Anda di halaman 1dari 8

PROTOTYPE

Penegrtian Prototype
Prototype adalah sebuah proses perancangan sistem dengan cara membentuk contoh dan
juga standar ukuran yang akan dikerjakan nantinya. Apabila perusahaan menggunakan
prototype, maka para pengembang dan pelanggan akan saling berinteraksi sampai hasil
yang terbaik keluar.

Tentu saja, perusahaan harus mengetahui kunci dari prototype adalah prosesnya secara
lancar yang sesuai dengan kebutuhan dengan sebagian adanya perangkat lunak yang
direkayasa kualitasnya.

Secara umum, prototype adalah skalabilitas, model, ataupun standar ukuran yang dibentuk
berdasarkan suatu skema rancangan sistem. Tujuannya sendiri adalah untuk menguji
proses kerja dan juga konsep dari sebuah produk sebelum diedarkan.

Prototype akan memungkinkan para pengembang dan juga pengguna melakukan interaksi
dengan model tersebut secara langsung tanpa perlu membuat real produknya terlebih dulu.
Dengan kata lain, prototype bukanlah produk jadi yang sudah siap untuk dirilis.

Prototype bisa dibilang sebagai purwarupa ataupun pemodelan produk yang dibuat untuk
keperluan awal pengembangan, baik itu produk fisik ataupun digital. Selain itu, prototype
dapat membantu para pengemabng untuk mengetahui lebih awal kesalahan dan
kekurangan fitur produk sebelum resmi dirilis dan juga disebarluaskan.

Menurut karya tulis yang diterbitkan oleh Universitas Bina Nusantara, yakni menurut
Satzinger, Jackson, dan juga Burd (2010), prototype adalah sebuah model kerja awal dari
sebuah sistem yang lebih besar. Kemudian, menurut Cegielski, Prince, dan juga Rainer
(2013), pengertian dari prototype adalah sebuah model kerja yang berskala kecil dari
keseluruhan sistem ataupun model yang hanya berisi mengenai komponen dari sistem yang
baru.
Jadi, dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sederhananya, prototype
adalah sebuah versi dari suatu sistem yang tersedia untuk para pengembang dan calon
pengguna supaya mendapatkan gambaran dari sistem yang akan dibuat.

Proses pembuatan prototype sendiri disebut dengan prototyping, yang memerlukan


beberapa metode sampai sebuah prototype berhasil dibuat dan kemudian akan
dikembangkan ke dalam sistem yang sebenarnya.

Jenis-Jenis Umum Prototype


Gambaran sebuah sketsa di atas kertas adalah bentuk dari prototype yang paling umum dan
juga sederhana. Namun ternyata, jenis pengembangan prototype ini dapat dibagi menjadi
dua, antara lain:
1. Evolutionary Prototype
Evolutionary prototype ini adalah jenis prototype yang dikembangkan secara terus
menerus hingga memenuhi fungsi dan prosedur yang diperlukan sebuah sistem.
2. Requirement Prototype
Requirement Prototype adalah jenis prototype yang digunakan para pengembang
dengan memberikan definisi dari fungsi dan juga prosedur dari sebuah sistem yang
akan dirancang oleh pengembang tersebut.

Tujuan Prototype
Pada dasarnya, tujuan dari prototype adalah untuk mengembangkan skema rancangan
produk sampai akhirnya menjadi produk final yang sesuai dengan kebutuhan dan juga
permintaan pasar. Kebanyakan developer secara terbuka menerima berbagai macam
masukan dan juga feedback dari pengguna supaya program tersebut bisa dibangun dengan
fitur dan fungsi yang lengkap. Selain berperan sebagai penghubung pengembang dan
pengguna, pembuatan prototype ini bisa menekan biaya produksi.

Sebab, pengembang tidak lagi memerlukan proses trial and error. Sehingga beban biaya
yang harus dikeluarkan jauh lebih hemat. Selain itu, adanya prototype juga dapat
meringankan beban kerja tim pengembang dan proses pengerjaannya juga bisa dilakukan
dengan cepat.
Manfaat Prototype
Prototype mempunyai berbagai manfaat yang dapat dirasakan saat mengembangkan
produk, di antaranya yaitu sebagai berikut:
1. Bisa Menghemat Biaya Produksi
Pembuatan prototype ini sekilas tampak membutuhkan biaya yang besar, terlebih
pada tahap awal pengembangan. Akan tetapi, bila ditinjau secara keseluruhan,
prototype jelas bisa menghemat biaya produksi. Sebab, ada realisasi konsep dan
juga evaluasi hasil dari percobaan tertentu, di mana hal tersebut menjadikan
pembuatan prototype jauh lebih cepat dan hemat biaya.
2. Memudahkan Presentasi Produk
Prototype dapat memungkinkan para developer untuk menuangkan dan
mempresentasikan konsep dan ide produk kepada para investor dan calon
pengguna. Tanpa adanya prototype, pengemabng akan kesulitan dalam
menggambarkan ide produk apabila bermodal teori saja.
3. Menjadi Acuan untuk Pengembangan Produk
Prototype juga dapat memungkinkan para pengembang untuk membuat sebuah
produk baru di masa mendatang. Kebutuhan pasar terhadap jenis produk baru bisa
dianalisis berdasarkan prototype yang ada saat ini. Selain itu, prototype juga
seringkali memunculkan gagasan dan ide kreatif, baik untuk update ataupun
pembuatan produk baru.
4. Memberikan Visi yang Lebih Nyata
5. Prototype bukanlah sekadar teori, tapi juga model dan juga sampe dalam bentuk
yang nyata. Gambaran produk dibuat secara detail, riil, dan jelas, sehingga
pengembang, pengguna, dan investor bisa melihat visi produk secara transparan.
Terlepas dari itu semua, adanya prototype juga memungkinkan diskusi seluruh
pihak yang terkait menjadi lebih mudah.
6. Menjadi Tempat Keinginan Pengguna
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa para pengembang sangat terbuka
untuk menerima masukkan dari pengguna ataupun klien terkait dengan prototype
yang sudah dibuat. Hal tersebut sangat berguna untuk menilai fitur dan
fungsionalitas produk sebelum akhirnya dirilis. Selain itu, masukkan dari pengguna
juga dapat memunculkan ide lain, misalnya saja penambahan fitur baru di masa
mendatang.
7. Mengetahui Kebutuhan Konsumen
Apabila mengingat kembali arti dari prototype, sebenarnya tidak menggambarkan
semua fitur dan juga fungsi produk secara keseluruhan. Prototype hanya sebagai
gambaran sederhana yang dapat mewakili minat para pengguna. Adanya interaksi
dengan calon pelanggan akan memungkinkan pengemabng untuk mengetahui
keinginan pengguna secara langsung.

Contoh Prototype
Sistem prototype sendiri mempunyai beberapa contoh yang harus diketahui detailnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh prototype adalah:
1. Low-fidelity
Contoh sederhana yang pertama yaitu prototype yang dirancang di atas kertas. Ini
merupakan jenis prototype yang sangat umum dan paling dasar, karena cara yang
satu ini dianggap lebih cepat dan juga murah, digunakan satu kali pakai, mudah
untuk diubah dan menguji literasi baru. Selain itu, jenis prototype ini juga dapat
memungkinkan tampilan dari keseluruhan produk secara cepat.

Siapapun juga bisa memproduksinya, mendorong pemikiran desain karena


prototype ini terlihat belum selesai. Hanya saja, ada satu kekurangannya, yakni
prototype jenis ini kurang terlihat nyata, sehingga pengguna mungkin saja akan
kesulitan dalam memberikan testimoni atau feedback. Selain itu, sulit juga untuk
menerapkan hasil dari versi awal yang kasar, karena mungkin terlalu mendasar
untuk mencerminkan pengalaman pengguna produk jadi.

Kurangnya interaktivitas ini membuat para pengguna kehilangan kendali mengenai


ide dari produk secara keseluruhan. Sehingga para pengguna harus membayangkan
bagaimana mereka akan menggunakan produk tersebut hanya dalam pikiran
mereka saja.
2. High-fidelity
Jenis prototype yang kedua ini lebih dekat dengan prototype dalam bentuk ataupun
format digital yang dibuat menggunakan perangkat lunak desain khusus. Kelebihan
dari jenis high-fidelity ini yaitu kemampuannya dalam melibatkan semua
pemangku kepentingan demi mempunyai visi yang diwujudkan di tangan mereka
dan bisa menilai seberapa cocok visi tersebut dengan kebutuhan pengguna dan
memecahkan masalah mereka.
Pengujian tersebut akan menghasilkan hasil yang lebih akurat dan bisa diterapkan.
Sehingga dapat dikatakan jika ini merupakan versi yang paling dekat dengan
produk akhir dan bisa memungkinkan pengguna atau pengembang untuk
memprediksi bagaimana pengguna akan menggunakannya di pasaran.

Walaupun demikian, jenis prototype yang satu ini akan membutuhkan waktu lebih
lama dan juga dana yang lebih besar untuk membuatnya. Target pengguna juga
cenderung akan mengomentari secara detail dibandingkan dengan konten produk
keseluruhan nya.

3. Paper Prototype
Sesuai dengan namanya, prototype yang satu ini menggunakan kertas sebagai
media untuk menyampaikan rancangan dari produk yang nantinya akan dirilis.
Paper prototype ini sangat sederhana, namun bisa memberikan beberapa pilihan
terkait dengan kekurangan dari sisi tampilan atau fungsionalitas produk.

Sebelum adanya kemudahan akses untuk internet dan juga digital, pembuatan
prototype yang paling dasar adalah berbasis kertas. Melalui gambar dua dimensi,
prototype tersebut didesain dari awal sebelum uji ide produk. Cara tersebut
memang sangat sederhana, karena hanya berbentuk gambar-gambar dua dimensi
dan kemudian diuji dengan perilaku seseorang untuk menggunakan produk
prototype itu sendiri.

Paper prototype ini mempunyai beberapa keunggulan, mulai dari cepat dibuat,
murah, dan bisa menumbuhkan kerja sama tim karena cukup menyenangkan. Tidak
hanya itu saja, paper prototype juga mudah untuk didokumentasikan, begitu juga
dengan catatan dan revisinya bisa ditulis secara langsung. Proses tersebut biasanya
menggunakan metode yang disebut dengan low fidelity prototype yang nantinya
akan dikembangkan melalui proses pengkodean.

Akan tetapi, paper prototype juga mempunyai kekurangan, misalnya saja kurang
realistis, dapat menimbulkan kesalahan uji produk, dan tidak menimbulkan reaksi
tertentu untuk imajinasi pengguna produk.
4. HTML Prototype
Metode pembuatan prototype HTML ini yaitu yang paling rumit dari beberapa
contoh yang sudah disebutkan di atas. Oleh karena itu, proses pembuatan prototype
jenis ini hanya direkomendasikan untuk para desainer yang mempunyai
kemampuan pengkodean yang mumpuni. Secara umum, pembuatan prototype
dengan menggunakan metode HTML ini dibentuk dengan kode dasar yang bisa
menghemat energi serta waktu. Selain itu, adanya pengkodean yang sudah
tersistem juga akan lebih memudahkan pengembangan prototype di masa yang
akan datang.

Selain memiliki biaya yang rendah, metode pembuatan jenis prototype ini juga
akan memudahkan uji prototype di hampir semua sistem operasional komputer
tanpa harus menjalankan perangkat lunak eksternal. Pilihan tersebut menjadi yang
paling terjangkau dan ekonomi dari segi kualitas hasil dan pembiayaan dasar.
Namun pastinya proses pengkodean yang digunakan juga tidak main-main.

Berbeda dengan dua contoh prototype yang sebelumnya, yang mana mempunyai
tahapan sebelum memasuki proses pengkodean, metode HTML ini lebih efisien
karena developer bisa langsung membuat prototype melalui pengkodean itu sendiri.
Hampir tidak ada limbah dari pembuatan prototype jenis ini, baik itu merupakan
prototype sekali pakai, langkah tambahan, dan juga biaya perangkat lunak
eksternal.

Akan tetapi, disisi lain, metode yang satu ini memang memerlukan sumber daya
manusia yang ahli di bidang pengkodean dan juga komputasi. Selain itu,
ketergantungan terhadap keterampilan pengkodean membuat para desainer dan
kontribusinya menjadi sangat terbatas. Hasilnya, kebebasan kreativitasnya tidak
terlalu besar.

Dari penjelasan umumnya, bisa disimpulkan bahwa prototype mempunyai manfaat


yang cukup penting untuk awalan dalam pembuatan produk. Proses pengembangan
sebuah produk, baik itu fisik ataupun digital bisa terbantu sedemikian baik dengan
adanya purwarupa ataupun prototype karena perannya sebagai acuan ke depannya.
Secara efisiensi dan juga ekonomis, prototype juga mendukung para pengembang
atau pengguna dalam berkolaborasi secara sinergis untuk menciptakan sebuah
produk dengan fungsi serta kualitas yang terbaik.

Keuntungan dan Kerugian Prototype


Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila melibatkan prototyping
saat meneliti ataupun membangun sebuah sistem, antara lain:
1. Memperoleh komunikasi yang lebih baik antara para pengembang dan pelanggan,
sehingga dapat memperoleh tujuan yang sama.
2. Pengembang ataupun peneliti dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan pengguna.
3. Pengguna bisa berperan dalam proses pengembangan.
4. Ketika merancang sistem dapat lebih menghemat waktu.
5. Hasil perancang dapat sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
6. Para pengembang bisa memperoleh masukan dari para pelanggan ketika melakukan
prototype.
7. Mempersingkat waktu pengembangan.
8. Memperoleh tingkat kepuasan dari para pelanggan lama atau baru.

Sementara untuk kelemahan adanya prototyping yaitu sebagai berikut:


1. Permintaan pengguna kadang kala sulit untuk direalisasikan, sehingga ketika
berdiskusi awal cukup membutuhkan waktu yang lama.
2. Proses perancangan prototype umumnya berlangsung cukup lama, karena adanya
beberapa koneksi dari pengguna.

Tahapan Merancang Prototype


Setelah memperoleh data-data dari apa saja yang diinginkan oleh para pengguna, maka
kita bisa merancang prototype. Terdapat beberapa tahapan saat merancang prototype,
antara lain:
1. Merancang beberapa proses yang akan terjadi, mulai dari proses input sampai
proses output.
2. Merancang UML atau Unified Modelling Language yang harus sesuai dengan
spesifikasi sistem yang dibutuhkan dan bagaimana sistem tersebut akan berjalan.
3. Merancang interface
4. Melakukan evaluasi terhadap prototype.
5. Adanya pengujian sistem di prototype.
6. Melakukan evaluasi terhadap sistemnya setelah adanya pengujian.
7. Penggunaan sistem prototype kepada para pelanggan akan berguna sebagaimana
mestinya.

Jadi, kesimpulannya yaitu setelah kita memiliki sebuah ide, maka kita akan membuat
sebuah prototype yang mana merupakan mockup dari solusi ide produk yang akan kita
buat. Disini, kita bisa membuat mockup setiap interaksi dan tampilan, sehingga bisa
dialami dengan cara yang sama seperti produk yang akan dikembangkan sepenuhnya tanpa
melibatkan pengembangan besar-besaran.

Anda mungkin juga menyukai