Anda di halaman 1dari 7

Bidang Keahlian : Kemaritiman

Program Keahlian : Perikanan


Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut (C3)

Mata Pelajaran : Produk Kreatif dan Kewirausahaan


Mata Pelajaran : 350 JP ( @45 menit )

3.4 Menganalisis konsep desain/prototype dan kemasan produk barang/ jasa


4.4 Membuat desain/ prototype dan kemasan produk barang/jasa

Kamu pasti sudah tidak asing bukan dengan kata prototype? Prototype sering digunakan untuk mempresentasikan
versi awal dari sebuah produk, dengan tujuan untuk menguji konsep dari produk yang akan dirilis nanti.  Namun,
apa itu prototype? Apa manfaat dan contohnya?

Apa itu prototype?


Prototype atau prototipe adalah sebuah metode dalam pengembangan produk dengan cara membuat rancangan,
sampel, atau model dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari produk. Prototype sendiri bukanlah
produk final yang nantinya akan diedarkan. Prototype dibuat untuk kebutuhan awal development software dan
untuk mengetahui apakah fitur dan fungsi dalam program berjalan sesuai dengan kebutuhan yang telah
direncanakan. Sehingga pengembang produk dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan lebih awal sebelum
mengimplementasikan fitur lain ke dalam produk dan merilis produk.

Tujuan prototype
Tujuan utama dari prototype adalah mengembangkan model atau rancangan produk menjadi produk final yang
dapat memenuhi permintaan pengguna. Dalam proses pengembangan produk, pengguna dapat ikut andil dalam
proses pengembangan produk dengan cara mengevaluasi dan memberikan umpan balik. Umpan balik yang
diberikan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan produk. Selain itu, penggunaan prototipe dapat
memunculkan ide-ide baru yang bisa dikembangkan menjadi sebuah fitur untuk melengkapi produk.

Manfaat prototype
Ada banyak manfaat dan keuntungan yang bisa kamu dapatkan saat menggunakan sistem prototyping ini. Berikut
adalah manfaatnya.

1. Dapat menghemat waktu dan biaya pengembangan produk


Yang pertama adalah kamu dapat menekan biaya dan menghemat waktu dalam proses pengembangan
produk. Dengan begitu, sumber daya yang tersisa dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain.
2. Dapat mengetahui kebutuhan pengguna terlebih dahulu
Manfaat yang kedua yaitu dengan memanfaatkan sistem prototyping kamu dapat mengetahui kebutuhan
pengguna terlebih dahulu. Sehingga kamu dan tim-mu dapat mengetahui apa saja prioritas dan kebutuhan
pengguna. Dengan begitu proses pengembangan produk akan berlangsung lebih cepat.
3. Menjadi acuan untuk mengembangkan produk
Selanjutnya, model prototype dapat menjadi acuan atau patokan untuk kamu dalam mengembangkan
sebuah produk. Kamu juga dapat menggunakan prototype untuk menemukan kekurangan dan mencari
solusi untuk membuat produk kamu menjadi semakin baik lagi.
4. Dapat menjadi bahan presentasi
Terakhir, kamu dapat menggunakan prototype untuk mempresentasikan produk yang akan kamu luncurkan.
Dengan adanya prototype akan memudahkan audiens mendapatkan gambaran tentang produk yang akan
diluncurkan.

Contoh prototype
Sistem prototype ini memiliki beberapa contoh yang perlu kamu ketahui detailnya. Berikut adalah beberapa contoh
prototype.

1. Paper prototype
Yang pertama adalah paper prototype. Sesuai dengan namanya, prototype ini menggunakan kertas sebagai
media untuk menyampaikan rancangan produk. Paper prototype ini sangat sederhana, tapi mampu
memberikan beberapa opsi terkait kekurangan dari sisi tampilan maupun fungsionalitas produk.
2. Low-fidelity prototype
Selanjutnya adalah low-fidelity prototype. Low-fidelity prototype adalah prototype yang biasanya
berbentuk sketsa-sketsa dari produk. Biasanya prototype ini menunjukan alur atau flow dalam
menggunakan produk tersebut dan juga menampilkan tampilannya.

Kekurangan dari prototype ini adalah tampilannya yang masih berupa sketsa dengan warna dominan abu-
abu atau hitam saja.

3. High-fidelity prototype
Contoh terakhir adalah high-fidelity prototype. High-fidelity prototype adalah prototype yang memiliki
tampilan yang mendekati produk aslinya. Jadi, pengguna dapat merasakan sensasi menggunakan produk
aslinya ketika menggunakan high-fidelity prototype ini.

Prototype jenis ini sering digunakan dalam bidang pengembangan website atau aplikasi, dalam
pembuatannya kamu dapat menggunakan beberapa tools yang banyak tersebar di internet. Kekurangan dari
prototype ini adalah pembuatan prototype yang cukup memakan waktu.
Indikator Pencapaian Kompetensi :

3.4.1. Menjelaskan konsep desain/ prototype dan kemasan produk barang/jasa

3.4.2. Menentukan konsep desain/prototype dan kemasan produk barang/jasa

4.4.1. Menyajikan desain/ prototype dan kemasan produk barang/jasa

Materi Pokok

• Konsep Desain/Protot ype Dan Kemas Produk Barang/Jasaan

 PENGERTIAN PROTOTYPE PRODUK

Fenomena dewasa ini banyak manajer menjalankan Total Quality Management (TQM) sebagai prioritas untuk
peningkatan dan pengendalian kualitas produk. Karena kualitas suatu produk berhubungan erat dengan kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) serta keuntungan industri. Dengan kualitas yang lebih tinggi akan menghasilkan
kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih
rendah.

Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan pada produk akhir. Hal ini penting agar produk akhir yang
dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau
dikerjakan ulang. Maka sebaiknya perhatian terhadap kualitas harus dimulai pada saat awal pembangunan produk.
Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.

Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan yang sangat
penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan
kemajuan suatu usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat
untuk diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya
jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan mengenai protipe tersebut maka industri
mendokumentasikannya untuk proses perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi
produk yang dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan
(customers).

Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis produk yang
akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan
apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang
disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit dengan proses akhir ditujukan untuk menjawab
pertanyaan akan performance dan ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.

 TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE

Berikut tahapan prototype:

1. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan
perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan
keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.

2. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada
skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan
membantu perancangan prototipe rekayasa.

3. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model namun mengalami
perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas
teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.

4. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan
sistem produksi.
5. Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk
menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data
kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.

6. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap
awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang
diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.

7. Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar
untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan
dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan
peningkatan program pemasaran.

8. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–models). Secara jelas
menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk
memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.

9. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai
menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan
produk akhir.

 PENGERTIAN KEMASAN PRODUK

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-
elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus,
melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar
(Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).

Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau
bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau
pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang
kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132).

Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan
adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli.
Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap
pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan
model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar
yang sama.

• FUNGSI KEMASAN PRODUK

Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka menganggap bahwa
fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007)
mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:

a) Fungsi Protektif

Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua
berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko
pembelian produk rusak atau cacat.

b) Fungsi Promosional

Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana
promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna,
ukuran, dan penampilan.

Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :

a. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan harus
menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung
produk.
b. Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan,
ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

c. Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang
dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.

d. Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi
keuntungan bagi produsen.

Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu sebagai berikut:

a. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan adalah untuk mengurangi
terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui pencurian atau kesalahan penempatan.

b. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada sebuah produk dan memperkuat
citra produk.

c. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual produk dengan menarik
perhatian dan mengkomunikasikannya.

 TUJUAN KEMASAN PRODUK

Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya.

2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.

3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket
untuk efisiensi transportasi dan penanganan.

4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau membuang
paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.

5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik (menunjukkan
tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan
kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian.

6. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali
penutup, penggunaan dan digunakan kembali.

7. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk.

 JENIS-JENIS KEMASAN

Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, dll).

2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti
misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan
sebagainya.

3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau
identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.

Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai.
Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh
konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik.
Contohnya botol minuman dan botol kecap.

3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain
di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.

Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak
keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.

2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya
kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

 PENGERTIAN SKETSA

Menurut Linda Murray dan Peter, Sketsa adalah rancangan kasar dari suatu komposisi atau sebagian komposisi
dibuat demi kepuasan pribadi. Pada tahap ini ada beberapa hal yang menjadi acuan yaitu skala, perbandingan,
komposisi, penyinaran dan lain sebagainya.

Sementara menurut H.W Flower, Sketsa adalah begitu saja tanpa persiapan. Merupakan gambaran atau lukisan
pendahuluan yang kasar, ringan dan semata-mata garis besar. Kegiatan menggambar sketsa pada dasarnya
memerlukan alat dan bahan yang sangat sederhana untuk dapat membuat tanda goresan yang mewakili bentuk
sesungguhnya.

Beberapa garis yang digoreskan pada bidang datar dapat memberikan suatu kesan simbol tentang bentuk yang ada
di sekitar kita atau gagasan tentang sesuatu yang terlihat dan terlintas dalam benak seseorang.

Dengan demikian pikiran dan perasaan dapat diungkapkan dalam bentuk visual melalui kegiatan menggambar,
sehingga menggambar termasuk kegiatan mendasar dalam berkarya seni rupa.

Kegiatan menggambar sketsa dapat dianalogikan dengan kegiatan menulis. Ketika kita hendak menulis, sebelum
dapat menulis kalimat yang baik kita cenderung menulis dan merangkai beberapa kata terlebih dahulu hingga
diperoleh kalimat yang sesuai.

Demikian pula halnya dengan kegiatan menggambar sketsa. Sebelum dapat membuat karya seni rupa yang utuh,
umumnya para seniman membuat sketsa terlebih dahulu.

Menurut Fajar Sidik (1981) garis atau penggarisan merupakan unsur yang paling menonjol hakiki dalam seni lukis,
akan tetapi pada dasarnya terdapat perbedaan antara sketsa dengan lukisan. Ada ungkapan yang menarik yang
disampaikan oleh Kusnadi, seorang seniman dan kritikus seni rupa.

Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes yang lengkap.

Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan estetis dihadirkan secara sangat sederhana
karena menggunakan garis secara hemat dan selektif.

Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa dibangun oleh unsur-unsur garis sebagai
medium utamanya, lukisan merupakan ungkapan lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan
unsur-unsur lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna di samping unsur garis.

Bahkan, dalam lukisan unsur warna menjadi penting sebagai unsur tambahannya (Schinneller,1966). Sebagaimana
halnya dengan karya lukisan, sketsa juga memiliki keragaman tema, gaya dan teknik pengungkapannya. Perbedaan
yang mencolok hanyalah pada medium pengucapannya.

 JENIS-JENIS SKETSA

1. Gambar garis besar yaitu sketsa yang membuat garis-garis bentuk sederhana tanpa rincian dan tidak selesai.

2. Sketsa cepat yaitu sketsa yang menggunakan beberapa garis saja untuk menampilkan citra suatu sketsa
yang sudah selesai.
3. Studi citra yaitu sketsa yang berupa coretan dengan cepat dan kurang terperinci hanya menunjukan bentuk
global.

 KOMPOSISI UNSUR SKETSA

Komposisi memiliki peranan penting dalam terciptanya sebuah sketsa yang bagus. Komposisi atau susunan unsur-
unsur dalam seni rupa harus berada pada perbandingan yang tepat agar dihasilkan karya yang pas. Adapun unsur-
unsur dalam sketsa antara lain :

1. Garis – Garis adalah unsur yang memiliki peran utama di dalam membentuk komposisi. Jenis garis yang
dapat membentuk komposisi : komposisi garis lurus; komposisi garis lengkung.

2. Warna – Meskipun umumnya sketsa terdiri dari satu jenis warna, akan tetapi pengaturan komposisi warna
pada objek sktesa sangat diperlukan agar memberikan kesan harmonis. Komposisi warna pada sketsa umumnya
diatur berdasarkan gelap terang pencahayaan.

3. Bidang dan bentuk – Bidang dan bentuk adalah unsur yang dibentuk melalui garis-garis yang disusun atau
digores sedemikian rupa. Keharmonisan dari komposisi bentuk ditentukan dari berbagai faktor unsur-unsurnya
yaitu simetris, asimetris, sentral, dan diagonal.

4. Efek pencahayaan – Unsur gelap terang merupakan pelengkap dalam pengkomposisian warna. Meskipun
sketsa cenderung berupa gambar kasar yang tidak selesai, akan tetapi goresan-goresan yang dihasilkan kerap kali
menghasilkan efek gelap terang sehingga sebuah objek dapat diamati dengan cukup jelas.

 ATURAN DALAM MEMBUAT SKETSA

1. Membuat kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertical, horizontal, maupun lengkung secara tipis.

2. Menggambar garis sekundernya, misalnya melukis kerangka kubus atau kotak dalam keadaan tipis

3. Menebalkan garis sketsa yang sudah benar. Ketebalan sesuai dengan karakter jenis garis yang diinginkan.

 FUNGSI ATAU MANFAAT SKETSA

Senada dengan defenisinya, sktesa memiliki beberapa fungsi yaitu :

1. Untuk lebih memfokuskan gambaran atau gagasan tema

2. Meminimalisir kesalahan

3. Mempertajam pengamatan

4. Meningkatkan kemampuan koordinasi hasil pengamatan dan keterampilan tangan.

Anda mungkin juga menyukai