Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK III

1. MUH. RAMLI
2. NUR INDIYAH P
3. IMAM FURQAN
4. MOH. ALI

RESUME STCW-F

STCW-F 1995 khusus untuk pelaut yang bekerja di atas kapal ikan. STCW-F 1995 (Standards
of Training, Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel) diberlakukan oleh
IMO pada 29 September 2012.

STCW-F 1995 melengkapi SFV (Safety of Fishing Vessels) Torremolinos 1993 yang mengatur
tentang konstruksi kapal ikan.

Konvensi STCW-F menetapkan persyaratan pelatihan sertifikasi dan minimum untuk awak
kapal nelayan sepanjang 24 meter dan lebih tinggi. Konvensi tersebut terdiri dari 15 pasal dan
lampiran yang berisi peraturan teknis serta terdapat 9 resolusi.

Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2019 yang ditetapkan tanggal 1 April 2019 tentang
Pengesahan STCW-F 1995 (Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi, dan
Dinas Jaga Bagi Awak Kapal Penangkap Ikan, 1995).
STCW-F 1995 telah memberikan acuan standar pengetahuan awak kapal perikanan untuk
tindakan keselamatan tingkat dasar. Bab III Pelatihan Keselamatan Tingkat Dasar bagi Seluruh
Awak Kapal Penangkap Ikan (Basic Safety Training for all Fishing Vessels Personnel) Peraturan
1 yaitu pelatihan keselamatan tingkat dasar bagi seluruh awak kapal penangkap ikan telah
memberi acuannya.
Pada STCW-F 1995 untuk awak kapal ikan terdapat pada Resolusi 3 (Petunjuk dan rekomendasi
bagi Personil Kapal Ikan) dan Resolusi 5 (Pelatihan Personil Kapal Ikan tentang Teknik
Penyelamatan Diri).
Resolusi 3 merekomendasikan petunjuk bagi pelaut yang meliputi :
Penggunaan simulator; Pelatihan operator radio; Kecakapan dalam penyelamatan dan sekoci
penyelamatan; Keadaan darurat, keselamatan kerja, perawatan medis, dan fungsi keselamatan;
Tugas jaga; dan Mencegah kejenuhan.
Resolusi 5 berisi tentang pedoman pelatihan dasar keselamatan tentang teknik penyelamatan diri.
Isinya mencakup sebagai berikut :
Semua calon awak kapal penangkap ikan seharusnya diberi pelatihan dalam hal berikut :
1) Jenis-jenis emergensi yang mungkin terjadi, seperti tubrukan kapal, kebakaran dan karam;
2) Jenis-jenis peralatan keselamatan yang umum dibawa oleh kapal penangkap ikan;
3) Perlunya mengikuti prinsip-prinsip survival;
4) Nilai pelatihan;
5) Perlunya kesiapansiagaan untuk berbagai keadaan darurat dan selalu memperhatikan
informasi
6) Tindakan-tindakan yang harus dilakukan apabila dipanggil menuju alat keselamatan
7) Tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat diperlukan untuk membebaskan kapal ikan
8) Tindakan yang dilakukan pada saat di air
9) Tindakan-tindakan yang harus dilakukan ketika memasuki alat keselamatan
10)Bahaya-bahaya utama bagi survivor dan prinsip-prinsip umum survival
Calon awak kapal penangkap ikan seharusnya dibekali instruksi praktis, paling tidak hal-hal
berikut :
1) Cara mengenakan jaket keselamatan atau baju tahan laut (immersion suit), atau keduanya
dengan benar;
2) Memasuki air dari suatu ketinggian dengan memakai jaket keselamatan;
3) Berenang sambil menggunakan jaket keselamatan;
4) Bertahan mengapung tanpa jaket keselamatan;
5) Memasuki sekoci penolong dari kapal penangkap ikan dan air sambil memakai jaket
keselamatan atau baju tahan laut atau keduanya;
6) Membantu yang lain menaiki alat penolong;
7) Mengoperasikan alat-alat penolong termasuk pengoperasian peralatan radio jinjing;
8) Menggunakan jangkar arus.
UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 261-265 dijelaskan bahwa penyelenggaraan dan
pengembangan sumber daya manusia di bidang pelayaran bertujuan agar tersedianya sumber
daya manusia yang profesional, kompeten, disiplin, dan bertanggung jawab serta memenuhi
standar nasional dan internasional.
Telah terbit juga Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021 tertanggal 2 Februari 2021
mengenai Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan Perikanan. Dijelaskan pada pasal 162 dalam
peraturan pemerintah tersebut, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pengawakan kapal
perikanan harus memenuhi sistem standar mutu pendidikan dan pelatihan pengawakan kapal
perikanan Indonesia yang mengacu kepada Konvensi Internasional tentang standar pelatihan,
sertifikasi, dan dinas jaga bagi awak kapal penangkap ikan, 1995 beserta amandemennya.
Pada pasal 154 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021 menyebutkan sertifikat
keterampilan awak kapal perikanan terdiri atas sertifikat:
a. Basic Safety Training Fisheries (BST-F);
b. Operasional penangkapan Ikan;
c. Keterampilan penanganan Ikan;
d. Refrigerasi penyimpanan Ikan;
e. Perawatan mesin Kapal Perikanan; dan
f. Operator radio.
Pada pasal 159 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021 menyatakan pendidikan dan
pelatihan keterampilan awak kapal perikanan paling sedikit terdiri atas:
a. Pendidikan dan pelatihan BST-F;
b. Pendidikan dan pelatihan operasional penangkapan ikan;
c. Pendidikan dan pelatihan penanganan ikan;
d. Pendidikan dan pelatihan refrigerasi penyimpanan ikan;
e. Pendidikan dan pelatihan perawatan mesin kapal perikanan;
f. Pendidikan dan pelatihan kecakapan nelayan;
g. Pendidikan dan pelatihan operator radio; dan
h. Pendidikan dan pelatihan kelistrikan
Pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2016 tentang Perjanjian Kerja
Laut (PKL) pasal 21 ayat 1 point (b) menyebutkan Pemilik Kapal Perikanan, Operator Kapal
Perikanan, Agen Awak Kapal Perikanan, atau Nakhoda Kapal Perikanan berhak mempekerjakan
Awak Kapal Perikanan dengan baik sesuai kompetensi. Pada ayat 2 point (h) menyebutkan awak
kapal ikan berhak menerima fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja, meliputi helm, sarung
tangan, life jaket, pelampung, baju dingin, sepatu boot, baju kerja, life raft, dan lain-lain.
Pada pasal 44 ayat 1 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2016
menyatakan sertifikat kompetensi Awak Kapal Perikanan terdiri dari: (a) sertifikat kompetensi
layak laut; (b) sertifikat kompetensi layak tangkap; dan (c) sertifikat kompetensi layak simpan.
Pada pasal 44 ayat 2 menjelaskan sertifikat kompetensi layak laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, merupakan bukti tertulis mengenai keahlian/keterampilan, pengetahuan, dan
prilaku kerja yang harus dimiliki oleh Awak Kapal Perikanan dalam menjamin keselamatan
pelayaran agar Kapal Perikanan dapat berlayar dari pelabuhan ke daerah Penangkapan Ikan dan
kembali dengan selamat.

STCW-F 1995 ; Resolusi 3 dan 5 SKKNI 2005-191 dan


Unit Kompetensi
Elemen Kompetensi Unit Komp
Resolusi 3 dan 5 ;
Pelatihan
Keselamatan Pengetahuan dan Teknik 1. Penerapan Prosedur Teknik Penyelamatan Diri di Laut (200
1
Tingkat Dasar Awak penyelamatan diri 2. Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR (2005-191; PRK.N
Kapal Ikan 3. Menerapkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Atas Ka
4. Melakukan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran (200

Pencegahan dan pemadaman 1. Melakukan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran (200


2
kebakaran 2. Menerapkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Atas Ka
3. Penerapan Prosedur Teknik Penyelamatan Diri di Laut (200
1. Mengolah-gerak dan Mengendalikan Kapal Perikanan (200
3 Prosedur darurat 2. Penerapan Prosedur Teknik Penyelamatan Diri di Laut (200
3. Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR (2005-191; PRK.N
4. Melakukan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran (2005
5. Melaksanakan tugas jaga laut (2013-298; A.031110.04.01)

Dasar-dasar PPPK
4 (pertolongan pertama pada 1. Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR (2005-191; PRK.N
kecelakaan) 2. Menerapkan Pelayanan Medis di Atas Kapal (2005-191; PR
3. Menerapkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Atas Ka
Pencegahan polusi lingkungan
5 Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan Laut (2005-191; PRK.NP02.0
laut

  6 Pencegahan kecelakaan kapal 1. Menerapkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Atas Ka


2. Melaksanakan tugas jaga laut (2013-298; A.031110.04.01
3. Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR (2005-191; PRK.N

Anda mungkin juga menyukai