakat dalam fungsi bank sampah di Kabupaten Purbalingga
mengelola sampah mulai dari memilah dan dalam hal pelayanan bank yang meliputi
mengumpulkan sampah sejak dari pelayanan penarikan sampah, pemilahan
sumbernya. sampah, dan tabungan sampah sudah cukup
baik. Namun masih diperlukan adanya
b. Sosialisasi Bank Sampah dukungan dan bantuan dari pemerintah
desa/kelurahan dan instansi terkait lainnya
Sosialisasi bank sampah dapat dalam hal pemenuhan sarana pendukung
didefinisikan sebagai upaya untuk bank sampah seperti wadah pemilah sampah
memasyarakatkan bank sampah sehingga dan sarana pengangkut sampah.
menjadi dikenal, dipahami dan dihayati oleh
masyarakat, dengan harapan masyarakat Meskipun pelayanan bank sampah
membentuk bank sampah dan bersedia sudah cukup baik, tanpa didukung partisipasi
menjadi nasabah bank sampah. Sosialisasi masyarakat dalam bank sampah minimal
bank sampah dilakukan antara pemerintah, sebagai nasabah, maka keberlanjutan bank
bank sampah, dan masyarakat. Sosialisasi sampah juga akan menemui kendala. Bantuan
dapat dilakukan antara pemerintah daerah dan dukungan dari pemerintah
melalui DLH dan desa/kelurahan kepada desa/kelurahan dan instansi terkait lainnya
masyarakat, dari pemerintah kepada bank sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
sampah, atau dari bank sampah kepada jumlah nasabah bank sampah.

30

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


d. Pemasaran Produk Bank Sampah belum terlalu signifikan dibandingkan jumlah
penduduk atau rumah tangga yang ada di
Pemasaran produk daur ulang wilayah tersebut. Kinerja bank sampah di
sampah masih banyak menemui kendala. Kabupaten Purbalingga berdasarkan jumlah
Walaupun tidak semua bank sampah di sampah yang dikelola masih belum signifikan.
Kabupaten Purbalingga melakukan daur ulang Artinya jumlah sampah yang dikelola tidak
sampah, penjualan produk daur ulang terlalu signifikan dibandingkan dengan jumlah
sampah adalah hal yang penting karena dapat sampah yang dihasilkan masyarakat. Akan
meningkatkan pendapatan bank sampah tetapi walau belum signifikan, rata-rata bank
secara signifikan dibandingkan jika hanya sampah di Purbalingga mengalami
tergantung pada penjualan sampah secara peningkatan jumlah sampah yang dikelolanya
langsung kepada pengepul. Bantuan dan setiap tahunnya.
dukungan dari semua stakeholder mutlak
dibutuhkan jika pemerintah mau serius untuk Peningkatan produksi bank sampah
mengembangkan bank sampah di erat kaitannya dengan pemasaran produk
Purbalingga. Pemerintah desa/kelurahan wajib daur ulang sampah. Tidak semua bank
melakukan pendampingan agar kegiatan bank sampah menghasilkan produk daur ulang
sampah di wilayahnya tetap berjalan. Antar seperti kerajinan dari sampah anorganik atau
pengurus bank sampah bersama dengan pupuk dari sampah organik. Kinerja bank
Pemerintah Kabupaten harus senantiasa sampah di Kabupaten Purbalingga
berkoordinasi dengan melibatkan semua OPD, berdasarkan peningkatan produksi daur ulang
pihak swasta, bahkan dengan instansi lain sampah masih belum optimal. Tidak semua
yang ada di luar Kabupaten Purbalingga bank sampah di Kabupaten Purbalingga
dalam rangka memasarkan produk bank mengelola lebih lanjut sampah yang sudah
sampah. dikumpulkan dari masyarakat. Bagi bank
sampah yang memproduksi produk daur
Kinerja dan dampak yang dikehendaki ulang seperti pupuk organik atau produk
kerajinan dari sampah anorganik, penjualan
Kinerja merupakan prestasi kerja, produk masih menjadi kendala yang serius.
yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan Kurangnya pemasaran dianggap sebagai
standar yang ditetapkan (Dessler, 2000:41). pemicu kurangnya minat bank sampah untuk
Dan dampak adalah akibat yang ditimbulkan memproduksi produk daur ulang sampah.
dari pelaksanaan suatu kebijakan. Dengan Padahal memproduksi produk daur ulang
adanya bank sampah, maka akan dinilai merupakan bagian dari upaya memberikan
kinerja (performance) implementor bank nilai tambah (value added) terhadap sampah
sampah terhadap standar yang ditetapkan, dan dapat meningkatkan kemampuan bank
yaitu peningkatan jumlah nasabah, sampah dalam hal pendanaan dan
peningkatan jumlah sampah yang dikelola, pembiayaan operasional bank sampah.
peningkatan produk yang dikelola bank
sampah, dan peningkatan pendapatan. Kinerja bank sampah di Kabupaten
Sedangkan dampak yang dikehendaki adalah Purbalingga berdasarkan peningkatan jumlah
adanya penurunan jumlah timbulan sampah di pendapatan belum dapat terlaksana dengan
wilayah di mana ada bank sampah. baik. Peningkatan pendapatan, atau lebih
tepatnya tambahan penghasilan hanya
Peningkatan jumlah nasabah sampah berlaku untuk nasabah bank sampah karena
berarti terjadi peningkatan terhadap orang- sebelumnya harus mengeluarkan uang untuk
orang yang peduli terhadap permasalahan membuang sampah yang dihasilkan, dengan
sampah. Semakin banyak bank sampah baru adanya bank sampah justru malah mendapat
yang terbentuk di Purbalingga berarti semakin uang dari sampah. Peningkatan pendapat
banyak pula sampah yang akan dikelola oleh tidak terjadi bagi pengurus/ pengelola bank
bank sampah. Kinerja bank sampah di sampah. Sebagian besar pengurus bank
Kabupaten Purbalingga berdasarkan sampah di Kabupaten Purbalingga tidak
peningkatan jumlah nasabah termasuk dalam mendapat gaji/ insentif yang memadai.
kategori yang cukup baik terutama untuk Walaupun bagi para pengurus bank sampah
bank sampah yang ada di wilayah desa. yang ada saat ini, mendapatkan keuntungan
Hanya saja jumlah nasabah yang ada masih dari bank sampah bukanlah tujuan utama

31

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


lebih kepada aspek kepedulian, akan tetapi permasalahan sampah sudah selesai. Untuk
kondisi ini tidak ideal bagi keberlanjutan bank wilayah desa yang memiliki lahan yang cukup
sampah di masa yang akan datang. Hal ini luas, justru partisipasi masyarakatnya agak
juga tidak sesuai dengan amanat dari Permen kurang karena mereka beranggapan bisa
LH No. 13 Tahun 2012, yaitu agar bank membuang sampah di pekarangannya sendiri,
sampah dapat profesional dan mampu akan tetapi untuk wilayah desa yang lahannya
memberikan gaji yang layak untuk terbatas, partisipasi masyarakat umumnya
karyawannya. lebih baik. Partisipasi juga tergantung dari
siapa yang mengajak (inisiator bank sampah),
Dengan adanya bank sampah, umumnya jika inisiatornya adalah lurah/
diharapkan memberikan dampak terjadinya kepala desa atau perangkat di kelurahan /
penurunan timbulan sampah. Berdasarkan desa setempat, partisipasi masyarakat
hasil wawancara dan data-data yang tersedia menjadi lebih baik daripada jika inisiatornya
menunjukkan, adanya bank sampah di berasal dari perorangan.
Kabupaten Purbalingga belum memiliki
dampak yang signifikan terhadap penurunan b. Keterlibatan Ibu-Ibu dalam
sampah secara umum di Kabupaten Mengelola Sampah
Purbalingga. Hanya saja, keberadaan bank
sampah minimal dapat mengatasi Awal mula berdiri bank sampah,
permasalahan sampah yang dihasilkan oleh umumnya karena adanya sosialisasi dengan
masyarakat di wilayah di mana terdapat bank ibu-ibu saat pertemuan PKK. Keterlibatan
sampah. Sampah yang tadinya hanya masuk kaum perempuan terutama ibu-ibu dalam
TPA, atau bahkan dibuang di pinggir sungai pengelolaan sampah berdasarkan hasil
menjadi berkurang karena sudah dikelola oleh pengamatan, lebih dominan daripada bapak-
bank sampah. Dampak yang sudah terasa di bapak ataupun para pemudanya. Banyak
masyarakat adalah bahwa masyarakat yang menganggap sampah rumah tangga
mendapat edukasi yang cukup untuk ikut lebih dekat dengan ibu-ibu karena lebih
terlibat dalam pengelolaan sampah seperti banyak berada di dapur. Keterlibatan ibu-ibu
memilah dan mengumpulkan sampah di juga dapat disebabkan karena adanya
rumahnya masing-masing. harapan tambahan penghasilan dari sampah.
Walaupun jumlahnya tidak seberapa, akan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tetapi jika dikumpulkan dapat sedikit
Implementasi Kebijakan membantu membayar keperluan rumah
tangga. Kegiatan daur ulang sampah seperti
Terdapat beberapa faktor yang kerajinan sampah anorganik juga lebih
mempengaruhi implementasi kebijakan didominasi oleh ibu-ibu. Kerajinan dari daur
pengelolaan sampah melalui bank sampah di ulang sampah membutuhkan ketelatenan dan
Kabupaten Purbalingga, yaitu: kreatifitas. Aktifitas produksi kerajinan lebih
didominasi kegiatan menggunting, menjahit,
a. Partisipasi masyarakat dalam Bank atau merangkai yang dianggap lebih tepat
Sampah dikerjakan oleh ibu-ibu. Keterlibatan bapak-
bapak lebih banyak di sektor penarikan
Kurangnya pemahaman masyarakat sampah ke rumah-rumah. Akan tetapi di sini
tentang bank sampah disebabkan tidak pulalah awal masalah, karena muncul biaya
maksimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh operasional untuk membayar biaya BBM dan
implementor kepada masyarakat. Partisipasi petugas yang ke rumah-rumah. Oleh
masyarakat dalam memilah sampah masih karenanya, masyarakat diharapkan untuk
rendah, menghambat pekerjaan petugas yang menyetor sampahnya langsung ke bank
melaksanakan penarikan sampah ke rumah- sampah untuk meminimalisir adanya biaya
rumah. Partisipasi masyarakat dalam operasional.
mengelola sampah, utamanya yang berada di
wilayah perkotaan masih rendah. Apalagi c. Dukungan dan Bantuan dari
hampir semua warga di kecamatan kota Pemerintah Desa atau Kelurahan
sudah mendapat pelayanan pengangkutan
sampah dari pemerintah, sehingga mereka Kehadiran perangkat desa/kelurahan
berfikir tanpa ada bank sampah pun baik secara pribadi maupun institusi dalam

32

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


kegiatan bank sampah merupakan salah satu karena sudah menjadi pelanggan pelayanan
bentuk support moril yang berharga, tidak pengangkutan sampah oleh DLH, dan sudah
saja bagi pengurus bank sampah tapi juga membayar retribusi pelayanan sampah,
bagi masyarakat. Bagi pengurus bank sehingga kepedulian untuk mengelola sampah
sampah, kehadiran perangkat desa/kelurahan menjadi rendah. Padahal dengan terlibat
merupakan wujud dukungan desa/kelurahan dalam kegiatan bank sampah, berarti
terhadap bank sampah. Kegiatan ini juga masyarakat juga berpartisipasi dalam upaya
tidak membutuhkan biaya, hanya sebagai pengurangan timbulan sampah yang masuk
bentuk kepedulian dan kesedian perangkat ke TPA.
desa/kelurahan terhadap bank sampah. Bagi
masyarakat merupakan kehadiran perangkat e. Sosial politik di wilayah
desa/kelurahan merupakan salah satu bentuk
bantuan sosialisasi bank sampah secara tidak Banyak yang beranggapan bahwa
langsung kepada masyarakat. Bantuan tidak ada hubungan langsung antara bank
pendanaan dari pemerintah desa akan sangat sampah dengan kondisi sosial dan politik di
membantu bank sampah terutama saat awal wilayah terutama di desa. Pada kenyataannya
terbentuknya bank sampah. Sampai saat ini mengingat bank sampah pada awal
bantuan pendanaan dalam bentuk alokasi pembentukannya sangat membutuhkan
anggaran desa ke bank sampah dirasa belum dukungan moril dan bantuan pendanaan dari
optimal, meskipun sudah ada payung desa, mengakibatkan hubungan yang baik
hukumnya melalui Permendes PDTT No.22 antara pengurus bank sampah dengan kepala
Tahun 2016 tentang Prioritas Penggunaan desa sangat dibutuhkan. Bank sampah dalam
Dana Desa Tahun 2017 yang memberikan kegiatannya membutuhkan keterlibatan
panduan agar desa dapat mengalokasikan masyarakat dalam jumlah yang besar. Apabila
dana untuk pengelolaan sampah salah kepala desa memiliki visi yang tidak sama
satunya untuk pengembangan bank sampah. dengan konsep pembentukan bank sampah
seringkali mengakibatkan bantuan dana dari
d. Jangkauan pelayanan desa sulit direalisasikan. Faktor politis akan
pengangkutan sampah menjadi semakin nyata apabila desa akan
menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa
Dari 18 kecamatan di kabupaten (Pilkades). Kepala desa lama cenderung akan
Purbalingga, baru sebanyak 10 kecamatan mempertahankan jabatannya. Adanya bank
yang menjadi cakupan pelayanan sampah yang melibatkan masyarakat banyak
pengangkutan sampah DLH Kabupaten dikhawatirkan akan mengalihkan pilihan
Purbalingga. Akan tetapi dari 10 kecamatan masyarakat dalam Pilkades. Padahal banyak
itu pun masih belum merata dan menjangkau di antara pegiat bank sampah justru lebih
semua wilayah. Yang sudah maksimal baru di mengedepankan unsur kepedulian terhadap
wilayah perkotaan (kecamatan Purbalingga), lingkungan dibandingkan dengan urusan
yaitu sebanyak 94,19%. Untuk wilayah yang politik di desa. Dan faktor non teknis ini tidak
belum terlayani pengangkutan sampah oleh disadari dapat menjadi penghambat pihak
DLH, seperti di desa-desa di wilayah desa mengalokasikan dana untuk bank
Purbalingga bagian utara, mengingat lahan sampah.
masyarakat yang masih luas sehingga
pembuangan sampah lebih banyak dilakukan KESIMPULAN DAN SARAN
di blumbang (lubang) atau di pinggir kali.
Kondisi sampahnya masih bercampur Kesimpulan
sehingga ada potensi pencemaran lingkungan.
Oleh karenanya dibutuhkan kegiatan yang Berdasarkan hasil penelitian yang
sifatnya mengedukasi masyarakat untuk telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
mengelola sampah misal bank sampah untuk implementasi kebijakan pengelolaan sampah
mengurangi sampah yang dibuang ke melalui bank sampah di Kabupaten
lingkungan. Pada umumnya masyarakat yang Purbalingga masih belum optimal berdasarkan
tinggal di wilayah desa lebih mudah diajak tingkat kepatuhan implementor bank sampah
untuk terlibat dalam kegiatan bank sampah terhadap kebijakan pengelolaan sampah
seperti memilah dan mengumpulkan sampah. melalui bank sampah, kelancaran rutinitas
Berbeda dengan masyarakat wilayah kota, fungsi bank sampah, serta kinerja bank

33

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


sampah dan dampak yang ditimbulkan pembangunan bank sampah baik sarana
dengan adanya bank sampah di Kabupaten maupun prasarana bank sampah.
Purbalingga. Namun demikian, untuk 5. Diperlukan adanya komunikasi dan
beberapa hal telah berhasil dilakukan dengan koordinasi yang intensif dengan
baik, antara lain: bank sampah dianggap melibatkan semua stakeholders untuk
mampu mengedukasi masyarakat agar tidak membantu pemasaran produk bank
membakar atau membuang sampah di kebun sampah.
atau di pinggir sungai yang berpotensi 6. Pemerintah Kabupaten Purbalingga perlu
merusak lingkungan, bank sampah dianggap membentuk paguyuban bank sampah
mampu membuat masyarakat mau mengelola atau bank sampah induk sebagai sarana
sampah yang dimulai dengan memilah dan komunikasi antar bank sampah dan bank
mengumpulkan sampah sejak dari sampah dengan pemerintah.
sumbernya, dan dengan adanya bank
sampah, pola pikir masyarakat yang tadinya
menganggap sampah adalah barang yang DAFTAR PUSTAKA
kotor menjadi barang yang memiliki nilai Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan
ekonomis. Publik. Bandung: Alfabeta.

Faktor-faktor yang mempengaruhi BLH Kabupaten Purbalingga. 2014. Kajian


Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Evaluasi Kelayakan Teknis Tempat
melalui Bank Sampah di Kabupaten Pemrosesan Akhir (TPA) Banjaran.
Purbalingga, yaitu partisipasi masyarakat Purbalingga: Badan Lingkungan Hidup
dalam bank sampah, keterlibatan Kabupaten Purbalingga.
perempuan/ibu-ibu dalam mengelola sampah, BPS. 2013. Indikator Perilaku Peduli
dukungan dan bantuan dari pemerintah Lingkungan Hidup 2013. Jakarta:
desa/kelurahan, jangkauan pelayanan Badan Pusat Statistik.
pengangkutan sampah, dan kondisi sosial
politik di wilayah di mana terdapat bank BPS Kabupaten Purbalingga. 2016. Kabupaten
sampah. Purbalingga Dalam Angka 2016.
Purbalingga: Badan Pusat Statistik
Saran Kabupaten Purbalingga.
Dessler, Gary. 2000. Manajemen Sumber
Peneliti memberikan saran yang dapat Daya Manusia. Edisi Terjemahan
membangun dan dapat dijadikan masukan Jakarta: PT. Prenhallindo
atau pertimbangan oleh instansi terkait dalam
implementasi kebijakan pengelolaan sampah Kementerian Lingkungan Hidup. 2014.
melalui bank sampah di Kabupaten Implementasi 3R Melalui Bank
Purbalingga, sebagai berikut: Sampah. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup.
1. Pemerintah Kabupaten Purbalingga perlu Mangkunegara, Anwar P. 2002. Manajemen
melaksanakan sosialisasi yang lebih Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.
intensif mengenai bank sampah baik Remaja Rosda Karya
kepada pengurus bank sampah maupun
kepada masyarakat. Nugroho, Riant. 2014. Public Policy: Teori,
Manajemen, Dinamika, Analisis,
2. Dibutuhkan SDM yang cukup di
Konvergensi, dan Kimia Kebijakan.
masyarakat, baik dari segi kuantitas
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
maupun kualitas untuk mengelola bank
sampah dalam pencapaian tujuan bank Ripley, R.B. & Franklin, G.A. 1986. Policy
sampah secara maksimal. Implementation and Bureaucracy 2nd
3. Perlu adanya peningkatan jumlah tenaga edition. Dorsey Press: Chicago,
di DLH Purbalingga yang bertugas Illinois.
melakukan pembinaan dan Suwerda, Bambang. 2012. Bank Sampah
pendampingan bank sampah untuk (Kajian Teori dan Penerapan).
menjamin keberlanjutan bank sampah di Yogyakarta: Pustaka Rihama
Kabupaten Purbalingga.
4. Perlunya peningkatan anggaran dalam
34

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga


Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
dan Proses. Yogyakarta: Media tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Pressindo Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
Tangga.
Nopyandri. 2014. Penerapan Prinsip Good
Governance Dalam Rangka Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Perlindungan dan Pengelolaan 13 Tahun 2012 tentang Pedoman
Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmu Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan
Hukum. Vol.5. No.2. Universitas Recycle melalui Bank Sampah.
Jambi.
Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga
Riyadi, Sugeng. 2015. Reinventing Bank Nomor 29 Tahun 2012 tentang
Sampah: Optimalisasi Nilai Ekonomis Pengelolaan Sampah.
Limbah Berbasis Pengelolaan Komunal
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Terintegrasi. Jurnal Kajian Ekonomi
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
dan Perbankan Syari’ah. Vol.7 No.2.
Nomor 22 Tahun 2016 tentang
IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Prioritas Penggunaan Dana Desa
Peraturan Tahun 2017
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.

35

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Kabupaten Purbalingga

Anda mungkin juga menyukai